Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TENTANG PERILAKU MUTU

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

1. Dita Ayu Novita Sari NIM. 2032610071

2. Eka Putri Ayu Nabiilah NIM. 2032610043

MATA KULIAH SISTEM MANAJEMEN MUTU

PROGRAM STUDI D-III ADMINISTRASI BISNIS


SISTEM MANAJEMEN MUTU

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
ISI............................................................................................................................3
2.1 Perilaku Mutu...............................................................................................3
2.2 Beberapa Perilaku Mutu.............................................................................5
2.2.1 Perilaku Mutu di Tingkat Personal.....................................................5
2.2.2 Perilaku Mutu Tubuh............................................................................6
2.2.3 Perilaku Mutu lain yang perlu di Pertahankan..................................7
2.2.4 Perilaku Mutu di Tempat Kerja..........................................................7
2.2.5 Perilaku Mutu di Tingkat Institusional...............................................8
2.2.6 Perilaku Mutu Dalam Pikiran............................................................10
1. Pentingnya etika....................................................................................10
BAB III..................................................................................................................13
KESIMPULAN.....................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

KELOMPOK 1 ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mutu seseorang, perlu memperhitungkan dari beberapa perspektif yang
berbeda dengan menyaring kenyataan secara subyektif, karena mutu bisa
dipersepsikan dan ada hubungannya dengan kepemilikan. Kualitas merujuk
pada sifat atau kepemilikan tak terpisahkan atau sesuatu yang khas orang,
benda, proses atau hal lain. Sifat atau milik seperti itu memungkinkan untuk
menentukan orang atau hal selain orang atau hal lain, atau mungkin
menunjukkan suatu tingkat prestasi atau keunggulan.
Dengan demikian kita bisa menyimpulkan bahwa perilaku mutu yang
bagus berhubungan dengan pencapain kompetensi (pengetahuan, kemampuan
dan sikap) dengan tingkatan yang bagus, dan memungkinkan seseorang
memenuhi serangkaian karakteristik kualitatif permanen yang diharuskan.
Suatu tindakan yang bagus merujuk pada perilaku moral dan etika yang di
dukung oleh nilai-nilai moral dan etika. Memang mutu dan etika memiliki
satu premis inti yang sama yaitu melakukan hal yang baik dengan
benar, dengan kata lain memanifestasikan perilaku mutu.
Etika adalah sekumpulan prinsip atau standar tindakan manusia yang
mengatur perilaku individudan organisasi. Etika berkaitan dengan
bagaimana seseorang yang bermoral harus bersikap, sementara nilai
adalah penilaian dalam diri yang menentukan bagaimana seseorang
sebenarnya bersikap. Maka dalam makalah ini kami akan membahas
lebih lanjut tentang perilaku mutu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian perilaku mutu ?
2. Apa saja perilaku mutu yang ada ?
3. Bagaimana perilaku mutu di tingkat personal?
4. Bagaimana perilaku mutu tubuh?
5. Bagaimana perilaku mutu lain yang perlu dipertahankan?
6. Bagaimana perilaku mutu di tempat kerja?
7. Bagaimana perilaku mutu di tingkat institusional?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pegertian perilaku mutu.
2. Untuk mengetahui apa saja perilaku mutu yang ada.
3. Mengetahui perilaku mutu di tingkat personal.
4. Mengetahui perilaku mutu tubuh.
5. Mengetahui perilaku mutu lain yang perlu dipertahankan.
6. Mengetahui perilaku mutu di tempat kerja.
7. Mengetahui perilaku mutu di tingkat institusional.
BAB II
ISI

2.1 Perilaku Mutu


Perilaku mutu dapat didefinisikan sebagai perilaku yang efektif dan
efisien, dengan kata lain seseorang memanifestasikan perilaku mutu dengan
melakukan hal yang benar dengan cara yang benar. Misalnya mendaur ulang
dan menggunakan kembali limbah, bisa didefinisikan sebagai perilaku mutu.
Pada perilaku mutu ada beberapa kebiasaan yang perlu diperhatikan
diantaranya:
1. Bersikap Proaktif
Proaktif adalah tanggungjawab atas kehidupan sendiri, kemampuan
untuk memilih tanggapan pada dan untuk sisuasi tertentu. Perilaku proaktif
merupakan suatu kesadaran yang didasarkan pada nilai-nilai dan bukan
perilaku reaktif, yang berdasarkan perasaan.
2. Mulai Memikirkan Tujuan
Penerapan kebiasaan yang lebih fundamental adalah tiap hari memulai
dengan sebuah gambaran, atau paradigma tentang tujuan hidup kita
sebagai kerangka rujukan kita. Tiap bagian hidup bisa diteliti dalam artian
apa yang benar-benar berarti bagi kita pandangan terhadap hidup kita
secara keseluruhan. Mulailah dengan mempertimbangkan contoh-contoh
berikut:
a. Jangan pernah berkompromi dengan kejujuran.
b. Ingatlah orang-orang yang terlibat.
c. Pertahankan sikap positif.
d. Berolahragalah tiap hari agar tetap sehat.
e. Jagalah selera humor.
f. Jangan takut salah.
Dengan memusatkan kehidupan kita pada prinsip yang benar, kita
menciptakan fondasi yang kokoh untuk pengembangan faktor-faktor
pendukung kehidupan yaitu keamanan, penjagaan, kebijaksanaan dan
kekuatan. Prinsip adalah kebenaran fundamental. Prinsip-prinsip tersebut
adalah jalinan benang yang terajut erat dengan ketepatan, konsistensi,
keindahan dan kekuatan dalam kain kehidupan.
3. Mendahulukan yang Paling Penting
Pada tahap ini berkaitan dengan penerapan manajemen diri.
4. Berpikir dengan Pola Sama-Sama Enak (win-win solution)
Kerangka pikir dan hati yang terus menerus mencari keuntungan
timbal balik dalam semua hubungan manusia. Kedua sisi didahulukan,
biasanya hasil akhirnya lebih baik. Jika tidak bisa dicapai maka
alternatifnya adalah tidak ada kesepakatan.Pemikiran ini mecakup
karakter, hubungan, keseoatakan, sistem dan proses. Karakter melibatkan
integritas, kedewasaan yang merupakan keseimbangan antara memikirkan
orang lain dengan keberanian mengungkapkan perasaan.
Hubungan berarti bahwa kedua belah pihak saling percaya dan sangat
berkomitmen untuk mencapai solusi. Kesepakatan membutuhkan elemen
hasil yang diinginkan, paduan, sumber, pertanggung jawaban dan
konsekuens. Agar mencapai kesepakatan yang diinginkan ada empat
langkah yang harus dijalankan:
a. Memandang masalah dari sudut pandang lain,
b. Mengenali masalah dan perhatian utamanya.
c. Menentukan hasil yang bisa diterima, dan
d. Mencari kemungkinan pilihan lain untuk mencapai hasil tersebut.
5. Mencoba Mengerti Agar di Mengerti
Mencoba mengerti terlebih dulu melibatkan sebuah pergeseran
paradigma karena kita biasanya mencoba untuk dimengerti terlebih dulu.
Mendengarkan dengan empati merupakan kunci komunikasi efektif. Ini
menitik beratkan pada mempelajari bagaimana orang lain memandang
dunia, bagaimana orang lain merasakan sesuatu.
6. Sinergi
Sinergi berarti bahwa satu keseluruhan lebih besar dibanding bagian-
bagiannya. Bersama-sama, kita bisa mencapai lebih banyak dari yang kita
capai sendiri-sendiri. Sebuah contoh bagus tentang hal ini adalah dalam
orkestra. Lima kebiasaan sebelumnya membangun jalan menuju kebiasaan
yang keenam. Kebiasaan ini menitik beratkan konsep sama-sama senang
dan kemampuan berkomunikasi dengan empati meskipun tantangan-
tantangan yang dibawa oleh alternatif-alternatif baru ini tidak ada
sebelumnya. Sinergis terjadi saat orang mengabaikan kebiasaan lama
mereka dan mentalitas menang-kalah mereka dan membuka diri untuk
kerja sama kreatif.
7. Menajamkan Gergajinya (Pembaharuan)
Memanfaatkan waktu untuk menajamkan gergaji kita agar bisa
memotong lebih cepat. Hal ini merujuk pada pertahanan dan peningkatan
aset besar yang kita miliki, yaitu diri kita sendiri. Kebiasaan ini
memperbaharui empat dimensi sifat alami kita, fisik, spiritual, mental dan
emosi-sosial. Keempat dimensi sifat alami kita ini harus digunakan secara
reguler dengan cara yang bijak dan seimbang.

