Anda di halaman 1dari 9

Terms of Reference (TOR)

Materi LDK XXXIX

Integritas dan Kepemimpinan

A. Latar Belakang

1. Dasar-dasar Integritas

Secara etimologis, integritas berasal dari bahasa perancis intégrité atau bahasa latin integer

yang berarti menyeluruh (whole), lengkap (intact) dan tidak terpisah (undivided). Integritas

secara bahasa juga berarti “kualitas kejujuran dan berpegang pada prinsip moral yang kuat”.

Secara filosofis, integritas bisa berkaitan dengan aspek yang tidak ada hubungannya dengan

moralitas. Konsistensi terhadap janji adalah indikasi dari integritas walaupun janji itu secara

moral belum tentu baik. Bauman (2011) membedakan antara integritas substantif (substantive

integrity) yang mengandung komitmen pada nilai-nilai moral dan integritas formal (formal

Integrity) yang juga mengandung komitmen tetapi tidak selalu komitmen nilai-nilai moral.

Dengan demikian integritas adalah kebajikan (virtue),sifat yang jujur pada diri sendiri dengan

cara berpegang teguh pada komitmen moral yang dianut olehnya.

Fungsi integritas (Bernard, A., Schurink,W,&De Beeer,M.,2008) setidaknya ada dua hal.

Pertama, fungsi kognitif (pola pikir, peta kognitif) yang didalamnya berkaitan dengan kecerdasan

moral, pemahaman diri, pengetahuan tentang diri terhadap suasana yang buruk yang tidak boleh

dilakukan (self Knowledge),dan refleksi diri mengenai pemahaman diri tentang pertanyaan

apakah perbuatan benar atau tidak benar secara etik. Kedua, fungsi afeksi yang berkaitan dengan

perasaan senang, perasaan bersalah atas tindakan yang dilakukan,dan penghargaan terhadap diri

sendiri.
Orang yang yang memiliki integritas bisa membedakan antara hal yang patut dan hal yang

tidak patut bila menghadapi situasi tertentu. Dia tidak akan melakukan sesuatu yang

berseberangan dengan integritasnya, baik sebagai individu maupun pemimpin. Sementara itu,

kemampuan untuk menilai mana yang benar dan salah secara moral (bukan secara hukum) baru

mungkin terjadi jika seseorang memiliki pengetahuan tentang norma dan prinsip-prinsip hidup

bermasyarakat yang didasarkan pada hal-hal yang patut dan tidak patut. Inilah yang disebut

dengan pengetahuan moral(moral Knowledge).

Ganjaran dari sebuah perilaku yang berintegritas, tidak seperti perilaku yang etis, adalah

bersifat instrinsik. Artinya perilaku berintegritas itu merupakan pilihan (choice) dan bukan

karena kewajiban (obligation), jadi muncul atau dilakukan bukan karena rasa wajib yang

dipaksakan oleh hukum atau aturan. Meskipun kepribadian atau perilaku berintegritas seseorang,

sebuah organisasi, negara atau pemerintah dipengaruhi oleh atau dibentuk melalui proses

pendidikan dan pengenalan, sikap atau perilaku berintegritas tidak dapat dipaksakan oleh

kekuatan di luar dirinya sendiri. Integritas menyatakan diri dalam makna sebagai kekuatan dan

menyeluruh. Perilaku berintegritas adalah perilaku semata-mata karena tindakan yang dilakukan

itu benar, dan tindakan itu tetap akan diambil meskipun tidak ada siapapun yang mengawasi.

Integritas karena itu adalah tentang kualitas kepribadian seseorang yang selalu berusaha

melakukan hal yang benar (doing the right thing). Dengan kata lain, orang yang memiliki

integritas adalah orang yang tindakan atau perilakunya dibimbing atau dipandu oleh serangkaian

prinsip-prinsip utama (core principles) yang mendorongnya bertindak secara konsisten demi

mencapai standard atau ukuran yang tinggi atau lebih baik.

