Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

OTITIS MEDIA AKUT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatam Medikal Bedah 3

Dosen Pengampu : Saiful Nurhidayat, S.Kep., Ns., M.Kep.

Di Susun Oleh Kelompok 4/ 6 A

No. Nama A nggota NIM


1. Aprimia N ur A ni’mah 18631694
2. Eko B ayu P rakoso 18631683
3. Berny A siliya 18631676
4. Rifka A nnisa 18631670
5. Alvi N ur A zizah 18631645

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

OTITIS MEDIA AKUT

A. Definisi

Otitis Media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi
menjadi dua antara lain otitis media supuratif dan non supuratif, dari masing-masing
golongan mempunyai bentuk akut dan kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik,
seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis
media adhesiva (Soepardi & Iskandar, 2001: 50). Otitis Media Akut merupakan peradangan
tengah yang terjadi secara cepat dan singkat (dalam waktu kurang dari 3 minggu) yang
disertai dengan gejala lokal dan sistemik (Munilson dkk). Menurut Muscari (2005: 219)
otitis media akut (OMA) merupakan inflamasi telinga bagian tengah dan salah satu
penyakit dengan prevalensi paling tinggi pada masa anak-anak, dengan puncak insidensi
terjadi pada usia antara 6 bulan sampai 2 tahun. Hampir 70% anak akan mengalami otitis
media akut (OMA) paling sedikit satu periode otitis media.

B. Etiologi
Menurut Adams (1997: 96) penyebab otitis media akut antara lain :
1. Faktor pertahanan tubuh terganggu Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat
mikroba dinasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan
masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim
 penghasil mukus (misalnya muramidase) dan antibodi.
2. Obstruksi tuba eusthachius Merupakan suatu faktor penyebab dasar pada otitis media
akut, karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga
tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi
 peradangan. Pada bayi terjadinya otitis media akut dipermudah karena tuba
eustachiusnya pendek, lebar, dan agak horisontal letaknya.
3. Infeksi saluran pernafasan atas Terutama disebabkan oleh virus, pada anak makin
sering terserang infeksi saluran pernafasan atas makin besar kemungkinan terjadinya
otitis media akut.
4. Bakteri piogeik Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisma penyebab adalah
streptococcus pneumoniae, hemophylus influenzae, streptococcus betahemolitikus
dan moraxella catarrhalis
C. Manifestasi Klinis
Gejala otitis media akut dapat bervariasi antara lain :
a. nyeri telinga (otalgia)
 b. keluarnya cairan dari telinga
c. demam
d. kehilangan pendengaran
e. tinitus
f. membran timpani tampak merah dan menggelembung (Smeltzer & Bare, 2001:
2015).
Menurut Adams (1997: 96) gejala otitis media akut berupa :
a. Nyeri
 b. Demam
c. Malaise
d. Nyeri kepala

e . M e m b r an ti m p a i ta mpak merah dan menonjol


f . A b s e s t eli n g a te ng a h
g. Pada bayi sering kali mudah marah, bangun di tengah malam sambil menangis
dan menarik-narik telinganya.
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Otitis Media Akut menurut Soepardi& Iskandar (2001: 52- 53)
tergantung pada stadium penyakitnya yaitu:

a. Stadium Oklusi: bertujuan untuk membuka tuba eustachius sehingga tekanan


negatif ditelinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung HCL efedrin
0,5% dan pemberian antibiotik apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan
virus atau alergi.

 b. Stadium Presupurasi: analgetika, antibiotika yang dianjurkan biasanya golongan


ampicillin atau penicilin.

c. Stadium Supurasi: diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik. Dapat


dilakukan miringotomi bila membran menonjol dan masih utuh untuk mencegah
 perforasi.

d. Stadium Perforasi: sering terlihat sekret banyak yang keluar dan kadang terlihat
keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatannya adalah obat pencuci
telinga H2O2 3% selama 35 hari dan diberikan antibiotika yang adekuat.

e. Stadium Resolusi: maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret


tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.

E. Prognosis
Prognosis otitis media secara keseluruhan baik, 80% pasien anak dapat sembuh dalam waktu 3 hari tanpa antibiotik
 perilaku.
Invasi Bakteri

lnveksi Telinga
Tenga h
Peni^8*+tan Produksi TeLanan Udara Pengobatan Tat
Cairan Sero5d Telinga Tengah Tuntas

Nyeri Akumulasi Cairar ReaLsi Mü mbrane InfekSj gerlanjut


M ulus dan Timpanı Sampaİ Telİnga Dalafh
Hantaran Suara
Serosa
Terjad\ EfOSl TindaLan
Udara yang
Pada Kanalis Mastoide kt
dİt8flMa Menurun
Semisir Omi
sirkularis

Gangguan Sen5ori

Resit‹o Injurt Resiko


I pfeksi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OTITIS MEDIA AKUT

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Identintas pasien.
A. Nama
B. Usia Lebih sering pada usia bayi dan anak yang masih kecil sebagian disebabkan oleh
tuba eustachius yang pendek dan  terletak horizontal, keterbatasan respons terhadap
antigen, dan sebelumnya kurang terpajan patogen umum
C. Jenis kelamin.Jenis kelamin pria dan wanita memiliki resiko yang sama untuk terjadinya
Otitis Media Akut
D. Pekerjaan
.
2. Keluhan Utama.
Sesuai tanda dan gejala dan disertai nyeri.
3. Riwayat penyakit saat ini.
Adanya rasa nyeri di bagian telinga di sertai kondisi suhu tubuh meningkat.
4. Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya penyakit otitis media disebabkan oleh infeksi virus maupun infeksi bakteri. Infeksi

tersebut sering kali dipicu oleh batuk pilek atau flu sebelumnya.


5. Riwayat penyakit keluarga.
Ada tidaknya dari pihak keluarga yang mengalami hal yang sama pada pasien.
6. Pemeriksaan fisik.
Tanda- tanda
vital.
Tekanan darah, nadi, respirasi pada suhu mengalami peningkatan karna sebagai tanda
infeksi pada saluran telinga.
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan actual atau fungsional (D.0077).
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080).
3. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terserang organisma patogenik (D.0142).

Intervensi Keperawatan

 No
Diagnosa Keperawatan Outcome (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
.
(SDKI)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Intervensi : Manajemen nyeri
dengan adanya tindakan keperawatan (I.08238)
kerusakan diharapkan :
Observasi
 jaringan actual atau
Setelah dilakukan a) Identifikasi lokasi,
fungsional (D.0077).
tindakan keperawatan
karekteristik,
diharapkan ekspetasi
durasi, frekuensi,
tingkat nyeri menurun.
kualitas, intensitas
nyeri
a) kemampuan  b) Identifikasi skala nyeri
menuntaskan c) Identifikasi respons nyeri
aktivitas non verbal
meningkat d) Identifikasi faktor yang

 b) keluhan nyeri memperberat dan


menurun memperingan nyeri
c) meringis e) Identifikasi pengetahuan
menurun dan keyakinan tentang
d) sikap protektif nyeri
menurun f) Identifikasi pengaruh
e) gelisah  budaya terhadap respon
menurun nyeri
f) kesulitan tidur g) Identifikasi pengaruh
menurun
g) menarik
nyeri pada kualitas hidup
diri
h) Monitor keberhasilan
menurun
terapi komplementer
h) berfokus
yang sudah diberikan
pada diri
i) Monitor efek samping
sendiri
 penggunaan analgesic
menurun
i) diaforesis Terapeutik

menurun a) Berikan teknik non


 j) perasaan farmakologis untuk
depresi mengurangi rasa nyeri
(tertekan (mis. TENS, hypnosis,
) menurun akupresur, terapi
music,

 biofeedback, terapi pijat,


aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 b) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
 pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat
dan tidur
d) Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
 pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

a) Jelaskan penyebab,
 periode, dan pemicu nyeri
 b) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
d) Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
e) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu

2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I. 09314)


dengan kurang tindakan keperawatan
Observasi
terpapar informasi diharapkan :
(D.0080).  a) Identifikasi saat tingkat
setelah dilakukan
ansietas berubah (mis. kondisi,
tindakan asuhan
waktu, stresor)
keperawatan
 b) Identifikasi
diharapkan ekspektasi
tingkat ansietas kermampuan

menurun mengambili.keputusan

Kriteria hasil: c) Monitor tande-tanda


ansietas (verbal dan nonverbal)
a) verbalisasi
kebingungan  Terapeutik

menurun a) Ciptakan suasana terapeutik


 b) verbalisasi untuk menumbuhkan
khawatir akibat kepercayaan
 b) Temani
pasien untuk
mengurangi
kecemasan,
jika
kondisi yang
memungkinkan
dihadapi
menurun c) Pahami situasi yang mernbuat

c) perilaku ansietas

gelisah d) Dengarkan dengan penuh


menurun  perhatian
d) perilaku
e) Gunakan pendekatan yang
tegang
tenang dan meyakinkan
menurun
e) keluhan f) Tempalkan barang pribadi yang

pusing memberikan kenyamanan


menurun
g) Motivasi mengidentifikasi
f) anoreksia
situasi yang memicu
menurun
kecemasan
g) palpitasi
menurun h) Diskusikan perencanaan

realistis tentang peristiwa


h) frekuensi
 pernapasan yang akan dating

menurun  Edukasi
i) frekuensi nadi
 a) Jelaskan prosedur,
menurun
temasuk sensasi yang
 j) tekanan
mungkin dialami
darah
menurun  b) Informasikan secara faktual

k) diaforesis mengenai diagnosis,


menurun pangobatan, dan prognosis 42

c) Anjurkan keluarga untuk tetap

 bersama pasien, jlka perlu

d) Anjurkan melakukan kegiatan

yang tidak kompetitir, sasual


kebutuhan

 e) Anjurkan mengungkapkan


 perasaan dan persepsi

f) Latih kegiatan pengalihan

untuk mengurangi
ketegangan

g) Latih penggunaan mekanisme

 pertahanan diri yang tepat

h) Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian
obat antiansietas,

3. Resiko infeksi Setelah dilakukan Intervensi :


 berhubungan dengan tindakan keperawatan
Pencegahan Infeksi I.14539
resiko terserang diharapkan :
organisma patogenik Observasi
setelah dilakukan
(D.0142).
tindakan asuhan a) Monitor tanda dan gejala

keperawatan infeksi local dan sistemik

diharapkan ekspektasi terapiutik 

citra tubuh meningkat Terapeutik  

Kriteria hasil : a) Batasi jumlah pengunjung


a) Demam Menurun  b) Berikan perawatan kulit pada
area edema
 b) Kemerahan
c) Cuci tangan sebelum dan
Menurun
sesudah kontak dengan
c) Nyeri menurun pasien dan lingkungan pasien
d) Pertahankan tehnik aseptic
d) Bengkak berkurang
 pada pasien beresiko tinggi
 e) Cairan Berbau
Busuk Menurun  Edukasi
f) Drainase Purulen a) Jelaskan Tanda dan gejala
Menurun infeksi

g) Piuria Menurun  b) Ajarkan cara mencuci tangan


dengan benar 
h) Periode malaise
 berkurang  c) Ajarkan etika Batuk

i) Periode menggigil d) Ajarkan cara memeriksa


 berkurang kondisi luka atau luka operasi

 j) letargi menurun e) Anjurkan meningkatkan


asupan nitrisi
k) Gangguan koknitif
menurun f) Anjurkan meningkatkan cairan
kolaborasi
 
Kolaborasi

a)Kolaborasi pemberian
Imunisasi jika perlu

Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan wujud dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari intervensi keperawatan antara lain adalah
: mempertahan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, menentukan perubahan sistem

tubuh, memantapkan hubungan klien dengan lingkungan dan implementasi pesan dokter.

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan dengan cara
 berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil tahap perencanaan.
ASUHAN KEPERAWATAN
OTITIS MEDIA AKUT (OMA) PADA An.
A

KASUS :
Pasien seorang perempuan usia 23 tahun datang ke poli Telinga Hidung dan
Tenggorokkan Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia pada tanggal 7 September 2020
dengan keluhan utama telinga kanan berdenging. Keluhan tersebut sudah dirasakan pasien
selama kurang lebih satu minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan rasa nyeri yang menyertai,
keluar cairan bening dari telinga kanan, dan pendengaran telinga kanan yang berkurang. Pasien
 juga memiliki riwayat trauma pada telinga kanan saat masih kanak-kanak, dan memiliki riwayat
atopik.
Pada pemeriksaan garpu tala Rinne positif, weber lateralisasi ke telinga kanan.
Pemeriksaan audiometri murni didapatkan tuli konduktif ringan dengan ambang dengar telinga
kanan 26.25 dBdan selisih hantaran udara-tulang sebesar 10 dB dan didapatkan lewat hasil test
audiometri sederhana hantaran udara / air conduction (AC) lebih dari 25 dB dan hantaran tulang
/
 bone conduction (BC) normal atau kurang dari 25 dB. Sehingga disimpulkan pasien mengalami
tuli konduktif ringan dengan, AC dan BC berhimpit, tidak ada gap. Dari pemeriksaan endoskopi
telinga didapatkan perforasi membran timpani tipe sentral, kering, dan mukosa kavum timpani
 baik atau tidak terdapat penebalan. Pasien didiagnosis dengan perforasi membran timpani.
Pasien kemudian menjalani tindakan miringoplasti konvensional, Tindakan miringoplasti

konvensional, dilakukan menggunakan pendekatan transkanal melalui endoskop telinga.