2.2 Beberapa Perilaku Mutu


2.2.1 Perilaku Mutu di Tingkat Personal
Yang pertama menentukan perilaku mutu, merujuk pada mutu manusia
yang terkait dengan etika dan perilaku mutu, sementara yang kedua
mendefinisikan mutu barang dan jasa yang menjadi kerangka kerja dasar
bagi peningkatan kesadaran akan konsep mutu. Ketika mendefinisikan mutu
seseorang, perlu memperhitungkan dari beberapa perspektif yang berbeda
dengan menyaring kenyataan secara subyektif, karena mutu bisa
dipersepsikan dan ada hubungannya dengan kepemilikan seperti:
a. Hubungan kepemilikan hanya bisa ditegaskan berdasarkan sesuatu yang
berpasangan, contoh sederhana ialah jarak (memerlukan dua ujung).
b. Mutu seseorang tergantung pada interaksi dan hubungan sesamanya:
pada sistem sosial tidak ada yang benar secara absolut, kecuali
konsekuensi yang terjadi akibat diterapkannya suatu sistem atau
peraturan.
c. Hubungan kombinasi yang dinamik yang sudah ada dan dimengerti
sebagai suatu produk interaksi.
Sistem sosial adalah lingkungan yang luas dan membiarkan setiap
individu untuk menentukan tugas masing-masing serta secara leluasa
terlibat dalam persaingan kelas dunia. Mutu seseorang merupakan ciri
pribadi yang dapat dilihat oleh orang lain seberapa berguna dan berharga
bagi masyarakat. Mutu seseorang juga merefleksikan sifat mutu praktis pada
tingat individu melalui internalisasi dan silaturahmi, secara bersamaan, pada
level sosial merupakan tempat dimana perubahan inisiatif dan kreatifitas,
mengusulkan perubahan budaya dari situasi sekarang dan peraturan baru
pengaruh dari eksternal.
Oleh karena itu, sistem sosial yang dinamis, selalu berubah disesuaikan
dengan proses pengembangan mutu dibangun pada:
a. Pemenuhan janji ke tingkat mutu perseorangan (peraturan internal).
b. Penentuan mutu melalui pendekatan baru dengan pola berpikir yang
kreatif untuk keuntungan masyarakat (peraturan eksternal).

2.2.2 Perilaku Mutu Tubuh


Pada perilaku mutu ini ditujukan kepada pentingnya gizi yang baik dan
pentingnya kesehatan fisik yang baik.
1. Pentingnya gizi yang baik
Makanan cepat saji yang palsu, dibungkus, dan tidak sehat hanya satu
contoh yang paling dramatis dari penurunan mutu makanan dalam hidup
kita, dan merupakan ancaman besar bagi kebaikan budaya dan lingkungan
kita. Yang disayangkan, makanan cepat saji biasanya berarti lebih banyak
kalori, lemak jenuh, pemanis buatan dan karbohidrat dibanding makanan
“lambat saji”. Kerugian-kerugiannya berikut:
a. Bisa menyebabkan kegemukan.
b. Merugikan pada kebiasaan makanan mereka dan bahkan kematian.
c. Menyebabkan kerusakan lingkungan melalui pembungkusan berlebih
dan penebangan hutan untuk perburuan hewan.
d. Mengurangi keberagaman makanan lokal.
e. Pemberian kerja yang bergaji rendah, bermanfaat rendah, mendukung
praktek eksploitasi pekerja melalui industri makanan dan industri
pelayanan makanan.
2. Pentingnya kesehatan fisik yang baik
Kesehatan yang baik adalah prioritas untuk kinerja yang baik dan gaya
hidup aktif. Ada tiga resep untuk mencapai kebugaran/kesehatan fisik,
yaitu:
a. Kekuatan, kemampuan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan
gaya.
b. Daya Tahan, adalah isitilah yang digunakan untuk menjabarkan
kemampuan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan selam jangka
waktu tertentu tanpa menderita tekanan pernapasan.
c. Fleksibilitas, adalah isitilah yang digunakan untuk menjabarkan rentang
kemungkinan gerakan sendi. Orang perlu melakukan kegiatan bergerak
yang bisa mendorong mereka memaksa sendi-sendi dan otot-otot
bergerak sampai batas maksimum.

