Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ORBITA SELULITIS

A. Definisi
Selulitis orbitalis merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi infeksi pada jaringan lunak orbita, terutama
bagian posterior septum orbita. Septum orbita merupakan struktur mata
yang membatasi bagian anterior (depan) dari orbita (bola mata), yang
dikenal juga sebagai kelopak mata. Jika infeksi terjadi pada bagian depan
septum orbita, maka disebut dengan selulitis preseptal. Kedua keadaan ini
dapat ditemukan terjadi secara bersamaan maupun terpisah.
Selulitis orbita adalah infeksi pada jaringan di rongga bola mata yang
disebabkan oleh bakteri atau jamur. Kondisi ini lebih sering dialami oleh anak-
anak daripada orang dewasa.
B. Etiologi
Beberapa penyebab yang dapat menimbulkan selulitis orbitalis adalah:
1. Berlanjutnya infeksi pada area sinus paranasal (sekitar hidung) atau
struktur di sekitar mata lainnya (wajah, kelenjar air mata, dan
sebagainya) yang menyebar.
2. Berbagai struktur di sekitar mata yang mengalami infeksi dapat
menyebabkan penyebaran infeksi hingga timbul selulitis orbitalis. Pada
90 persen kasus, penyebaran ini berasal dari sinusitis ethmoidalis.
Infeksi juga dapat berasal dari area gigi dan mulut.
3. Infeksi langsung pada mata, misalnya akibat trauma atau pembedahan.
Trauma pada mata, baik yang disengaja maupun tidak, dapat
menyebabkan masuknya materi yang bisa menginfeksi bola mata.
4. Penyebaran infeksi bakteri melalui darah. Penyebab yang paling sering
adalah jenis Streptococcus, Staphylococcus aureus, dan Haemophylus
influenzae tipe B.
5. Paling sering disebabkan oleh jamur jenis Mucor dan Aspergillus.
C. Patofisiologi
Selulitis orbita merupakan paradangan supuratif yang
menyerang jaringan ikat di sekitar mata, dan kebanyakan disebabkan
oleh beberapa jenis bakteri normal yang hidup dikulit, jamur sarkoid,
dan infeksi ini biasa berasal dari infeksi dari wajah secara lokal seperti
trauma kelopak mata, gigitan hewan atau serangga, konjungtivitas,
kalazion serta sinusitis paranasal yang penyebarannya melalui
pembuluh darah (bakterimia) dan bersamaan dengan trauma kotor.
Masuknya kuman kedalam rongga mata dapat langsung melalui
sinus paranasal, terutama paling sering yaitu sinus etmoidal karena
paling dekat dengan orbita, penyebarannya melalui pembuluh darah
atau bakterimia atau bersama trauma yang kotor. Selulitis orbita pada
bayi sering disebabkan oleh sinusitis etmoid yang merupakan penyebab
eksoftalmos pada bayi.
D. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala dan tanda-tanda selulitis orbitalis yang umumnya timbul
adalah:
1. Berkurangnya pergerakan mata dan terasa nyeri saat menggerakkan
mata
2. Proptosis (penonjolan abnormal mata)
3. Chemosis (pembengkakan pada bagian konjungtiva mata)
4. Kemerahan pada mata
5. Peningkatan tekanan bola mata
6. Demam
7. Gangguan atau hilangnya penglihatan
8. Rasa lemah atau Lelah
9. Nyeri kepala
10. Keluarnya cairan dari hidung, bisa berupa cairan purulent (lendir
infeksi)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur bakteri dari usap nasal dan konjungtiva sinusitis terkait
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. X-Ray untuk mendeteksi adanya sinusitis terkait
4. USG orbital untuk mendeteksi adanya abses intraorbital
5. CT-Scan dan MRI untuk
a. Membedakan selulitis preseptal dan post septal
b. Mendeteksi abses subperiosteal dan abses orbital
c. Mendeteksi ekstensi intrakranial
d. Menentukan kapan dan darimana dilakukan drainase abses
orbital
6. Punksi lumbal bila terdapat tanda-tanda keterlibatan meningel dan
serebral
F. Penetalaksaan
1. Medis
a) Pasien menjalani rawat inap dan mendapat terapi antibiotika
sistemik ceftriaxone 2 gram 2 kali sehari intravena,
metrinidazole 3 kali 500 mg per infus dan analgesik injeksi
tramadol 2 kali 100 mg intravena
b) Setelah 3 hari dan pembengkakan berkurang dilakukan insisi
abses periorbita dan dilakukan drainase. Nanah yang keluar
dilakukan pemeriksaan kultur
c) Pasien juga dikonsultasikan kebagian Ilmu Penyakit Telinga
Hidung Tenggorokan untuk pemeriksaan sinusitis dan bagian
gizi dan mulut untuk pemeriksaan infeksi gigi yang
kemungkinan merupakan infeksi utama
d) Selulitis orbital, terutama yang telah menunjukan komplikasi-
komplikasi berbahaya membutuhkan tindakan bedah segera
2. Keperawatan
a) Untuk mengurangi edema dan nyeri, direkomendasikan untuk
mengistirahatkan lokasi yang mengalami keluhan
b) Perlu dipertimbangkan hospitalisasi untuk monitoring ketat dan
pemberian antibiotik intravena pada kasus yang berat, pada
bayi, pasien lanjut usia, dan pasien yang imunokompromis
c) Pada kondisi yang sangat parah dengan nekrosis luas disertai
supurasi, perlu dipertimbangkan dilakukan debridement insisi
dan drainase secara bedah. Apabila pasien sudah dilakukan
pembedahan pertahan tehnik aseptik agar tidak terjadi infeksi
d) Memberikan edukasi kepada penderita yaitu diberikan informasi
mengenai perawatan kulit dan hygiene kulit yang benar,
misalnya mandi teratur, minimal 2 kali sehari, jika terdapat luka
hindari kontaminasi dengan kotoran anjurkan klien untuk tidak
mengucek mata dengan tangan kotor. Upayakan selalu menjaga
kebersihan tangan
G. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan
2. Resiko jatuh berhubungan dengan rentan terhadap peningkatan resiko
jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik dan gangguan kesehatan
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh
konfusi dalam gambaran mental tentang fisik individu
4. Hipertermia berhubungan dengan suhu inti tubuh diatas kisaran normal
karena kegagalan termoregulasi
H. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan
a) Kaji intesitas nyeri menggunakan skala / peringkat nyeri
b) Pertahan ekstremitas yang dipengaruhi dalam posisi yang
ditemukan
c) Jelaskan kebutuhan akan imobilisasi 49-72 jam
d) Berikan analgesik jika diperlukan, kaji ketidakefektifan
e) Bantu dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan
imajinasi, relaksasi dan lainnya
2. Resiko jatuh berhubungan dengan rentan terhadap peningkatan resiko
jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik dan gangguan kesehatan
a) Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko
jatuh
b) Mendorong pasien untuk menggunakan tongkat atau alat bantu
berjalan
c) Ajarkan pasien apabila jatuh untuk meminimalkan cedera
d) Anjurkan keluarga untuk membantu mobilitas fisik
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh
konfusi dalam gambaran mental tentang fisik individu
a) Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
b) Monitor frekuensi mengkritik dirinya
c) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis
penyakit
d) Dorong klien mengungkapkan perasaannya
e) Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
4. Hipertermia berhubungan dengan suhu inti tubuh diatas kisaran normal
karena kegagalan termoregulasi
a) Monitor TTV
b) Monitor warna dan suhu kulit
c) Berikan pengobatan untuk mengatasi demam
d) Kolaborasi pemberian cairan intravena
e) Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
f) Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
g) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi ke-
8. Volume 12. Jakarta: EGC

Mutaqqin, A dan Sari, K. 2011. Gangguan Gastroenterintestinal Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:Penerbit Salemba Medika

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta :
Mediaction

Keliat, Budi Anna dkk. 2015. NANDA Internasional Inc. Nursing Diagnosis:
Definitions & Classification 2015-2017.Jakarta: EGC
Simadibrata M. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi. Edisi ke-1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai