Pembimbing :
dr. M. Noer Shoffi, Sp. THT-KL
Oleh :
Dwi Kurniawan Siswoko
20190420075
Definisi
• Deviasi septum disebabkan oleh trauma langsung dan berhubungan dengan kerusakan pada
bagian lain hidung, seperti fraktur os nasal.
• Posisi intrauterin yang abnormal dapat menyebabkan tekanan pada hidung dan rahang atas,
sehingga dapat terjadi pergeseran septum.
• Demikian pula tekanan torsi pada hidung saat kelahiran (partus) dapat menambah trauma pada
septum.
• Penyebab lainnya : ketidakseimbangan pertumbuhan. Tulang rawan septum nasi terus tumbuh,
meskipun batas superior dan inferior telah menetap,
• juga karena perbedaan pertumbuhan antara septum dan palatum. Dengan demikian terjadilah
deviasi septum.
• Faktor risiko deviasi septum lebih besar ketika persalinan. Setelah lahir,
resiko terbesar ialah dari olahraga, misalnya olahraga kontak langsung
(tinju, karate, judo) dan tidak menggunakan helm atau sabuk pengaman
ketika berkendara
Klasifikasi
Menurut Mladina dibagi atas beberapa klasifikasi berdasarkan letak deviasi, yaitu :
Tipe II : benjolan unilateral yang sudah mengganggu aliran udara, namun masih
belum menunjukkan gejala klinis yang bermakna.
Tipe III : deviasi pada konka media (area osteomeatal dan meatus media).
Tipe IV : “S” septum (posterior ke sisi lain, dan anterior ke sisi lainnya).
Tipe V : tonjolan besar unilateral pada dasar septum, sementara di sisi lain masih
normal.
Tipe VII : kombinasi lebih dari satu tipe, yaitu tipe I-tipe VI
Jin RH dkk membagi septum deviasi berdasarkan berat atau ringannya keluhan
1) Ringan
Deviasi kurang dari setengah rongga hidung dan belum ada bagian septum yang menyentuh dinding
lateral hidung.
2) Sedang
Deviasi kurang dari setangah rongga hidung tetapi ada sedikit bagian septum yang menyentuh
dinding lateral hidung.
3) Berat
Deviasi septum sebagian besar sudah menyentuh dinding lateral hidung
• Inspeksi langsung pada batang hidungnya. Dari pemeriksaan rinoskopi anterior, dapat dilihat
penonjolan septum ke arah deviasi jika terdapat deviasi berat, tapi pada deviasi ringan, hasil
pemeriksaan bisa normal.
• Penting untuk pertama-tama melihat vestibulum nasi tanpa spekulum, karena ujung spekulum
dapat menutupi deviasi bagian kaudal. Pemeriksaan seksama juga dilakukan terhadap dinding
lateral hidung untuk menentukan besarnya konka. Piramid hidung, palatum, dan gigi juga diperiksa
karena struktur-struktur ini sering terjadi gangguan yang berhubungan dengan deformitas septum.
• Diperlukan juga pemeriksaan radiologi untuk memastikan diagnosisnya.
• Pada pemeriksaan Rontgen kepala posisi antero-posterior tampak septum nasi yang bengkok.
• Pemeriksaan nasoendoskopi dilakukan bila memungkinkan untuk menilai deviasi septum
bagian posterior atau untuk melihat robekan mukosa.
• Bila dicurigai terdapat komplikasi sinus paranasal, dilakukan pemeriksaan X-ray sinus
paranasal.
Penatalaksanaan
Bila gejala tidak ada atau keluhan sangat ringan, tidak perlu dilakukan tindakan koreksi septum.
Pembedahan :
Deviasi septum dapat menyumbat ostium sinus, sehingga merupakan faktor predisposisi terjadinya
sinusitis. Selain itu, deviasi septum juga menyebabkan ruang hidung sempit, yang dapat membentuk
polip. Sedangkan komplikasi post-operasi, diantaranya :
1) Uncontrolled Bleeding
2) Septal Hematoma
4) Saddle Deformity
• Prognosis pada pasien deviasi septum setelah menjalani operasi cukup baik dan pasien dalam
10-20 hari dapat melakukan aktivitas sebagaimana biasanya. Hanya saja pasien harus
memperhatikan perawatan setelah operasi dilakukan. Termasuk juga pasien harus juga
menghindari trauma pada daerah hidung.
Thank You