DOSEN:
Astuty Pohan, S.Sos, MM
ANGGOTA KELOMPOK 2:
Agung Rizkya Alvionita (201410415004)
Chandra Widiawan (201410415017)
Halimatussadiah (201410415029)
Indah Permatasari (201410415036)
Iqbal Dani Wicaksono (201510415121)
Irma Vidyah Amalia (201410415124)
Nova Anggraini (201410415155)
Sasqia Dinda Riyadi (201510415111)
Theddy Rahmat K (201510415106)
BAB 1
1.1 LATAR BELAKANG
Latar Belakang Dalam setiap lobi yang dilakukan tidaklah akan berjalan
dengan lancar, karena dalam lobi biasanya memiliki masalah pada komunikasi yang
berlangsung antara kedua belah pihak. Pada makalah kali ini penulis ingin
membahas berbagai masalah komunikasi yang muncul saat terjadinya lobi serta
strategi menghadapi orang yang sulit menciptakan kerjasama. Permasalahan
komunikasi yang muncul saat proses lobi dapat terjadi karena tipe kepribadian
masing-masing komunikator dan komunikan yang berbeda-beda. Ketidakcocokkan
antara keduanya akan mengakibatkan permasalahan yang biasanya sulit
menemukan titik temu sehingga kerjasama antara keduanya tidak akan dapat
tercapai dengan baik. Selain tipe kepribadian, tipe kecerdasan antara komunikator
dan komunikan juga dapat mempengaruhi proses komunikasi antara keduanya. Tipe
kecerdaan seseorang itu dapat dilihat juga dari sikap tempramennya, karena sikap
tempramen manusia dipengaruhi dari kecerdasan orang tersebut. Masalah
komunikasi dalam lobi dapat ditimbul dari kepribadian yang selalu memicu konflik
ketika komunikasi berlangsung, oleh karena itu kita perlu untuk mengetahui pribadi
yang seperti apakah yang dapat menimbulkan konflik ketika lobi berlangsung.
Ketika kita telah mengetahui berbagai macam permasalahan komunikasi dalam
lobi, maka kita dapat menentukan strategi apa yang dapat kita gunakan untuk
menaggulangi masalah komunikasi atau problem solving untuk menciptakan
kerjasama yang baik sehingga proses lobi dapat berjalan dengan lancar dan baik.
Dari fenomena di ataslah penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang berbagai
macam tipe kepribadian dan kecerdasan manusia sehingga dapat mengetahui
masalah komunikasi dalam lobi. Setelah kita mengetahui permasalahan yang ada
maka kita dapat menanggulangi masalah tersebut dengan cepat dan tepat.
1.3 TUJUAN
Dari perumusan masalah di atas maka diperoleh tujuan pembuatan makalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konflik apa saja yang dapat terjadi dalam lobby &
negosiasi.
2. Untuk mengetahui cara penyelesaiannya dari konflik yang terjadi dalam
lobby & negosiasi.
1.4 MANFAAT
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan
gambaran yang jelas mengenai mengenal konflik dalam lobby & negosiasi
DAFTAR ISI
BAB 1........................................................................................................... 2
1.1
LATAR BELAKANG...........................................................................2
1.2
RUMUSAN MASALAH.......................................................................2
1.3
TUJUAN........................................................................................... 3
1.4
MANFAAT........................................................................................ 3
BAB 2........................................................................................................... 4
2.1 KONFLIK DALAM LOBBY & NEGOSIASI...............................................4
2.1.1 LOBBY............................................................................................ 4
2.1.2 NEGOSIASI...................................................................................... 5
2.2
BAB 2
2.1 KONFLIK DALAM LOBBY & NEGOSIASI
2.1.1 LOBBY
Permasalahan dalam lobi menyangkut pada komitmen terhadap etika dan
beberapa peraturan tidak tertulis namun menyoroti kinerja lobi. Pelobi dapat
2.1.2 NEGOSIASI
Negosiasi (Negotiation) dalam arti harfiah adalah perundingan. Negosiasi adalah
komunikasi timbal balik yang dirancang untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, negosiasi memiliki dua arti, yaitu:
Proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima
guna mencapai kesepakatan antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan
pihak (kelompok atau organisasi) yang lain.
suatu proses perundingan antara para pihak yang berselisih atau berbeda
pendapat tentang sesuatu permasalahan.
Dalam bernegosiasi memang berpotensi untuk memicu terjadinya konflik, jika
masing-masing pihak tidak mampu untuk mengendalikan diri. Terdapat 5
penyebab terjadinya konflik yaitu :
1. Salah satu pihak atau lebih menolak untuk beranjak atau bergerak dari posisi
awal. Misal : dalam posisi awal ada 2 pihak yang setuju dan 2 pihak yang tidak
maka ditahapan berikutnya paling tidak salah satu yang tidak setuju menjadi
setuju. Jika hal ini terjadi maka negosiasi akan semangin mudah dilaksanakan,
namun jika keduanya bersikeras tidak setuju dan tidak membuka ruang / opsi
untuk tercapainya kesepahaman, maka konflik akan terjadi.
2. Lebih fokus pada orang atau personil negosiator dan posisi dari pada masalah
yang dibicarakan. Misal : Sosok negosiator yang dikirim perusahaan adalah
seorang yang dikenal anarkhis dengan pekerja. Maka diawal negosiasi dengan
serikat pekerja pihak pekerja mesti akan melakukan penolakan, jadi hal ini malah
akan menjadi permasalahan tambahan yang dibahas diawal proses negosiasi.
3. Adanya agenda tersembunyi atau rasa saling tidak percaya terhadap motivasi
pihak lawan. Untuk itu diawal telah disebutkan masing-masing negosiator harus
memiliki kepercayaan bahwa negosiasi dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada diantara pihak pihak yang memiliki masalah.
4. Manipulasi dan prilaku agresif terhadap salah satu pihak atau lebih. Anggota
tim negosiasi hendaknya tidak memperlihatkan sikap berpihak yang berlebihan
terhadap salah satu atau lebih pihak yang memiliki pendapat / persepsi yang sama
dengan tim mereka. Misalnya dengan mengulang-ulang kalimat untuk
memojokan tim yang tidak sepakat atau beda persepsi.
5. Keinginan untuk menang tanpa peduli apapun resikonya. Sangat wajar bila
anggota tim negosiasi merasa bangga jika berhasil memenangkan perundingan.
Namun hal ini akan terasa tidak berarti apapun jika dalam proses negosiasi terjadi
intimidasi terhadap anggota tim negosiasi dari pihak lain. Misal : Dalam
perselisihan antara pihak perusahaan dan pekerja. Tim negosiasi perusahaan
mengancam akan memecat tim negosiator dari pihak pekerja jika tidak mau
menerima opsi dari perusahaan.
6. Adanya campur tangan / intervensi pihak ketiga. Misal : Jika negosiasi hanya
dilakukan oleh 2 pihak yang bertikai seperti pekerja dan perusahaan bisanya
sesuai dengan Undang-undang Tenaga Kerja pihak pemerintah akan masuk
menjadi pihak penengah, namun sering kali pihak ketiga berpihak pada pemilik
modal dan merugikan pekerja.
Esesiensi Loby dan Negosiasi walaupun bentuknya berbeda, namun mempunyai
tujuan yang sama, yaitu untuk mencapai suatu target (objective) tertentu. Lobi atau
Negosiasi harus diperankan oleh Pelobi (Lobyiest) yang mahir dan mempunyai
kemampuan berkomunikasi yang tinggi (komunikabilitas). Hanya saja Negosiasi
merupakan suatu proses resmi atau formal. Sedangkan Lobi merupakan bagian
dari negosiasi atau dapat pula dikatakan awal dari proses Negosiasi.
Tujuan negosiasi yaitu menemukan kesepakatan kedua belah pihak secara adil dan
dapat memenuhi harapan atau keinginan kedua belah pihak. Dengan kata lain,
hasil dari sebuah negosiasi adalah adanya suatu kesepakatan yang memberikan
keuntungan bagi kedua belah pihak. Artinya, tidak ada satupun pihak yang merasa
dikalahkan atau dirugikan akibat adanya kesepakatan dalam bernegosiasi. Selain
alasan tersebut diatas, tujuan dari negosiasi adalah untuk mendapatkan keuntungan
atau menghindarkan kerugian atau memecahkan problem yang lain.
Berbicara mengenai negosiasi ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan :
a) Soft Bargaining
Melibatkan negosiasi yang menitikberatkan pada posisi (menang/kalah),
dibandingkan kepentingan diadakannya negosiasi itu sendiri. Akan tetap,
untuk menghindari masalah-masalah yang kerap muncul dalam perundingan
yang melibatkan posisi, para negosiator akan melakukan pendekatan soft
seperti memperlakukan lawan bicaranya sebagai teman, mencari kesepakatan
dengan harga apaun, dan menawarkan sebuah hasil perundingan atas dasar
penciptaan hubungan yang baik dengan lawan bicara. Para pelaku negosiasi
yang melakukan pendekatan dengan cara tersebut, akan mempercyai lawan
bicaranya, dan akan bersikap terbuka dan jujur mengenai prinsip-prinsip dasar
atau alasan mendasar yang mereka miliki mengenai perundingan tersebut
kepada lawan bicara mereka.
b) Hard bargaining
Menitikberatkan kepentingan pada posisi dibanding kepentingan dari
perundingan yang terjadi. Negosiator dengan pendekatan semacam ini sangat
bersifat kompetitif, dengan melihat kemenangan sebagai satu-satunya tujuan
akhir. Bagi bebearapa orang pakar, perunding-perunding keras ini memandang
lawan bicara mereka sebagai saingan. Mereka tidak mempercayai lawan
bicara mereka dan berusaha untuk bermain secerdik mungkin unruk mencoba
mendapatkan keuntungan maksimal dalam negosiasi. Mereka akan teteap
berpegang teguh dengan posisi awal mereka, atau tawaran pertama mereka,
menolak untuk melakukan perubahan. Mereka akan memberlakukan trik dan
tekanan dalam usaha mereka untuk menang pada sesuatu yang mereka anggap
sebagai kontes kemauan. Bilamana mereka berhadapan dengan perunding
yang lunak, maka perunding keras ini cenderung untuk selalu menang. Jika
berhadapan dengan perunding keras lainnya, ada kemungkinan tidak
tecapainya kata sepakat sama sekali (no outcome).
c) Principled Negosiation
Pendekatan yang berbasiskan pada kepentingan yang tertulis dalam sebuah
buku Getting to Yes, yang pertama kali diluncurkan pada tahun 1981 oleh
Roger Fisher dan William Ury. Tertulis 4 dasar negosiasi : 1.) pisahkan
anatara pelaku dengan masalah, 2.) fokus pada kepentingan, bukan posisi, 3.)
ciptakan pilihan untuk hasil yang mutual, 4.) tekanan pada kriteria yang
objektif.
Memisahkan pelaku dari masalah berarti meniadakan hal-hal yang
berhubungan dengan masalah personal dari isu inti, dan bila memang ingin
dibicarakan, sebaiknya dibicrakan secara independen. ,asalah personal/orang
umumnya akan melibatkan masalah yang berkaitan dengan presepsi, emosi,
dan komunikasi. Presepsi merupakan sesuatu yang penting karena hal tersebut
membantu dalam pendefinisan masalah serta solusinya. Dan bila terdapat
kenyataan yang sifatnya objektif dan kenyataan tersebut diinterpretasikan
secara berbeda oleh orang-orang yang berbeda dalam situasi yang berbeda
pula, maka kata sepakat akan sulit tercapai.
Ketidakselarasan preferensi
Sebuah instansi akan mengadakan peringatan 17 Agustus. Dibentuklah
panitia untuk menyelenggarakannya. Tentu saja, personil yang dibentuk
atas dasar pilihanya, atas dasar pertimbangannya. Cara demikian
termasuk menggunakan prefensi sebagai pintu masuk kebijakan. Cara
memilih orang atas dasar prefensi mungkin saja tepat, tapi bisa juga salah,
tergantung objektif atau tidak dalam penempatanya. Hal tersebut menjadi
tepat andai pimpinan instansi mamang telah memiliki data karakteristik
masing masing SDM. Bila dasarnya hanya suka atau tidak suka atau
mengenal secara pribadi (kedekatan pribadi), maka sangat mungkin tim
yang terbentuk menjadi kurang efektif. Itu baru soal pilihan personal.
Karena sang pemimpin menyukai olahraga golf, maka yang dibesarnya
acara tersebut, sedangkan pada umumnya karyawan umumnya lebih
menyukai olahraga seperti bulu tangkis, voli, atau lari karung. Bila tujuan
penyelenggaraanya untuk menyulidkan dan memobilisasikan SDM,
pertimbangan prefensi pimpinan tersebut tidaklah efektif. Mestinya,
sebelum mengambil keputusan pemimpin minta masukan dari
bawahan,tapi itu tidak dilakukan karena gaya kepemimpinanya memang
otoriter. Demi menyelamatkan organisasi, mestinya ada orang-orang yang
berani tampil dari bagian organisasi tertentu untuk mendekati pemimpin
agar acara efektif (sesuai tujuan). Itulah perlunya lobi.
Ketidakselarasan referensi (acuan)
Sebuah perusahaan yang segmentasinya mengandalkan nilai-nilai lokal
mengikuti tender untuk memperebutkan proyek, yang sudah diketahui top
manajemen pelelangan proyek lebih percaya pada acuan luar negeri
(internasional). Kepercayaan ini bila tidak dikondisikan terbalik niscaya
menjadi ancaman. Karena itu, jauh hari sebelum hari H harus sudah
ada sounding untuk membalik mind-set manajemen pemilik proyek.
Ketidakselarasan proximitas
Suatu ketika sebuah perusahaan akan mengadakan rekruitmen untuk
menempati jajaran direksi. Susah barang tentu pada manager tingkat
menengah banyak yang gelisah, karena merasa dilangkahi peluangnya.
