Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT INSTANSI


TUGAS POKOK DAN FUNGSI KKP SEBAGAI LEMBAGA PEMERINTAH NON
KEMENTERIAN DI BAWAH DIRJEN P2PL

PEMBIMBING :
dr. Ronald Pratama Adiwinoto, M.Ked.Trop

DISUSUN OLEH :
Adeline Tampang Allo 20190420012
Belinda Anastasya Tansil 20190420065
Benedicta 20190420066
Billy Suyanto Wijaya 20190420067
Bima Dewantara 20190420068
Clara Amelia Pondaag Kusuma 20190420069
Claudia Monica 20190420070

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


RSPAL DR. RAMELAN
SURABAYA
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
TUGAS POKOK DAN FUNGSI KKP SEBAGAI LEMBAGA
PEMERINTAH NON KEMENTERIAN DI BAWAH DIRJEN
P2PL

Referat ini telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka
menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.

Surabaya, November 2020

dr. Ronald Pratama Adiwinoto, M.Ked.Trop

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat berjudul “Tugas Pokok dan Fungsi
KKP sebagai Lembaga Pemerintah Non-Kementerian di bawah Dirjen P2PL” sebagai
tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. Tak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. Ronald Pratama Adiwinoto, M.Ked.Trop., selaku
dokter pembimbing, yang telah memberi arahan dan masukan kepada penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan responsi ini.
Keberhasilan dalam menyelesaikan referat ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian referat ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari kesempurnaan
yang perlu diperbaiki. Untuk itu, penulis mengharapkan saran yang membangun
sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Atas perhatiannya,
penulis mengucapkan terimakasih.

Surabaya, 30 November 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI

BAB I..................................................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................7
2.1 KKP.......................................................................................................................7
2.1.1 Definisi............................................................................................................7
2.1.2 Visi dan Misi...................................................................................................7
2.1.3 Dasar Hukum..................................................................................................7
2.1.4 Klasifikasi........................................................................................................8
2.1.5 Struktur Organisasi.........................................................................................9
2.1.6 Tugas dan Fungsi...........................................................................................9
2.2 Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK)...............................................11
2.3 Dirjen P2PL.........................................................................................................13
2.4 Tugas Pokok dan Fungsi KKP sebagai LPNK dibawah Dirjen P2PL.................16
BAB III..............................................................................................................................21
KESIMPULAN..................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................23

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah unit pelaksana teknis di lingkungan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (Ditjen PP-PL). Kantor Kesehatan Pelabuhan mempunyai tugas
melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit
menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja
pelabuhan/bandara dan lintas batas, dan pengendalian dampak kesehatan lingkungan.
Pencegahan keluar masuknya penyakit menular potensial wabah salah satunya dengan
melakukan vaksinasi bagi seseorang yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri (1)
Pada masa Kemerdekaan, sekitar tahun 1949/1950 Pemerintah RI membentuk 5
Pelabuhan Karantina, yaitu Pelabuhan Karantina Kelas I  Tanjung Priok dan Sabang,
Pelabuhan Karantina Kelas II  Surabaya dan Semarang serta Pelabuhan Karantina
Kelas III  Cilacap. Pada tahun 1959, Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 53 tahun 1959 tentang Penyakit Karantina, selanjutnya terlahirlah UU No 1
Tahun 1962 tentang Karantina Laut dan UU nomor 2 Tahun 1962 tentang Karantina
Udara. (2)
Internal Health Regulation pada tahun 2005 yang telah disepakati oleh Indonesia
merupakan dalah satu alasan terbentuknya KKP atau Kantor Kesehatan Pelabuhan.
Peraturan tentang hal-hal seputar KKP sendiri telah diatur dalam Peraturan dari Menteri
Kesehatan. KKP sendiri memiliki kelas dan fungsi yang bermacam-macam.
Peraturan Menteri Kesehatan ini merupakan penerapan International Health
Regulation (IHR), di seluruh Pelabuhan/Bandara negara-negara Anggota PBB yang
meratifikasinya, dengan tujuan untuk mendeteksi dan merespon dalam mencegah
masuk dan keluarnya penyakit-penyakit PHEIC dan bioteroris melalui pelabuhan
Internasional.
   Kegiatan pengamatan penyakit menular di pelabuhan selain ditujukan terhadap
kemungkinan adanya para pelaku perjalanan pengguna jasa pelabuhan yang menderita

