Oleh : Kelompok 3
Dosen pengampu :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan
Anak III.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Selanjutnya kekerasan psikis terjadi ketika seseorang menggunakan ancaman
dan menakut-nakuti seorang anak termasuk mengisolasi dari keluarga dan teman.
Kekerasan yang juga sangat dekat dengan kekerasan psikis adalah kekerasan
emosional melalui perkataan atau perbuatan yang membuat anak merasa bodoh atau
tak berharga. Kekerasan emosional mencakup antara lain mengkritik terus menerus,
menyalahkan semua masalah keluarga kepada anak, memalukan anak di depan orang
lain, intimidasi, dan lain-lain. Beberapa jenis kekerasan lain terhadap anak mencakup
kekerasan verbal, kekerasan bersifat budaya, ekonoi dan penelantaran. Kekerasan
verbal terjadi melalui perkataan atau tulisan yang membuat anak tersakiti. Kekerasan
yang bersifat budaya seperti pernikahan anak, sementara kekerasan secara finansial
seperti tidak memberikan akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan dan
kesehatan. Penelantaran anak adalah praktik melepaskan tanggung jawab dan klaim
atas keturunan dengan cara illegal (http://id.wikipedia.org). Jadi seorang anak yang
ditinggalkan dan tidak diurus oleh orangtuanya disebut sebagai anak terlantar.
3
1. Indifference (tidak peduli) Cth perilaku Tidak berbicara kepada anak kecuali
jika perlu, mengabaikan kebutuhan anak, tidak merawat, tidak memberi
perlindungan dan kurangnya interaksi dengan anak.
2. Humiliation (penghinaan) Menghina, mengejek, menyebut nama-nama yang
tidak pantas, membuat mereka merasa kekanak-kanakan, menentang identitas
mereka, martabat dan harga diri anak, mempermalukan dan sebagainya.
Isolation (mengisolasi) Menjauhkan anak dari teman-temannya, memutuskan
kontak anak dengan orang lain, mengurung anak sendiri dan sebagainya.
3. Rejection (penolakan) Menolak atau mengabaikan kehadiran anak, tidak
menghargai gagasan dan prestasi anak, mendiskriminasi anak.
4. Terror (teror) Menimbulkan situasi yang menakutkan bagi anak, rasa khawatir
dan sebagainya.
4
Sinclair, juga mengklasifikasikan kekerasan psikologis pada anak
sebagaimana berikut ini:
1. Ancaman dan Teror: Mengancam untuk membunuh atau melukai anak,
mengatakan masa lalu anak yang buruk dan mengancam untuk merusak
barang-barang yang disenangi anak dan sebagainya.
2. Verbal: Mengatakan kata-kata kasar atau kata-kata yang tidak anak sukai,
membentak, dan mencaci maki. Seperti bodoh, nakal, anak tak berguna dan
sebagainya.
3. Pemaksaan: Memaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan anak,
melakukan tindakan yang tidak pantas, mencuci piring dengan lidah dan
sebagainya.
4. Emosi: Menyangkal emosi anak, tidak memberi perhatian, menciptakan rasa
takut dan khawatir.
5. Kontrol: Membatasi kegiatan anak, menghilangkan kesenangan anak,
merampas kebutuhan dasar anak seperti tidur, makan, bermain dan
sebagainya.
6. Penyalahgunaan dan Pengabaian: Menyalahgunakan kepercayaan,
menyembunyikan informasi, merasa selalu benar, tidak mendengarkan, tidak
menghormati, tidak menanggapi dan sebagainya.
II.4 Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan
fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:
5
1. Stress yang berasal dari anak
Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi
fisik anak berbedadengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat
adalah anak mengalami cacat fisik.Anak mempunyai kelainan fisik
dan berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna.
Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental
sehingga anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit
berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya.
Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah
cenderung mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan
anak yang memiliki temperamen keras. Halini disebabkan karena anak
yang memiliki temperamen keras cenderung akan melawan bila
dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah.
Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak
sewajarnya dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku
dan bertingkah aneh di dalamkeluarga dan lingkungan sekitarnya.
Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar
disebabkanorangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah
hati dari hasil perkawinansendiri, sehingga secara naluriah tidak ada
hubungan emosional yang kuat antara anak angkat dan orang tua.
2. Stress keluarga.
Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor
terkuat yangmenyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab
kedua faktor ini berhubungan kuatdengan kelangsungan hidup.
Sehingga apapun akan dilakukan oleh orangtua terutamademi
mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus mengorbankan
keluarga.
Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini
juga berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak,
6
sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam
membentuk kepribadian dan tingkah laku anak.
Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak
akan kehilangankasih sayang dari kedua orangtua.
Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan
munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh orangtua,misalnya kekurangan fisik,
lemah mental, dsb.
3. Stress berasal dari orangtua
Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan
kekerasan, sebab anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu
mengecewakan orang lain.
Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami
perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama
terhadap orang lain atau anaknyasebagai bentuk pelampiasan atas
kejadian yang pernah dialaminya.
Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis
akan membuatorangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak
mampu memenuhi memenuhikebutuhan anak, orangtua cenderung
menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannyadengan melakukan
tindakan kekerasan
II.5 Gejala Kekerasan Pada Anak
Biasanya anak-anak korban kekerasan orang tuanya maupun orang lain akan
sangat mudah diketahui, hal ini dikarenakan biasanya anak korban kekerasan
akan menampakkan geajala berupa:
Menarik diri
Pemalu
Menangis jika didekati
Takut keluar rumah dan bertemu orang lain
7
Memiliki masalah gangguan belajar dan sulit berkonsentrasi.
Sering bolos sekolah dan penurunan prestasi, kehilangan semangat
sekolah
Kehilangan kepercayaan diri
A. Pengkajian
8
1. Identifikasi orang tua yang memiliki anak yang ditempatkan di rumah orang
2. Identifikasi adanya riwayat abuse pada orang tua di masa lalu, depresi, atau
masalah psikiatrik.
perhatian)
5. Monitor reaksi orang tua observasi adanya rasa jijik, takut atau kecewa
6. Kaji pengetahuan orang tua tentang kebutuhan dasar anak dan perawatan
anak.
9. Situasi Keluarga.
10. Psikososial
9
11. Muskuloskeletal
a. Fraktur Dislokasi
b. Keseleo (sprain)
b. Per vagina
c. Pada vagina/penis
13. Integumen
a. Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
d. Bengkak.
Pemeriksaan Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada
anak, yaitu untuk identifiaksi fokus dari jejas, dokumentasi,
10
a. CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik,
b. MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang subakut
penganiayaan seksual.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekerasan
2. Isolasi sosial
C. Intervensi Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
Tujuan.
orang lain.
Kriteria hasil:
dimiliki.
11
Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
yang dimiliki.
Intervensi :
terapeutik.
dalam hidupnya.
positif klien.
sakit.
12
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.
7) Berikan pujian.
8) Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah
sakit.
11) Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
12) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
2. Isolasi social
13
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
o Psikoterapeutik
Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas dan
teratur.
14
Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraannya dengan
perawat.
mengungkapkan perasaanya
yang terdekat/dipercaya.
terapi.
o Pendidikan kesehatan
15
a. Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan selain dengan
dilingkungan masyarakat.
melaksanakannya sendiri.
o Lingkungan Terapeutik
b. Cegah agar klien tidak berada didalam ruangan yang sendiri dalam
16
c. Beri rangsangan sensori seperti : suara musik, gambar hiasan di
ruangan.
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
17
Rasional : Memberikan kejelasan dan memotivasi keluarga untuk
meningkatkan peran sertanya dalam pengasuhan dan proses tumbuh
kembang anaknya.
Tujuan.
Kriteria hasil:
konstruktif.
Intervensi :
18
1) Bina hubungan saling percaya. Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu
aman dan tenang, observasi respon verbal dan non verbal, bersikap
empati.
Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien
penyelesaian persoalan.
19
7) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
8) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
masalahnya selesai.
masalahnya.
10) Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.
dilakukan.
12) Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
20
Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol / kasur atau olahraga
klien.
15) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
perilaku kekerasan.
tersebut.
19) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel
/ marah.
21
20) Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa
klien.
22
BAB III
PENUTUP
23
DAFTAR PUSTAKA
Arisandy, Takesi, dkk, 2009, Asuhan Keperawatan Anak Dengan Child Abuse,
Departemen Kesehatan . Ipoltekkes depkes palangka raya jurusan
keperawatan
24