Orang dari luar tersebut direksi secara resisten karena dianggap tidak ada
keterkaitanya dengan sejarah perusahaan. Mungkin akan muncul
ungkapan kita yang menanam dan merawatnya, giliran yang memanen
orang lain yang diminta!. Bila orang luar ini ingin berhasil diterima,
tidak ada cara kecuali harus melancarkan lobi ke semua lapisan.
Ketidakselarasan influences (keterpengaruhan)
Untuk dapat menjadi calon bupati atau gubernur harus mempunyai
kekuatan lobi ke akar rumput maupun ke atas. Lobi ke akar rumput tentu
dapat di atasi melalui marketing politik yang dapat dibantu tim suksesnya,
namun untuk ke atas harus memperhatikan faktor influences
(keterpengaruhan) ini. Ancaman yang pertama datang dari saingan dari
dalam (musuh dalam selimut).
6.
Taktik ini diterapkan dengan cara selalu meminta konsesi dari lawan
berunding atas setiap permintaan pihak lawan berunding yang akan dipenuhi.
Intimidasi
Taktik ini digunakan bila salah satu pihak membuat ancaman kepada lawan
berundingnya agar menerima penawaran yang ada, dan menekankan
konsekuensi yang akan diterima bila tawaran ternyata di tolak.
1. Negosiasi
Tragedi Sukhoi: Asuransi Dari Sukhoi Masih Dinegosiasi
PT Tri Marga Rekatama, agen penjualan pesawat Sukhoi di Indonesia, masih
melakukan negosiasi dengan pihak Sukhoi Rusia terkait besaran klaim asuransi untuk
para korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di lereng Gunung Salak Bogor,
Rabu 9 Mei 2012. Trimarga Rekatama adalah perusahaan yang dimintai bantuan oleh
perusahaan Sukhoi untuk menjadi perwakilan perseroan di Indonesia. Pemerintah
sebelumnya berharap dalam pemberian asuransi kepada ahli waris korban dapat
mengacu PM No.77/2001 tentang Tanggung Jawab Pengangkut yaitu ganti rugi
korban meninggal dunia pesawat udara sebesar Rp1,25 miliar per penumpang.
2. Lobi (Lobbying)
Kasus Pilkada Pada tahun 2000, sekitar bulan April di salah satu kabupaten di Pulau
Sumatera melangsungkan pesta demokrasi, yaitu pemilihan Bupati/Wakil Bupati
daerah setempat (belum pemilihan langsung). Lobi-lobi dan negosiasi antara para
calon dengan partai politik sebagai perahu tumpangan dan para anggota DPRD
sebagai pemilik suara (one man one vote) berlangsung dahsyat. Berbagai
pendekatan dilakukan; mulai dari lobi-lobi ringan dengan memberikan bingkisan
lebaran kepada para anggota Dewan, sampai dengan perundingan-perundingan yang
berat, seperti: money politic yang bervariasi;one man two hundred; one man one car;
pilih kuda atau kijang (di teror atau menerima hadiah mobil kijang), melakukan
pendekatan paksa yaitu memboyong anggota Dewan yang diperkirakan akan memilih
calon lainnya kalau tidak boleh dikatakan mengkerangkeng yang dikenal dengan
istilah serangan fajar. Bentuk atau model pendekatan manapun yang dipakai oleh
para Tim Sukses dari masing-masing calon, kesemuanya adalah terpulang kepada
kemampuan berkomunikasi yang komunikabilitas. Hanya saja teknik yang digunakan
ada yang bersifat kooperatif dan ada pula yang kompetitif yaitu dengan menghalalkan
segala cara; pokoknya menang (terpilih menjadi Bupati/Wakil Bupati). Pada akhirnya
calon yang kurang efektif dalam lobi-melobi dan bernegosiasi akan tersingkir,
walaupun oleh masyarakat calon yang menang bukanlah calon yang tepat dan tidak
berbobot atau tidak pantas untuk memimpin daerah. Tetapi kalau sudah terpilih oleh
anggota Dewan Yang Terhormat (sekarang pemilihan langsung) mau apa lagi.
Garbage in Garbage out, kalau yang terpilih berkualitas sampah, kepemimpinannya
juga seperti sampah.
BAB 3
3.1 KESIMPULAN
Sebelum melobby & bernegosiasi kita harus memperhatikan : Strategi dan teknik
melobby & bernegosiasi, Kapan Lobby & negosiasi dibutuhkan, Pendekatanpendekataan apa saja dalam melobby & bernegosiasi. Sehingga jika kita
memperhatikan faktor-faktor diatas tentu kita dapat meminimalisir konflik-konflik
apa saja yang akan terjadi nanti.