Sebagian memahami bahwa nilai-nilai atau kebajikan lain seperti kejujuran, keterandalan,

kebaikan, kejujuran, loyalitas, kedewasaan, objektivitas, penghormatan, kepercayaan dan


kearifan merupakan bagian dari nilai-nilai integritas. Semua profesi termasuk misalnya guru atau

dosen dan semua jabatan atau posisi publik, tentu saja penting sekali mempertahankan

reputasinya untuk jujur, menyelesaikan masalah secara adil, dan dapat dipercaya karena tanpa ini

semua profesi itu akan kehilangan integritasnya. Integritas adalah dasar atau landasan bagi

perilaku yang profesional.Integritas profesional merujuk pada standard tinggi seseorang dalam

artinya mengerjakan pekerjannya dan tekad yang kuat untuk tidak merendahkan standard itu.

Dengan kata lain, standard itu mendorong seseorang untuk selalu menjadi lebih baik.

Integritas merupakan prinsip inti dari seluruh prinsip penting lain. Tanpa integritas tidak ada

aktivitas professional yang dapat diandalkan. Dapat dirumuskan secara singkat perbedaan antara

etika dan integritas, sebagai berikut:"etika adalah perkara mematuhi aturan-aturan, hukum atau

ketentuan, sedangkan ingritas adalah perkara melakukan hal yang benar, tidak peduli apapun

aturan atau hukumnya." Jadi, jika anda tidak melewati batas dan berada dalam garis etika yang

ditentukan, maka anda adalah orang yang etis atau beretika. Etika adalah perilaku yang pasif

ketika tetap berada dalam garis aturan atau hukum dilakukan demi menghindarkan diri dari

masalah. Akan tetapi anda tetap dapat berada dalam garis kode atau ketentuan etika tetapi tidak

mempunyai integritas.

Adalah mungkin bahwa seseorang, organisasi, negara atau pemerintah dikatakan beretika,

atau bertindak etis, tetapi tidak memiliki integritas. Mengapa demikian? Jelas bahwa sebagian

orang hanya berusaha menghindari masalah, hanya karena alasan bahwa aturan-aturan atau

hukum telah ditetapkan buat mereka. Ini tidak berarti bahwa mereka tidak dituntut untuk

berperilaku yang sama kelak jika mereka tidak dilarang. Integritas berasal dari ciri-ciri atau sifat

dengan kedalaman yang lebih besar. Integritas yang anda miliki adalah gambaran tentang dirimu
yang lebih lengkap-nilai-nilai, moralitas, kinerja, keberhasilan, kepercayaan dan sikap tak

mementingkan diri sendiri dan sebagainya (Wahyudi, 2016).

Lickona (2001) berpendapat justifikasi moral (moral reasoning) adalah aspek kognitif dari

karakter baik yang menggiring orang untuk berbuat sesuai dengan tata nilai yang baik.

Kemampuan membuat penilaian berbasis moral adalah bagian dari integritas (Rust, 1999, Carter,

1996). Kecerdasan moral terdiri atas atas pengetahuan tentang moral dan justifikasi moral. Orang

harus tahu mana hal yang benar dan salah tidak hanya secara hukum, tetap mana yang pantas

dilakukan untuk kemanusiaan.

Oleh karena itu integritas adalah kemampuan untuk membuat pertimbangan dan penilaian

diri sendiri terhadap tata nilai universal dan prinsip-prinsip universal (Simon,2002). Dengan

demikian dibutuhkan refleksi diri. Refleksi diri merupakan sebuah konsekuensi alamiah dari

keinginan untuk berbuat sesuai dengan tuntutan nilai-nilai universal yang menjadi arahan moral.

Refleksi diri menjadi kompas dalam pembuatan keputusan untuk mengambil tindakan yang

sesuai dengan arahan moral yang diyakini, betapapun beratnya pilihan tersebut.

Dr. Robert L Turknett, seorang ahli di bidang psikologi, menandai individu beintegritas

dengan beberapa ciri; 1) Individu yang berintegritas tidak akan memutarbalikkan fakta (twist

fact) atau kebenaran untuk kepentingan pribadi (personal advantages); 2) Individu berintegritas

akan hersedia berdiri tegak dan mempertahankan apa yang benar serta melakukan apa yang

semestinya muncul dari kebenaran itu; 3) individu beintegritas selalu dapat menjamin diri untuk

menutur apa yang benar. Integritas adalah fondasi utama dari segrang pemimpin. Dan karenanya,

tidak ada pemimpin sukses lanpa integritas (Turknett, 2017).


Adapun nilai dasar dari integritas adalah, pertama, orientasi tindakan didasarkan pada

prinsip respek dan empati pada orang lain. menghargai kehormatan orang lain dan menunjukkan

kepedulian dan pertimbangan pada kepentingan dan kebutuhan serta kesejaiteraan arang lain.

Kedua, kesungguhan dan kemampuan menjalani bidup bermakna dan bertujuan. Orang yang

hidup dengan integritas kehiduparinya didorong oleh kemauan untuk hidup yang bermakna baik

untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Ketiga, disposisi kehidupan bahwa pilihan tindakkan

dalarn menghadapi sesuatu berada dalam kontrol diri. Keempat, dalan menjalani kehidupan

selalu didasarkan pada rasa optirnis dan antusias Optimis dan antusasime terlihat dari semangat

dan sikap pusitif dalam menjalani kehidupan, bahwa masa depan akan bagus dan tidak ada

masalah yang tidak bisa diselesaikan.

Adapun aspek-aspek kompetensi integritas alalah:

a. Motivasi dan dorongan dlari dalam diri. Motivasi diri yang besar disertai energi untuk

mencapai apa yang sudah menjadi komitenen diri, dan ingin berbuat melebihi standar.

b. Keberanian moral dan keteguhan hati. Keberanian untk berbuat dam mempertahankan

apa yang diyakini, mernyampaikan prinsip- prinsip dan nilai-nilai yang diyakini.

c. Kejujuran. Kejujuran pada diri sendiri dan orang lain tentang niat dan kemampuan

untuk melaksanakannya. Menyampaikan sesuatu yang benar, dan secara terhuka

menyampaikan apa yang merupakan intinya, serta berkomunikasi secara transparan apa

yang dikehendaki.

d. Konsistensi. Sifat konsisten dalam menerapkan prinsip kelhidupan dan tata nilai dalam

segala aspek kehidupan, baik dalam keluarga, masyarakat maupun pekerjaan.

Komitmen. Keteguhan untuk mencapai semua komitmen dalam diri yang sudah

disampaikan dalam janji (sumpak jabatan, pakta integritas) betapapun besarnya


tantangan dan kesulitan yang dihadapi. Rajin Bekerja. Sikap positif pada pekerjaan dan

rajin bekerja, tabah dalam menghadapi kesulitan dan tantangan pekerjaan. Disiplin diri.

Disiplin diri dalam menjalani kehidupan sejalan dengan nilai-ilai dan prinsip kehidupan

yang menjadi acuan masyarakat universal. Sifat disiplin adalah dorongan dari dalam

diri.

e. Tanggungjawab. Penerimaan tanggung jawa pada sasaran dan aspirasi yang ingin

dicapai, keterbatasan dan kekuatan yang ada pada diri, pilihan yang dilakukan, dan

orang lain atau institusi tempat bekerja dan hubungannya dengan orang lain. (9) bisa

dipercaya, dengan enunjukkan reputasi sesuai kata dan peruatan, komitmen dan

tanggungjawan pada akibat parbuatan pada orang lain. (10). Adil dalam pengambilan

keputusan dan memperlakukan orang lain tanpa pilih kasih (Bernard, A., Schurink, W

& De Beer, M, 2008).

2. Integritas dan Pemimpin

Integritas pemimpin dipahami sebagai sikap jujur dan sungguh- sungguh untuk melakukan

yang benar dan adil dalam setiap situasi sehingga mempertajam keputusan dan tindakannya

dalam kerangka kepemimpinan (Fleishman, 1981:53). Ada tiga ciri integritas pemimpin:

pertama, visi, perilaku dan tindakan sesuai dengan nilai-nilai atau standar etika: jujur dan

sepenuh hati menjalankan tugas; kedua, bersikap adil dan responsif terhadap kebutuhan

organisasi; ketiga, kompeten menepati janji dan kewajiban terhadap tanggungjawab jabatannya

demi organisasi karena menghormati hak-hak anggota organisasi. Demikin pula dalam

pengelolaan sumber daya, aset dan kekayaan organisasi, pemimpin yang memiliki integritas

selalu mengacu ke tujuan manfaat bersama. Dengan demikian integritas pemimpin mencegah
pemimpin dari konflik kepentingan dan korupsi. Integritas pemimpin ditunjukkan dalam

kemampuan memecahkan dilema moral dan tercermin dalam gaya hidup yang sederhana.

Pelanggaran terhadap integritas pemimpin meliputi konflik kepentingan, korupsi,

nepotisme, dan kronisme. Korupsi seperti penyelewengan, penipuan, pemalsuan, pencurian

sumberdaya menyebabkan pemasokkan barang/jasa kualitas rendah dan menghancurkan

integritas pemimpin. Konflik kepentingan selama menjabat dan sesudah menjabat meliputi

kolusi, penyalahgunaan informasi dan manipulasi informasi; diskriminasi dalam perlakuan

terhadap masyarakat; pemborosan sumber daya milik organisasi (OECD, 2009: 20).

Masalahnya, apakah penyebab carut-marutnya situasi sosial-politik di Indonesia dewasa ini

hanya ditimpakan ke pemimpin yang lemah, ataukah sistem berperan penting dalam menciptakan

situasi sosial-politik kondusif, sehingga pada gilirannya, bisa membuahkan pemimpin

berintegritas? Bukankah keduanya memhentuk hubungan dialektik? Pemimpin yang memiliki

integritas perlu untuk membangun sistem yang baik, sekaligus institusi yang adil harus dibangun

agar bisa memunculkan pemimpin yang memiliki integritas publik. Dengan latar belakang

tersebut, maka dari itu materi mengenai “Integritas dan Kepemimpinan” perlu untuk dibawakan

dalam Latihan Dasar Kepemipinan XXXIX OSIS SMAN 5 Makassar sesuai dengan amanah

Buku Putih Pengkaderan OSIS SMAN 5 Makassar pada Dimensi Keorganisasian dan

Kepemimpinan.

B. Tujuan Kegiatan

Adapun tujuan dari materi ini adalah sebagai berikut:

1. Membuka ruang transformasi pengetahuan dan pemahaman mengenai Integritas dan

Kepemimpinan bagi peserta.


2. Memberikan pemahaman tentang dasar-dasar integritas, aspek-aspek kompetensi

integritas, serta ciri-ciri pemimpin yang berintegritas.

3. Menanamkan nilai-nilai integritas terhadap peserta.

C. Indikator

Adapun indikator dari materi ini adalah sebagai berikut:

1. Terbukanya ruang transformasi pengetahuan dan pemahaman mengenai Integritas dan

Kepemimpinan bagi peserta.

2. Peserta dapat memahami tentang dasar-dasar integritas, aspek-aspek kompetensi

integritas, serta ciri-ciri pemimpin yang berintegritas.

3. Peserta dapat memaknai nilai-nilai integritas.

D. Sasaran

Adapun sasaran dari materi ini adalah peserta Latihan Dasar Kepemimpinan XXXIX OSIS

SMAN 5 Makassar.

E. Waktu dan Tempat

Waktu:

Pukul:

Tempat:

F. Metode

Metode penyajian materi diberikan dalam diskusi. Pemateri diberikan waktu … jam untuk

memaparkan materinya. Kemudian sesi tanya jawab atau interaktif selama …

G. Sub-sub Materi

1. Perbedaan antara etika dan integritas.

2. Nilai dasar integritas.


3. Fungsi integritas.

Referensi

Agus Wahyudi. Etika, Integritas dan Korupsi. Dalam Modul Kelas Politik Cerdas Berintegritas

untuk Kelas Pertama. KPK RI – SATUNAMA: 2016.

Bernard, A., Schrunik, W & De Beer, M. (2008). A Conceptual Framework of Integrity. South

Africa Journal of Psychology, Vol. 35 No. 2 pp. 40-49.

Carter, S. L. (1996). Integrity. New York: harperparental.

Lickona, T. (2001). What is Good Character?. Reclaiming Children and Youth, 9 (4).

Rust, J (1999). The Validaty of the Giotto Integrity Test. Personality and Individual Differences,

17, 755-768.

Simon, T (2002). Behavior Integrity. The Percieved Aligment Between Managers and Deeds as

Research Focus. Organizational Science, 13 (1), 18-37.

Naskah Makalah yang disampaikan oleh Dr. Haryatmoko dalam fasilitator Program Politik

Cerdas Berintegritas (PCB) tingkat pratama KPK dan SATUNAMA tahun 2016 di

Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai