Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 PENGERTIAN
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk
perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Trauma telinga adalah kompleks, sebagai agen berbahaya yang berbeda
dapat mempengaruhi berbagai bagian telinga. Para agen penyebab trauma telinga
termasuk faktor mekanik dan termal,  cedera kimia, dan perubahan tekanan.
Tergantung pada  jenis trauma, baik eksternal, tengah, dan / atau  telinga bagian
dalam bisa terluka.

2.2 ETIOLOGI
1. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
2. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan
alat-alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang
tertinggal di dalam telinga.
3. Faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam
telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.

2.3 MENIFESTASI KLINIS


Efek dari trauma tersebut tersebut ke adalah dapat berkisar dari tanpa
gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran.
Trauma liang telinga umumnya disebabkan oleh kesalahan sewaktu
membersihkan telinga dengan cotton bud atau alat pembersih telinga lainnya.
Akibatnya terjadi luka atau hematoma pada kulit liang telinga.
1. Merasa tidak enak ditelinga :
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga
merasa tidak enak, dan banyak orang yang malah membersihkan telinganya,
padahal membersihkan akan mendoraong benda asing yang mauk kedalam
menjadi masuk lagi.
2. Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja
membuat telinga terasa tersumbat.
3. Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
4. Rasa nyeri telinga (otalgia)
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman
pembentukan abses otak.

2.4 PATOFISIOLOGI
1 Trauma liang telinga umumnya disebabkan oleh kesalahan sewaktu
membersihkan telinga dengan cotton bud atau alat pembersih telinga lainnya.
Akibatnya terjadi luka atau hematoma pada kulit liang telinga.
2 Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa factor
antara lain pada anak – anak yaitu factor kesengajaan dari anak tersebut,
factor kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada
orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun lidi.
3 Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius
eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga
klien akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan
yang klien lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut sering kali
berakibat semakin terdorongnya benda tersebut ke bagian tulang kanalis
eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane
timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan
menyebabkan gangguan pendengaran , rasa nyeri telinga atau otalgia dan
kemungkinan adanya risiko terjadinya infeksi.

 Pathway

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan dengan Otoskopik
a. Mekanisme :
- Bersihkan serumen
- Lihat kanalis dan membran timpani
b. Interpretasi :
- Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
- Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah
dibelakang gendang.
- Kemungkinan gendang mengalami robekan.

2. Pemeriksaan Ketajaman
Test penyaringan sederhana
a. Lepaskan semua alat bantu dengar
b. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
c. Berdirilah dengan jarak 30 cm
d. Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
e. Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam

3. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala


Uji weber
a. Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
b. Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
c. Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
d. Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.

2.6 PENATALAKSANAAN MEDIS


1. Pasien diistirahatkan duduk atau berbaring
2. Atasi keadaan kritis ( tranfusi, oksigen, dan sebagainya )
3. Bersihkan luka dari kotoran dan dilakukan debridement,lalu hentikan
perdarahan
4. Pasang tampon steril yang dibasahi antiseptik atau salep antibiotik.
5. Periksa tanda-tanda vital
6. Pemeriksaan otoskopi secara steril dan dengan penerangan yang baik, bila
mungkin dengan bantuan mikroskop bedah atau loup untuk mengetahui lokasi
lesi.
7. Pemeriksaan radiology bila ada tanda fraktur tulang temporal. Bila mungkin
langsung dengan pemeriksaan CT scan.

KOMPLIKASI
Akibat Trauma telinga yaitu akan terjadi komplikasi, yaitu tulang rawan
hancur dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lisut (cauliflower ear).
(Helmi Sosialisman dkk,2004)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN “TRAUMA TELINGA”

3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh adanya nyeri, apalagi jika daun telinga disentuh.
Didalam telinga terasa penuh karena adanya penumpukan serumen atau
disertai pembengkakan.Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-
kadang disertai demam.Telinga juga terasa gatal.
b. Riwayat penyakit sekarang
Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran
saat kejadian, pertolongan segera yang diberikan setelah kejadian
c. Riwayat penyakit dahulu
Pernah mengalami nyeri pada telinga sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada salah satu keluarga yang mengalami sakit telinga.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Inspeksi keadaan umum telinga, pembengkakan pada MAE
(meatusauditorius eksterna) perhatikan adanya cairan atau bau, warna
kulit telinga,penumpukan serumen, tonjolan yang nyeri dan berbentuk
halus, serta adanya peradangan.
b. Palpasi
Palpasi, Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon
nyeridari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis
eksternasirkumskripta (furunkel).
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Gangguan sensori persepsi (auditori) berhubungan dengan perubahan sensori
persepsi
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
tentang penyakit, pengobatan.