2.2.3 Perilaku Mutu lain yang perlu di Pertahankan


Tujuannya adalah untuk mengurangi tingkat penggunaan sumber daya
alam, mengurangi jumlah polusi yang dihasilkan, dan menyediakan cukup
banyak produk seperti makanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Beberapa perilaku mutu yang baik dan berkaitan dengan kita semua adalah:
a. Pengelolaan limbah,
b. Penghematan energi,
c. Mengurangi polusi, dan
d. Menggunakan fasilitas umum dengan berhati-hati.

2.2.4 Perilaku Mutu di Tempat Kerja


Perilaku yang meningkatkan mutu kerja dan menambah produktivitas
serta kesehatan dan keamanan di tempat kerja.
1. Mutu dimulai di hari Pertama
Beberapa saran yang bisa membantu untuk bisa membantu menciptakan
kesan pertama yang menyenangkan:
a. Ketahui dan ingat-ingat nama orang yang bekerja bersama kita, dan
ingatlah untuk selalu menyebut nama mereka dengan benar.
b. Pelajari dan ingat-ingat regulasi perusahaan tentang jam istirahat, jam
makan siang, isitirahat sore dan merokok. Jangan melanggar aturan-
aturan ini.
c. Bersikaplah ramah dan sopan pada semua orang.
d. Berpikir Aman
Hari pertama bekerja adalah saat untuk memulai menumbuhkan sikap
aman yang sesuai. Bahkan jika kita sudah berpengalaman pun, kita tetap
harus meminta atau mendapat peraturan perusahaan dan instruksi khusus
untuk diterapkan di bagian kerja kita. Setelah mendapatkan peraturan,
untuk tetap bisa mempertahankan minat tinggi pada keamanan biasanya
menjadi sulit. Kesalahan manusia adalah salah satu penyebab untama
kecelakaan kerja, diantaranya kurangnya sikap aman, kurangnya
pengetahuan, kurangnya kemampuan dan kepenatan.

2.2.5 Perilaku Mutu di Tingkat Institusional


Perilaku ini mendefinisikan kewarganegaraan korporasi, kode tindakan
dalam profesi dan pendekatan terintegrasi pada mutu.
1. Mendefisikan Kewarganegaraan Korporasi
Secara umum, corporate social responsibility (CSR) menjabarkan
hubungan antara bisnis dengan masyarakat. Pada tingkat yang lebih
sempit, CSR atau warga perusahaan (corporate citizenship, CC)
menjabarkan peran perusahaan di masyarakat tidak hanya pada aspek
ekonomi semata. UNGC (The UN Global Compact) adalah sebuah inisiatif
sukarela warga perusahaan yang menyatukan perusahaan-perusahaan
dengan agens PBB, organisasi buruh yang independen dan aktor
masyarakat sipil lainnya yang mendorong tindakan dan kemitraan dalam
usaha untuk mengejar ekonomi global yang lebih bisa dipertahankan dan
lebih inklusif.
2. Tujuan Pengembangan Milenium (The Milleninium Development
Goals/MDG)
Meskipun pencapaian MDG tidak menjamin pengembangan
berkelanjutan, tujuan-tujuan tersebut mengingatkan kita bahwa paling
tidak ada sejumlah konsensus di tingkat global terkait dengan kebutuhan
untuk mencapai kemajuan yang lebih besar dalam menghadapi tantangan
fundamental.
Tanggung jawab manajer perusahaan, tentu saja tidak terbatas pada
melaporkan laporan keuangan yang jujur, melaksanakan fungsi utama
kegiatan bisnis dan mematuhi berbagai hukum yang berlaku. Perusahaan-
perusahaan bisnis juga harus menanggapi harapan masyarakat demokrasi
tentang cara mereka beroperasi.
3. Kode Tindakan dalam Profesi
Salah satu cara untuk memandang Kode Profesional adalah dengan
memandangnya sebagai pendekatan tersistem untuk menengahi masalah-
masalah yang bisa terjadi jika seseorang memakai beberapa topik. Profesi
adalah sekelompok orang yang telah melewati pelatihan khusus, utuk
menguasai pengetahuan dan kemampuan dan juga komitmen untuk
bersosialisasi dan bertindak baik.
Tanggung jawab profesional adalah tanggung jawab untuk
menggunakan pengetahuan dan kemampuan khusus untuk kepentingan
individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Kode tindakan memiliki
disiplin dan konteks khusus. Ada kesamaan nilai antara kode etik dan kode
profesional karena keduanya memiliki banyak nilai yang sama, antara lain
kejujuran, keadilan, tidak membahayakan, dan berjalan untuk
meningkatkan mutu kehidupan sebanyak mungkin.
Kode profesional adalah pernyataan nilai yang sama, dan muncul
persyaratan tindakan yang benar. Kode profesional yang lengkap
menggabungkan kewajiban dan hak lapangan kerja atau perusahaan yang
memuat lapangan kerja tersebut. Hak dan kewajiban yang positif dari
kelompok profesional secara langsung dan tidak langsung terkait dengan
pemenuhan kebutuhan yang harus di dukung oleh anggota kelompok.
4. Pendekatan Terintegrasi pada Mutu
Sebagai sebuah konsep manajemen, CSR harus memenuhi apa yang
disebut “tiga garis dasar”, yaitu masalah-masalah ekonomi, sosial dan
ekologi yang harus diseimbangkan oleh perusahaan untuk mencapai
pengembangan berkelanjutan organisasi secara ekonomi, sosial dan
ekologi.
Penerapan sistem manajemen mutu haruslah merupakan keputusan
strategis perusahaan. Rancangan dan implementasi sistem manajemen
mutu perusahaan dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan, tujuan khusus,
barang yang disediakan, proses yang dipakai, dan ukuran serta struktur
organisasi tersebut. Tujuan Standar Internasional ini bukan untuk
menyarankan keseragaman dalam struktur sistem manajemen mutu atau
keseragaman dokumentasi.
Standar Internasional ini mendorong penerapan pendekatan proses saat
membuat, menerapkan dan meningkatkan efektifitas sistem manajemen
mutu, untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi
persyaratan yang diajukan oleh para pelanggan tersebut. Manfaat
pendekatan proses adalah kontrol terus menerus yang diberikannya pada
hubungan antara proses individu dalam sistem proses, sekaligus pada
gabungan dan interaksinya.

2.2.6 Perilaku Mutu Dalam Pikiran


1. Pentingnya etika
Etika adalah sekumpulan prinsip atau standar tindakan manusia yang
mengatur perilaku individu dan organisasi. Etika mengetahui hal apa yang
benar dan mempelajari saat seseorang tumbuh dewasa. Etika bisa berbeda
bagi orang yang berbeda, khususnya saat ada tenaga kerja internasional
dalam sebuah organisasi dengan berbagai norma budaya yang berbeda.
Karena tiap individu memiliki konsep sendiri tentang apa yang benar,
maka organisasi perlu membuat standar atau kode etik organisasi.
Etika juga berkaitan dengan menerapkan ajaran atau prinsip tadi dalam
tindakan. Konsistensi antara apa yang menurut kita bernilai dan apa
tindakan kita dianggap sebagai masalah integritas. Semua ini berhubungan
dengan disiplin diri, misalnya:
a. Tidak melalukan apa yang sebenarnya ingin saudara lakukan.
Tindakan tidak lantas jadi benar hanya karena tindakan tersebut
diizinkan atau karena saudara bisa melarikan diri.
b. Tidak melakukan apa yang bisa saudara lakukan meskipun memiliki
hak untuk melakukannya. Ada perbedaan besar antara tindakan yang
saudara punya hak untuk melakukannya dengan tindakan yang benar.
c. Tidak melakukan apa yang saudara inginkan. Seseorang yang etis
sering memilih untuk tidak melakukan lebih dari yang diharuskan oleh
hukum dan tidak melakukan kurang dari apa yang diizinkan hukum.

Orang-orang memiliki banyak alasan untuk bersikap etis yaitu:


a. Ada keuntungan dari dalam dirinya sendiri. Menerapkan prinsip-
prinsip etis merupakan penghargaan bagi diri sendiri.
b. Ada keuntungan pribadi. Sangat bijaksana jika memilih untuk bersikap
etis. Hal itu merupakan urusan yang bagus yang menimbulkan
kepercayaan dari pelanggan atau dari orang lain yang tidak sedang
berada dalam situasi bisnis.
c. Ada persetujuan. Bersikap etis menimbulkan harga diri dan martabat,
kekaguman dari orang-orang yang mencintai dan rasa hormat dari
teman-teman dekat.
d. Ada kebiasaan. Tindakan etis bisa sangat cocok dengan proses
pelatihan. Namun, ada juga hambatan-hambatan untuk bersikap etis,
yang mencakup:
e. Etika kepentingan diri sendiri. Jika motivasi untuk berperilaku etis
berasal dari kepentingan diri sendiri, pengambilan keputusan
menyempit menjadi penghitungan untung rugi. Jika resiko (kerugian)
untuk berperilaku etis besar, atau resiko dari berperilaku tidak etis
kecil dan keuntungannya besar, maka prinsip-prinsip moral akan kalah
demi keuntungan tersebut. Ini bukan masalah kecil: banyak orang yang
mencontek saat ujian, berbohong saat menulis resume lamaran
pekerjaan, dan mengaburkan atau bahkan memalsukan fakta saat
bekerja.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Perilaku mutu pada tingkat personal akan ditinjau dari dua sudut pandang
yang meskipun berbeda tapi saling tergantung yaitu perilaku mutu pikiran,
misalnya pentingnya etika dan pelaksanaan etika; serta perilaku mutu tubuh,
misalnya pentingnya gizi dan kesehatan fisik yang baik. Ada tujuh kebiasaan
orang yang sangat efektif, yaitu 1) bersikap proaktif, 2) mulai memikirkan
tujuan, 3) mendahulukan yang lebih penting, 4) berpikir dengan pola sama-
sama enak (winwin solution), 5) mencoba mengerti untuk dimengerti, 6)
sinergis dan 7) pembaharuan, yang akan dianalisis dengan penekanan khusus
pada manajemen waktu.
Perilaku mutu agar bisa dipertahankan juga secara khusus dibahas
berkaitan dengan manajemen sampah/limbah, penghematan energi,
mengurangi polusi, dan penggunaan fasilitas umum dengan baik. Perilaku
mutu di tingkat tempat kerja yaitu:
1. Kebiasaan yang meningkatkan mutu kerja dan menambah produktivitas.
2. Kesehatan dan keamanan di tempat kerja.
Perilaku mutu di tingkat institusional yaitu:
1. Tanggung jawab sosial korporasi/perusahaan.
2. Kode/aturan dalam melaksanakan profesi.
3. Pendekatan terintegrasi pada mutu
Kita menterjemahkan nilai-nilai kedalam bentuk prinsip/ajaran sehingga
nilai tersebut bisa mengarahlkan dan memotivasi tindakan etis. Prinsip-
prinsip etis merupakan aturan untuk bertindak yang muncul dari nilai-nilai
etis. Misalnya, kejujuran adalah sebuah nilai yang mengatur perilaku dalam
bentuk ajaran-ajaran seperti: katakan yang sebenarnya, jangan menipu, dan
jangan curang. Dengan cara ini, nilai-nilai berubah menjadi ajaran/prinsip
dalam bentuk “anjuran” dan “larangan” khusus. Etika juga berkaitan dengan
menerapkan ajaran atau prinsip tadi dalam tindakan. Konsistensi antara apa
yang menurut kita bernilai dan apa tindakan kita dianggap sebagai masalah
integritas.
DAFTAR PUSTAKA

https://jerrylintong1210.files.wordpress.com/2014/10/topik-2_budaya-mutu-di-
tkt-personal_tempat-kerja-dan-institusional.pdf
https://sadarwahjudi.files.wordpress.com/2012/10/mutu.pdf
https://www.academia.edu/12884779/Nurul_Aini_Fatchulliza_BUDAYA_MUTU
_DI_TINGKAT_PERSONAL_TEMPAT

Anda mungkin juga menyukai