Anda di halaman 1dari 6

Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan oftalmologis serta pemeriksaan penunjang meliputi laboratorium dan pencitraan.
Pada anamnesis pasien pada selulitis orbita, biasanya pasien datang dengan keluhan utama
yaitu pembengkakan kelopak mata yang berat dengan nyeri hebat terutama saat mengerakkan
bola mata. Sebagian besar kasus terdapat riwayat penyakit sinusitis sebelumnya, karena lebih
90% kasus selulitis orbita disebabkan oleh perluasan infeksi sekunder dari sinusitis akut atau
kronis (AAO).
Pada pemeriksaan fisik dan oftalmologi ditemui tanda-tanda dari selulitis orbita
seperti demam, proptosis, kemosis, ptosis, keterbatasan dan nyeri saat mengerakkan bola
mata. Penurunan tajam penglihatan, gangguan penglihatan warna, gangguan lapangan
padang, dan abnormalitas pada pupil bisa ditemukan dan dicuragai telah terjadi neuropati
optic kompresi (AAO).

Gambar 1. Selulitis orbitas sisi mata kiri ditandai


dengan eritem, proptosis, dan ptosis serta kemosis.
Pada pemeriksaan fisik perlu ditelusuri sumber infeksi dari selulitis orbita. Pada sinus
dapat ditemukan sekret purulen pada hidung dan nyeri tekan pada sinus yang mengarahkan
ke sinusitis akut. Eschar hitam dalam mukosa hidung menunjukkan potensi untuk infeksi
jamur. Jika pasien memiliki nekrosis pada kulit atau bula pada kelopak mata, pertimbangkan
necrotizing fasciitis daripada selulitis (Robert). Gigi pasien harus diperiksa sebagai
kemungkinan penyebab infeksi karena puncak gigi molar dan premolar superior terletak pada
dasar sinus maksilaris, sehingga infeksi pada gigi-gigi ini dapat mengakibatkan sinusitis

maksilaris yang pada gilirannya akan mengenai jaringan orbita (JOI). Jika dicurigai telah
terjadi pembentukan abses, maka akan terjadi proptosis yang progresif, pergeseran posisi bola
mata, kegagalan atau perburukan klinis meskipun terapi antibiotik yang tepat. (AAO)
Menurut klasifikasi Chandler, secara kilnis selulitis orbita dibagi dalam 5 stadium
yaitu (Effy):
1. Stadium 1 (edema inflamasi) : peradangan pada kelopak mata yang ditandai dengan
edema kelopak mata.
2. Stadium 2 (selulitis orbita) : peradangan dan edema sudah meluas ke orbita, ditandai
adanya proptosis, gangguan pergerakkan bola mata.
3. Stadium 3 (abses periosteal) : pembentukan dan pengumpulan pus antara periorbita
dan dinding tulang orbita, yang ditandai dengan proptosis, perubahan letak bola
mata, gangguan pergerakkan bola mata dan penurunan visus.
4. Stadium 4 (abses orbita) : terdapat pembentukan dan pengumpulan pus di orbita yang
ditandai dengan ophtalmoplegi, proptosis,dan kehilangan penglihatan.
5. Stadium 5 (trombosis sinus kavernosus) : sudah terjadi perluasan infeksi ke sinus
kavernosus yang ditandai dengan proptosis, ophtalmoplegi, kehilangan penglihatan
disertai perluasan infeksi ke mata sehat dan tanda-tanda meningitis.

Gambar 2. Klasifikasi Chandler


Pemeriksaan Penunjang

Computed tomography scanning dapat digunakan untuk mengevaluasi pembentukan


abses dan membedakan selulitis orbital dari selulitis preseptal. Pada selulitis preseptal,
peradangan terbatas pada daerah anterior ke septum. Indikasi dari pencitraan orbital ialah
untuk pasien dengan proptosis atau gangguan gerakan ekstraokular karena peradangan
menghalangi pemeriksaan mata. CT scan serial dapat dilakukan untuk menilai kemajuan atau
respon terhadap pengobatan (Robert).

Gambar 3. Selulitis orbita (kiri) dan selulitis preseptal (kanan).


Pada selulitis preseptal tampak area hiperdens sebatas anterior
sampai septumorbita
Abses biasanya terdapat dalam ruang subperiosteal (Gambar 1), berdekatan dengan
daerah sinus yang terinfeksi, tetapi dapat memperpanjang ke dalam jaringan lunak orbital
melalui periosteum (AAO). Lokasi tersering anses subperiosteal yaitu dinding orbita medial
dan inferior. Dinding orbita medial berdekatan dengan sinus ethmoid dan dinding orbita
inferior berada diatas sinus maksilaris (Cullen).

Gambar 3. CT scan abses


subperiosteal
orbital
kanan
(panah)
menggeser posisi otot
rektus medial.

Jika selulitis orbita disebabkan oleh sinusitis, CT menunjukkan penebalan mukosa


jaringan lunak dari rongga sinus, kekeruhan sinus, atau terdapat air fluid levels. Septum

orbitosinus yang utuh dapat menyingkirkan terjadinya proses invasif atau destruktif.
Magnetic resonance imaging lebih sensitif untuk mengenali thrombosis sinus kavernosa.
(Robert). Foto polos hanya dapat mengidentifikasi adanya sinusitis yaitu dengan posisi foto
Waters terdapat penebalan kavum nasi. (Vaughan)
Hitung darah lengkap dapat menunjukkan leukositosis. Jika tindakan bedah
dilakukan, maka akan diambil aspirat dari abses atau sinus yang terinfeksi untuk dilakukan
kultur. Pungsi lumbal diindikasikan untuk pasien yang dicurigai meningitis.

Diagnosis Banding
Pasien dengan selulitis preseptal atau orbital dapat hadir dengan gejala yang sama,
dan penting untuk membedakan antara kedua infeksi tersebut. Nyeri pada mata dan edema
periorbital adalah gejala umum dari kedua preseptal dan selulitis orbita dan keterlibatan
biasanya unilateral. Pada selulitis preseptal, pasien memiliki gerakan ekstraokular utuh dan
tidak memiliki proptosis. Selulitis orbital ditandai dengan penurunan gerakan ekstraokular,
proptosis, diplopia, dan penurunan penglihatan. Demam dan sakit kepala dapat hadir pada
selulitis preseptal dan akan lebih terasa pada sellulitis orbital

Usia

Selulitis preseptal
Biasanya < 5 tahun

Selulitis orbita
Semua usia

Faktor risiko

Dewasa: Trauma pada kulit

90% Sinusitis

palpebral atau dakriosistitis


Anak-anak: Sinusitis
Pemeriksaan fisik
-

Proptosis
Gerak bola mata

Tajam penglihatan
Penglihatan warna
RAPD

Tidak ada

Ada

Normal

Terbatas dan menimbulkan


nyeri

Normal

Berkurang pada kasus berat

Normal

Berkurang pada kasus berat

Normal

Positif pada kasus berat

Diagnosis banding (non infeksi), ditandai tidak adanya tumor dan tanda-tanda akut lainnya:

Tumor orbita primer: hemangioma kapiler, rhabdomiosarkoma


Graves disease, terdapat riwayat penyakit tiroid (tiroiditis Hashimoto)
Hematom subperiosteal

Tatalaksana
Medikametosa
Pengobatan harus dimulai sebelum organisme penyebabnya diidentifikasi. Segera
setelah didapatkan biakan hidung, konjungtiva, dan darah, harus diberikan antibiotik yang
sensitif terhadap hasil kultur. Terapi antibiotika awal harus cakupan spektrum luas (tabel 1)
terhadap

bakteri gram positif seperti Staphylococcus, Streptococcus, H.influenza, dan

Moraxella catarrhalis, serta bakteri anaerob. Dekongestan hidung dan vasokonstriktor


membantu drainase sinus paranasal. Konsultasi dengan ahli THT sejak dini bermanfaat.
Sebagian besar kasus berespons cepat terhadap pemberian antibiotic. Kasus yang tidak
berespons mungkin memerlukan drainase melalui pembedahan. (Vaughan)
Tabel 1. Antibiotik parenteral pada selulitis orbital

Intervensi bedah
Intervensi bedah dipertimbangkan jika gagal terhadap terapi medikamentosa,
perburukan fungsi penglihatan/ abnormalitas pupil, terdapat abses orbital terutama pada kasus

yang melibatkan apeks orbita atau perluasan intrakarnial. (Cullen) Tetapi tidak semua abses
membutuhkan bedah drainase yaitu jika abses subperiosteal medial atau inferior yang
terisolasi pada anak-anak usia < 9 tahun dengan sinusitis ethmoid saja, penglihtan masih baik,
proptosis sedang biasanya respon dengan terapi medikamentosa. Menurut guideline set forth
dari Gracia dan Haris, diperlukan observasi khusus dan pertimbangan intervensi bedah jika
terdapat 1 atau lebih kriteria dibawah ini (AAO):

Pasien berumur 9 tahun atau lebih


Terdapat sinusitis frontal
Lokasi abses tidak di medial dari subperiosteal abcesss (SPA)
SPA yang besar
Dugaan infeksi anaerob (terdapat udara didalam abses pada CT scan)
SPA berulang setelah didrainase sebelumnya
Bukti sinusitis kronik (contoh: polip nasal)
Keterlibatan dan gangguan pada nervus optikus atau retina
Infeksi dental

Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila selulitis tidak ditangani dengan tepat. Komplikasi
selulitis orbita meliputi abses orbital atau subperiosteal, trombosis sinus kavernosus,
kehilangan penglihatan, dan infeksi intracranial (carrie).
Prognosis
Dengan pengenalan dan penanganan yang tepat, prognosis untuk sembuh total tanpa
komplikasi sangat baik. Morbiditas terjadi dari penyebaran patogen ke orbita yang dapat
mengancam penglihatan dan berlanjut ke penyebaran CNS. Selulitis orbital dapat berlanjut
menjadi abses orbital dan menyebar secara posterior menyebabkan trombosis sinus
kavernosus. Penyebaran sistemik dapat menyebabkan meningitis dan sepsis (Michael).

Anda mungkin juga menyukai