Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PADA “Ny D” DENGAN DIAGNOSA MEDIS

OCULUS DEXTRA SUSPEK SELULITIS ORBITA


DI RUANGAN LONTARA 3 ATAS BELAKANG
RSUP DR. WAHIDIN SUDIRIHUSODO

NAMA : DEWI ASTUTI


NIM : 19.04.057

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROFESI NERS
MAKASSAR
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak
posterior dari septum orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi
akibat kasus sekunder karena sinusitis bakterial akut atau kronis. Gambaran
klinisnya antara lain demam (lebih dari 75% kasus disertai lekositosis),
proptosis, kemosis, hambatan pergerakan bola mata dan nyeri pergerakan bola
mata. Keterlambatan pengobatan akan mengakibatkan progresifitas dari
infeksi dan timbulnya sindroma apeks orbita atau trombosis sinus kavernosus.
Komplikasi yang terjadi antara lain kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, abses
otak, dan bahkan dapat terjadi kematian.1 Karena sebagian besar selulitis
orbita merupakan manifestasi dari sinusitis, maka pemeriksaan CT Scan pada
sinus paranasal merupakan keharusan. Dilakukan konsultasi dengan bagian
otolaringologi untuk pemeriksaan sinus.1 Penyebab dan faktor predisposisi
selulitis orbita antara lain sinusitis, trauma okuli, riwayat operasi,
dakriosistitis, sisa benda asing di mata dan periorbita, infeksi gigi
(odontogen), tumor orbita atau intraokuler, serta endoftalmitis.1,2 Selulitis
orbita karena infeksi gigi (odontogen) merupakan kasus yang sedikit, hanya
2–5% dari semua kasus selulitis orbita. Sedangkan sinusitis yang disebabkan
oleh faktor odontogen diperkirakan 10–12% dari semua kasus sinusitis.
Sumber infeksi dapat timbul dari semua gigi, terutama premolar dan molar
superior.3,4 Kasus selulitis orbita dengan endoftalmitis atau panoftalmitis
merupakan kasus jarang. Kasus ini biasanya terjadi pasca operasi serta
penyebab endogen biasanya Riyanto, dkk.: Orbital Sellulitis and
Endophthalmitis 29 dihubungkan dengan kasus endokarditis dan
blastomikosis pada paru. Prognosis visus buruk dan terapi hanya ditujukan
untuk life saving.
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DENGAN SELULITIS ORBITA

A. Definisi

Selulitis orbita adalah infeksi akut pada jaringan lunak orbita di belakang
septum orbita. Selulitis orbita dapat berkembang menjadi abses subperiosteal
atau abses orbital.

B. Etiologi

Orbita dapat terinfeksi melalui tiga jalur seperti pada selulitis preseptal -
Infeksi eksogen, dapat berasal dari
trauma tembus pada mata
khususnya terkait dengan retensi
benda asing intraorbital dan
kadang- kadang terkait dengan
tindakan bedah seperti eviserasi,
enukleasi, dan orbitotomi. -
Persebaran infeksi sekitar, seperti
sinusitis, infeksi gigi, dan struktur intraorbita. Merupakan rute infeksi
tersering. - Infeksi endogen, jarang terjadi. Organisme penyebab hampir
serupa dengan selulitis preseptal, ditambah dengan keterlibatan streptococcus
pneumoniae.

C. Patofisiologi

Penyebaran dari sinus

a. Struktur : tulang tipis, aliran darah, defek alamiah

b. Aspek infeksi sellulitis orbita

1) Sistem limfatik tidak agen protektif hanya fagositik

2) Karena ruang terbatas karena ruang terbatas TIO tingga


Virulensi infeksi

3) Penyebaran infeksi sebagai tromboflebitis dari struktur sekitar

D. Manifestasi Klinis

Gejala meliputi pembengkakan dan nyeri hebat yang meningkat dengan


gerakan bola mata atau pada penekanan. Gejala lainnya dapat berupa demam,
mual, muntah, prostrasi, dan terkadang kehilangan penglihatan. Tanda yang
sering dijumpai pada selulitis orbital adalah pembengkakan kelopak mata yang
kemerahan dan keras seperti kayu, kemosis konjungtiva yang dapat
mengalami protrusi dan menjadi nekrotik, dbola mata mengalami proptosis
aksial, terdapat restriksi dari gerakan okular, dan pada pemeriksaan fundus
didapati kongesti vena retinal dan tanda papilitis atau papiloedema. Dapat juga
ditemui disfungsi saraf optik

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Kultur bakteri dari usap nasal dan konjungitva dan spesimen darah

2. Pemeriksaan darah lengkap

3. X-Ray PNS untuk mendeteksi adanya sinusitis terkait

4. USG orbital untuk mendeteksi adanya abses intraorbital

5. CT scan dan MRI untuk:

a. Membedakan selulitits preseptal dan post septal

b. Mendeteksi abses subperiosteal dan abses orbital

c. Mendeteksi ekstensi intrakranial

d. Menentukan kapan dan darimana dilakukan drainase abses orbital

6. Punksi lumbal bila terdapat tanda- tanda keterlibatan meningel dan


serebral.
F. Penatalaksanaan

1. Medis

a. Pasien menjalani rawat inap dan mendapat terapi antibiotika sistemik


ceftriaxone 2 gram 2 kali sehari intravena, metronidazol 3 kali 500 mg
per infus dan analgesik injeksi tramadol 2 kali 100 mg intravena.

b. Setelah 3 hari dan pembengkakan berkurang dilakukan insisi abses


periorbita dan dilakukan drainase. Nanah yang keluar dilakukan
pemeriksaan kultur.

c. Pasien juga bisa dikonsulkan ke bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung


Tenggorokan (Otolaringologi) untuk pemeriksaan sinusitis dan bagian
Gigi dan Mulut untuk pemeriksaan infeksi gigi yang kemungkinan
merupakan sumber infeksi utama.

d. selulitis orbital, terutama yang telah menunjukkan komplikasi-


komplikasi berbahaya membutuhkan tindakan bedah segera.

2. Keperawatan

a. Untuk mengurangi edema dan nyeri, direkomendasikan untuk


mengistirahatkan lokasi yang mengalami keluhan.
b. Perlu dipertimbangkan hospitalisasi untuk monitoring ketat dan
pemberian antibiotik intravena pada kasus yang berat, pada bayi,
pasien usia lanjut, dan pasien dengan imunokompromis.
c. Pada kondisi yang sangat parah dengan nekrosis luas disertai supurasi,
perlu dipertimbangkan dilakukan debridement insisi dan drainase
secara bedah. Apabila pasien sudah dilakukan pembedahan
pertahankan teknik aseptik agar tidak terjadi infeksi.
d. Memberikan edukasi kepada penderita yaitu diberikan informasi
mengenai perawatan kulit dan higiene kulit yang benar, misalnya
mandi teratur, minimal 2 kali sehari, jika terdapat luka hindari
kontaminasi dengan kotoran dan anjurkan untuk tidak mengucek mata
dengan tangan kotor. Upayakan selalu menjaga kebersihan tangan.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Menyerang sering pada lingkungan yang kurang bersih

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai
demam, menggigil dan malaise
b. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya
mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan
riwat pemakaian obat.
c. Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik
berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit
menegang dan mengilap
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit
selulitis atau penyekit kulit lainnya
e. Keadaan emosi psikologi : Pasien tampak tenang,dan emosional
stabil
f. Keadaan social ekonomi : Biasanya menyerang pada social
ekonomi yang sederhana
g. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
Tekanan darah : Hipotensi/Hipertensi
Nadi : Bradikardi
Suhu : Hipertermi
RR : Normal/Meningkat
a) Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
b) Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+), kondisi luka,
Pada pemeriksaan visus persepsi cahaya negatif/ positif, mata tampak
proptosis, area periorbita hiperemi dan edema, konjungtiva hiperemi
dan kemosis, kornea tampak keruh dan tampak hipopion memenuhi
bilik mata depan. Pergerakan bola mata terhambat ke semua arah. Pipi
kanan edema dan nyeri tekan. Pasien juga mengeluh adanya luka di
atas kelopak mata kanan yang mengeluarkan nanah dan darah.
c) Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
d) Mulut : Kebersihan, tidak pucat
e) Telinga : Tidak ada serumen
f) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
g) Jantung : Denyut jantung meningkat
h) Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
i) Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang
terasa di suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi
panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas
(peau d'orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan
kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula),
yang bisa pecah.

B. Diagnosa yang mungkin muncul

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit,


iskemik jaringan.
b. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit
c. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah
satu anggota tubuh.
d. Hipertermi

C. INTERVENSI
No Diagnosis Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan a. Kaji intensitas


dengan iritasi kulit. tindakan keperawatan nyeri
selama 2x24 jam menggunakan
Pengalaman sensori
pasien dapat skala / peringkat
dan emosional tidak
menunjukkan kriteria nyeri
menyenagkan yang
hasil:
muncul akibat b. Pertahankan
keruskanan jaringan 1. pasien ekstrimitas yang
aktual atau potensial menampakkan dipengaruhi
atau yang ketenangan dalam posisi
digambarkan sebagai yang ditemukan
2. ekspresi muka
kerusakan yang tiba-
rileks c. Jelaskan
tiba atau lambat dari
ketidaknyamanan kebutuhan akan
intensitas ringan
dalam batas yang imobilisasi 49 – 72
hingga berst dengan
dapat ditoleransi jam
akhir yang dapat
melaporkan
diantisipasi atau d. Berikan anal gesik
perubahan nyeri
diprediksi. jika diperlukan,
kaji keefektifan

e. Ubah posisi
sesering
mungkin,
pertahankan garis
tubuh untuk
menccegah
penekanan dan
kelelahan.

f. Bantuan dan
ajarkan
penanganan
terhadap nyeri,
penggunaan
imajinasi, relaksasi
dan lainnya.

g. Tingkatkan
aktivitas distraksi.

2 Resiko jatuh setelah dilakukan a. Mengidentifikasi


Daftar Pustaka

Sullivan JA ,. Orbita. Dalam : Vaughan DG, Asbury T, Riordan EP, editor.


OftalmologiUmum Edisi 17. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. 2007.
p.251-256. 3.

http://muhammadnuryakin.blogspot.com/2012/01/makalah-asuhan-keperawatan-
selulitis.html

Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC

Erfansah . (2010). Asuhan Keperawatan selulitis orbita.


http://erfansyah.blogspot.com/2010/03/asuhan-keperawatan-selulitis-orbita.html.
Diakses tanggal 24 Oktober 2011. pukul 08.00 am.

Anda mungkin juga menyukai