Dosen Pengampu :
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah startup sering dikaitkan dengan bisnis yang baru dirintis atau baru
berkembang, biasanya merujuk pada semua perusahaan yang belum lama
beroperasi dan identik dengan bisnis yang berbau teknologi. Neil Blumenthal,
cofounder dan co-CEO dari Warby Parker mengatakan bahwa startup adalah
suatu perusahaan yang bekerja untuk memecahkan masalah di mana solusinya
tidak jelas dan kesuksesan tidak dijamin. Adora Cheung cofounder dan CEO
dari Homejoy, salah satu hottest U.S Startups di tahun 2013 mengatakan bahwa
startup is a state of mind (startup adalah keadaan pikiran). Menurut kamus
Merriam-Webster startup adalah perusahaan bisnis pemula, sementara The
American Herritage Dictionary mengatakan bahwa startup adalah bisnis yang
baru saja memulai operasinya (Robehmed, 2013). Dari beberapa definisi di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk dikategorikan sebagai startup sebuah
bisnis atau perusahaan haruslah baru mulai beroperasi.
Atribut kunci dari startup adalah kemampuan untuk bertumbuh, di mana
startup adalah sebuah perusahaan yang dirancang untk bertumbuh secara cepat.
Startup berfokus pada pertumbuhan yang tidak dibatasi oleh geografi, hal inilah
yang membedakannya dengan small businesses atau bisnis kecil. Internet
merupakan salah satu faktor penyebab pesatnya pertumbuhan startup. Menurut
Alves, internet telah menjadi “kebutuhan” masyarakat saat ini. Internet
membawa perubahan revolusioner, menciptakan lingkungan baru yang
menandai era transisi dari masyarakat industrial menuju masyarakat digital atau
knowledge-based society (Gasa, 2017).
Menurut lembaga riset pasar eMarketer pada tahun 2014 seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.1, populasi netter di seluruh dunia pada tahun 2014 mencapai
2,89 miliar orang, pada tahun 2017 diperkirakan naik menjadi 3,4 miliar orang
dan pada tahun 2018 diperkirakan akan mencapai 3,6 miliar orang. Di Indonesia
sendiri pada tahun 2014 pengguna internet sebesar 83,7 juta orang, pada tahun
2017 diperkirakan naik menjadi 112,6 juta orang dan pada tahun 2018 akan
mencapai 123 juta orang (Yusuf, 2014).
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah strat up?
2. Apa itu pengertian dari strat up?
3. Bagaimana Perkembangan Start-Up di Indonesia?
4. Apa saja Faktor-Faktor Kesuksesan Start-up?
5. Apa itu Branding?
6. Bagaimana Personal Brand dan Internet?
7. Bagaimana Konsep Utama Personal Branding?
8. Bagaimana Karakteristik Personal Brand?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah strat up
2. Untuk mengetahui Apa itu pengertian dari strat up
3. Untuk mengetahui Bagaimana Perkembangan Start-Up di Indonesia
4. Untuk mengetahui Apa saja Faktor-Faktor Kesuksesan Start-up
5. Untuk mengetahui Apa itu Branding
6. Untuk mengetahui Bagaimana Personal Brand dan Internet
7. Untuk mengetahui Bagaimana Konsep Utama Personal Branding
8. Untuk mengetahui Bagaimana Karakteristik Personal Brand
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Start-Up
Istilah Start-Up yang diartikan sebagai perusahaan baru yang sedang
dikembangkan, mulai berkembang akhir tahun 90an hingga tahun 2000,
nyatanya istilah Start-up banyak dikaitkan dengan segala yang berbau teknologi,
web, internet dan yang berhubungan dengan ranah tersebut.
Dalam sejarahnya, istilah start-up sendiri mulai terkenal secara internasional
pada masa dot-com bubble (gelembung dot-com). Fenomena dot-com bubble
atau kadang-kadang disebut gelembung teknologi informasi adalah gelembung
spekulasi yang terjadi antara tahun 1998–2000 (berpuncak pada 10 Maret 2000
ketika NASDAQ mencapai 5132,52 poin) ketika bursa saham di negara-negara
industri mengalami kenaikan nilai ekuitas secara tajam berkat pertumbuhan
industri sektor Internet dan bidang-bidang yang terkait. Pesatnya pertumbuhan
Internet dimulai pada tahun 1993 dan berlangsung hingga tahun 1990-an yang
ditandai dengan teknologi world wide web yang semakin maju setelah dirilisnya
versi pertama penjelajah web Mosaic.
Start-Up adalah perusahaan atau bisnis yang belum lama terbentuk.
Perusahaan ini biasanya masih dalam proses pengembangan dan riset untuk
menemukan pasar yang tepat. Saat ini ada banyak sekali start-up yang mulai
bermunculan dan menjamur. Start-Up bisnis, banyak yang mengartikan bahwa
ini adalah sebuah sistem investasi bisnis yang akan menggerakan bisnis secara
otomatis. Namun start-up itu lebih condong pada pembangunan sistem bisnis era
digital yang mana mengkaitkan dengan dunia online. Contohnya seperti Google
dan Facebook yang menghidupi dunia online. Bisa dikatakan bahwa Google
adalah start-up yang tersukses dalam search engine. Sedangkan Facebook adalah
start-up yang paling sukses dalam hal social network (SNS).
3
Paul Graham: “Startup is a company designed to grow fast” (Paul Graham,
2012), sedangkan menurut Eric Ries: “Startup is a human institution design that
create something new under condition extreme and serenity. It doesn’t say
about what size of the compny or what sector of industry, it just says we’re
trying to do institution building when we don’t know what we don’t know” (Eric
Ries, 2012)
Start-up adalah sebuah langkah dalam menghasilkan sesuatu yang baru.
Menurut Mudo (2015) dalam artikelnya menyebutkan, “Bisnis start-up adalah
suatu bisnis yang baru berkembang. Namun, bisnis start-up ini lebih identik
bisnis yang berbau teknologi, web, internet dan yang berhubungan dengan
ranah tersebut”. Sedangkan menurut Kurniarti (2017) dalam Jurnalnya
menyebutkan bahwa Start-up adalah sebuah institusi yang diciptakan untuk
membuat produk atau layanan baru dan inovatif dalam sebuah kondisi
ketidakpastian yang tinggi. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Start-Up adalah sebuah upaya pembentukan organisasi berbentuk perusahaan
baru dalam bidang bisnis berbasis teknologi jaringan atau web dengan
menghasilkan suatu produk yang inovatif.
Karakteristik Start-Up di Indonesia Sebuah perusahaan disebut start-up
adalah ketika perusahaan tersebut masih dalam tahap berkembang. Perusahaan
tersebut belum memiliki dana besar dan hanya dijalankan oleh beberapa orang.
Sebaga contoh, Tokopedia awalnya adalah sebuah start-up e-commerce dengan
platform situs marketplace. Tokopedia bersaing dengan banyak perusahaan e-
commerce lainnya. Lazada contohnya. Hanya saja Lazada bukanlah start-up.
Lazada hadir sebagai perusahaan raksasa yang langsung didanai dengan dana
besar. Elevania juga contoh lainnya. Jika Lazada bergerak di bidang toko retail,
maka Elevania memiliki karakteristik seperti Tokopedia. Situs ini bukan starup
karena didanai oleh XL Axiata dan situs yang langsung memiliki dana besar
Banyak karakteristik dari start-up yang dapat kita ambil.
Beberapa karakteristik perusahaan Start-up tersebut diantaranya (Syauqi,
Tanpa Tahun, hlm. 1)
1. Usia perusahaan kurang dari 3 tahun, artinya masih dalam tahap awal
suatu perusahaan digital.
4
2. Jumlah pegawai kurang dari 20 orang, pada awalnya tentu start-up
hanya memiliki segelintir orang saja dibalik berdirinya perusahaan.
3. Pendapatan kurang dari $100.000/tahun, belum banyak keuntungan
yang didapatkan karena masih dibutuhkan biaya untuk pengembangan
start-up.
4. Masih dalam tahap perkembangan.
5. Umumnya bergerak dalam bidang teknologi, penggunaan aplikasi
merupakan salahsatu contohnya.
6. Produk yang dibuat berupa umumnya aplikasi dalam bentuk digital atau
yang lainnya
7. Biasanya beroperasi melalui website ataupun media sosial Dari
beberapa karakteristik diatas terlihat bahwa start-up lebih condong ke
perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan informasi. Namun
faktanya memang seperti itu, kini perkembangan perusahaan yang
diberi nama Start-up adalah perusahaan yang berkenaan dengan dunia
teknologi dan informasi.
5
2. Jumlah penduduk yang banyak, yaitu sekitar 250 miliar warga Negara
Indonesia menjadikannya sebagai pasar yang besar bagi
perusahaanperusahaan start-up.
3. Pelayaan start-up yang baik, tentunya dengan pelayanan yang baik maka
konsumen pun merasa puas dalam menggunakan dan mengkonsumsi
startup tersebut.
4. Modal dari investor serta dukungan pemerintah, Tanpa modal, maka
bisnis apapun tak kan bisa berkembang. Dukungan dari pemerintah pun
menjadi penentu berkembangnya sebuah start-up, jika pemerintah tidak
mendukung maka start-up sangat sulit untuk berkembang.
6
4. Keterampilan Sosial Koneksi adalah alasan lain mengapa sebuah bisnis
start-up bisa mencapai kesuksesannya. Bagaimana bisa sebuah bisnis baru
mampu tampil dan dikenal banyak orang tanpa sebuah relasi? . Sebuah start-
up yang besar akan memiliki pemimpin yang luar biasa. Bukan hanya
mampu bekerja dan memimpin dengan baik perusahaannya, namun juga
mampu membagi waktu dengan berorganisasi. Salah satu alasan untuk
berorganisasi adalah mencari dan memiliki koneksi yang luas dan beragam.
Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
start-up. Di sisi lain, para pemimpin start-up perlu menginspirasi orang dan
memberi mereka alasan untuk mengikutinya melalui jalan tertentu.
5. Disiplin Disiplin memang hal yang harus dilakukan dalam segala hal.
Disiplin dimulai dari diri sendiri dan merupakan tonggak menuju
kesuksesan. Tanpa sebuah kedisiplinan, start-up tidak akan berhasil.
Disiplin dari dalam diri sendiri akan menumbuhkan etos kerja yang positif.
Dari situlah semua kreatifitas dan kesuksesan bisa dimunculkan. Hal ini
penting ditumbuhkan untuk menciptakan kesuksesan bersama.
6. Tekad Tekad yang kuat selalu diperlukan untuk menuju kesuksesan. Sebuah
start-up yang sukses, akan menekankan pentingnya penentuan ketika
membangun sebuah bisnis dan tidak pernah berhenti untuk mencoba,
terutama ketika menemui jalan berbatu dan dirasa sulit. Akan ada banyak
tantangan yang akan muncul, dan startup membutuhkan tekad untuk
mengatasi dan menghadapi tantangan – tantangan tersebut.
7. Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan Perubahan dalam segala hal
akan terus bermunculan, salah satunya dibidang teknologi. Start-up yang
baik akan selalu sedia untuk beradaptasi dengan teknologi baru. Mampu
Beradaptasi dengan perubahan, akan membawa kita menemukan terobosan
– terobosan baru untuk bisnis kita. Untuk tahun – tahun pertama, sebuah
bisnis start-up akan mengalami banyak perubahan untuk bisa beradaptasi
dengan situasi saat ini. Hingga mampu menemukan rahasia yang
membuatnya mampu bertahan dan mengembangkan prestasi yang dimiliki.
8. Keterampilan dalam penggalangan dana Arus pendanaan adalah garis darah
sebuah bisnis start-up. Ini berarti sebuah bisnis dapat saja berhenti dan
7
hancur, jika modal sudah tidak lagi memadai. Sebuah start-up yang sukses
adalah mereka yang memiliki modal cukup untuk menjalankan operasi
bisnis mereka. Tugas utama dari pemimpin start-up adalah untuk dapat
meningkatkan modal yang dibutuhkan. Cara yang baik untuk
mengumpulkan uang salah satunya melalui online, yakni melalui ekuitas
atau melalui sebuah investasi khusus start-up, seperti di rockthepost.com.
