3.1 Defenisi
Otitis mediaakut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau
seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999). Otitis
media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga tengah
dengan tanda dan gejala infeksi.
Yang paling sering terlihat ialah :
a. Otitis media viral akut
b. Otitis media bakterial akut
c. Otitis media nekrotik akut
3.2 Etiologi
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik
ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi
bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh
infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (eg : sinusitis,
hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika). Bakteri yang
umum ditemukan adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus,
staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia
coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas
aerugenosa.
3.3 Patofisiologi
Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai
telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan
infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal
komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba
eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh
hiperplasi limfoid pada submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya
cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah
menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari
nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri
akan menentukan progresivitas penyakit.
3.4 Manifestasi Klinis
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa
sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya
unilateral pada orang dewasa.
a. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan
tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic
( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan
insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami
perforasi.
b. Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
c. Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
d. Demam
e. Anoreksia
f. Limfadenopati servikal anterior
3.5 Pemeriksaan Diagnostik
a. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
b. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane
timpani
c. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis
(Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
3.6 Penatalaksanaan Medis
Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi (
e.g : dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi ), virulensi
bakteri, dan status fisik klien.
Antibiotik dapat digunakan untuk otitis media akut. Pilihan pertama
adalah Amoksisilin; pilihan kedua – digunakan bila diperkirakan
organismenya resisten terhadap amoksisilin – adalah amoksisilin dengan
klavulanat (Augmentin ; sefalosporin generasi kedua), atau trimetoprin
sulfametoksazol. Pada klien yang alergi penisilin, dapat diberikan
eritronmisin dan sulfonamide atau trimetoprim – sulfa.
3.7 Komplikasi
a. Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi
menjadi sangat umum.
b. Umumnya penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan
mengeringkannya selama beberapa minggu hingga cairan tidak lagi
keluar.
c. Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar
telinga tengah, termasuk otak. Namun komplikasi ini umumnya jarang
terjadi.
d. Salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA
yangtidak diobati.
e. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran permanen.
f. Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi
pendengaran anak serta menyebabkan masalah dalam kemampuan
bicara dan bahasa.
g. Otitis media dengan efusi didiagnosis jika cairan bertahan dalam
telinga tengah selama 3 bulan atau lebih.
ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS MEDIA AKUT
1. Pengkajian
Anamnesa
Nama klien, No. Rek. Media, Usia (Otitis media sering dijumpai
pada anak – anak di bawah usia 15 tahun), Tinggi dan berat badan,
Tanggal dan waktu kedatangan, Orang yang dapat dihubungi.
Keluhan Utama : Menanakan alasan klien berobat ke rumah sakit
dan menanyakan apa saja keluhan yang ia rasakan.
Riwayat Kesehatan Dulu : menanyakan apakah klien pernah
mengalami otitis media sebelumnya.
Riwayat kesehatan keluarga : menanyakan apakah ada anggota
keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini sebelumnya
Riwayat penyakit sekarang : tanyakan pada klien gejala-gejala apa
saja yang dirasakannya saat ini.
Pengkajian pola Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai
kesehatan dan penyakit. Apakah pasien langsung
mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit
tersebut mengganggu aktivitas pasien.
Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu
(misalnya antidepresan trisiklik, antihistamin,
fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO),
antikolinergik dan antispasmotik dan obat anti-
parkinson.
Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau
untuk mengetahui gaya hidup klien
b. Pola Nutrisi – Metabolik
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari
klien ( pagi, siang dan malam
Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada
mual muntah, pantangan atau alergi
-Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam
menelan
c. Pola Eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan
karakteristiknya
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan
defekasi
Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi,
adakah penggunaan alat bantu untuk miksi dan
defekasi.
d. Pola Aktivitas – Latihan
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan penglihatan. Klien akan mengalami kesulitan
atau keterbatasan dalam beraktivitas sehubungan
dengan luas lapang pandangnya yang berkurang dan
kekeruhan pada matanya akibat dari glaukoma yang
dideritanya.
Kekuatan Otot : Biasanya klien tidak ada masalah
dengan kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah
pendengarannya.
-Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat
beraktivitas.
e. Pemeriksaan Fisik
Tanda – tanda vital : ukur suhu, nadi, tekanan darah,
pernapasan
Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal
Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
Kaji kemungkinan tuli
Pemeriksaan fisik dilakukan dari hair to toe dan
berurutan berdasarkan system.
2. Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri akut b.d stimulus nyeri.
2. Gangguan persepsi panca indera: auditorius b.d. Gangguan
penghantaran bunyi pada organ pendengaran
3. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
2.9. intervensi.
luas bagian tubuh yang bantu pasien dan keluarga
terpengaruh untuk mencari dan
frekuensi nyeri berkurang menemukan dukungan
pernyataan nyeri tidak ada kontrol lingkungan yang
ekspresi nyeri pada wajah dapat mempengaruhi nyeri
tidak ada seperti suhu ruangan,
Peningkatan koping
Aktivitas:
Hargai pemahamnan
pasien tentang pemahaman
penyakit
Gunakan pendekatan
yang tenang dan berikan
jaminan
Sediakan informasi aktual
tentang diagnosa,
penanganan, dan prognosis
Sediakan pilihan yang
realisis tentang aspek
perawatan saat ini
Tentukan kemampuan
klien untuk mengambil
keputusan
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi strategi
positif untuk mengatasi
keterbatasan dan
mengelola gaya hidup atau
perubahan peran
b.
DAFTAR PUSTAKA