Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Otitis Media
Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah.
Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran
tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, mengakibatkan
tersumbatnya saluran. (Mansjoer, 2001, 76).
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan
karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001).
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid (Ahmad Mufti, 2005).
II.1.2 Pemeriksaan Diagnostik
1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
2. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani
3. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis
(Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).

II.1.3 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
a) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
 Sakit telinga/nyeri
 Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
 Tinitus
 Perasaan penuh pada telinga
 Suara bergema dari suara sendiri
 Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
 Vertigo, pusing, gatal pada telinga
 Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
 Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
 Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40C), demam
 Reflek kejut
 Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
 Tipe warna 2 jumlah cairan
 Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
 Alergi
 Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram
2. Riwayat kesehatan sekarang
Adakah baru-baru ini infeksi pernafasan atas ataukah sebelumnya klien
mengalami ISPA, ada nyeri daerah telinga, perasaan penuh atau tertekan di dalam
telinga, perubahan pendengaran.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau
riwayat penyakit lain baik bersifat genetic maupun tidak.
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
1. Otoskopi
 Perhatikan adanya lesi pada telinga luar
 Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus dan
ruptur pada membran tympani
 Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani
2. Tes bisik
Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan tes
bisik, pada klien dengan OMA dapat terjadi penurunan pendengaran pada sisi
telinga yang sakit
3. Tes garpu tala
 Tes Rinne : pada uji rinne didapatkan hasil negatif
 Tes Weber : pada tes weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang
sakit. Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada
stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas,
dengan pemberian antibiotik dekongestan lokal atau sistemik, dan
antipiretik.
B. Rencana Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut b.d agen 1605. kontrol nyeri 1400. Manajemen nyeri
penyebab cidera fisik. Kriteria hasil:  Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
 Mengenali kapan terjadi nyeri, ditingkatkan mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan
ke-5 penerimaan pasien terhadap nyeri
 Menggunakan tingkat pencegahan,  Gali bersama pasien faktor-faktor yang tpat
ditingkatkan ke-5 menurunkan atau memperberat nyeri
 Menggunakan pengurangan nyeri tanpa  Pilih dan implementasikan tindakan yang
analgesik, ditingkatkan ke-4 beragam (misalnya, farmakologi, non
 Menggunakan analgesik yang farmakologi, interpersonal) untuk memfasilitasi
direkomendasikan, ditingkatkan ke-4 penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan
2102. tingkat nyeri  Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
 Nyeri yang dilaporkan, ditingkatkan ke-5 1210. pemberian analgesik
 Ekspresi nyeri wajah, ditingkatkan ke-5  Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis,
 Tidak bisa beristirahat, ditingkatkan ke-5 frekuensi, obat analgesik yang diresepkan
 Panjang episode nyeri.  Cek adanya riwayat alergi obat
 Ekspresi nyeri wajah. Evaluasi kemampuan pasien untuk berperan serta dalam
 Berkeringat. pemilihan analgetik, rute dan dosis, dan keterlibatan
pasien sesuai kebutuhan
2 Gangguan persepsi 1915.Kontrol Resiko :Gangguan Pendengaran  1640. Perawatan Telinga
sensori (pendengaran)  Mengenali faktor resiko individu terkait  Monitor tanda dan gejala disfungsi yang dilaporkan
b.d perubahan resepsi, kerusakan pendengaran ditingkatkan ke -5 klien (misalnya nyeri, lunak gatal, perubahan
transmisi dan integritas  Mencegah cedera telinga ditingkatkan ke -5 pendengaran, tinnitus dan vertigo)
sensori  Mencari bantuan dalam membersikhan  Ajarkan klien untuk merawat alat pendengaran
seruman yang berlebihan ditingkatkan ke -5 secara tepat
 Merawat infeksi pada telinga ditingkatkan ke  Berikan obat tetes telinga jika diperlukan
-5
3 Ansietas b.d ancaman 1121. Tingkat kecemasan 5820. Pengurangan kecemasan
terhadap konsep diri Kriteria hasil:  Gunakan pendekatan yang tenang dan
 Tidak dapat bersitirahat, ditingatkan ke-5 meyakinkan
 Rasa cemas yang disampaikan secara lisan,  Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan
ditingatkan ke-5 ketakutan.
 Perasaan gelisah, ditingatkan ke-4  Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
1402. Kontrol kecemasan diri perawatan dan prognosis
Kriteria hasil:  Berikan objek yang menunjukan rasa aman
a. Mengurangi penyebab nyeri, ditingatkan  Dorong keluarga untuk mendampingi klien
ke-5
 Memantau intensitas nyeri, ditingatkan 6040.Terapi relaksasi
ke-4  Ciptakan ciptakan lingkungan yang nyaman dan
 Menggunakan strategi koping yang efektif, tanpa distraksi dengan lampu redup, dan suhu
ditingatkan ke-5 lingkngan yang nyaman jika memungkinkan
 Dorong klien mengambil posisi yang nyaman
dengan pakaian yang longgar dan mata tertutup
 Minta pasien untuk relaks dan rasakan sensasi
yang terjadi
 Dorong klien mempraktekkan teknik relaksasi
jika memungkinkan
II.2 Pengertian Vertigo

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita atau berputar atau seolah-olah


benda disekitar penderita ikut bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya
beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita
kadang merasa lebih baik jika berdiri diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut
meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008).
II.2.1 Pemeriksaan Penunjang

1. Tes Romberg yang dipertajam


Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian
ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang
dipertajam selama 30 detik atau lebih
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari
satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai
fertikal) kemudian kembali kesemula
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu
posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan
terjadi nistagmus.
II.2.2 Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes Kalori, yaitu dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga


penderita
2. Elektronistagmografi, yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya
nistagmus yang timbul
3. Posturografi, yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual,
vestibular dan somatosensorik.
II.2.3 Penatalaksanaan

1. Vertigo posisional Benigna (VPB)


 Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada
sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan
merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir
tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk
membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali
keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo
melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari
sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
 Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen
dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau
jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek
(nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping
obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien
bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan
membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti
biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler
lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena
dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu
tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere.
Tujuan dari terapi medik yang diberi adalah:
 Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat
dilakukan upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti
vertigo. Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa
dan akan mereda dapat lebih membuat penderita tenang atau toleransi
terhadap serangan berikutnya.
 Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi
lebih jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang
menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin
dan vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan yang baik.
 Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat
diredakan oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid
tidak dapat bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat
supresan vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan
mobilisasi. Misalnya Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini
latihan vertibuler dan latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri
tongkat agar rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan jatuh
dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena
terdapat ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang
diterima otak. Pada penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
 TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya
pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam
 RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan
sempurna terjadi lebih dari 24 jam.
II.2.4 Asuhan Keperwatan
A. Pengkajian
a) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien
vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit
tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik,
aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau
riwayat penyakit lain baik bersifat genetic maupun tidak.
b) Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Pemeriksaan Persistem
1. Sistem persepsi sensori, adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia
yaitu suatu ilusi bahwa benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
2. Sistem Persarafan, adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan
baik manual maupun dengan alat.
3. Sistem Pernafasan, adakah gangguan pernafasan.
4. Sistem Kardiovaskuler, adakah terjadi gangguan jantung.
5. Sistem Gastrointestinal, adakah Nausea dan muntah
6. Sistem integumen
7. Sistem Reproduksi
8. Sistem Perkemihan
c) Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, adakah kecemasan yang dia
lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien dan keluarga mengenai penyakit,
pengobatan dan prognosa.
2. Pola aktivitas dan latihan, adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap
terhadap munculnya vertigo, posisi yang dapat memicu vertigo.
3. Pola nutrisi metabolisme, adakah nausea dan muntah
4. Pola Kognitif dan persepsi, adakah disorientasi dan asilopsia
B. Rencana Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
1 Resiko jatuh b.d pusing 2008. status kenyamanan 6480. Manajemen lingkungan: keselamatan:
ketika menggerakkan Kriteria hasil :  Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
kepala  Lingkungan fisik, ditingkatkan ke-5  Singkirkan benda-benda berbahaya dari lingkungan
 Perawatan sesuai dengan kebutuhan,  Lindungi pasien dengan pegangan pada sisi atau
ditingkatkan ke-5 bantal di sisi ruangan yang sesuai
 awasi dan gunakan lingkungan fisik untuk
2009. status kenyamanan: lingkungan meningkatkan keamanan
Kriteria hasil: 6490. Pencegahan Jatuh
 Suplai dan peralatan yang dibutuhkan  Kaji penurunan kognitif dan fisik pasien yang
berada dalam jangkauan, ditingkatkan ke-5 mungkin dapat meningkatkan resiko jatuh
 Tidak ada yang berserakan dilantai,  Kaji tingkat gait, keseimbangan dan kelelahan
dtingkatkan ke-4 dengan ambulasi
 Perangkat keselamatan digunakan dengan  Instruksikan pasien agar memanggil asisten ketika
tepat, ditingkatkan ke-5 melakukan pergerakan
 Teaching: disease proles
 jelaskan pada pasien tanda dan gejala dari penyakit
yang diderita
 Anjurkan pasien untuk bedrest pada fase akut
 Jelaskan pada pasien tentang terapi rehabilitatif pada
pasien vertigo

2 Mual b.d stimulasi 1618. kontrol mual dan muntah . 1450.Manajemen Mual
visual yang tidak Kriteria hasil:  Dorong pasien untuk belajar strategi mengatasi
mengenakkan, meniere,  Mengenali pencetus stimulus, ditingkatkan mual sendiri
labirintitis ke-4  Dapatkan riwayat diet pasien seperti (makanan)
 Menghindari faktor-faktor penyebab bila yang disukai dan tidak disukai, serta prefensi
mungkin, ditingkatkan ke-5 (makanan) terkait budaya
 Menggunakan langkah-langkah  Kendalikan faktor lingkungan yang mungkin
pencegahan, ditingkakan ke-5 membangkitkan mual (misalnya, bau yang tidak
1008. status nutrisi: asupan makanan dan menyenangkan)
cairan  Ajari penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya,
Kriteria hasil: hipnosis, relaksasi, terapi musik, imajinasi
 Asupan nutrisi parenteral, ditingkatkan ke- terbimbing) untuk mengatasi mual.
5 1160. monitoring nutrisi
 Asupan cairan intravena, ditingkatkan ke-4  Monitor tipe kehilangan berat badan dan
pertumbuhan
 Monitor kelembaban,turgor kulit dan
depigmentasi.
 Monitor tingkat energi ,malaise ,fatigue dan
kelemahan pasien.
 Monitor asupan kalori dan nutrisi.
- Kolaborasi;
- kelola pemberian anticmetic sebelum makan atau
sesuai jadwal
- 4120. Manajemen cairan
 Awasi secara akurat intake dan output
 Monitor vital sign
 Monitor status nutrisi pasien
 Monitor status hydrasi misal kelembaban
membranmukosa, tekanan nadi dan orthostatic BP
Kelola pemberian terapi IV
3 Ansietas b.d ancaman 0303. Defisit perawatan diri: makan 1803. Bantuan perawatan diri: pemeberian makan
terhadap konsep diri  Memasukkan makanan kemulut dengan  Monitor kemampuan pasien untuk menelan
peralatan makan, ditingkatkan ke-5  Indetifikasi diet yang disarankan
 Mengunyah makanan, ditingkatkan ke-5  Berikan bantuan fisik sesuai kebutuhan
 Menelan makanan, ditingkatkan ke-5
0301. Defisit perawatan diri: mandi 1801. bantuan perawatan diri; mandi/kebersihan
 Masuk dan keluar kamar mandi,  Tempatkan alat-alat mandi ditempat yang mudah
ditingkatkan ke-5 dikenali dan mudah dijangkau klien
 Mengambil alat dan bahan mandi,  Tentukan jumlah dan tipe terkait dengan bantuan
ditingkatkan ke-5 yang diperlukan
 Mandi dengan bersiram, ditingkatkan ke-5  Fasilitasi pasien untuk mandi sendiri dengan
tepat.Dorong klien mempraktekkan teknik
relaksasi jika memungkinkan
II.2.5 Analisa Jurnal

Judul Jurnal: Pemberian Canalit Reposition Treatment (CRT) terhadap


Penurunan Gangguan Keseimbangan pada Asuhan Keperawatan Ny. S
dengan Vertigo di Instalasi Gawat Darurat RSUD Karangayar tahun 2014

Definisi menurut Eplay (1979) dalam Joesoef 2006 Canalit Reposition


Treatment (CRT) ialah pemeriksaan untuk mencari adanya vertigo atau
nistagmus posisional paroksimal oleh karena itu untuk menjangkitkannya
diperlukan rangsangan perubahan posisi secara cepat.

1. Teknik Canalit Reposition Treatment (CRT)


Teknik Canalit Reposition Treatment (CRT) adalah caranya L vibrator
diletakkkan pada daerah mastoid telinga yang diduga ada kelainan. Pasien
berbaring terlentang dengan kepala agak hiperekstensi, lalu kepala
diputar kearah telinga tersebut sampai muka menghadap ke lantai dengan
sudut 45°, pertahankan posisi tersebut selam 15 menit atau sampai
nistagmus menghilang. Kemudian kepala dan badan diputar ke arah
berlawanan sampai muka menghadap kelantai dengan sudut 45°,
pertahankan selama 15 detik. Selanjutnya pasien duduk dengan kepala
menunduk selama 15-30 detik, sementara itu vibrasi dilakukan terus pada
mastoid. Pemeriksaan keseimbangan seperti berdiri tegak, berjalan di
atas tumit dan berjalan secara tandem. Dengan duduk di kursi dan
angkat kedua lengan serta kedua kaki dengan mata tertutup. Pemeriksaan
pendengaran meminimalkan diperiksa dengan garputala untuk
membedakan tuli konduksi ataukah persepsi, test fistula (Joesoef, 2006).
Pengaruh Canalit Reposition Treatment (CRT) terhadap gangguan
keseimbang Pada pasien vertigo sebelum dilakukan senam vertigo
mempunyai keseimbangan tubuh sedang sampai mempunyai keseimbangan
tubuh kurang. Pada keseimbangan tubuh pada pasien vertigo sesudah
dilakukan senam vertigo dapat memperbaiki fungsi alat keseimbangan tubuh
baik perifer.
Analisa hasil pemberian Canalit Reposition Treatment (CRT) terhadap
gangguan keseimbangan sebelum dilakukan senam Canalit Reposition
Treatment (CRT) pasien tampak pusing masih berputar, dilihat dari ekspresi
wajah pasien tampak memejamkan matanya untuk mengurangi pusing atau
untuk menyetabilkan keseimbangan pasien. Sesudah dilakukan Canalit
Reposition Treatment (CRT) pasien tampak lebih nyaman, ekspresi wajah
rileks dan dapat melihat sekelilingnya dengan mata kosong. Jadi setelah
diberikan tindakan senam vertigo mengalami perbaikan keseimbangan tubuh
atau dengan masalah teratasi sebagian.

Anda mungkin juga menyukai