3.3 Rencana Keperawatan

Diagnosis Tujuan dan Kriteria


Intervensi Rasional
keperawatan Hasil
Nyeri Tujuan : 1. Observasi 1Dapat
berhubungan Setelah diberikan keluhan nyeri, mengidentifikasi
dengan  proses tindakan keperawatan perhatikan terjadinya
inflamasi rasa nyeri pasien dapat lokasi atau komplikasi dan
berkurang, karakter dan untuk intervensi
Kriteria hasil: intensitas selanjutnya.
- Melaporkan nyeri skala nyeri (0-
berkurang/ terkontrol. 5) 2        Membantu
- Menunjukkan ekspresi 2. Ajarkan klien untuk
wajah/ postur tubuh tehnik mengurangi
rileks. relaksasi persepsi nyeri
progresif, atau mangalihkan
nafas dalam perhatian klien
guided dari nyeri.
imagery. 3        Membantu
3.   Kolaborasi: mengurangi nyeri
Berikan obat
analgetik
sesuai indikasi

Diagnosa Tujuan dan Kreteria Hasil Intervensi Rasional


keperawata
n
Gangguan          Observasi
Tujuan : Setelah diberikan Mengetahui
sensori tindakan keperawatan ketajaman tingkat
persepsi diharapkan ketajaman pendengaran, ketajaman
(auditori) pendengaran catat apakah pendengaran
b.d. pasien meningkat kedua telinga pasien dan
perubahan  KriteriaHasil : terlibat. untuk
sensori Pasien dapat mendengar menentukan
persepsi dengan baik tanpa alat bantu
         Berikan intervensi
pendengaran, mampu lingkungan selanjutnya.
menentukan letak suara dan yang tenang Membantu
sisi paling keras dari dan tidak untuk
garputala, membedakan kacau, jika menghindari
suara jam dengan gesekan diperlukan masukan
tangan seperti musik sensori
- Pasien tidak meminta lembut. pendengaran
mengulang setiap pertanyaan yang
yang diajukan kepadanya berlebihan
dengan
         Anjurka mengutamakan
n pasien dan kualitas
keluarganya tenang.
untuk
mematuhi Mematuhi
program terapi program terapi
yang diberikan akan
mempercepat
proses
penyembuhan. 
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan
Kurang Tujuan : Kaji tingkat Mengetahui
pengetahuan Setelah diberikan tindakan pengetahuan tingkat
berhubungan keperawatan, diharapkan pasien. pemahaman
dengan terjadi peningkatan dan
kurang pengetahuan mengenai pengetahuan
terpaparnya kondisi dan penanganan pasien tentang
informasi yang bersangkutan penyakitnya
tentang Kreteria hasil :    Berikan serta indikator
penyakit, -   Melaporkan pemahaman informasi pada dalam
pengobatan mengenai penyakit yang pasien tentang melakukan
dialami perjalanan intervensi
-   -Menanyakan tentang penyakitnya. Meningkatkan
pilihan terapi yang Berikan pemahaman
merupakan petunjuk penjelasan klien tentang
kesiapan belajar pada pasien kondisi
tentang setiap kesehatan
tindakan Mengurangi
keperawatan tingkat
yang kecemasan dan
diberikan. membantu
meningkatkan
kerjasama
dalam
mendukung
program terapi
yang diberikan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk
perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Trauma telinga adalah kompleks, sebagai agen berbahaya yang berbeda
dapat mempengaruhi berbagai bagian telinga. Para agen penyebab trauma telinga
termasuk faktor mekanik dan termal,  cedera kimia, dan perubahan tekanan.
Tergantung pada  jenis trauma, baik eksternal, tengah, dan / atau  telinga bagian
dalam bisa terluka.

4.2 Saran
Mahasiswa harus mampu memahami mengenai pengertian, penyebab,
penatalaksanaan prikondritis, agar dalam menjalankan proses keperawatan dapat
membuat intervensi dan menjalankan implementasi dengan tepat sehingga
mencapai evaluasi dan tingkat kesembuhan yang maksimal pada klien
perikondritis. Selain itu Mahasiswa juga dapat memperbanyak ilmu dengan
mengunjungi seminar dan membaca dari berbagai sumber.
DAFTAR PUSTAKA

Alvi A, Bereliani A 4th. Trauma to the temporal bone: diagnosis and management
of complications. J Craniomaxillofac Trauma 1996:2:36-48

Sosialisman, Helmi. KelainanTelingaLuar. In :Soepardi E.A., Iskandar N. 2004.


Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher.
Edisi 5. Jakarta. Balai Penerbit FKUI;.P.45.

Anda mungkin juga menyukai