A. Latar Belakang
1. Dasar-dasar Integritas
Secara etimologis, integritas berasal dari bahasa perancis intégrité atau bahasa latin integer
yang berarti menyeluruh (whole), lengkap (intact) dan tidak terpisah (undivided). Integritas
secara bahasa juga berarti “kualitas kejujuran dan berpegang pada prinsip moral yang kuat”.
Secara filosofis, integritas bisa berkaitan dengan aspek yang tidak ada hubungannya dengan
moralitas. Konsistensi terhadap janji adalah indikasi dari integritas walaupun janji itu secara
moral belum tentu baik. Bauman (2011) membedakan antara integritas substantif (substantive
integrity) yang mengandung komitmen pada nilai-nilai moral dan integritas formal (formal
Integrity) yang juga mengandung komitmen tetapi tidak selalu komitmen nilai-nilai moral.
Dengan demikian integritas adalah kebajikan (virtue),sifat yang jujur pada diri sendiri dengan
Fungsi integritas (Bernard, A., Schurink,W,&De Beeer,M.,2008) setidaknya ada dua hal.
Pertama, fungsi kognitif (pola pikir, peta kognitif) yang didalamnya berkaitan dengan kecerdasan
moral, pemahaman diri, pengetahuan tentang diri terhadap suasana yang buruk yang tidak boleh
dilakukan (self Knowledge),dan refleksi diri mengenai pemahaman diri tentang pertanyaan
apakah perbuatan benar atau tidak benar secara etik. Kedua, fungsi afeksi yang berkaitan dengan
perasaan senang, perasaan bersalah atas tindakan yang dilakukan,dan penghargaan terhadap diri
sendiri.
Orang yang yang memiliki integritas bisa membedakan antara hal yang patut dan hal yang
tidak patut bila menghadapi situasi tertentu. Dia tidak akan melakukan sesuatu yang
berseberangan dengan integritasnya, baik sebagai individu maupun pemimpin. Sementara itu,
kemampuan untuk menilai mana yang benar dan salah secara moral (bukan secara hukum) baru
mungkin terjadi jika seseorang memiliki pengetahuan tentang norma dan prinsip-prinsip hidup
bermasyarakat yang didasarkan pada hal-hal yang patut dan tidak patut. Inilah yang disebut
Ganjaran dari sebuah perilaku yang berintegritas, tidak seperti perilaku yang etis, adalah
bersifat instrinsik. Artinya perilaku berintegritas itu merupakan pilihan (choice) dan bukan
karena kewajiban (obligation), jadi muncul atau dilakukan bukan karena rasa wajib yang
dipaksakan oleh hukum atau aturan. Meskipun kepribadian atau perilaku berintegritas seseorang,
sebuah organisasi, negara atau pemerintah dipengaruhi oleh atau dibentuk melalui proses
pendidikan dan pengenalan, sikap atau perilaku berintegritas tidak dapat dipaksakan oleh
kekuatan di luar dirinya sendiri. Integritas menyatakan diri dalam makna sebagai kekuatan dan
menyeluruh. Perilaku berintegritas adalah perilaku semata-mata karena tindakan yang dilakukan
itu benar, dan tindakan itu tetap akan diambil meskipun tidak ada siapapun yang mengawasi.
Integritas karena itu adalah tentang kualitas kepribadian seseorang yang selalu berusaha
melakukan hal yang benar (doing the right thing). Dengan kata lain, orang yang memiliki
integritas adalah orang yang tindakan atau perilakunya dibimbing atau dipandu oleh serangkaian
prinsip-prinsip utama (core principles) yang mendorongnya bertindak secara konsisten demi
Sebagian memahami bahwa nilai-nilai atau kebajikan lain seperti kejujuran, keterandalan,
dosen dan semua jabatan atau posisi publik, tentu saja penting sekali mempertahankan
reputasinya untuk jujur, menyelesaikan masalah secara adil, dan dapat dipercaya karena tanpa ini
semua profesi itu akan kehilangan integritasnya. Integritas adalah dasar atau landasan bagi
perilaku yang profesional.Integritas profesional merujuk pada standard tinggi seseorang dalam
artinya mengerjakan pekerjannya dan tekad yang kuat untuk tidak merendahkan standard itu.
Dengan kata lain, standard itu mendorong seseorang untuk selalu menjadi lebih baik.
Integritas merupakan prinsip inti dari seluruh prinsip penting lain. Tanpa integritas tidak ada
aktivitas professional yang dapat diandalkan. Dapat dirumuskan secara singkat perbedaan antara
etika dan integritas, sebagai berikut:"etika adalah perkara mematuhi aturan-aturan, hukum atau
ketentuan, sedangkan ingritas adalah perkara melakukan hal yang benar, tidak peduli apapun
aturan atau hukumnya." Jadi, jika anda tidak melewati batas dan berada dalam garis etika yang
ditentukan, maka anda adalah orang yang etis atau beretika. Etika adalah perilaku yang pasif
ketika tetap berada dalam garis aturan atau hukum dilakukan demi menghindarkan diri dari
masalah. Akan tetapi anda tetap dapat berada dalam garis kode atau ketentuan etika tetapi tidak
mempunyai integritas.
Adalah mungkin bahwa seseorang, organisasi, negara atau pemerintah dikatakan beretika,
atau bertindak etis, tetapi tidak memiliki integritas. Mengapa demikian? Jelas bahwa sebagian
orang hanya berusaha menghindari masalah, hanya karena alasan bahwa aturan-aturan atau
hukum telah ditetapkan buat mereka. Ini tidak berarti bahwa mereka tidak dituntut untuk
berperilaku yang sama kelak jika mereka tidak dilarang. Integritas berasal dari ciri-ciri atau sifat
dengan kedalaman yang lebih besar. Integritas yang anda miliki adalah gambaran tentang dirimu
yang lebih lengkap-nilai-nilai, moralitas, kinerja, keberhasilan, kepercayaan dan sikap tak
Lickona (2001) berpendapat justifikasi moral (moral reasoning) adalah aspek kognitif dari
karakter baik yang menggiring orang untuk berbuat sesuai dengan tata nilai yang baik.
Kemampuan membuat penilaian berbasis moral adalah bagian dari integritas (Rust, 1999, Carter,
1996). Kecerdasan moral terdiri atas atas pengetahuan tentang moral dan justifikasi moral. Orang
harus tahu mana hal yang benar dan salah tidak hanya secara hukum, tetap mana yang pantas
Oleh karena itu integritas adalah kemampuan untuk membuat pertimbangan dan penilaian
diri sendiri terhadap tata nilai universal dan prinsip-prinsip universal (Simon,2002). Dengan
demikian dibutuhkan refleksi diri. Refleksi diri merupakan sebuah konsekuensi alamiah dari
keinginan untuk berbuat sesuai dengan tuntutan nilai-nilai universal yang menjadi arahan moral.
Refleksi diri menjadi kompas dalam pembuatan keputusan untuk mengambil tindakan yang
sesuai dengan arahan moral yang diyakini, betapapun beratnya pilihan tersebut.
Dr. Robert L Turknett, seorang ahli di bidang psikologi, menandai individu beintegritas
dengan beberapa ciri; 1) Individu yang berintegritas tidak akan memutarbalikkan fakta (twist
fact) atau kebenaran untuk kepentingan pribadi (personal advantages); 2) Individu berintegritas
akan hersedia berdiri tegak dan mempertahankan apa yang benar serta melakukan apa yang
semestinya muncul dari kebenaran itu; 3) individu beintegritas selalu dapat menjamin diri untuk
menutur apa yang benar. Integritas adalah fondasi utama dari segrang pemimpin. Dan karenanya,
prinsip respek dan empati pada orang lain. menghargai kehormatan orang lain dan menunjukkan
kepedulian dan pertimbangan pada kepentingan dan kebutuhan serta kesejaiteraan arang lain.
Kedua, kesungguhan dan kemampuan menjalani bidup bermakna dan bertujuan. Orang yang
hidup dengan integritas kehiduparinya didorong oleh kemauan untuk hidup yang bermakna baik
untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Ketiga, disposisi kehidupan bahwa pilihan tindakkan
dalarn menghadapi sesuatu berada dalam kontrol diri. Keempat, dalan menjalani kehidupan
selalu didasarkan pada rasa optirnis dan antusias Optimis dan antusasime terlihat dari semangat
dan sikap pusitif dalam menjalani kehidupan, bahwa masa depan akan bagus dan tidak ada
a. Motivasi dan dorongan dlari dalam diri. Motivasi diri yang besar disertai energi untuk
mencapai apa yang sudah menjadi komitenen diri, dan ingin berbuat melebihi standar.
b. Keberanian moral dan keteguhan hati. Keberanian untk berbuat dam mempertahankan
apa yang diyakini, mernyampaikan prinsip- prinsip dan nilai-nilai yang diyakini.
c. Kejujuran. Kejujuran pada diri sendiri dan orang lain tentang niat dan kemampuan
menyampaikan apa yang merupakan intinya, serta berkomunikasi secara transparan apa
yang dikehendaki.
d. Konsistensi. Sifat konsisten dalam menerapkan prinsip kelhidupan dan tata nilai dalam
Komitmen. Keteguhan untuk mencapai semua komitmen dalam diri yang sudah
rajin bekerja, tabah dalam menghadapi kesulitan dan tantangan pekerjaan. Disiplin diri.
Disiplin diri dalam menjalani kehidupan sejalan dengan nilai-ilai dan prinsip kehidupan
yang menjadi acuan masyarakat universal. Sifat disiplin adalah dorongan dari dalam
diri.
e. Tanggungjawab. Penerimaan tanggung jawa pada sasaran dan aspirasi yang ingin
dicapai, keterbatasan dan kekuatan yang ada pada diri, pilihan yang dilakukan, dan
orang lain atau institusi tempat bekerja dan hubungannya dengan orang lain. (9) bisa
dipercaya, dengan enunjukkan reputasi sesuai kata dan peruatan, komitmen dan
tanggungjawan pada akibat parbuatan pada orang lain. (10). Adil dalam pengambilan
keputusan dan memperlakukan orang lain tanpa pilih kasih (Bernard, A., Schurink, W
Integritas pemimpin dipahami sebagai sikap jujur dan sungguh- sungguh untuk melakukan
yang benar dan adil dalam setiap situasi sehingga mempertajam keputusan dan tindakannya
dalam kerangka kepemimpinan (Fleishman, 1981:53). Ada tiga ciri integritas pemimpin:
pertama, visi, perilaku dan tindakan sesuai dengan nilai-nilai atau standar etika: jujur dan
sepenuh hati menjalankan tugas; kedua, bersikap adil dan responsif terhadap kebutuhan
organisasi; ketiga, kompeten menepati janji dan kewajiban terhadap tanggungjawab jabatannya
demi organisasi karena menghormati hak-hak anggota organisasi. Demikin pula dalam
pengelolaan sumber daya, aset dan kekayaan organisasi, pemimpin yang memiliki integritas
selalu mengacu ke tujuan manfaat bersama. Dengan demikian integritas pemimpin mencegah
pemimpin dari konflik kepentingan dan korupsi. Integritas pemimpin ditunjukkan dalam
kemampuan memecahkan dilema moral dan tercermin dalam gaya hidup yang sederhana.
integritas pemimpin. Konflik kepentingan selama menjabat dan sesudah menjabat meliputi
terhadap masyarakat; pemborosan sumber daya milik organisasi (OECD, 2009: 20).
hanya ditimpakan ke pemimpin yang lemah, ataukah sistem berperan penting dalam menciptakan
integritas perlu untuk membangun sistem yang baik, sekaligus institusi yang adil harus dibangun
agar bisa memunculkan pemimpin yang memiliki integritas publik. Dengan latar belakang
tersebut, maka dari itu materi mengenai “Integritas dan Kepemimpinan” perlu untuk dibawakan
dalam Latihan Dasar Kepemipinan XXXIX OSIS SMAN 5 Makassar sesuai dengan amanah
Buku Putih Pengkaderan OSIS SMAN 5 Makassar pada Dimensi Keorganisasian dan
Kepemimpinan.
B. Tujuan Kegiatan
C. Indikator
D. Sasaran
Adapun sasaran dari materi ini adalah peserta Latihan Dasar Kepemimpinan XXXIX OSIS
SMAN 5 Makassar.
Waktu:
Pukul:
Tempat:
F. Metode
Metode penyajian materi diberikan dalam diskusi. Pemateri diberikan waktu … jam untuk
G. Sub-sub Materi
Referensi
Agus Wahyudi. Etika, Integritas dan Korupsi. Dalam Modul Kelas Politik Cerdas Berintegritas
Bernard, A., Schrunik, W & De Beer, M. (2008). A Conceptual Framework of Integrity. South
Lickona, T. (2001). What is Good Character?. Reclaiming Children and Youth, 9 (4).
Rust, J (1999). The Validaty of the Giotto Integrity Test. Personality and Individual Differences,
17, 755-768.
Simon, T (2002). Behavior Integrity. The Percieved Aligment Between Managers and Deeds as
Naskah Makalah yang disampaikan oleh Dr. Haryatmoko dalam fasilitator Program Politik
Cerdas Berintegritas (PCB) tingkat pratama KPK dan SATUNAMA tahun 2016 di
Yogyakarta.