Prosedur ini dilakukan di poliklinik rawat jalan THT RSU UKI. Prosedur ini dimulai dengan
 pengambilan tandur menggunakan kertas perkamen. Kertas perkamen kemudian digunting
dengan ukuran ± 4 mm, dilakukan aseptik antiseptik pada kanalis meatus eksternus dengan
 povidone iodine 10%. Kemudian dilakukan penyemprotan anestesi topikal menggunakan
xylocaine spray 10 % pada empat kuadran telinga.

3.1 PENGKAJIAN
A. Anamnesis
1. Identitas
 Nama : An.A
Umur :2 3T

ahun Jenis Kelamin :

perempuan
Pendidikan : SMA
Status : belum menikah
Pekerjaan :-
Alamat :-
 No. Reg : 101.111.XX
2. Identitas
Penanggungjawab Tidak
terkaji.
3. Diagnosa Medis
Otitis media
akut
4. Keluhan Utama
1. Keluhan Utama Saat MRS
Pasien mengeluh telinga kanan berdenging.
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian

Pasien mengeluh telinga kanan berdenging. Keluhan tersebut sudah dirasakan


 pasien selama kurang lebih satu minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan
rasa nyeri yang menyertai, keluar cairan bening dari telinga kanan, dan
 pendengaran telinga kanan yang berkurang.
5. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan, datang ke poli Telinga Hidung dan Tenggorokkan
Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia pada tanggal 7 September 2020
dengan keluhan utama telinga kanan berdenging. Keluhan tersebut sudah
dirasakan pasien selama kurang lebih satu minggu yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan rasa nyeri yang menyertai, keluar cairan bening dari telinga kanan,
dan pendengaran telinga kanan yang berkurang. Pasien juga memiliki riwayat
trauma pada telinga kanan saat masih kanak-kanak, dan memiliki riwayat atopik.

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Pasien mengatakan juga memiliki riwayat trauma pada telinga kanan saat
masih kanak-kanak, dan memiliki riwayat atopic.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak terkaji.
B. Pemeriksaan Fisik 
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis/ baik 
2) Tanda vital
TD : Dalam batas normal
Suhu : Dalam batas normal
 Nadi : Dalam batas normal
RR : Dalam batas normal
 b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cepalo-Cudal )
a. Telinga
Inspeksi : Pada telinga didapatkan perforasi membran timpani tipe sentral,
kering, dan mukosa kavum timpani baik atau tidak terdapat penebalan,

 pemeriksaan garpu tala, Rinne positif, weber lateralisasi ke telinga kanan.


Palpasi : -
Perkusi : -
Auskultasi : -
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan audiometri murni didapatkan tuli konduktif ringan dengan ambang
dengar telinga kanan 26.25 dBdan selisih hantaran udara-tulang sebesar 10 dB dan
didapatkan lewat hasil test audiometri sederhana hantaran udara / air conduction
(AC) lebih dari 25 dB dan hantaran tulang / bone conduction (BC) normal atau
kurang dari 25 dB.
D. Tindakan dan Terapi :
Pasien menjalani tindakan miringoplasti konvensional, Tindakan miringoplasti
konvensional, dilakukan menggunakan pendekatan transkanal melalui endoskop
telinga. Prosedur ini dilakukan di poliklinik rawat jalan THT RSU UKI. Prosedur ini
dimulai dengan pengambilan tandur menggunakan kertas perkamen. Kertas
perkamen kemudian digunting dengan ukuran ± 4 mm, dilakukan aseptik antiseptik
pada kanalis meatus eksternus dengan povidone iodine 10%. Kemudian dilakukan
penyemprotan

anestesi topikal menggunakan xylocaine spray 10 % pada empat kuadran telinga.