9. Keyakinan teguh Keberhasilan setiap bisnis salah satu faktornya adalah
keberanian dalam mengambil dan menghadapi setiap resiko, begitupula
bagi sebuah start-up. Seperti yang banyak orang katakan, investasi yang
paling menguntungkan biasanya memerlukan sejumlah resiko yang tinggi.
Namun, keputusan tersebut harus memiliki konsep yang baik. Hal ini untuk
menghindari banyaknya resiko yang mungkin terjadi. Start-up harus
memiliki sebuah keyakinan terhadap kemampuan mereka untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik, dan menghadapi resiko dengan baik pula.
10. Management waktu Bagi sebuah bisnis start-up waktu adalah hal yang
sangat diperhatikan. Keberhasilan perusahaan bergantung pada
produktivitas dan efektivitas tim untuk melakukan lebih banyak hal dalam
waktu yang minim. Anda bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu,
namun alangkah baiknya jika Anda juga memperhatikan prioritas apa saja
yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis start-up tersebut.
11. Eksekusi Dan yang terkahir adalah eksekusi. Sebuah bisnis start-up
tentunya memiliki banyak ide – ide yang kreatif. Sekitar 98% dari
kesuksesan sebuah bisnis start-up adalah dari eksekusi ide yang ada.
Pengalaman dari tim sangat penting sebagai latar belakang mereka
mengeksekusi ide – ide yang bermunculan. Start-up yang sukses selalu
mencari kesempatan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dengan ide –
ide yang muncul, sekalipun itu ide yang terbilang tidak mungkin untuk
dilakukan. Mereka akan belajar dari setiap kesalahan yang mereka lakukan
dan memperbaikinya secepat mereka belajar untuk mencapai kesuksesan
8
2.5 Branding
American Marketing Association (AMA) dalam sebuah artikel berjudul
“What is Branding and How Important is it to Your Marketing Strategy”,
mendefiniksikan brand atau merek dengan nama, istilah, tanda, simbol, atau
desain, atau kombinasi dari semua itu, yang tujuannya untuk memberikan
identifikasi dan perbedaan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Brand
atau merek adalah sesuatu yang tidak terlihat tetapi efeknya sangat nyata.
Menurut Ghowdeswar branding berarti membedakan nama dan atau
simbol,seperti logo, merek dagang, atau desain dengan maksud
mengidentifikasi dan membedakan produk satu penjual dengan kompetitornya
(Ghodeswar, 2008). Branding juga dapat diartikan sebagai tindakan
terusmenerus yang melibatkan pemasaran, penelitian, dan percakapan untuk
mengelola pikiran dan perasaan konsumen Anda untuk memastikan produk
andalah yang mereka inginkan (Sutedja, 2012). Branding juga dapat diartikan
sebagai usaha untuk membedakan produk kita dengan produk pesaing kita
sehingga akan memberikan keuntungan kompetitif di pasaran (Sutrisna, 2010).
Berdasarkan ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa branding
adalah proses yang melibatkan pemasaran, penelitian, dan percakapan secara
terus-menerus untuk membuat suatu produk memiliki ciri khas sendiri di benak
konsumen dan membedakan produk tersebut dengan produk pesaing agar dapat
memberikan keuntungan kompetitif di pasaran. Branding sangat penting
dilakukan karena seseorang akan memilih suatu produk tidak hanya karena
pertimbangan rasional, tetapi lebih kepada pertimbangan emosional. Orang
akan melihat dan membandingkan spesifikasi, harga, dan kegunaan, tetapi pada
akhirnya mereka mengambil keputusan secara emosional. Branding menjadi
penting karena dapat membangun ikatan emosional dengan klien atau pembeli
(Peter Montoya, 2008).
9
merupakan persepsi, pendapat, atau kesan seseorang terhadap kita (Hood Peter
Montoya, 2008; Subur, 2011, 2006;). Hood bahkan menambahkan bahwa
personal brand yang sukses akan secara tepat menggambarkan keseluruhan
potensi, kualitas, dan nilai-nilai yang berada dalam diri seorang individu (Hood,
2006). Dengan personal brand, individu akan menjadi seseorang yang pertama
terpikirkan ketika orang lain mencari atau membutuhkan potensi, kualitas, atau
nilai-nilai tertentu yang ada dalam diri individu tersebut (Hood, 2006; William
Arruda, 2010). Hal ini secara lebih sederhana dikatakan oleh Moentoya, yaitu
bahwa personal brand yang baik dapat dengan mudah mengkomunikasikan
perasaan atau gagasan yang jelas dan sederhana tentang individu (Peter
Montoya, 2002).
Saat ini, personal brand memang menjadi lebih penting dan signifikan
pengaruhnya dibandingkan merek perusahaan (corporate brand). Hal ini karena
pada dasarnya kita lebih mudah mempercayai individu dibandingkan
perusahaan dan kita akan memilih untuk berhubungan atau berbisnis dengan
seseorang yang membuat kita nyaman (Peter Montoya, 2008). Kegiatan atau
aktivitas untuk membangun personal brand disebut personal branding. Lebih
rinci, personal branding ialah mengkomunikasikan dan memastikan bahwa
orang lain menerima dan percaya nilai-nilai dan kualitas yang dimiliki individu
tersebut (O'Brien T. , 2007). Tidak hanya itu, personal branding tidak bisa
sebatas mengkomunikasikan, tetapi juga terlebih dahulu harus mengidentifikasi
hal unik, relevan, dan menarik dari individu sehingga dapat meningkatkan karir
atau bisnis individu tersebut (Rampersad, 2009; Schawbel, 2015).
Melalui personal branding, individu dapat mengambil kendali terhadap
bagaimana orang lain mempersepsikan individu tersebut (Peter Montoya, 2008;
Brown, 2014). Sayangnya, tidak semua orang melihat peluang dari pemanfaatan
personal branding. Bahkan, sebagian orang juga tidak menyadari bahwa mau
tidak mau, disadari atau tidak, dirinya telah memiliki sebuah personal brand
paling tidak di kalangan orang-orang sekitarnya, rekan kerja atau tetangga
(Peter Montoya, 2008). Personal brand tersebut misalnya, “si pengacara sukses”
atau “si ahli matematika”. Hal ini lebih jelas dipahami melalui argumen
McNally bahwa brand dari diri tiap orang merupakan refleksi dari apa yang
10
orang tersebut lakukan dan apa yang menjadi kepercayaan orang tersebut yang
direalisasikan melalui apa yang dilakukan dan bagaimana orang itu
melakukannya. Dengan adanya kontak yang berulang dengan orang lain, brand
tersebut akan menjadi lebih kuat dan terbentuk dalam persepsi orang lain
(McNally & Speak, 2012).
Dalam melakukan personal branding, Anda memerlukan sarana untuk
menampilkan gagasan, ide, aktivitas, atau keahlian Anda dan dengan internet
hal tersebut dapat dengan mudah dilakukan (Erik Deckers, 2012).
Hal ini sejalan dengan pendapat Schawbel bahwa melalui sebuah situs
internet setiap orang dapat dengan sangat mudah mengembangkan dan
memasarkan personal brand mereka (Schawbel, 2015). Internet memungkinkan
setiap orang untuk berbagi informasi, baik melalui tulisan, gambar, atau video
kepada seluruh pengguna internet lainnya dan melahirkan berbagai forum
diskusi online dan ruang menulis bebas, seperti blog (Erik Deckers, 2012).
11
f) Prefession (profesi) - niche dalam niche - pelatih kepemimpinan yang
merupakan psikoterapis
g) Service (layanan) - 'konsultan' yang bekerja sebagai direktur non-eksekutif
atau interi
2. Kepemimpinan (The Law of Leadership) Menurut Montoya, pada dasarnya
orang ingin dipengaruhi. Mereka menginginkan sosok pemimpin, yakni
seseorang yang dapat menghilangkan rasa ketidakpastian dan menawarkan
mereka kejelasan. Membentuk unsur kepemimpinan tidak berarti individu harus
menjadi yang terbaik dalam semua bidang. Kepemimpinan dapat dibentuk
melalui keunggulan (dipandang sebagai seorang ahli dalam bidang tertentu),
posisi (memiliki posisi penting), atau pengakuan (misalnya, melalui
penghargaan atas pencapaian tertentu).
3. Kepribadian (The Law of Personality) Personal branding yang baik
menggambarkan kepribadian individu dalam segala aspek, artinya bukan hanya
kelebihan atau kesempurnaan, tetapi juga ketidaksempurnaan individu tersebut
karena orang lain justru menyukai sosok yang apa adanya, yaitu yang memiliki
kelemahan seperti selayaknya seorang manusia. Konsep ini berseberangan
dengan Konsep Kepemimpinan yang menekankan individu untuk
berkepribadian sangat baik.
4. Perbedaan (The Law of Distinctiveness) Sebuah personal brand yang efektif
perlu memiliki kesan yang kuat dengan menjadi berbeda dari orang lain di dalam
bidang atau bisnis yang sama.
5. Kenampakan (The Law of Visibility) Untuk menjadi sukses, personal brand
harus terlihat secara konsisten atau terus-menerus hingga personal brand orang
tersebut dikenal. Hal ini karena kenampakan lebih penting dibandingkan
keahlian. Ada banyak orang dengan keahlian yang sama, karenanya individu
harus membuat dirinya lebih nampak atau terlihat dibanding yang lain.
6. Kesatuan (The Law of Unity) Realita kehidupan pribadi seseorang harus sejalan
dengan nilai dan perilaku yang telah ditentukan dari personal brand yang
dibangun.
12
7. Keteguhan (The Law of Persistence) Karena membentuk personal brand
memerlukan waktu yang lama, individu harus memiliki keteguhan terhadap
personal brand awal yang telah dibentuk, tanpa ragu atau ingin mengubahnya.
8. Maksud baik (The Law of Goodwill) Pengaruh sebuah personal brand akan lebih
besar apabila individu tersebut dipersepsikan secara positif.
13
Susanto dan Wijarnako (2004:9) menegaskan bahwa merek berbeda dengan
produk. Produk adalah sesuatu yang dibuat di pabrik, namun yang sesungguhnya
dibeli oleh pelanggan adalah mereknya. Pada akhirnya merek bukanlah apa yang
dibuat di pabrik, tercetak di kemasan atau apa yang diiklankan pemasar. Merek
adalah apa yang ada di dalam pikiran konsumen. Banyak ragam dan penggolongan
merek, namun secara garis besar Susanto dan Wijarnako (2004: 12-13)
mengelompokan menjadi tiga jenis, diantaranya:
14
branding merupakan merek pribadi seseorang dibenak orang lain. Personal
branding akan membuat semua orang memandang seseorang tersebut secara
berbeda dan unik. Orang mungkin akan lupa dengan anda namun merek pribadi
akan selalu diingat. Bahkan personal branding juga berpengaruh terhadap
kepercayaan orang lain terhadap anda (Haroen, 2014:13).
15
2.10 Alasan dan Keuntungan Membangun Personal Branding
Baik secara teori dan praktik dapat disimpulkan bahwa personal branding sangat
positif untuk kesuksesan seseorang dipanggung politik.
16
2. Menjelaskan kepada orang lain atau publik tentang diri (siapa anda,
apa yang anda lakukan, apa yang membuat anda berbeda, bagaimana
anda menciptakan nilai untuk publik, apa yang mereka dapatkan bila
bertransaksi dengan anda)
3. Mempengaruhi cara orang lain berpikir tentang anda
4. Menciptakan harapan-harapan yang public dapatkan dari anda
5. Menciptakan identitas diri yang mudah diingat (berkesan)
6. Membuat prospek bahwa anda adalah satu-satunya jalan keluar bagi
masalah yang publik hadapi
7. Membuat diri menjadi unik dan lebih daripada pesaing lainnya
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
Daftar Pustaka
Pranatasari, F. D., & Radianto, W. E. (2015, May). Proses, Tolok Ukur, dan Metode
Pengukuran Kinerja Start-Up Business: Perspektif Fasilitator pada
Pendidikan Entrepreneurship. Proceeding Seminar Nasional & Call For
Paper–11 Mei 2015–ISBN: 978-979-19940-4-0–Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen Maranata.
19