5
penyakit yang dapat menimbulkan Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC), tersangka penderita penyakit menular lainnya atau para carrier, juga
ditekankan melaksanakan pengawasan sanitasi lingkungan dan pengendalian vector
baik dilokasi pelabuhan maupun terhadap sarana angkutan umum yang digunakan dari
dan ke pelabuhan. (3)
Pembangunan Kesehatan di Wilayah Pelabuhan / Bandara adalah merupakan
bagian dari pembangunan Kesehatan Nasional. Pada saat ini pelabuhan / bandara tidak
hanya berfungsi sebagai pintu masuknya barang jasa dan manusia, akan tetapi dapat
menjadi tempat keluar masuknya penyakit karantina dan penyakit menular potensial
wabah
Fungsi ini sangatlah penting untuk mengontrol wabah penyakit yang mungkin
muncul di Indonesia. Salah satu sumber daya manusia yang penting di KKP adalah
dokter. Karena keseharian KKP berhubungan dengan mencegah potensi penyebaran
wabah baik bagi manusia maupun lingkungannya, tentunya diperlukan dokter sebagai
salah satu staf wajib yang ada di struktur KKP ini.
Sekarang kita berada di tengah pandemi Corona Virus-19. Kasus CoVid-19
pertama kali dilaporkan di Cina sehingga kita berasumsi bahwa hadirnya CoVid-19 di
Indonesia ini merupakan akibat dari penyebaran virus dari luar yang masuk ke
Indonesia. Maka dari itu, peran KKP sebagai surveilans epidemiologi dan pelaksanaan
kekarantinaan di tempat-tempat transportasi orang dan barang yang akan masuk ke
Indonesia sangat penting. Oleh sebab itu, pengetahuan akan KKP merupakan salah
satu hal yang penting diketahui oleh masyarakat.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KKP
2.1.1 Definisi
Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah unit pelaksana teknis di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

2.1.2 Visi dan Misi


Visi
Visi Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah: Masyarakat Sehat yang Mandiri dalam
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Berkeadilan
Misi
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersedian dan pemerataan sumber daya kesehatan.
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik (4)

2.1.3 Dasar Hukum

 International Health Regulation (IHR) 2005


 International Civil Aviation Organization (ICAO)
 International Maritime Organization (IMO)
 International Air Transport Association (IATA)
 UU No 1 Tahun 1962 Tentang Karantina Laut
 UU No. 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara
 UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
 UU No. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan

7
 UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
 UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
 UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
 PP Nomor 40 tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular
 Permenkes Nomor 560/Menkes/SK/VIII/1989 tentang jenis penyakit tertentu yang
dapat menimbulkan wabah, tata cara penyampaiabn laporannya dan tata cara
penanggulangan seperlunya
 Kepmenkes No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang pedoman penyelenggaraan
system surveilans epidemiologi Kesehatan
 Kepmenkes No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
Terpadu
 Permenkes No. 2348/Menkes/Per/XI/2011 tanggal 22 November 2011 tentang
perubahan atas Permenkes Nomor 356/Menkes/Per/2008 tanggal 14 April 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan (5)

2.1.4 Klasifikasi
Berdasarkan Permenkes No. 2348/MENKES/PER/XI/2011, KKP diklasifikasikan
menjadi 4 kelas berdasarkan beban kerja di bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat
negara yaitu:
1. KKP Kelas I yang terdiri dari 7 KKP (Tanjung Priok, Denpasar, Surabaya,
Jakarta, Medan, Makassar, dan Batam).
2. KKP Kelas II yang terdiri dari 21 KKP (Tanjung Pinang, Banjarmasin, Kendari,
Tarakan, Mataram, Padang, Semarang, Manado, Cirebon, Banten, Pontianak,
Samarinda, Cilacap, Panjang, Jayapura, dan Tanjung Balai Karimun).
3. KKP Kelas III yang terdiri dari 20 KKP (Pangkal Pinang, Belitung, Tembilahan,
Jambi, Dumai, Palu, Kupang, Biak, Sorong, Manokwari, Sampit, Banda Aceh,
Merauke, Lhokseumawe, Bengkulu, Poso, Pulang Pisau, Gorontalo, Ternate, dan

8
Sabang).
4. KKP Kelas IV yang terdiri dari 1 KKP (Yogyakarta) (6)

2.1.5 Struktur Organisasi

(sumber : https://kespel.kemkes.go.id/uploads/imgreference/20150803093821.pdf)

2.1.6 Tugas dan Fungsi

 Tugas Pokok KKP


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
356/MENKES/PER/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan pasal 2 tugas pokok KKP yaitu melaksanakan pencegahan masuk dan
keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveillance epidemiologi,
kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan,

9
pengawasan OMKABA serta pengamatan terhadap penyakit baru dan penyakit yang
muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di
wilayah bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara (6).
 Fungsi KKP
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
356/MENKES/PER/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan pasal 3 KKP mempunyai fungsi sebagai berikut (6) :

a. Pelaksanaan kekarantinaan;
b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan;
c. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan lintas
batas darat negara;
d. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru,
dan penyakit yang muncul kembali;
e. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi, dan
kimia;
f. Pelaksanaan sentra/ simpul jejaring surveillans epidemiologi sesuai penyakit
yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan internasional;
g. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang kesehatan, serta kesehatan
matra termasuk penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan penduduk;
h. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
i. pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika dan
alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan mengawasi
persyaratan dokumen kesehatan OMKABA impor;
j. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya;
k. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

10
l. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi di bidang kesehatan bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
m. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
n. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan
surveilans kesehatan pelabuhan;
o. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan
lintas batas darat negara.

2.2 Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK)


Di samping wakil presiden dan kementrian negara, presiden juga dapat dibantu
oleh lembaga pemerintah yang lain, seperti Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
(LPNK). Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang dahulu namanya
Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPD). Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian merupakan lembaga negara yang dibentuk untuk membantu presiden
dalam melaksanakan tugas pemerintahan tertentu. Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian berada di bawah presiden dan bertanggung jawab langsung kepada
presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri yang terkait (7).

Keberadaan LPNK diatur oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia, yaitu


Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non-Departemen.
Berikut ini Daftar Lembaga Pemerintah Non-Kementerian yang ada di
Indonesia (7).
1. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), di bawah koordinasi Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
2. Badan Informasi Geospasial (BIG).
3. Badan Intelijen Negara (BIN).
4. Badan Kepegawaian Negara (BKN), di bawah koordinasi Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

11
5. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), di bawah
koordinasi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
6. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), di bawah koordinasi Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian.
7. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), di
bawah koordinasi Menteri Riset dan Teknologi.
8. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
9. Badan Narkotika Nasional (BNN).
10. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
11. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
12. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI).
13. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), di bawah koordinasi Menteri
Kesehatan.
14. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), di bawah koordinasi Menteri
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
15. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
16. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL), di bawah koordinasi
Menteri Lingkungan Hidup.
17. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), di bawah koordinasi
Menteri Riset dan Teknologi.
18. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS),di bawah
koordinasi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
19. Badan Pertanahan Nasional (BPN), di bawah koordinasi Menteri Dalam
Negeri.
20. Badan Pusat Statistik (BPS), di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian.
21. Badan SAR Nasional (BASARNAS).
22. Badan Standardisasi Nasional (BSN), di bawah koordinasi Menteri Riset dan
Teknologi.

12
23. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), di bawah koordinasi Menteri Riset
dan Teknologi.
24. Badan Urusan Logistik (BULOG), di bawah koordinasi Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian.
25. Lembaga Administrasi Negara (LAN), di bawah koordinasi Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
26. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di bawah koordinasi Menteri
Riset dan Teknologi.
27. Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS).
28. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
29. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), di bawah
koordinasi Menteri Riset dan Teknologi.
30. Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG), di bawah koordinasi Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum dan, Keamanan.
31. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PERPUSNAS), di bawah
koordinasi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

2.3 Dirjen P2PL


TUJUAN DAN SASARAN STATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN
PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
Dalam Rencana Aksi Program PP dan PL 2015 - 2019 tidak ada visi dan misi
Direktorat Jenderal. Rencana Aksi Program PP dan PL mendukung pelaksanaan
Renstra Kemenkes yang melaksanakan visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong-royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan
yaitu (8) :
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
negara hukum.