3.2 ANALISA DATA
 Nama : An.A
Umur : 23 tahun
 No. Reg : 101.111xx
No Masalah/ Penyebab/
Kelompok Data
. Problem Etiologi
1. DS : Gangguan Presepsi Gangguan Pendengaran
Klien mengeluh Sensorik 
telinga kanan
 berdenging

DO :
Didapatkan tuli

konduktif ringan
dengan ambang
dengar telinga kanan
26.25 db dan selisih
hantaran udara-
tulang sebesar 10 db.

2. DS :  Nyeri Akut Agen Pencedera


Klien mengeluhkan FisiologiS (Inflamasi

rasa nyeri yang Pada Telinga Kanan)


menyertai, keluar
cairan bening dari
telinga kanan, dan
 pendengaran telinga
kanan yang
berkurang.

DO :
Didapatkan lewat
hasil test audiometri
sederhana hantaran udara / air conduction (ac) lebih dari 25 db dan hantaran tulang /
 bone conduction (bc) normal atau kurang dari 25 db.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Berdasarkan analisa data yang diperoleh, Diagnosa (berdasarkan SDKI) yang muncul
 pada An.A antara lain sebagai berikut :
1. Gangguan presepsi sensorik berhubungan dengan gangguan pendengaran

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi pada telinga
kanan)
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
 Nama : An. A
Umur : 23Tahun
 No. Reg : 101.111.XX

NO. DX TUJUAN/K.H INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan MINIMALISASI RANGSANGAN
sensori b.d tindakan keperawatan 3 x - Observasi
gangguan 24 jam gangguan presepsi Periksa status mental, status
 pendengaran sensori teratasi dengan sensori, dan tingkat kenyamanan
kriteria hasil: (mis. nyeri, kelelahan)
- Px dapat mengalami - Terapeutik 
 peningkatan  Diskusikan tingkat toleransi
 pendengaran sampai terhadap beban sensori
tingkat fungsional (mis.
 bising, terlalu terang)
 Batasi stimulus lingkungan
(mis. cahaya, suara, aktivitas)
 Jadwalkan aktivitas harian
dan waktu istirahat
 Kombinasikan
prosedur/tindakan dalam satu
waktu, sesuai kebutuhan
- Edukasi
Ajarkan cara meminimalisasi
stimulus (mis. mengatur
 pencahayaan ruangan, mengurangi
kebisingan, membatasi kunjungan)
- Kolaborasi
 Kolaborasi dalam meminimalkan
 prosedur/tindakan
 Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi
2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan
stimulus
agen
tindakan keperawatan 2 x MANAJEMEN NYERI
 pencedera
24 jam nyeri dapat
fisiologis 1. Observasi
berkurang dengan kriteria
(inflamasi pada lokasi,
hasil :

telinga kanan) karakteristik, durasi,


- Tingkat nyeri menurun
frekuensi, kualitas, intensitas
- Pendengaran membaik 
nyeri
- Meringis menurun
Identifikasi skala nyeri
- Sikap protektif menurun

Identifikasi respon
- Gelisah menurun

nyeri non verbal


- Kesulitan tidur menurun
 Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
 Identifikasi

 pengetahuan dan keyakinan


tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh
 budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi
pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
 Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
 Monitor efek samping
 penggunaan analgetik 
2. Terapeutik  
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis,

terapi pijat, aroma terapi,


kompres hangat/dingin)
 Control lingkungan
yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan
tidur 
 Pertimbangkan
jenis dan sumber nyeri dalam
 pemilihan strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab,
 periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri

Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

PEMBERIAN ANALGETIK 

1. Observasi
 Identifikasi
karakteristik nyeri (mis.
Pencetus,
 pereda, kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat
alergi obat
 Identifikasi kesesuaian
 jenis analgesik (mis. Narkotika,
non-narkotika, atau NSAID)

dengan tingkat keparahan nyeri


 Monitor tanda-
tanda vital sebelum dan
sesudah
 pemberian analgesik 
 Monitor
efektifitas analgesik 
2. Terapeutik  
 Diskusikan jenis
analgesik yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal,
jika
 perlu
Pertimbangkan
 penggunaan infus kontinu, atau
 bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam ser
Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptim
Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic
dan efek yang tidak diinginkan

3. Edukasi

Jelaskan efek terapi dan


efek samping obat

4.Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai
indikasi

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, ES, & Iskandar,N 2004, Buku Ajar Ilmu Penyait Telinga Hidung Tenggorokan,

Fkui, Jakarta.

Wong, dl ET AL 2008, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Egc, Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2017.Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia.


Jakarta:DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:


DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI .2019.Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai