Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum KMB II
Disusun oleh:
1711313018
Dosen Pengampu :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
PERAWATAN KOLOSTOMI
A. Kolostomi
Kolostomi merupakan sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli
bedah pada dinding abdomen kolon untuk mengeluarkan fases yang dimana lubang
ini bisa sementara maupun permanen.
Kolostomi di lakukan ketika usus besar, rectum & anus tidak mampu
berfungsi secera normal atau membutuhkan istirahat dari fungsi normalnya.
Kolostomi dibuat dengan membuka didinding abdomen (stoma) untuk pengeluaran
feses dari usus besar (colon). Colostomi biasanya di buat setelah kolon yang
mengalami obstruksi direseksi. Bagian akhir proksimal pada kolon yang sehat di
keluarkan dari kulit dinding abdomen, kemudian di tempatkan kantong kolostomi
untuk menampung feses.
Kolostomi bisa bersifat sementara atau menetap. Kolostomi sementara
dibuat, misalnya pada penderita gawat perut dengan peritonitis yang telah
dilakukan reseksi sebagian kolon. Pada keadaan demikian, membebani anastomosis
baru dengan pasase fases merupakan tindakan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, untuk pengamanan anastomosis, aliran
fases dialihkan sementara melalui kolostomi dua stoma yang biasanya disebut
stoma laras ganda. Dengan cara Hartmartn, pembuatan anastomosis ditunda sampai
radang di perut telah reda.
Usus besar atau kolon adalah bagian usus yang terletak di antara usus buntu
dan rectum. Fungsi utama organ ini adalah untuk menyerap air dari fases (tinja).
Setelah bergerak melalui usus halus, makanan kemudian didorong melewati
sfingter (katup ileosekal) agar memasuki usus besar. Di dalam usus besar sebagian
besar air diserap dari bahan limbah. Pada saat fases/tinja mencapai ujung usus
besar, bentuknya sudah menjadi lebih padat (Ida Mardalena, 2017:22).
Di dalam usus besar terdapat banyak bakteri. Tugas bakteri-bakteri ini adalah
untuk mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di
dalam usus besar juga berfungsi memproduksi zat-zat penting, seperti vitamin K
sehingga penting untuk fungsi normal usus. Beberapa penyakit serta zat antibiotic
bisa memyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan diproduksinya lender dan air secara besar-
besaran, dan terjadilah diare (Ida Mardalena, 2017:23).
C. Jenis Kolostomi
Menurut Mellville dan Baker, 2010; jenis kolostomi adalah sebagai berikut:
b. End Stoma
End stoma merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan memotong usus
dan mengeluarkan ujung usus proksimal ke permukaan abdomen sebagai
stoma tunggal. Usus bagian distal akan diangkat atau dijahit dan
ditinggalkan dalam rongga abdomen.
c. Fistula Mukus
d. Tube Caecostomies
Stoma pada Tube Caecostomies bukan merupakan stoma dari kolon, karena
kolon tidak dikeluarkan hingga ke permukaan abdomen. Tipe kolostomi ini
menggunakan kateter foley yang masuk ke dalam sekum hingga ujung
apendiks pasca operasi apendiktomi melalui dinding abdomen. Kateter ini
membutuhkan irigasi secara teratur untuk mencegah sumbatan.
D. Komplikasi Kolostomi
Dalam jurnal Asuhan Keperawatan Kolostomi, Maggasari, FIK UI, 2013 maslah
yang timbul adalah sebagai berikut:
a. Iritasi
Biasanya terjadi pada kulit disekitar stoma pada area kulit
peristomal. Hal ini banyak terjadi pada lansia, oleh karena lapisan epitel
dan lemak subkutan yang semakin tipis karena proses penuaan sehingga
kulit menjadi semakin mudah mengalami iritasi (Smeltzer dan Bare,
2002).
b. Infeksi candida albicans
Individu yang memiliki stoma memiliki resiko terkena infeksi
Candida albicans yang biasa dikenal sebagai infeksi ragi atau jamur.
Hal ini dikarenakan kulit peristomal memiliki karakteristik hangat,
lembap dan tertutup (oleh kantong kolostomi) dimana lingkungan ini
kondusif terhadap pertumbuhan jamur. Kulit yang terkena infeksi ini
akan berubah menjadi kemerahan dan terasa gatal (Eucomed, 2012).
c. Pengeluaran gas dan bau dari stoma
Pengeluaran gas dan bau pada stoma menjadi masalah pada
ostomate karena berbeda dengan pengeluaran melalui anus,
pengeluarannya melalui stoma tidak dapat dikontrol. Gas yang terdapat
pada saluran pencernaan didapatkan dari beberapa jenis makanan seperti
makanan berpengawet, brokoli, kubis, jagung, timun, bawang, dan
lobak. Gas juga didapatkan dari menelan udara (secara tak sengaja) pada
saat berbicara, makan, merokok dan sebagainya (Eucomed, 2012). Oleh
karena itu ostomate dianjurkan untuk mengunyah makanan secara
perlahan untuk meminimalkan udara yang masuk. Bau pada gas atau
feses yang dikeluarkan juga dapat diakibatkan oleh beberapa makanan
seperti telur, keju, ikan, bawang, dan kubis (Canada Care Medical, n.d).
d. Konstipasi
Konstipasi dapat terjadi pada ostomate akibat diet yang tidak
seimbang, serta intake makanan berserat ataupun cairan yang kurang
(Gutman, 2011). Apabila ostomate mengalami konstipasi maka perlu
peningkatan asupan makanan berserat seperti gandum, sayur dan buat,
serta asupan cairan. Hampton (2007) merekomendasikan minimal
konsumsi 8-10 gelas air per hari, atau 1,5 hingga 2 liter air per hari
(dapat termasuk teh, kopi ataupun jus). Melakukan aktivitas fisik ringan
seperti bersepeda, jogging juga dapat membantu meningkatkan
pergerakan bowel dan mengatasi konstipasi.
e. Diare
Diare umumnya terjadi pada pasien dengan ileostomi namun dapat
terjadi juga pada klien dengan kolostomi. Individu dengan pembuatan
stoma di kolon asenden dan transversal akan mengalami perubahan
konsistensi feses seperti diare, namun hal ini normal karena penyerapan
air pada kolon asenden dan transversal masih minimal. Penatalaksanaan
diare, seperti halnya konstipasi, meliputi manajemen diet. Pada saat
diare terjadi, individu akan beresiko kehilangan banyak kalium,
sehingga butuh asupan makanan mengandung kalium seperti pisang,
jeruk, tomat, ubi, kentang, dan gandum (Canada Care Medical, n.d).
F. Perawatan Kolostomi
a. Definisi
Menjaga higienitas dengan mengosongkan kantung kolostomi dan
memberikan lokasi kolostomi secara teratur.
b. Tujuan
1. Mencegah kebocoran
2. Mencegah ekskoriasi kulit dan stoma.
3. Memantau stoma dan kulit di sekitarnya.
4. Mengajarkan pasien dan keluarganya mengenai cara perawatan
kolostomi.
c. Indikasi pemasangan kolostomi
Indikasi kolostomi yang permanen yaitu pada penyakit usus yang
ganas seperti carcinoma pada usus dan kondisi infeksi tertentu pada
colon:
1. Trauma kolon dan sigmoid.
2. Diversi pada anus malformas.
3. Diversi pada penyakit Hirschsprung.
4. Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal.
d. Kontra indikasi pemasangan kolostomi
Keadaan umum tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan operasi.
e. Perangkat alat :
1. Sarung karet.
2. Sprei panjang.
3. Duk.
4. Sarung tangan bersih.
5. Kapas usap dan potongan-potongan kasa.
6. Waslap.
7. Air dalam baskom.
8. Sabun dalam wadah.
9. Kantung kolostomi dengan klem.
10. Panduan ukuran stoma.
11. Salep zinc oksida.
12. Pelapis kulit.
13. Pispot dengan penutup.
f. Prosedur
No. Tindakan Keperawatan Rasional
1. Jelaskan prosedurnya pada pasien dan Membantu mrndapatkan
jelaskan bagaimana ia dapat bekerjasama. kerjasama dari pasien.
2. Ambil semua peralatan yang diperlukan dan Pengaturan yang baik
letakan di dekat anda. memudahkan melakukan
kerja.
3. Cuci tangan dan pakai sarung tangan Mencegah penyebaran
micro-organisme.
4. Berikan privasi dan bantu pasien berada pada Posisi yang baik
posisi yang nyaman (Fowler, semifowler, memungkinkan pasien
berdiri atau duduk di kamar mandi). untuk melihat bagaimana
prosedur dilakukan sbagai
persiapan belajar.
5. Kosongkan kantung yang sudah terisi Mengosongkan kantung
sebagian ke dalam pispot bila kantung sebelum melepas kantung
tersebut mempunyai saluran pembuangan. akan mencegah tumpahnya
fases. Kantung yang penuh
dapat lepas dan bocor.
6. Lepas kantung secara perlahan mulai dari Pelepasan secara perlahan
bagian atas sambal mengencangkan melindungi kulit di
kulitperut. Jika ada tahanan, gunakan air bawahnya dari cedera dan
hangat atau zat anti perekat untuk meminimalisasi rasa tidak
memudahkan pelepasan. nyaman pada pasien.
7. Gunakan kertas tissue untuk mengangkat sisa Kasa menyerap secret
fases dari stoma. Tutup stoma dengan kasa. apapun yang keluar dari
stoma sambal
membersihkan kulit.
8. Bersihkan dan keringkan kulit di sekitar
stoma secara perlahan. Sabun dan zat
pembersih ringan dapat digunakan sesuai
peraturan institusi.
9. Periksa tampilan kulit di sekitar stoma dan Perubahan pada tampilan
stoma itu sendiri. Stoma berwarna pink normal dapat merupakan
kemerahan dan agak basah dianggap normal. indikasi adanya anemia,
gangguan sirkulasi, dan
harus dilaporkan pada
dokter.
10. Oleskan pelindung kulit jenis pasta (Zinc Membuat permukaan
oksida) jika diperlukan dan biarkan pasta menjadi mulus untuk
mongering selama 1-2 menit. penempelanpelapis kulit
dan kantung.
11. Tempelkan pelindung kulit dan kantung
secara bersamaan.
a. Pilih ukuran lubang stoma dengan
memakai panduan ukuran stoma.
b. Samakan dengan ukuran lingkaran
pada bagian belakang tengah pelapis
kulit.
c. Gunakan gunting untuk memotong
lubang 6 mm atau 3 mm lebih besar
dari stoma.
d. Lepaskan bagian belakang pelapis
kulit untuk memaparkan bagian yang
lengket.
e. Angkat kasa yang menutupi stoma.
f. Rekatkan pelapis kulit dan kantung Menempelkan pelapis kulit
pada stoma dan tekan ke kulit secara dan kantung secara
perlahan sambal merekatkan kerutan. bersamaan pada stoma
Tahan kantung pada tempatnya memudahkan pemasangan
selama 5 menit. bagian pasien. Penempelan
kantung yang baik akan
mencegah keluarnya bau
sedap dan fases dari dalam
kantung.
Mardalena. Ida. 2017. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Jacob, Annamma. R, Rekha, dkk. 2014. Buku Ajar Clinical Nursing Procedures
Jilid Satu. Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher
Sjamsuhidajat, R. Jong, WD.2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Manggarsari, 2013. Asuhan Keperawatan Kolostomi Pada Ny. R Dengan Kanker
Kolorektal Di Lantai 5 Bedah Rspad Gatot Soebroto. FIK UI