13
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang
ingin diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni (8):
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Program PP dan PL mempunyai peran dan berkonstribusi dalam tercapainya
seluruh Nawa Cita terutama terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia melalui upaya preventif dan promotif.
SASARAN STRATEGIS
Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan dalam Rencana Aksi Program PP dan PL merupakan sasaran strategis
dalam Renstra Kemenkes yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen PP

14
dan PL. Sasaran tersebut adalah meningkatnya pengendalian penyakit pada akhir tahun
2019 yang ditandai dengan (8):
1. Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80 persen imunisasi dasar lengkap
pada bayi sebesar 95 %.
2. Jumlah kab/kota dg eliminasi malaria sebanyak 300 kab/kota 35
3. Jumlah kab/kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1
persen sebanyak 75 kab/kota
4. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta sebanyak 34 provinsi
5. Menurunnya Prevalensi TB menjadi 245 per 100.000 penduduk
6. Menurunnya Prevalensi HIV menjadi <0,5 %
7. Meningkatnya Persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan
lingkungan sebesar 40%.
8. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
tertentu sebesar 40%.
9. Meningkatnya jumlah Kab/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
sebesar 100%.
10. Menurunnya prevalensi merokok pada pada usia ≤ 18 tahun sebesar 5,4%.
11. Meningkatnya Surveilans berbasis laboratorium sebesar 50 %
12. Persentase pelabuhan/bandara/PLBD yang melaksanakan kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
sebesar 100%.
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DITJEN PP DAN PL
Arah Kebijakan Ditjen PP dan PL untuk mendukung arah kebijakan Kementerian
Kesehatan adalah sebagai berikut (8):
1. Peningkatan surveilans epidemiologi faktor risiko dan penyakit
2. Peningkatan perlindungan kelompok berisiko
3. Penatalaksanaan epidemiologi kasus dan pemutusan rantai penularan
4. Pencegahan dan penanggulangan KLB/Wabah termasuk yang berdimensi
internasional

15
5. Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit
6. Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat
7. Pelayanan kesehatan jiwa
8. Peningkatan keterpaduan program promotif & preventif dlm pengendalian
penyakit & penyehatan lingkungan
2.4 Tugas Pokok dan Fungsi KKP sebagai LPNK dibawah Dirjen P2PL
1. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)
Upaya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ditempuh dengan
cara : a. Mengusulkan penambahan tenaga yang dibutuhkan sesuai dengan
standar ketenagaan dan kebutuhan di lapangan; b.Dengan
menyertakan/mengirim petugas untuk mengikuti diklat baik baik teknis maupun
diklat manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalitas
pegawai agar mampu menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapi di
lapangan dengan cepat dan tepat. Di samping itu juga perlu dilakukan
pembinaan secara berkesinambungan dan berjenjang dari masing masing
pejabat di lingkungan KKP (9).
2. Melengkapi sarana dan prasarana
Guna menjamin keberhasilan dan kelancaran dalam operasional kegiatan,
langkah yang akan dilaksanakan oleh KKP Kelas I antara lain melengkapi sarana
untuk keperluan rutin, keperluan teknis dan sarana penunjang berupa komputer,
radio komunikasi (marine radio), menambah kendaraan operasional baik roda 2
(motor), maupun roda 4 (mobil) dan mengoptimalkan anggaran sesuai dengan
usulan kegiatan. Serta peralatan lain pendukung kegiatan. Setiap wilker
diusulkan secara bertahap agar memiliki bangunan perkantoran dan peralatan
pendukung yang memadai (9).
3. Mengefektifkan Surveilans Epidemiologi
Dalam rangka mencegah masuk dan keluarnya penyakit karantina dan
penyakit menular berpotensi wabah melalui pelabuhan, maka penerapan
surveilans epidemiologi yang efektif perlu dilakukan. Penerapan system
surveilans epidemiologi yang efektif akan sangat bermanfaat dalam

16
melaksanakan system kewaspadaan dini dan upaya cegah tangkal terhadap
penyakit karantina dan penyakit menular berpotensi wabah. Hal ini dimungkinkan
bila dilakukan olehtenaga yang terampildibidangnya dan didukung fasilitas yang
memadai. Langkah yang akan dilakukan dalam mengefektifkan kegiatan
surveilans epidemiologi adalah dengan melakukan pengamatan dan
pengawasan, mengumpulkan data secara kontinuserta melakukan analisa dari
data yang dikumpulkan. Selanjutnya hasil analisa data tersebut dijadikan sebagai
bahan rekomendasi dalam mengambil suatu kebijakan dan tindakan lanjutan
yang akan dilakukan terhadap objek yang berpotensi sebagai media transmisi
penyakit (9).
4. Meningkatkan Upaya Pelayanan Kesehatan Pelabuhan
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu dilakukan guna menjaga
eksistensi KKP dimasa yang akan datang, agar persepsi masyarakat tetap positif
terhadap keberadaan KKP. Langkah yang akan dilakukan adalah a.
Melaksanakan pengujian kesehatan dengan sasaran utama pada anak buah
kapal dan nakhoda; b. Melaksanakan kier kesehatan terhadap TKMB (Tenaga
Kerja Bongkar Muat) dan penjamah makanan, mengingat golongan ini sangat
rentan terhadap penularan penyakit; c. Menjamin ketersediaan vaksin terutama
vaksin yellow fever karena vaksin ini sangat dibutuhkan oleh ABK, sementara
pengadaannya masih sangat tergantung dengan luar negeri; d. Melengkapi
sarana pengangkutan orang sakit/jenazah dengan menyediakan ambulans yang
sesuai dengan standar internasional (9)
5. Meningkatkan Upaya Kekarantinaan
Upaya kekarantinaan merupakan langkah terdepan dalam melaksanakan
cegah tangkal terhadap penyakit karantina dan penyakit menular tertentu lainnya.
Lemahnya upaya kekarantinaan ini akan berdampak luas pada upaya kesehatan
yang lain. Dengan keluarnya Permenkes RI No. 356/Menkes/PER/IV/2008 Jo
Permenkes Nomor 2348/MENKES/PER/XI/2011tentang Struktur Organisasi
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) telah memberi peluang yang lebih besar
terhadap upaya kekarantinaan.Konsisten denganhal ini upaya kekarantinaan
dilaksanakan dengan meningkatkan pengawasan terhadap komoditi OMKA,

17
kapal, alat angkut beserta muatannya.Upaya pengawasan dilaksanakan melalui
pengetatan prosedur kekarantinaan dan prosedur penerbitan dokumen
kesehatan tetapi tidak mengurangi aspek kelancaran, meningkatkan kemampuan
tenaga pemeriksa lapangan serta menegakan hukum terhadap pelanggaran UU
Karantina (9).
6. Meningkatkan Upaya Pengendalian Risiko Lingkungan
Upaya pengendalian risiko lingkungan menjadi perhatian utama. Upaya-
upaya ini meliputi (9):
a. Pengembangan Program Pelabuhan Sehat
Pelaksanaan pelabuhan sehat adalah suatu upaya terobosan untuk
mempercepat terwujudnya kondisi pelabuhan yang secara nyata
memenuhi kriteria sehat yang telah ditentukan. Beberapa kriteria
pelabuhan sehat antara lain terciptanya kondisi lingkungan yang aman,
nyaman, bersih dan sehat dan dapat menurunkan risiko penularan
penyakit berbasis lingkungan yang ditularkan melalui lingkungan
Pelabuhan.
b. Pemberantasan Tikus DiDarat Dan Di Kapal
Upaya pemberantasan tikus di kapal dilaksanakan dengan
mencegah naiknya tikus darat ke kapal melalui pemasangan rat guard
kapal dan menaikkan tangga kapal pada malam hari, memberikan
penyuluhan tentang kesehatan pada ABK, serta
melaksanakanpemberantasan tikus di kapal. Sedangkan
pemberantasan tikus didarat dilakukan dengan mengaktifkan
pemasangan perangkap tikus pada tempat-tempatyang potensial
terdapat tanda-tanda kehidupan tikus.
c. Pemberantasan Serangga
Tujuan pemberantasan serangga dimaksudkan untuk menekan laju
populasi nyamuk Aides aegypti terutama didaerah perimeter dan buffer
area. Di daerah perimeter angka indek harus 0 % sedangkan didaerah
buffer tidak lebih dari 1 %. Pemberantasan ini sebagai tindak lanjut dari
IHR 2005 (pasal 20).

18
d. Pengawasan Air Bersih
Air untuk keperluan manusia harus bebas dari organisme dan
bahan-bahan kimia dalam konsentrasi yang dapat menganggu
kesehatan.Selain itu air harus jernih tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa. Salah satu upaya KKP dalam pengendalian risiko
lingkungan adalah mengawasi kualitas air tersebut, mulai dari sumber
hingga pada si pemakai (konsumen). Langkah pengawasan akan
dilakukan melalui pemeriksaan kualitas air di darat dan dikapal.
Pemeriksaan air di darat dilakukan dengan pemeriksaan rutin sebulan
sekali dan lebih sering bila ada hal-hal yang perlu perbaiki.Hal ini
dilakukan pada reservoar, hydran, tongkang air dan mobil air.
Sedangkan pengawasan air di kapal ditujukan pada sisa air di kapal
sebelum kapal mengisi air di pelabuhan dengan mengusulkan
pengadaan laboratorium keliling.
e. Pengawasan Makanan & Minuman
Makanan yang tidak bersih dan tidak saniter merupakan wahana yang
potensi bagi penularan penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh
makanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan sangat beragam
jenisnya : thypus, diare, hepatitis dll. Untuk mencegah dan menjaga
agar makanan tidak menjadi sumber penularan penyakit yang pada
akhirnya dapat menimbulkan KLB, langkah yang akan dilakukan
adalah meningkatkan pengawasan makanan didarat dan di kapal
penumpang. Pengawasan makanan di darat dilakukan dengan
melaksanakan pemeriksaan kesehatan terhadap para penjamah
makanan, keadaan sanitasi rumah makan dan kualitas makanan yang
dihidangkan. Selanjutnya pengawasan makanan di kapal penumpang
dilaksanakan dengan memperketat prosedur pemeriksaan persediaan
bahan makanan yang akan dibawa kapal. Bahwa makanan yang tidak
memenuhi standar kesehatan tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi
oleh ABK dan penumpang kapal.Selanjutnya direkomendasi kepada
pemilik kapal penumpang untuk menganti supplier bahan makanan

19
kapal bila dalam 1 tahun melakukan kesalahan mengirim bahan
makanan yang tidak berkualitas dan tidak memenuhi standar
kesehatan sebanyak 3 kali..
7. Melaksanakan Promosi Kesehatan
Untuk bisa dikenal dengan baik oleh masyarakat, maka KKP perlu
melakukan promosi kesehatan. Promosi ini dilaksanakan melalui pembuatan
brosur dan leaflet, mengadakan penyuluhan tentang kesehatan, pembuatan
buletin yang berisi tentang masalah kesehatan dan perkembangan KKP (9).
8. Bekerjasama Dengan Instansi Lain
Dalam rangka optimalisasi tugas pokok dan fungsi organisasi, diperlukan
adanya kerjasama lintas sektor dan lintas program terkait. Misalnya dalam hal
rujukan kasus/pasien dengan rumah sakit rujukan. Kerjasama/kemitraan dengan
instansi terkait dalam pendayagunaan peralatan deteksi dan respon yang tidak
dapat dioptimalkan oleh KKP Kelas I Makassar (9).

20
BAB III
KESIMPULAN

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah unit pelaksana teknis di lingkungan


Kementerian Kesehatan dan bertanggung jawab pada Dirjen P2PL. Secara umum, visi
dan misi KKP adalah untuk melindungi dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui pencegahan dan pengendalian penyakit. Berdasarkan Permenkes,
KKP dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan beban kerja di bandara, pelabuhan dan lintas
batas darat negara. Tugas pokok KKP adalah melaksanakan pencegahan masuk dan
keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveillance epidemiologi, kekarantinaan,
pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan
OMKABA serta pengamatan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali,
bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

KKP merupakan bagian dari Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK).


LPNK merupakan lembaga negara yang dibentuk untuk membantu presiden dalam
melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dan bertanggung jawab langsung kepada
presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri yang terkait. Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2PL) adalah unsur pelaksana di
Kemenkes RI dan bertanggung jawab pada Menteri Kesehatan. Secara umum, Dirjen
P2PL bertugas untuk menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pencegahan dan pengendalian penyakit sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Sebagai LPNK dibawah Dirjen P2PL, KKP memiliki beberapa tugas dan fungsi
pokok, antara lain :

 Meningkatkan SDM
 Melengkapi sarana dan prasarana
 Mengefektifkan surveilans epidemiologi

21
 Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan di pelabuhan, pengendalian risiko
lingkungan dan karantina
 Melaksanakan promosi kesehatan

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Mutiarani PT. Studi Sanitasi Kapal Kargo dan Keberadaan Bakteri E.Coli pada
Makanan Jadi di Wilayah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kesehat Lingkung.
2017;9(2):111–21.
2. KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS 1 SOEKARNO HATTA. Sejarah
Perkembangan Karantina di Dunia.
3. KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS 1 MEDAN. Rencana Aksi Kegiatan
(RAK) Revisi III Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan. 2018.
4. SINKARKES. Visi dan Misi KKP. 2020.
5. KKP. Kantor Kesehatan Pelabuhan ( Port Health Authority). 2016;
6. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2348/MENKES/PER/XI/2011 tentangPerubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan. 2011;1–19.
7. Kansil CST. Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta;
2008.
8. Dirjen P2PL. Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan tahun 2015-2019. Jakarta; 2015.
9. Handoko D. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Makassar Revisi Tahun 2018.
Makassar: Kemenkes RI; 2018.

23

Anda mungkin juga menyukai