TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Otitis Media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi
menjadi dua antara lain otitis media supuratif dan non supuratif, dari masing-masing
golongan mempunyai bentuk akut dan kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik,
seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis
media adhesiva (Soepardi & Iskandar, 2001: 50). Otitis Media Akut merupakan peradangan
tengah yang terjadi secara cepat dan singkat (dalam waktu kurang dari 3 minggu) yang
disertai dengan gejala lokal dan sistemik (Munilson dkk). Menurut Muscari (2005: 219)
otitis media akut (OMA) merupakan inflamasi telinga bagian tengah dan salah satu
penyakit dengan prevalensi paling tinggi pada masa anak-anak, dengan puncak insidensi
terjadi pada usia antara 6 bulan sampai 2 tahun. Hampir 70% anak akan mengalami otitis
media akut (OMA) paling sedikit satu periode otitis media.
B. Etiologi
Menurut Adams (1997: 96) penyebab otitis media akut antara lain :
1. Faktor pertahanan tubuh terganggu Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat
mikroba dinasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan
masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim
penghasil mukus (misalnya muramidase) dan antibodi.
2. Obstruksi tuba eusthachius Merupakan suatu faktor penyebab dasar pada otitis media
akut, karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga
tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi
peradangan. Pada bayi terjadinya otitis media akut dipermudah karena tuba
eustachiusnya pendek, lebar, dan agak horisontal letaknya.
3. Infeksi saluran pernafasan atas Terutama disebabkan oleh virus, pada anak makin
sering terserang infeksi saluran pernafasan atas makin besar kemungkinan terjadinya
otitis media akut.
4. Bakteri piogeik Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisma penyebab adalah
streptococcus pneumoniae, hemophylus influenzae, streptococcus betahemolitikus
dan moraxella catarrhalis
C. Manifestasi Klinis
Gejala otitis media akut dapat bervariasi antara lain :
a. nyeri telinga (otalgia)
b. keluarnya cairan dari telinga
c. demam
d. kehilangan pendengaran
e. tinitus
f. membran timpani tampak merah dan menggelembung (Smeltzer & Bare, 2001:
2015).
Menurut Adams (1997: 96) gejala otitis media akut berupa :
a. Nyeri
b. Demam
c. Malaise
d. Nyeri kepala
d. Stadium Perforasi: sering terlihat sekret banyak yang keluar dan kadang terlihat
keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatannya adalah obat pencuci
telinga H2O2 3% selama 35 hari dan diberikan antibiotika yang adekuat.
E. Prognosis
Prognosis otitis media secara keseluruhan baik, 80% pasien anak dapat sembuh dalam waktu 3 hari tanpa antibiotik
perilaku.
Invasi Bakteri
lnveksi Telinga
Tenga h
Peni^8*+tan Produksi TeLanan Udara Pengobatan Tat
Cairan Sero5d Telinga Tengah Tuntas
Gangguan Sen5ori
Pengkajian
1. Identintas pasien.
A. Nama
B. Usia Lebih sering pada usia bayi dan anak yang masih kecil sebagian disebabkan oleh
tuba eustachius yang pendek dan terletak horizontal, keterbatasan respons terhadap
antigen, dan sebelumnya kurang terpajan patogen umum
C. Jenis kelamin.Jenis kelamin pria dan wanita memiliki resiko yang sama untuk terjadinya
Otitis Media Akut
D. Pekerjaan
.
2. Keluhan Utama.
Sesuai tanda dan gejala dan disertai nyeri.
3. Riwayat penyakit saat ini.
Adanya rasa nyeri di bagian telinga di sertai kondisi suhu tubuh meningkat.
4. Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya penyakit otitis media disebabkan oleh infeksi virus maupun infeksi bakteri. Infeksi
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan actual atau fungsional (D.0077).
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080).
3. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terserang organisma patogenik (D.0142).
Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan Outcome (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
.
(SDKI)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Intervensi : Manajemen nyeri
dengan adanya tindakan keperawatan (I.08238)
kerusakan diharapkan :
Observasi
jaringan actual atau
Setelah dilakukan a) Identifikasi lokasi,
fungsional (D.0077).
tindakan keperawatan
karekteristik,
diharapkan ekspetasi
durasi, frekuensi,
tingkat nyeri menurun.
kualitas, intensitas
nyeri
a) kemampuan b) Identifikasi skala nyeri
menuntaskan c) Identifikasi respons nyeri
aktivitas non verbal
meningkat d) Identifikasi faktor yang
Edukasi
a) Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
d) Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
e) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
menurun mengambili.keputusan
c) perilaku ansietas
menurun Edukasi
i) frekuensi nadi
a) Jelaskan prosedur,
menurun
temasuk sensasi yang
j) tekanan
mungkin dialami
darah
menurun b) Informasikan secara faktual
untuk mengurangi
ketegangan
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
obat antiansietas,
a)Kolaborasi pemberian
Imunisasi jika perlu
Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan wujud dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari intervensi keperawatan antara lain adalah
: mempertahan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, menentukan perubahan sistem
tubuh, memantapkan hubungan klien dengan lingkungan dan implementasi pesan dokter.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil tahap perencanaan.
ASUHAN KEPERAWATAN
OTITIS MEDIA AKUT (OMA) PADA An.
A
KASUS :
Pasien seorang perempuan usia 23 tahun datang ke poli Telinga Hidung dan
Tenggorokkan Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia pada tanggal 7 September 2020
dengan keluhan utama telinga kanan berdenging. Keluhan tersebut sudah dirasakan pasien
selama kurang lebih satu minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan rasa nyeri yang menyertai,
keluar cairan bening dari telinga kanan, dan pendengaran telinga kanan yang berkurang. Pasien
juga memiliki riwayat trauma pada telinga kanan saat masih kanak-kanak, dan memiliki riwayat
atopik.
Pada pemeriksaan garpu tala Rinne positif, weber lateralisasi ke telinga kanan.
Pemeriksaan audiometri murni didapatkan tuli konduktif ringan dengan ambang dengar telinga
kanan 26.25 dBdan selisih hantaran udara-tulang sebesar 10 dB dan didapatkan lewat hasil test
audiometri sederhana hantaran udara / air conduction (AC) lebih dari 25 dB dan hantaran tulang
/
bone conduction (BC) normal atau kurang dari 25 dB. Sehingga disimpulkan pasien mengalami
tuli konduktif ringan dengan, AC dan BC berhimpit, tidak ada gap. Dari pemeriksaan endoskopi
telinga didapatkan perforasi membran timpani tipe sentral, kering, dan mukosa kavum timpani
baik atau tidak terdapat penebalan. Pasien didiagnosis dengan perforasi membran timpani.
Pasien kemudian menjalani tindakan miringoplasti konvensional, Tindakan miringoplasti
3.1 PENGKAJIAN
A. Anamnesis
1. Identitas
Nama : An.A
Umur :2 3T
perempuan
Pendidikan : SMA
Status : belum menikah
Pekerjaan :-
Alamat :-
No. Reg : 101.111.XX
2. Identitas
Penanggungjawab Tidak
terkaji.
3. Diagnosa Medis
Otitis media
akut
4. Keluhan Utama
1. Keluhan Utama Saat MRS
Pasien mengeluh telinga kanan berdenging.
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian
DO :
Didapatkan tuli
konduktif ringan
dengan ambang
dengar telinga kanan
26.25 db dan selisih
hantaran udara-
tulang sebesar 10 db.
DO :
Didapatkan lewat
hasil test audiometri
sederhana hantaran udara / air conduction (ac) lebih dari 25 db dan hantaran tulang /
bone conduction (bc) normal atau kurang dari 25 db.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi pada telinga
kanan)
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : An. A
Umur : 23Tahun
No. Reg : 101.111.XX
Identifikasi respon
- Gelisah menurun
PEMBERIAN ANALGETIK
1. Observasi
Identifikasi
karakteristik nyeri (mis.
Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat
alergi obat
Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis. Narkotika,
non-narkotika, atau NSAID)
3. Edukasi
4.Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, ES, & Iskandar,N 2004, Buku Ajar Ilmu Penyait Telinga Hidung Tenggorokan,
Fkui, Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI .2019.Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI