Anda di halaman 1dari 33

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA OTITIS DAN VERTIGO


KELOMPOK 8

• PUTRI DWI RUSMAYANTI ( 1711311006 )


• PUTRI MULYANI ( 1711311034 )
• AINUL FITRI ( 1711312008 )
• SILVIRA YUSRI (1711313004 )
1 PENGERTIAN OTITIS MEDIA

• Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah. Saat
bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran
tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, mengakibatkan
tersumbatnya saluran. (Mansjoer, 2001, 76).
• Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan
karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001).
• Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid (Ahmad Mufti, 2005).
1.2 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar


2. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani
3. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi
jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• 1. Pemeriksaan mikroskop,Dapat dibedakan jenis OMSK berdasarkan perforasi
pada membran timpani, yang terdiri dari perforasi sentral, atik dan marginal. Pada
tipe benigna/tubotimpani, perforasi selalu sentral bisa ditemukan pada anterior,
posterior atau inferior dari manubrium malleus.
• 2. Pemeriksaan audiometri,Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya
didapati jenis tuli konduktif, tetapi dapat pula dijumpai adanya jenis tuli
sensorineural ataupun campuran.
• 3. Pemeriksaan radiologi,Pemeriksaan radiologi dapat memberikan informasi
tambahan untuk melengkapi pemeriksaan klinis. CT-scan dan MRI dari tulang
temporal dapat menggambarkan luasnya penyakit dan dapat mengidentifikasi
kolesteatoma pada pasien yang asimtomatik
1.3 ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
• Sakit telinga/nyeri
• Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
• Tinitus
• Perasaan penuh pada telinga
• Suara bergema dari suara sendiri
• Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
• Vertigo, pusing, gatal pada telinga
• Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
• Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
• Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40C), demam
• Reflek kejut
• Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
• Tipe warna 2 jumlah cairan
• Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
• Alergi
• Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram
2. Riwayat kesehatan sekarang
• Adakah baru-baru ini infeksi pernafasan atas ataukah sebelumnya klien
mengalami ISPA, ada nyeri daerah telinga, perasaan penuh atau tertekan di
dalam telinga, perubahan pendengaran.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
• Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi
4. Riwayat kesehatan keluarga
• Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau
riwayat penyakit lain baik bersifat genetic maupun tidak.
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Fisik
1. Otoskopi
• Perhatikan adanya lesi pada telinga luar
• Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus dan ruptur
pada membran tympani
• Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani
2. Tes bisik
• Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan tes bisik,
pada klien dengan OMA dapat terjadi penurunan pendengaran pada sisi telinga
yang sakit
3. Tes garpu tala
• Tes Rinne : pada uji rinne didapatkan hasil negatif
• Tes Weber : pada tes weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit.
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan pemberian
antibiotik dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
INTERVENSI KEPERAWATAN OTITIS MEDIA
No. Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut b.d agen penyebab 1605. kontrol nyeri 1400. Manajemen nyeri
cidera fisik. Kriteria hasil:  Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
Mengenali kapan terjadi nyeri, ditingkatkan ke-5 nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
Menggunakan tingkat pencegahan, ditingkatkan ke-5  Gali bersama pasien faktor-faktor yang tpat menurunkan atau
Menggunakan pengurangan nyeri tanpa analgesik, ditingkatkan memperberat nyeri
ke-4  Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya,
Menggunakan analgesik yang direkomendasikan, ditingkatkan ke- farmakologi, non farmakologi, interpersonal) untuk memfasilitasi
4 penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan
2102. tingkat nyeri  Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
 Nyeri yang dilaporkan, ditingkatkan ke-5 1210. pemberian analgesik
 Ekspresi nyeri wajah, ditingkatkan ke-5  Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, frekuensi, obat
 Tidak bisa beristirahat, ditingkatkan ke-5 analgesik yang diresepkan
 Panjang episode nyeri.  Cek adanya riwayat alergi obat
 Ekspresi nyeri wajah. Evaluasi kemampuan pasien untuk berperan serta dalam pemilihan
 Berkeringat. analgetik, rute dan dosis, dan keterlibatan pasien sesuai kebutuhan
2 Gangguan persepsi sensori 1915.Kontrol Resiko :Gangguan Pendengaran  1640. Perawatan Telinga
(pendengaran) b.d perubahan  Mengenali faktor resiko individu terkait kerusakan  Monitor tanda dan gejala disfungsi yang dilaporkan klien (misalnya
resepsi, transmisi dan integritas pendengaran ditingkatkan ke -5 nyeri, lunak gatal, perubahan pendengaran, tinnitus dan vertigo)
sensori  Mencegah cedera telinga ditingkatkan ke -5  Ajarkan klien untuk merawat alat pendengaran secara tepat
 Mencari bantuan dalam membersikhan seruman yang  Berikan obat tetes telinga jika diperlukan
berlebihan ditingkatkan ke -5
 Merawat infeksi pada telinga ditingkatkan ke -5
3 Ansietas b.d ancaman 1121. Tingkat kecemasan 5820. Pengurangan kecemasan
terhadap konsep diri Kriteria hasil:  Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Tidak dapat bersitirahat, ditingatkan ke-5  Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan ketakutan.
 Rasa cemas yang disampaikan secara lisan,  Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan
ditingatkan ke-5 dan prognosis
 Perasaan gelisah, ditingatkan ke-4  Berikan objek yang menunjukan rasa aman
1402. Kontrol kecemasan diri  Dorong keluarga untuk mendampingi klien
Kriteria hasil:
a. Mengurangi penyebab nyeri, ditingatkan ke-5 6040.Terapi relaksasi
 Memantau intensitas nyeri, ditingatkan ke-4  Ciptakan ciptakan lingkungan yang nyaman dan tanpa
 Menggunakan strategi koping yang efektif, distraksi dengan lampu redup, dan suhu lingkngan yang
ditingatkan ke-5 nyaman jika memungkinkan
 Dorong klien mengambil posisi yang nyaman dengan
pakaian yang longgar dan mata tertutup
 Minta pasien untuk relaks dan rasakan sensasi yang
terjadi
 Dorong klien mempraktekkan teknik relaksasi jika
memungkinkan
ANALISA JURNAL
• Judul Jurnal :Perbandingan Uji In Vitro Efektifitas Ekstr ak Allium Sativumdengan Ofloxacin Terhadap Bakteri Penyebab Otitis
Media Supuratif Kronis (2018)
• Terdapat dua mekanisme perforasi kronis yang dapat menyebabkan infeksi telinga tengah yang berlanjut atau berulang: (1)
Bakteri dapat mengkontaminasi telinga tengah secara langsung dari telinga luar karena efek proteksi sawar fisik membran timpani
telah hilang, (2) Membran timpani yang utuh secara normal menghasilkan bantalan gas, yang menolong untuk mencegah refluks
sekresi nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius
• Pengobatan OMSK pada umumnya menggunakan tetes telinga antibiotik karena lebih efektif dibandingkan dengan antibiotik
sistemik. Organisme yang dapat ditemukan pada OMSK dapat berupa kuman aerob, anerob maupun kombinasi keduanya
ataupun jamur. Namun banyak kasus OMSK yang dalam pengobatan tidak menggunakan antibiotik yang tepat sehingga
menyebabkan kegagalan terapi. Resistensi antibiotik yang disebabkan oleh bakteri menjadi masalah kesehatan yang serius.
• Bawang putih (Allium sativum) memiliki potensi sebagai pengganti antibiotik. Karena selain mudah untuk diaplikasikan sebagai
obat, bawang putih telah menjadi salah satu tanaman tertua yang dibudidayakan manusia sehingga bawang putih dapat
ditemukan di seluruh dunia. Manfaat bawang putih sangat banyak, dipercaya memiliki manfaat antispasme, ekspektoran,
antiseptik, bakteriostatik, antiviral, antihelmintik dan antihipertensi (Kurian, 2010; Kemper, 2005). Bawang putih dapat digunakan
dalam tiga bentuk, yaitu tepung bawang putih, minyak bawang putih dan ekstrak bawang putih (Milner, 2001).
• . Bawang putih menunjukkan sifat antibiotik yang luas terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif, termasuk terhadap strain
yang multi-resisten antibiotik.
II.2 PENGERTIAN VERTIGO

• Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita atau berputar atau seolah-olah


benda disekitar penderita ikut bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya
beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita
kadang merasa lebih baik jika berdiri diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut
meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008).
II.2.1 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Romberg yang dipertajam
• Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup.
Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
• Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.
Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu
meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat
3.Salah Tunjuk(post-pointing)
• Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)
kemudian kembali kesemula
4.Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
• Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu
posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan
terjadi nistagmus.
II.2.2 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Tes Kalori, yaitu dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga


penderita
2. Elektronistagmografi, yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya
nistagmus yang timbul
3. Posturografi, yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual,
vestibular dan somatosensorik.
II.2.3 PENATALAKSANAAN
1. Vertigo posisional Benigna (VPB)
• Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian
besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan
yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia
merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya.
Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang
kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali
sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
• Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul
eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa
pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari
vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak
berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi
kepala dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
• Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan
terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika
dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere
• Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan dari terapi
medik yang diberi adalah:
• Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan upaya : tirah
baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo. Pemberian penjelasan bahwa
serangan tidak membahayakan jiwa dan akan mereda dapat lebih membuat penderita
tenang atau toleransi terhadap serangan berikutnya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
• TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya pulih
sempurna dalam kurun waktu 24 jam
• RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan sempurna terjadi
lebih dari 24 jam.
2.4 Asuhan Keperwatan
Pengkajian
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
• Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
2. Riwayat kesehatan sekarang
• Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien
vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
• Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor otak. Riwayat
penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
• Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat penyakit
lain baik bersifat genetic maupun tidak.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
• Pemeriksaan Persistem
• Sistem persepsi sensori, adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa benda
yang diam tampak bergerak maju mundur.
• Sistem Persarafan, adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual maupun
dengan alat.
• Sistem Pernafasan, adakah gangguan pernafasan.
• Sistem Gastrointestinal, adakah Nausea dan muntah
• Sistem integumen
• Sistem Reproduksi
• Sistem Perkemihan
Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh
kurangnya pemahaman pasien dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan
prognosa.
2. Pola aktivitas dan latihan, adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi yang dapat memicu vertigo.
3. Pola nutrisi metabolisme, adakah nausea dan muntah
4. Pola Kognitif dan persepsi, adakah disorientasi dan asilopsia
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA VERTIGO
No. Diagnosa NOC NIC
1 Resiko jatuh b.d pusing 2008. status kenyamanan 6480. Manajemen lingkungan: keselamatan:
ketika menggerakkan Kriteria hasil :  Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
kepala  Lingkungan fisik, ditingkatkan ke-5  Singkirkan benda-benda berbahaya dari lingkungan
 Perawatan sesuai dengan kebutuhan, ditingkatkan  Lindungi pasien dengan pegangan pada sisi atau bantal
ke-5 di sisi ruangan yang sesuai
 awasi dan gunakan lingkungan fisik untuk meningkatkan
2009. status kenyamanan: lingkungan keamanan
Kriteria hasil: 6490. Pencegahan Jatuh
 Suplai dan peralatan yang dibutuhkan berada  Kaji penurunan kognitif dan fisik pasien yang mungkin
dalam jangkauan, ditingkatkan ke-5 dapat meningkatkan resiko jatuh
 Tidak ada yang berserakan dilantai, dtingkatkan  Kaji tingkat gait, keseimbangan dan kelelahan dengan
ke-4 ambulasi
 Perangkat keselamatan digunakan dengan tepat,  Instruksikan pasien agar memanggil asisten ketika
ditingkatkan ke-5 melakukan pergerakan
 Teaching: disease proles
 jelaskan pada pasien tanda dan gejala dari penyakit
yang diderita
 Anjurkan pasien untuk bedrest pada fase akut
 Jelaskan pada pasien tentang terapi rehabilitatif pada
pasien vertigo
2 Mual b.d stimulasi visual yang 1618. kontrol mual dan muntah . 1450.Manajemen Mual
tidak mengenakkan, meniere, Kriteria hasil:  Dorong pasien untuk belajar strategi mengatasi mual sendiri
labirintitis Mengenali pencetus stimulus, ditingkatkan ke-4  Dapatkan riwayat diet pasien seperti (makanan) yang disukai dan tidak
Menghindari faktor-faktor penyebab bila mungkin, ditingkatkan disukai, serta prefensi (makanan) terkait budaya
ke-5  Kendalikan faktor lingkungan yang mungkin membangkitkan mual
Menggunakan langkah-langkah pencegahan, ditingkakan ke-5 (misalnya, bau yang tidak menyenangkan)
1008. status nutrisi: asupan makanan dan cairan  Ajari penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya, hipnosis, relaksasi,
Kriteria hasil: terapi musik, imajinasi terbimbing) untuk mengatasi mual.
Asupan nutrisi parenteral, ditingkatkan ke-5 1160. monitoring nutrisi
Asupan cairan intravena, ditingkatkan ke-4  Monitor tipe kehilangan berat badan dan pertumbuhan
 Monitor kelembaban,turgor kulit dan depigmentasi.
 Monitor tingkat energi ,malaise ,fatigue dan kelemahan pasien.
 Monitor asupan kalori dan nutrisi.
- Kolaborasi;
- kelola pemberian anticmetic sebelum makan atau sesuai jadwal
- 4120. Manajemen cairan
 Awasi secara akurat intake dan output
 Monitor vital sign
 Monitor status nutrisi pasien
 Monitor status hydrasi misal kelembaban membranmukosa, tekanan nadi
dan orthostatic BP
Kelola pemberian terapi IV
3 Ansietas b.d ancaman 0303. Defisit perawatan diri: makan 1803. Bantuan perawatan diri: pemeberian makan
terhadap konsep diri  Memasukkan makanan kemulut dengan  Monitor kemampuan pasien untuk menelan
peralatan makan, ditingkatkan ke-5  Indetifikasi diet yang disarankan
 Mengunyah makanan, ditingkatkan ke-5  Berikan bantuan fisik sesuai kebutuhan
 Menelan makanan, ditingkatkan ke-5
0301. Defisit perawatan diri: mandi 1801. bantuan perawatan diri; mandi/kebersihan
 Masuk dan keluar kamar mandi, ditingkatkan  Tempatkan alat-alat mandi ditempat yang mudah
ke-5 dikenali dan mudah dijangkau klien
 Mengambil alat dan bahan mandi,  Tentukan jumlah dan tipe terkait dengan bantuan
ditingkatkan ke-5 yang diperlukan
 Mandi dengan bersiram, ditingkatkan ke-5  Fasilitasi pasien untuk mandi sendiri dengan
tepat.Dorong klien mempraktekkan teknik relaksasi
jika memungkinkan
II.2.5 ANALISA JURNAL

• Judul Jurnal: Pemberian Canalit Reposition Treatment (CRT)


terhadap Penurunan Gangguan Keseimbangan pada Asuhan
Keperawatan Ny. S dengan Vertigo di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Karangayar tahun 2014
• Definisi menurut Eplay (1979) dalam Joesoef 2006 Canalit
Reposition Treatment (CRT) ialah pemeriksaan untuk mencari
adanya vertigo atau nistagmus posisional paroksimal oleh karena
itu untuk menjangkitkannya diperlukan rangsangan perubahan
posisi secara cepat
•Teknik Canalit Reposition Treatment (CRT)
Teknik Canalit Reposition Treatment (CRT) adalah caranya L
vibrator diletakkkan pada daerah mastoid telinga yang diduga ada
kelainan.
• Analisa hasil pemberian Canalit Reposition Treatment (CRT)
terhadap gangguan keseimbangan sebelum dilakukan senam
Canalit Reposition Treatment (CRT) pasien tampak pusing masih
berputar, dilihat dari ekspresi wajah pasien tampak
memejamkan matanya untuk mengurangi pusing atau untuk
menyetabilkan keseimbangan pasien. Sesudah dilakukan
Canalit Reposition Treatment (CRT) pasien tampak lebih nyaman,
ekspresi wajah rileks dan dapat melihat sekelilingnya dengan
mata kosong. Jadi setelah diberikan tindakan senam vertigo
mengalami perbaikan keseimbangan tubuh atau dengan
masalah teratasi sebagian.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai