Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI INSTITUSI

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

Disusun Oleh :

1. Anti Mitsla Mentari P27833313012


2. Fulan Oktaviana Hardi P27833313020
3. Novi Dewi Setyowati P27833313022
4. Simas Pratiwi Fatimah P27833313045
5. Feby Indah Kurnia P27833313011

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D-IV KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2017

i
LEMBAR PERSETUJUAN / PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan Judul :

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN SURABAYA KELAS I
WILAYAH KERJA TUBAN

Disusun oleh :
KELOMPOK B
SUB II

Laporan Praktek Kerja Lapangan Program D-IV Kesehatan Lingkungan Jurusan


Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.ini telah
disetujui oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Surabaya Kelas I Wilayah Kerja
Tuban.

Tuban, 21 April 2017


Koordinator Wilayah Kerja
Tuban,

Edy Suyanto, SKM


NIP.196608081989031003

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan dengan segala kerendahan hati atas kehadirat
Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan di Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I Surabaya Wilayah Kerja Tuban.
Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini sebagai syarat guna
menyelesaikan Program Diploma IV Kesehatan Lingkungan. Laporan Praktek
Kerja Lapangan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
yang terlibat baik berupa materi, moral dan spiritual. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pembimbing di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya Wilayah Kerja
Tuban
Kami menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu apabila ada kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, demi kesempurnaan Laporan Praktek Kerja Lapangan
ini kami menerima dengan tangan terbuka.
Akhirnya kami berharap Laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca umumnya dan
perkembangan dunia pendidikan di akademi pada masa yang akan datang.

Tuban, April 2017


Penulis,

Kelompok B Sub II

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN / PENGESAHAN........................................................i


KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
B AB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum....................................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus..................................................................................3
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR KESEHATAN PELABUHAN...........5
2.1 PROFIL..........................................................................................................5
2.1.1 Sejarah.....................................................................................................5
2.1.2 Struktur organisasi...................................................................................8
2.1.3 Visi dan Misi............................................................................................9
2.2 WILAYAH KERJA......................................................................................10
2.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI.................................................................10
2.3.1 Tugas Pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan...........................................10
2.3.2 Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan.....................................................11
BAB III STRATEGI PENDEKATAN KEGIATAN...............................................13
BAB IV HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN..........................................15
4.1 PRL (Pengendalian Resiko Lingkungan).....................................................15
4.2 Pengendalian Kekarantinaan........................................................................24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................38
5.1 Kesimpulan...................................................................................................38
5.2 Saran.............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................39

iv
LAMPIRAN...........................................................................................................41

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Institusi......................................13

vi
B AB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelabuhan merupakan tempat yang terdiri atas daratan dan/atau
perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan
dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa
terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan
serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.
Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit
secara global dan kemungkinan juga dapat terjadi perubahan jenis dan pola
penyakit serta masalah-masalah kesehatan lain. Sehingga akan berpotensi
menimbulkan dampak yang merugikan untuk tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional (Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan).
Kantor Kesehatan Pelabuhan memiliki peran yang sangat penting
dalam mewujudkan kondisi pelabuhan yang bebas dari penularan penyakit.
Dengan adanya Peraturan Kesehatan Internasional/International Health
Regulation (IHR) tahun 2005 untuk mengatur tata cara dan pengendalian
penyakit, baik yang menular maupun yang tidak menular, maka Kantor
Kesehatan Pelabuhan harus kuat dan prima dalam melaksanakan cegah
tangkal penyakit karantina dan penyakit menular.
Beberapa faktor risiko sehingga dapat ditentukan penyebab terjadinya
penyakit menular berpotensial wabah. Salah satu aspek penularan penyakit
adalah serangga/vektor penular penyakit, baik yang dibawa melalui alat
angkut kapal yang datang dari luarIndonesia maupun sebaliknya, sesuai
peraturan Perundang-Undangan Kesehatan Nasional dan Internasional
Health Regulation (IHR) tahun 2005, semua alat angkut harus bebas dari
vektor, maka pemeriksaan kesehatan di kapal mutlak diperlukan,
mengingat kapal dapat membawa vektor penyakit.
Melihat perkembangan fakta bahwa situasi kesehatan pelabuhan,
bandara dan pos lintas batas berada dalam situasi yang rawan maka
langkah antisipasi perlu segera dilaksanakan.apabila tidak segera
ditangani, maka ketahanan daya dukung wilayah ini, tidak akan mampu
menerima beban permasalahan masuk atau keluarnya penyakit.
Untuk melindungi masyarakat pemakai jasa pelabuhan, bandara, pos
lintas batas dan alat angkutnya dari ancaman masuk keluarnya penyakit-
penyakit menular antar negara dan antar pulau dalam negeri yang
ditularkan melalui pelabuhan dan bandara dan pos lintas batas, perlu
adanya peningkatan upaya sanitasi dan pengendalian dampak risiko
lingkungan di wilayah ini seiring dengan perkembangan pola penyakit.
Upaya ini merupakan salah satu penyelenggaraan fungsi kantor
kesehatan pelabuhan yang tertuang dalam Kepmenkes 356/2008. Selama
ini upaya sanitasi dan pengendalian dampak risiko lingkungan di
Pelabuhan, Bandara dan PLBD (Pos Lintas Batas Darat) telah
dilaksanakan, namun belum menampakkan hasil yang optimal, terutama
oleh keterbatasan kemampuan sumber daya manusia yang ada.
Pelaksanaan upaya sanitasi dan pengendalian dampak risiko
lingkungan di Pelabuhan, Bandara dan PLBD yang dilakukan oleh petugas
KKP sangatlah bergantung kepada kemampuan yang dimiliki oleh petugas
KKP. Dengan demikian, maka setiap Calon Pegawai Negeri Sipil dan
Pegawai Pindahan yang akan bekerja pada Kantor Kesehatan Pelabuhan
harus memahami tentang pelaksanaan upaya sanitasi dan pengendalian
dampak risiko lingkungan dengan baik. Peningkatan kemampuan dalam
upaya sanitasi dan pengendalian dampak risiko lingkungan bagi setiap
Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pindahan yang akan bekerja pada
Kantor Kesehatan Pelabuhan harus dilakukan melalui pelatihan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan pengalaman pembelajaran secara langsung kepada
mahasiswa guna memahami sanitasi dan dampak risiko lingkungan di
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

2
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengawasan air bersih.
2. Menjelaskan pengamanan makanan dan minuman.
3. Menjelaskan sanitasi gedung/bangunan.
4. Menjelaskan pengawasan sanitasi alat angkut.
5. Menjelaskan pengawasan pencemaran udara, air dan tanah.
6. Menjelaskan pengelolaan bahan berbahaya beracun.
7. Menjelaskan pengamanan radiasi pengion dan non pengion
8. Menjelaskan kajian dan pengembangan teknologi dalam bidang
pengendalian risiko lingkungan KKP dan lingkungan kerja.
1.3 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang didapatkan di Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) terutama bidang Sanitasi dan
Dampak Risiko Lingkungan.
2. Mengetahui kemampuan mahasiswa yang di dapatkan di Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) terutama bidang Sanitasi dan
Dampak Risiko Lingkungan.
3. Menambah wawasan dan pengalaman selaku generasi muda yang
dididik untuk siap bekerja langsung di masyarakat dalam
persaingan dunia kerja.
b. Bagi Institusi
1. Sebagai referensi dalam penulisan tentang Sanitasi dan Dampak
Risiko Lingkungan di Pelabuhan.
2. Sebagai bahan masukan dan evaluasi program pendidikan di
Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Surabaya untuk menghasilkan tenaga-
tenaga terampil sesuai dengan kebutuhan di Pelabuhan.
c. Bagi Perusahaan
1. Mengetahui kualitas pendidikan di perguruan tinggi negeri
khususnya di Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya.
2. Memberikan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan oleh badan
usaha terkait.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

2.1 PROFIL

2.1.1 Sejarah
Istilah ”Karantina” atau ”Quarantine” berasal dari bahasa latin
”QUADRAGINTA” atau bahasa Perancis ”QUARANTA” yang berarti 40
hari, maksudnya untuk mencapai suatu pelabuhan tujuan , kapal harus
berada di laut selama 40 hari.
Pada tahun 1348 lebih dari 60 juta orang penduduk dunia
meninggal karena penyakit “Pes” (Black Death). Pada tahun 1348
Pelabuhan Venesia sebagai salah satu pelabuhan yang terbesar di Eropa
melakukan upaya karantina dengan cara menolak masuknya kapal yang
datang dan daerah terjangkit Pes serta terhadap kapal yang dicurigai
terjangkit penyakit PES (PLAGUE). Pada tahun 1383 di Marseille,
Perancis, ditetapkan UU Karantina yang pertama dan didirikan Station
Karantina yang pertama.
Pada tahun 1911 di Indonesia, Pes masuk melalui Pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya. Pada tahun 1911 diduga dimulainya tindakana

4
karantina di Indonesia. Pada saat itu pemerintah Hindia Belanda
memberlakukan “QUARANTINE ORDONANTIE” (Staatblad 277,
tahun 1911).
Penanganan kesehatan di pelabuhan dilakukan oleh dokter
pelabuhan (Haven Arts) yang diperbantukan kepada penguasa tunggal
di pelabuhan (Haven Master). Di Indonesia saat itu ditetapkan dua
tempat pengkarantinaan utama yaitu pulau ONRUST di teluk Jakarta
dan Pulau RUBIAH di Sabang Aceh. Tahun 1945 Haven Arts
dimanfaatkan sebagai Rumah sakit karantina.
Pada masa Kemerdekaan, sekitar tahun 1949/1950 Pemerintah RI
membentuk 5 Pelabuhan Karantina, yaitu : Pelabuhan Karantina Klas I :
Tg. Priok dan Sabang, Pelabuhan Karantina Klas II: Surabaya dan
Semarang serta Pelabuhan Karantina Klas III : Cilacap.
Pada tahun 1959, Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 53 tahun 1959 tentang Penyakit Karantina. Perkembangan
Selanjutnya, terlahirlah Undang-Undang Nomor 1 tahun 1962 tentang
Karantina Laut dan UU nomor 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara.
Pada 1970, terbit SK Menkes No.1025/DD/Menkes, tentang
pembentukan Dinas Kesehatan Pelabuhan Laut (DKPL) sebanyak 60
DKPL & Dinas Kesehatan Pelabuhan Udara (DKPU) sebanyak 12
DKPU. Salah satunya adalah DKPL Tanjung Perak. Baik DKPL
maupun DKPU non eselon. Kegiatan DKPL dan DKPU baik teknis
maupun administratif meski satu kota, terpisah.
SK Menkes Nomor 147/Menkes/IV/78, DKPL dan DKPU dilebur
menjadi Kantor Kesehatan Pelabuhan dan pembinaan teknisnya berada
dibawah Bidang Desenban Kantor Wilayah Depkes dimana pimpinan
KKP adalah eselon III B. Berdasarkan SK Menkes Nomor
147/Menkes/IV/78. KKP terdiri atas 10 KKP Kelas A dan 34 KKP
Kelas B. Dimana Kantor Kesehatan Pelabuhan Pelabuhan Surabaya
termasuk kategori kelas A.
Sejak penerapan Undang-undang Otonomi Daerah, otoritas
kesehatan ditingkat provinsi yang bernama Kanwil Depkes harus

5
dilebur kedalam struktur Dinas Kesehatan Provinsi. Peraturan
Pemerintah tentang Pembagian Kewenangan mengamanatkan bahwa
Kekarantinaan sebagai wewenang pemerintah pusat. Tahun 2004 terbit
SK Menkes No 265/Menkes/SK/III/2004 tentang Organisasi & Tata
Kerja KKP yang baru. KKP digolongkan menjadi:
a KKP Kelas I (eselon II B) : 2 KKP
b KKP Kelas II (eselon III A) : 14 KKP (termasuk KKP Surabaya)
c KKP Kelas III (eselon III B) : 29 KKP
Pada tahun 2008 dilakukan lagi revisi sekaligus mencabut
PERMENKES Nomor 265 Tahun 2004 dengan PERMENKES
356/MENKES/PER/IV/2008. Sejak berlakunya Peraturan ini, maka di
lingkungan Departemen Kesehatan terdapat 7 (tujuh) KKP Kelas I, 21
(dua puluh satu) KKP kelas II, dan 20 (dua puluh) KKP Kelas III.
Berdasarkan permenkes ini Kantor Kesehatan Pelabuhan Surabaya naik
dari Kelas II menjadi Kelas I.
PERMENKES Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 juga telah
mengalami perubahan sebagian isinya melalui PERMENKES Nomor
2348/MENKES/PER/XI/2011. Dengan Perobahan terakhir ini, jumlah
KKP menjadi 49 dengan Rincian :terdapat 7 (tujuh) KKP Kelas I, 21
(dua puluh satu) KKP Kelas II, dan 20 (dua puluh) KKP Kelas III serta
1 (satu) KKP Kelas IV.

6
2.1.2 Struktur organisasi
Dalam sebuah instansi terdapat suatu struktur organisasi yang
mempunyai tugas pokok dan tanggung jawab dalam menjalankan
tugas masing- masing. Berikut ini merupakan struktur organisasi di
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya :
a. Struktur Organisasi KKP Kelas I Surabaya

KEPALA
KANTOR
BAGIAN TATA
USAHA

SUBBAGIAN SUBBAGIAN
PROGRAM KEUANGAN
&LAPORAN
& UMUM

BIDANG BIDANG BIDANG


PENGENDALIAN PENGENDALIAN UPAYA
KARANTINA DAN RISIKO KESEHATAN
SURVEILANS LINGKUNGAN DAN LINTAS
EPIDEMIOLOGI WILAYAH
SEKSI S. PENGEN VEKTOR S. PENCEGAHAN DAN
PENGENDALI DAN PELAYANAN
BINATANG PENULAR KESEHATAN
AN
PENYAKIT
KARANTINA
SEKSI S. SANITASI DAN S. KESEHATAN MATRA
DAMPAK
SURVEILANS KOORDINATOR WILKER DAN
RISIKO LINTAS WILAYAH
EPIDEMIOLOGI
TUBAN
LINGKUNGAN

Edy Suyanto, SKM


INSTALASI : KELOMPOK WILAYAH
1.Klinik Rawat JABATAN KERJA :
Jalan FUNGSIONAL 1. Juanda
Kesja & Isolasi . Gresik
1.Epidemiologi 3. Tuban
2.OMKABA 2.Entomologi . Kalianget
b. Air
3.Lab Struktur
& Organisasi
3.SanitarianKKP Kelas I Wilayah Kerja Tuban
Limbah 4.Dokter
4.Mak Min 5.Perawat
5.LabBIDANG
Rodent BIDANG UPAYA BIDANG
PENGENDALIAN
6.Klinik VCT KESEHATAN PENGENDALIAN
RESIKO LINGKUNGAN
7.Lab Diagnostik
8.Diklat KARANTINA DAN
1. dr. Julius Anggana
9.Logistik
1. Mas Adhi Hardian U, SURVEILAS
SST 10.Data & 2. dr. Christian Tri W EPIDEMIOLOGI
Informasi
11.Pemeliharaan
2. Nellis Eka R, Amd. KL
12.Perpus & 3. Ns. Feri W, S.Kep 1. Kariyono, Amd. KL
Arsip
13.Jejaring 4. Ns. Deddy Pratama,
&Kemitraan S.Kep

7
BAGIAN TATA
USAHA
1. Bagus Permana S
2.1.3 Visi dan Misi
a Visi
Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan
pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini,
maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah
“Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berlandaskan gotong-royong”.
b. Misi
Upaya untuk mewujudkan visi “Terwujudnya Indonesia yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong-
royong” ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu :
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan
mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan
demokratis berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat
jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi,
maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam
kebudayaan.

8
2.2 WILAYAH KERJA
Kantor Kesehatan Pelabuhan memiliki wilayah kerja guna untuk
membantu Kantor Kesehatan Pelabuhan induk dalam melakukan tugas
kekarantinaan sehingga dapat mencakup seluruh wilayah kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan.
Sehingga Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya terdapat empat
wilayah kerja yaitu :
1. Bandara Juanda
2. Pelabuhan Gresik
3. Pelabuhan Tuban
4. Pelabuhan Kalianget

2.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI

2.3.1 Tugas Pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kantor Kesehatan Pelabuhan mempunyai tugas melaksanakan


pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah,
surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak
kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA
serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul
kembali, bioterorisme, unsure biologi, kimia dan pengamanan radiasi di
wilayah kerja bandara pelabuhan, dan lintas batas darat negara. (Pasal 2
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN)

2.3.2 Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,


Kantor Kesehatan Pelabuhan menyelenggarakan 16 (enam belas) fungsi
(Pasal 3 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA
KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN):
1. Pelaksanaan kekarantinaan
2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan
3. Pelaksanaan pengendalian resiko lingkungan di bandara, pelabuhan,
dan lintas batas darat negara

9
4. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah,
penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali
5. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi,
dan kimia
6. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai
penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan
internasional
7. Pelaksanaan, fasilitas dan advokasi kesiapsiagaan dan
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang
kesehatan, serta kesehatan matra termasuk penyelenggaraan haji dan
perpindahan penduduk
8. Pelaksanaan, fasilitas dan advokasi kesehatan kerja dilingkungan
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara
9. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan,
kosmetika, dan alat kesehatan serta zat adiktif (OMKABA) ekspor
dan mengawasi persyaratan dokumen kesehatan OMKABA impor
10. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatanya
11. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan diwilayah keja
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara
12. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi di bidang kesehatan
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara
13. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di
bandara, pelabuahan, dan lintas batas darat negara
14. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian resiko lingkungan,
dan surveilans kesehatan pelabuhan
15. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan,
dan lintas batas darat negara
16. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Kantor
Kesehatan Pelabuhan

10
BAB III

STRATEGI PENDEKATAN KEGIATAN

Tabel 3. 1 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Institusi

No. Hari/ Uraian Kegiatan Penanggung


Tanggal Jawab
1. Senin/03 1. Pengenalan tempat Praktek Kerja
April 2017 Lapangan di Kantor Kesehatan
Pelabuhan Wilayah Kerja Tuban
2. Melakukan Pengambilan sampel air
bersih, air laut dan Tempat
Pengolahan Makanan secara
mikrobiologis di Pelabuhan Khusus
PT Semen Indonesia
3. Pengiriman sampel air bersih, air
laut dan makanan di Laboratorium
Kesehatan Daerah Kabupaten Tuban
2 Selasa/04 1. Seminar Sosialisasi mengenai
April 2017 “Seminar Sosialisasi Pencegahan
dan Pengendalian Malaria”
3. Rabu/05 1. Sosialisasi Standar Operasional
April 2017 Prosedur kegiatan di Kantor
Kesehatan Pelabuhan Wilayah Kerja
Tuban mengenai air bersih, air laut
dan Tempat Pengolahan Makanan.
4. Kamis/06 1. Sosialisasi kegiatan di Kantor
April 2017 Kesehatan Pelabuhan Tempat –
Tempat Umum, Alat angkut dan
penerbitan sertifikat.
2. Penyusunan Laporan
5. Jumat/07 1. Entry data pada kartu stock
April 2017 mengenai pembuatan sertifikat
SSCEC, Free Pratique, PHQC, ICV
2. Penyusunan Laporan
6. Senin/10 1. Pemberian materi mengenai
April 2017 pengendalian vektor dan binatang
pengganggu di kapal
2. Penyusunan Laporan

11
7. Selasa/11 1. Pemberian materi mengenai vektor
April 2017 (nyamuk, lalat, kecoa, pinjal) dan
binatang pengganggu (tikus)
2. Pemasangan perangkap atau
trapping di PT Holcim
3. Penyusunan Laporan
8. Rabu/12 1. Penyusunan Laporan
April 2017 2. Mengukur Kepadatan lalat
3. Membantu pengisian billing PNBP
4. Melakukan identifikasi nyamuk
5. Pemberian materi mengenai vektor
dan binatang pengganggu, tentang
kegiatan fumigasi di kapal dan
penerbitan sertifikat SSCC
9. Kamis/13 1. Penyusunan Laporan
April 2017 2. Supervisi
10. Senin/17 1. Penyusunan Laporan
April 2017
11. Selasa/18 1. Penyusunan Laporan
April 2017
12. Rabu/19 1. Penyusunan Laporan
April 2017
13. Kamis/20 1. Penyusunan Laporan
April 2017
16. Jumat/21 1. Pengesahan Laporan
April 2017 2. Perpisahan

BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 PRL (Pengendalian Resiko Lingkungan)

1) Kegiatan Yang Dilaksanakan

12
Bidang Pengendalian Resiko Lingkungan (PRL) memiliki 2 seksi :

a. Seksi Sanitasi dan Dampak Risiko Lingkungan (SDRL)


b. Seksi Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit (PVBPP)
Adapun kegiatan yang telah dilakukan oleh bidang PRL selama tahun 2011
adalah sebagai berikut :

I. Seksi Sanitasi dan Dampak Risiko Lingkungan, meliputi :

1. Pengawasan Penyediaan Air Bersih


Air adalah substansi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dalam
bentuk fisik air juga merupakan referensi dasar cairan, sebagai media
pembawa dan penghubung di dunia. Selain itu juga merupakan substansi
vital yang sangat dibutuhkan. Pengawasan penyediaan air bersih adalah
pengawasan terhadap sarana penyediaan air bersih, kualitas air (fisik,
kimia dan bakteriologis) dan tindak lanjutnya di pelabuhan maupun di
kapal. Apabila ditinjau dari kualitasnya adalah sebagai berikut :

a. Kualitas fisik meliputi rasa, bau, warna dan keruh


b. Kualitas kimia meliputi parameter organi, kimia anorganik, dan
radioaktif
c. Kualitas bakteriologi meliputi kandungan bakteri coli
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih seari-hari diperlukan juga sarana
air bersih yang sesuai dengan keadaan kebutuhan dan peruntukannya.
Beberapa sarana air bersih yang lazim dipergunakan adalah sebagai
berikut :

a. Sumur gali
b. Sumur pompa
c. Penampungan air hujan
d. Perlindungan mata air
e. Perpipaan
f. Sarana air bersih perlengkapan perpipaan
g. Hidran umum
Kegiatan yang dilakukan untuk menjaga kualitas air bersih dari
pencemaran atau kontaminasi ini dilakukan secara rutin. Ruang lingkup
pengawasan meliputi penyediaan air bersih untuk keperluan masyarakat
di lingkungan pelabuhan maupun untuk konsumsi alat angkut

13
(kapal/pesawat). Pengawasan penyediaan air bersih meliputi beberapa
kegiatan yaitu :

d. Pemetaan Jaringan Air Bersih/Air Minum


Pemetaan jaringan air bersih/air minum merupakan kegiatan untuk
melakukan pendataan terhadap lokasi pengelolaan air bersih di
lingkungan pelabuhan/bandara beserta penempatan jaringan
distribusinya dari water treatment sampai ke outlet.

e. Pengawasan Sarana Distribusi Air Bersih di Pelabuhan


Pengawasan sarana distribusi air bersih di pelabuhan/bandara adalah
kegiatan yang diarahkan untuk menilai kondisi sarana penyediaan air
bersih. Sarana air bersih yang diperiksa meliputi :

1) Sumber – mata air


2) Reservoir
3) Pipa distribusi
4) Hydrant
5) Lingkungan perkantoran, terminal dan tempat-tempat umum
lainnya seperti rumah makan, restoran dan lain-lain.
f. Pengawasan Kualitas Air Bersih di Pelabuhan
Pengawasan kualitas air bersih adalah kegiatan yang dilakukan untuk
memeriksa kualitas air bersih secara fisik, kimia maupun
bakteriologis. Kegiatan ini meliputi pengambilan sampel air bersih
dan pemeriksaannya di laboratorium. Pemeriksaan secara fisik
dilakukan oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Wilayah
Kerja Tuban, sedangkan secara kimia dan bakteriologis dilakukan
pemeriksaan di Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Tuban.

2. Pengamanan Makanan dan Minuman


Pengamanan makanan dan minuman adalah upaya melindungi makanan
dan minuman yang meliputi pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan
baku, pengolahan makanan, penyajian dan pengangkutan dari
kemungkinan tercemar oleh bahan-bahan kontaminan. Arah dari

14
kegiatan ini adalah menjaga kualitas makanan dan minuman yang
dikonsumsi agar memenuhi syarat kesehatan. Makanan dan minuman
merupakan media yang rentan terhadap gangguan mikro yang dapat
menyebabkan outbreak. Pengamanan makanan/minuman meliptui
kegiatan sebagai berikut :

a. Pemetaan Tempat Pengelolaan Makanan/Minuman di


Pelabuhan/bandara
Pemetaan tempat pengelolaan makanan/minuman merupakan kegiatan
untuk melakukan pendataan terhadap tempat-tempat pengelolaan
makanan (TPM) di lingkungan pelabuhan/bandara. TPM tersebut
melakukan pengolahan makanan untuk keperluan masyarakat
pelabuhan/bandara maupun alat angkut.

b. Pengawasan TPM di Pelabuhan/bandara


Pengawasan TPM dilakukan untuk menilai kondisi fisik tempat
pengelolaan makanan sesuai yang dipersyaratkan oleh kesehatan.
Pengawasan ini meliputi penilaian fisik terhadap :

a) Pengolahan makanan dari bahan mentah sampai siap


disajikan
b) Peralatan untuk pengolahan dan penyajian makanan
c) Fisik gedung/bangunan tempat pengolahan makanan.
d) Penampilan fisik penjamah makanan (foodhandler).

c. Pemeriksaan Kualitas Makanan/Minuman


Pemeriksaan kualitas makanan merupakan pemeriksaan terhadap
hasil olahan makanan yang dilakukan TPM atau yang disajikan oleh
TPM baik secara fisik, kimia maupun bakteriologis. Kegiatan yang
dilakukan secara rutin di lingkungan pelabuhan/bandara ini
diarahkan pada warung-warung makanan/restoran/rumah makan
yang ada di wilayah pelabuhan/bandara baik daerah perimeter
maupun buffer yang berada di wilayah kerja KKP Kelas I Tuban.

15
Tujuannya untuk menjaga agar TPM dapat melakukan pengelolaan
makanan secara higienis sehingga makanan yang disajikan tidak
mengandung sumber penyakit terutama yang disebabkan oleh
bakteri. Pemeriksaan kualitas makanan/minuman secara kimia (food
poison kit) dilakukan oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas I Tuban dan bekerjasama dengan Laboratorium Kesehatan
Daerah Kabupaten Tuban untuk pemeriksaan bakteriologis.

3. Pengawasan Pencemaran Udara, Air dan Tanah.


Pengawasan pencemaran merupakan pengawasan terhadap sumber
pencemaran yang ada di wilayah pelabuhan/bandara. Ruang lingkup
kegiatan pengawasan ini meliputi pengawasan terhadap kemungkinan
adanya pencemaran di udara, air maupun tanah karena aktifitas di
lingkungan pelabuhan/bandara.

a. Pemetaan lokasi pencemaran lingkungan di pelabuhan/bandara

Pemetaan pada kegiatan ini diarahkan untuk mendata tempat-tempat


di lingkungan pelabuhan/bandara yang berpotensi terjadi
pencemaran baik udara, air maupun tanahnya.

b. Pemantauan kualitas lingkungan

Pemantauan kualitas lingkungan dilakukan untuk melihat kondisi


lingkungan agar memenuhi syarat kesehatan. Kegiatan ini diarahkan
untuk mengetahui penanganan pengelolaan sampah dan
pembuangan air limbah dilingkungan pelabuhan/bandara.

c. Pengambilan & pemeriksaan sampel, air, dan tanah


Pemantauan kualitas lingkungan juga dapat dilakukan dengan
mengetahui kualitas udara, tanah dan air. Kegiatan untuk melakukan
pemantauan terhadap kualitas lingkungan diarahkan pada
pemeriksaan kualitas udara dan air di lingkungan pelabuhan dengan
pemeriksaan secara Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten
Tuban..

16
4. Pengawasan Sanitasi (bangunan, TTU, alat angkut)
Pengawasan sanitasi bangunan, TTU dan alat angkut merupakan
pengawasan hygiene sanitasi gedung/bangunan, TTU dan alat angkut
untuk fasilitas pendukungnya dan upaya pemeliharaan kondisi
gedung/bangunan, TTU dan alat angkut sebagai tempat aktifitas agar
tidak menjadi sumber penularan penyakit.

a. Pemetaan sarana tempat-tempat umum (TTU) di Pelabuhan/bandara


Pemetaan sarana TTU merupakan kegiatan pendataan terhadap
gedung/bangunan sebagai tempat aktifitas sehari-hari di lingkungan
pelabuhan/bandara. Sarana yang termasuk dalam kelompok TTU di
lingkungan pelabuhan/bandara adalah gedung/bangunan perkantoran,
terminal/dermaga pelabuhan, TPM dan fasilitas pendukungnya di
lingkungan pelabuhan/bandara.

b. Inspeksi sanitasi gedung/bangunan TTU di pelabuhan/bandara


Inspeksi sanitasi gedung/bangunan merupakan kegiatan yang
difokuskan untuk mengetahui kondisi bagian-bagian bangunan yang
ada di pelabuhan/bandara serta fasilitas pendukungnya dari
kemungkinan timbulnya masalah kesehatan, yang meliputi
penanganan sampah, sarana pembuangan air limbah, vektor dan
perilaku komunitas tempat tersebut.

c. Inspeksi sanitasi alat angkut, boarding & perpanjangan dokumen


Hygiene Sanitasi Kapal/pesawat merupakan kegiatan penting untuk
mencegah masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit
menular potensial wabah. Pemeriksaan sanitasi kapal/pesawat
dengan tujuan untuk membuat lingkungan kapal/pesawat tidak
menjadi sumber penularan penyakit baik yang ditularkan oleh rodent
ataupun penyebab lain akibat buruknya kondisi lingkungan alat
angkut.

5. Pembinaan & Pengawasan Pengelolaan Pestisida

17
Kegiatan ini bertujuan untuk memantau pengelolaan pestisida sebagai
bahan beracun berbahaya agar tidak menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan.

a. Pemetaan Tempat Pengelolaan Pestisida

Pemetaan tempat pengelolaan pestisida adalah kegiatan untuk


mendata tempat pengolahan/penyimpanan pestisida di wilayah
pelabuhan.

b. Pengawasan Pengelolaan Pestisida

Pengawasan tempat pengelolaan pestisida adalah kegiatan


pengawasan di lingkungan pelabuhan dari kemungkinan terjadinya
pencemaran oleh penggunaan bahan pestisida.

II. Seksi Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit (PVBPP)


meliputi :

1. Pengendalian Tikus dan Pinjal


Pengendalian tikus dan pinjal merupakan kegiatan untuk melakukan
upaya pengendalian/pemberantasan agar lingkungan pelabuhan/bandara
dan alat angkut bebas dari gangguan tikus dan pinjal sehingga tidak
terjadi faktor resiko/penyebaran penyakit dan kerugian yang ditimbulkan
oleh tikus.

a. Pemetaan Tempat Perindukan Tikus di Pelabuhan/bandara


Melakukan pendataan terhadap tempat-tempat yang memungkinkan
menjadi tempat perindukan tikus di wilayah pelabuhan/bandara
seperti gudang dan bangunan lain.

b. Pemasangan Perangkap (trapping) di Pelabuhan/bandara

18
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kepadatan tikus di wilayah
pelabuhan/bandara dan kemungkinan adanya infeksi bakteri yersinia
pestis. Kegiatan ini dilakukan dengan menangkap tikus pada tempat-
tempat yang mungkin menjadi tempat perindukannya. Kegiatan
pemasangan perangkap tikus diarahkan untuk :

1. Penangkapan tikus dilakukan untuk keperluan identifikasi tikus


dan pinjal.
2. Identifikasi tikus dilakukan untuk mengetahui species tikus serta
kemungkinan faktor resiko yang dapat ditimbulkannya.
3. Penyisiran tubuh tikus untuk mengetahui adanya pinjal pada
tubuh tikus dimana pinjal-pinjal tersebut berpotensi menularkan
penyakit pes. Selanjutnya akan dihitung indeks pinjalnya
sebagai ukuran untuk menentukan kemungkinan resiko adanya
penularan penyakit pes.

c. Pengamatan Pemasangan rat guard di Kapal

Kegiatan ini dilakukan untuk dalam rangka pengawasan terhadap


kemungkinan adanya investasi tikus baik dari alat angkut ke
pelabuhan maupun dari pelabuhan ke kapal. Bentuk kegiatannya
adalah mengawasi apakah kapal yang sandar di pelabuhan sudah
memasang rat guard sesuai dengan ketentuan sebagai penghalang
keluar masuknya tikus.

g. Pengamatan kepadatan tikus di kapal


Pemeriksaan tikus di kapal dilakukan dengan melihat tanda tanda
kehidupan tikus guna untuk melakukan upaya tindakan
pengendalian/pemberantasan.

h. Pemberantasan tikus di kapal


Pemberantasan tikus di kapal dilkukan dengan cara fumigasi
menggunakan fumigant methyl bromide (CH3Br), yang berbentuk gas
yang di cairkan, guna memberantas semua kehidupan tikus di kapal.

19
2. Pengendalian Nyamuk
Merupakan kegiatan untuk mengendalikan nyamuk agar tidak
menimbulkan penularan penyakit yang berpotensi wabah di lingkungan
pelabuhan/bandara tepatnya didalam perimeter dan buffer. Kegiatannya
meliputi :

a. Pemetaan Tempat Perindukan Nyamuk di Pelabuhan/bandara


Pemetaan tempat perindukan nyamuk merupakan kegiatan
pendataan terhadap tempat perindukan nyamuk baik di daerah
perimeter dan buffer di wilayah pelabuhan/bandara. Tempat yang
memungkinkan menjadi tempat perindukan nyamuk adalah
gedung/bangunan dengan fokus pada adanya kontainer-kontainer
atau bak penampungan air dan genangan air.

b. Survey jentik di Pelabuhan/bandara


Survei jentik yaitu kegiatan untuk mengetahui kepadatan jentik
nyamuk sebagai faktor resiko penularan penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk.

c. Survey Nyamuk Dewasa di Pelabuhan/bandara


Survey nyamuk dewasa adalah kegiatan untuk mengetahui
kepadatan nyamuk dan mengidentifikasikannya sehingga dapat
menentukan jenis nyamuk yang terdapat di wilayah
pelabuhan/bandara. Kegiatan ini dilakukan sebagai dasar
dilakukannya pengendalian nyamuk sebagai faktor resiko
penyakit.

d. Pemberantasan Nyamuk Dewasa (Fogging)


Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan melakukan
pengasapan dengan menggunakan mesin fog (fogging). Upaya ini
dilakukan untuk membunuh nyamuk dewasa guna menekan
populasi tersebut sehingga dapat mengurangi risiko penularan
penyakit.

e. Pemberantasan jentik nyamuk dewasa (Larvasidasi)

20
Pemberantasan jentik nyamuk dilakukan untuk menekan
kepadatan jentik nyamuk A.aegypti yang merupakan vector
penyakit yellow fever, DBD dengan menggunakan larvasida.

3. Pengendalian Lalat & Kecoa


Merupakan kegiatan untuk mengendalikan lalat & kecoa di wilayah
Pelabuhan/Bandara/Lintas batas Negara dan tempat-tempat
berkembang biakannya serta mencegah wilayah pelabuhan/bandara
dari infestasi lalat & kecoa untuk menghindarkan kemungkinan
terjadinya penularan penyakit dari serangga tersebut.

a. Pemetaan tempat perindukan lalat & kecoa di Pelabuhan/bandara


Pemetaan tempat perindukan lalat & kecoa merupakan kegiatan
untuk melakukan pendataan terhadap tempat perindukan lalat dan
kecoa di lingkungan pelabuhan / bandara. Tempat-tempat yang
mungkin menjadi perindukan lalat dan kecoa adalah tempat
sampah, rumah makan/restoran/warung, gedung/bangunan dan
lain-lain.

b. Survey lalat & kecoa di Pelabuhan/bandara


Pemantauan kepadatan lalat dan kecoa, yaitu kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui tingkat kepadatan lalat di lingkungan
pelabuhan/bandara terutama di sekitar pelabuhan/bandara dan
tempat pengolahan makanan.

c. Survey kecoa di Kapal


Survey kecoa di kapal merupakan kegiatan untuk memantau
kepadatan kecoa di kapal. Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah
agar alat angkut tidak menjadi sarana terjadinya penyebaran /
penularan penyakit.

d. Pemberantasan lalat & kecoa di Pelabuhan/bandara


Pemberantasan lalat & kecoa, yaitu kegiatan untuk menurunkan
populasi kepadatan lalat dan kecoa di pelabuhan/bandara mapun

21
alat angkut agar tidak menjadi sumber penyakit dengan metode
spraying.

4.2 Pengendalian Kekarantinaan


A. Pada saat keberangkatan
1. Pada Pelabuhan Laut Sehat
a. Pengawasan orang:
1) Semua penumpang dan awak kapal yang akan melakukan
perjalanan internasional ke Negara terjangkit harus memiliki
dokumen kesehatan berupa Internasional Certificate of
Vaccination or prophylaxis yang disyaratkan oleh Negara
tujuan.
2) Bagi penumpang dan awak kapal yang sakit harus memiliki
surat laik sehat yang dikeluarkan oleh dokter karantina
kesehatan di pelabuhan laut untuk mengidentifikasi apakah
berpenyakit menular atau tidak.
3) Etugas karantina kesehatan mencegah keberangkatan
penumpang dan awak kapal yang berpotensi menyebabkan
PHEIC dengan melakukan pemeriksaan kesehatan, tatalaksana
kasus, tindakan karantina, rujukan dan isolasi.
b. Pengawasan barang:
1) Petugas karantina kesehatan melakukan pemeriksaan dan
pengawasan terhadap barang yang dibawa oleh pelaku
perjalanan, terutama barang yang mempunyai factor resiko
sumber penular penyakit atau kejadian PHEIC.
2) Petugas karantina kesehatan pelakukan pengawasan Obat,
Makanan, Kosmetika dan Alat Kesehatan serta Barang Adiktif
lainnya (OMKABA) bekerja sama dengan Bea Cukai untuk
melakukan pemeriksaan dokumen kesehatan OMKABA dan
pemeriksaan fisik.
3) Petugas karantina kesehatan bekerja sama dengan bea cukai
menolak keluarnya OMKABA yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan. Apabila memenuhi syarat kesehatan
maka petugas karantina kesehatan menerbitkan sertifikat
Export OMKABA.

22
4) Selain itu petugas karantina kesehatan juga melakukan
pemeriksaan dokumen penyebab kematian jenazah yang akan
diangkut melalui kapal laut. Apabila memenuhi syarat
kesehatan maka petugas karantina kesehatan menerbitkan surat
keterangan angkut jenazah.

c. Pengawasan kapal laut (alat angkut):


1) Semua alat angkut yang berangkat untuk perjalanan
internasional harus menunjukkan dokumen kesehatan kapal
laut yang dipersyaratkan oleh pemerintahan Indonesia.
2) Petugas karantina kesehatan mencegah keberangkatan alat
angkut yang didalamnya terdapat agent (kuman) atau vector
yang dapat menyebabkan PHEIC.
3) Dalam melaksanakan pencegahan masuknya penyakit menular
atau PHEIC kedalam alat angkut maka perlu dilakukan
pemeriksaan dan penyehatan makanan, air berssih dan lain-
lain.
4) Kegiatan yang dilakukan pada pelabuhan sehat adalah
pemeriksaan rutin kekarantinaan untuk melihat kelengkapan
dokumen kesehatan kapal, yang merupakan indicator tentang
factor resiko dikapal dan dasar sebagai pertimbangan utama
untuk diberikannya Surat Izin Kesehatan Berlayar (SIKB).
Kapal yang akan berangkat terlebih dahulu harus melengkapi
dokumen dan masih berlaku : Dokumen tersebut adalah : Ship
Sanitation Exemption Control Certificate (SSCEC) / Ship
Sanitation Control Certificate (SSCC), One month extention
sertificate, Sailling permit, Buku Kesehatan, Health Alert Card
(HAC), International Certificate of Vaccination and
Propilaxis, Cargo list, Sertifikat P3K kapal.
5) Petugas karantina kesehatan memeriksa segala dokumen
kesehatan kapal dan mencegah pemberangkatan suatu kapal
yang tidak mempunyai dokumen tersebut.
6) Tindakan karantina mencakup pemeriksaan dan segala usaha
penyehatan terhadap kapal, bagasi, muatan barang, muatan
hewan dan muatan tanaman.

23
7) Surat pos, buku-buku dan barang cetakan lainnya dibebaskan
dari segala usaha penyehatan, kecuali paket yang
mencurigakan.
8) Selanjutnya untuk memantau keadaan yang berpotensi PHEIC
pada saat keberangkatan dilakukan surveilans rutin terhadap
orang, alat angkut, dan barang.
2. Pada pelabuhan laut yang mempunyai akses wilayah episenter PHEIC
a. Terhadap orang, barang dan alat angkut :
1) Petugas dalam melakukan pemeriksaan wajib menggunakan
APD lengkap dan diberikan profilaksis selama 7 hari.
2) Petugas karantina kesehatan mencegah keluarnya orang, barang
dan alat angkut yang berasal dari wilayah episenter PHEIC di
pintu masuk wilayah pelabuhan laut bekerjasama dengan TNI
dan POLRI serta keamanan pelabuhan laut.
3) Bila ditemukan orang yang akan berangkat berasal dari wilayah
penanggulangan episenter maka dilakukan tindakan
pengembalian dengan menggunakan APD.
4) Pengembalian Kendaraan (Mobil, motor, truk, kontainer) dan
barang yang berasal dari wilayah penanggulangan episenter
terlebih dahulu harus dilakukan tindakan disinfeksi oleh
petugas Karantina kesehatan.
5) Bila ditemukan orang yang dalam 7 (tujuh) hari terakhir pernah
mengunjungi wilayah episenter, tetapi tidak berasal dari
wilayah penanggulangan maka orang tersebut harus di
karantina selama 2 kali masa inkubasi. Tempat karantina
(asrama karantina) berada di wilayah Pelabuhan Laut.
6) Berkaitan dengan kasus suspek Ada tiga kriteria :
a) Dapat berangkat dengan membawa HAC bila :
 Tidak kontak/ dalam 7 hari tidak berada di wilayah
episenter penanggulangan PHEIC dan
 Tidak sebagai kasus suspek.
b) Dilakukan tindakan karantina bila :
 Riwayat kontak/ dalam 7 hari berada di wilayah
episenter penanggulangan PHEIC dan
 Tidak sebagai kasus suspek.
c) Dilakukan rujukan ke Rumah Sakit Rujukan bila
ditemukan sebagai kasus suspek.

24
7) Petugas Karantina Kesehatan Melakukan penyelidikan
epidemiologis terhadap pelaku perjalanan, Memberikan
informasi kepada pelaku perjalanan tentang kondisi yang
terjadi, Melakukan pemeriksaan kesehatan pelaku perjalanan,
Pemeriksaan suhu badan, Membagikan HAC.
8) Penumpang dan/atau awak kapal yang panas dan sakit ditunda
keberangkatannya untuk diperiksa dulu di poliklinik karantina
kesehatan. Dan bisa diberangkatan jika setelah diperiksa oleh
dokter karantina kesehatan dan hasilnya dinyatakan tidak
menunjukan adanya indikasi sebagai kasus suspek.
9) Terhadap penumpang yang sehat bukan berasal dari episenter
PHEIC maka penumpang diperbolehkan melanjutkan
perjalanan dengan membawa kartu kewaspadaan dini (HAC)
setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan di pintu masuk area
non publik pelabuhan laut.
Kegiatan dalam asrama karantina:
 Petugas karantina kesehatan memantau suhu tubuh calon
penumpang 3 kali dalam sehari.
 Jika suhu tubuhnya >38 ºC langsung dirujuk ke Rumah sakit
rujukan dengan menggunakan mobil evakuasi penyakit menular.
 Selama masa dalam karantina calon penumpang dilarang
menerima kunjungan dan meninggalkan asrama karantina
sampai masa karantina selesai (2 kali masa inkubasi penyakit).
 Lamanya masa karantina 2 kali masa inkubasi penyakit.
 Orang yang dikarantina diberikan propilaksis selama 20 hari.

Standar Asrama karantina :

 Terdapat minimal 5 kamar yang dilengkapi dengan tempat tidur


dengan udara sejuk.
 Ada fasilitas kamar mandi, cuci tangan dan perlengkapan
lainnya.
 Ada ruangan dokter dan perawat yang terpisah dengan calon
penumpang, Awak kapal yang dikarantin
 Setiap pelabuhan wajib memiliki asrama karantina kesehatan.
 Lokasi asrama karantina kesehatan berada dalam wilayah
pelabuhan yang terpisah dengan tempat umum/area publik.

25
B. Dalam Perjalanan
Orang/pelaku perjalanan yang berada di atas kapal yang
sedangberlayar melalui suatu terusan di Wilayah Negara Kesatuan
RepublikIndonesia dapat dianggap sama dengan singgah di pelabuhan
yang terdekatdari selat/terusan tersebut.
Jika kapal yang melalui selat membawa penderita PHEIC maka unit
karantina kesehatan setempat melakukan upaya karantina kesehatan
sesuaidengan prosedur dibawah ini :
1. Nahkoda kapal laut tersebut wajib melaporkan melalui radio
komunikasi cepat, kepada instansi karantina kesehatan terdekat bila di
dalam kapal terdapat penderita dan/atau tersangka PHEIC.
2. Kapal berada dalam karantina (lepas jangkar di zona karantina).
3. Kapal harus menaikan isyarat karantina menyampaikan permohonan
untuk memperoleh suatu izin karantina atau memberitahukan suatu
keadaan kapal dengan suatu isyarat karantina:
a. Pada siang hari dengan menaikkan Bendera Q (warna kuning)
diatas panji pengganti ke satu (Kapal saya tersangka) atau
Bendera Q diatas bendera L (Kapal saya terjangkit).
b. Pada malam hari dua lampu putih yang satu ditempatkan di atas
yang lain dengan jarak 2 meter yang tampak/dapat dilihat dari
jarak 2 mil.
4. Petugas karantina kesehatan naik ke atas kapal menggunakan APD
lengkap untuk melakukan pemeriksaan medis dan upaya pencegahan
lainnya yang diperlukan serta melakukan pengobatan penderita secara
cepat dan tepat. Jika penumpang dan/atau crew suspek PHEIC
dilakukan rujukan ke Rumah Sakit rujukan.
5. Jika ditemukan kasus suspek PHEIC di dalam kapal maka penumpang
yang sehat dilakukan tindakan karantina di atas kapal selama 2 kali
masa inkubasi dan kapal tidak boleh berlayar selama tindakan
karantina berlangsung.
6. Terhadap kapal dilakukan tindakan disinfeksi, disinseksi dan fumigasi
setelah masa karantina selesai.

C. Pada Saat Kedatanganan.


1. Dari Negara/wilayah/Pelabuhan Sehat

26
a. Upaya pencegahan terhadap orang, barang dan kapal yang datang
dari pelabuhan sehat dilakukan melalui pemeriksaan rutin
kekarantinaan.
b. Kegiatan ini meliputi melihat ada/tidaknya pelanggaran
kekarantinaan, pemeriksaan kelengkapan dokumen karantina
kesehatan kapal dan pemeriksaan faktor risiko merupakan dasar
pertimbangan utama untuk diberikannya sertifikat izin karantina
(Certificate of Pratique).
c. Untuk memperoleh sertifikat izin karantina (Certificate of
Pratique), nakhoda kapal harus menyampaikan permohonan
kepada Kantor Kesehatan Pelabuhan.
d. Seluruh kapal yang datang dari luar negeri berada dalam karantina
dan mematuhi tanda – tanda dan/atau isyarat karantina kapal yang
ditetapkan dalam undang –undang yaitu:
1) Kapal berada dalam karantina ( lepas jangkar di zona
karantina).
2) Kapal harus menaikan isyarat karantina:
a) Siang hari :
 Bendera Q artinya kapal saya sehat atau saya minta izin
karantina
 Bendera Q diatas panji pengganti ke satu: Kapal saya
tersangka
 Bendera Q diatas bendera L kapal saya terjangkit.
b) Malam hari :
 Lampu merah di atas lampu putih dengan jarak
maksimum 1,8 meter dan kelihatan/tampak dari jarak 2
mil: Saya belum mendapat izin karantina.
3) Nakhoda kapal yang berada dalam karantina dilarang
menaikan dan/atau menurunkan orang, barang, tanaman dan
hewan sebelum memperoleh sertifikat izin karantina.
e. Pada waktu tiba di pelabuhan, nakhoda kapal harus menyediakan
dan melengkapi dokumen karantina kesehatan kapal.
f. Dokumen karantina kesehatan yang dimaksud harus lengkap dan
masih berlaku, yang meliputi : Maritim Declaration of Health
(MDH), Ship Sanitasion Exemption Control Certificate (SSCEC) /
Ship Sanitation Control Certificate (SSCC), One Month Extension
Certificate, Sailling Permit, Buku Kesehatan, International

27
Certificate of Vaccination or Prophylaxis, Cerificate of Medicine/
Sertifikat P3K kapal, Health Alert Card (HAC), Crew list, Cargo
list, Voyage of Memmo/List Port of Call, General Nil List.
2. Dari Pelabuhan yang Mempunyai Akses Dengan Wilayah Episenter
PHEIC
a. Pengelola alat angkut berkewajiban memberitahukan kepada setiap
orang yang datang ke Indonesia dan wajib menyiapkan semua
dokumen karantina kesehatan yang dipersyaratkan oleh Pemerintah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengelola kapal laut dapat
memperoleh informasi tentang hal-hal yang dimaksud melalui
agen- agen/perusahaan pelayaran, Duta Besar Republik Indonesia
di luar negeri dan Organisasi Kesehatan Dunia.
b. Petugas Karantina kesehatan dalam melakukan tindakan
kekarantinaan terhadap kedatangan kapal yang berasal dari
pelabuhan yang memiliki akses dengan wilayah episenter PHEIC
menerapkan prosedur sebagai berikut :
1) Kapal berada dalam karantina (lepas jangkar di zona karantina).
2) Nakhoda kapal menyampaikan permohonan untuk memperoleh
suatu izin karantina atau memberitahukan suatu keadaan kapal
dengan suatu isyarat karantina:
a) Siang hari
 Bendera Q (kuning) artinya kapal saya sehat atau saya
minta izin karantina
 Bendera Q di atas panji pengganti ke satu: Kapal saya
tersangka
 Bendera Q di atas bendera L kapal saya terjangkit.
b) Malam hari
 Lampu merah di atas lampu putih dengan jarak dengan 2
meter yang tampak dari jarak 2 mil.
c. Nakhoda kapal yang berada dalam karantina dilarang menaikan
dan/atau menurunkan orang, barang, tanaman dan hewan sebelum
memperoleh surat izin karantina.
d. Izin Karantina diberikan oleh petugas karantina kesehatan setelah
dilakukan pemeriksaan dokumen Karantina Kesehatan (MDH,
SSCEC/SSCC, ICV, Sertifikat P3K Kapal, Buku Kesehatan Kapal,
Crew List, List Port of Call, General Nil List ) yang dibuktikan

28
dengan hasil pemeriksaan kesehatan awak kapal dan/atau
penumpang kapal, serta kondisi lingkungan di atas kapal dan
dinyatakan bebas faktor risiko.
e. Jika terdapat penumpang dan/atau awak kapal yang suspek, maka
orang tersebut dilakukan pengobatan dan tindakan isolasi. Kepada
Awak kapal dan/atau Penumpang lainnya yang sehat dilakukan
tindakan karantina. Selanjutnya kepada kapal tersebut dilakukan
tindakan disinseksi (hapus serangga) dan desinfeksi (hapus kuman
penyakit) dan kapal diberikan Certificate of pratique dengan
restrected pratique (izin terbatas karantina), setelah semuanya clear,
kemudian diberikan certificate of pratique dengan free pratique
(izin bebas karantina).
g. Lamanya tindakan karantina tergantung dari lamanya perjalanan,
mulai dari pelabuhan yang terakhir terjangkit ke pelabuhan
berikutnya dan mulai sakitnya kasus suspek.

Dokumen Kesehatan

Standar Operasional Prosedur (SOP)

1. SOP Penerbitan Dokumen SSCC dan SSCEC


Sertifikat yang berhubungan dengan alat angkut/kapal/barge
(Tongkang Kerja).
Ship Sanitasitation Control Exemption Certificate (SSCEC) dan
Ship Sanitation Control Certificate (SSCC)
Agent/nahkoda pelayaran membuat permohonan tertulis kepada
Ka. KKP. Ka. KKP mendisposisikan permohonan tersebut kepada
Kabid/Kasie Pengendalian Karantina dan SE (untuk penerbitan
dokumen) dan Kabid/Kasie PRL (untuk pemeriksaan). Kabid/Kasie
PRL melaporkan hasil pemeriksaan kepada Ka. KKP. Ka. KKP
mendisposisikan hasil pemeriksaan tersebut dengan hasil:
a. Jika Tingkat Resiko Rendah akan ditebitkan SSCEC
b. Jika Tingkat Resiko Tinggi akan dilakukan tindakan
penyehatan :
(1) Ka. KKP melalui Kabid/Kasie Pengendalian Karantina
dan SE memberitahukan kepada pemilik kapal/nahkoda
untuk dilakukan tindakan penyehatan.
29
(2) Agent pelayaran membuat surat permohonan tertulis
kepada Ka. KKP untuk dilakukan tindakan penyehatan.
(3) Tindakan penyehatan dilakukan oleh BUS yang memiliki
ijin (DK I dan DK II) yang masih berlaku.
(4) Ka. KKP menunjuk pengawas/BUS melalui usulan
Kabid/Kasie Pengendalian Karantina dan SE, kemudian
Ka. KKP menerbitkan SPK.
(5) Pengawas melaporkan hasil tindakan penyehatan kepada
Ka. KKP melalui Kabid/kasie Pengendalian Karantina
dan SE.
(6) Ka. KKP mendisposisikan ke Kabid/Kasie Pengendalian
Karantina dan SE untuk menerbitkan SSCC.
2. SOP Port health Clearance (PHC)/Surat Izin Kesehatan Berlayar
(SKIB)
Penerbitan PHC (form 3) dilaksanakan oleh petugas kesehatan
pelabuhan dengan prosedur sebagai berikut :
a. Agen pelayaran melaporkan rencana keberangkatan kapal
kepada Ka. KKP/Cq/Kabid/karsie Karse.
b. Ka. KKP menugaskan petugas KKP.
c. Petugas kesehatan pelabuhan mengisi buku kesehatan kapal
sesuai data/informasi agen pelayaran dan atau informasi
lainnya, apabila :
(1) Dokumen lengkap dan berlaku serta tidak ditemukan
masalah PHEIC, maka diterbitkan PHC/SKIB (Port Health
Clearance/Surat Izin Kesehatan Berlayar)
(2) Dokumen tidak lengkap dan tidak berlaku dan tidak
ditemukan masalah PHEIC, maka segera melengkapi
dokumen, setelah dokumen lengkap dan berlaku maka
diterbitkan PHC/SKIB.
(3) Dokumen lengkap dan berlaku tetapi ditemukan masalah
PHEIC, maka dilakukan tindakan karantina/tindakan
penyehatan, setelah selesai tindakan dokumen lengkap dan
berlaku, maka diterbitkan PHC/SKIB (Port Health
Clearance/Surat Izin Kesehatan Berlayar).
3. SOP Ome Month Extention Of Ship Sanitation Control
Exemption Certivicate (OME-SSCEC) dan Sailling Permite

30
Kapal/alat angkut yang akan dan atau setelah doking dan atau
terkait dalam pengajuan permohonan perpanjangan SSCEC dimana
dari hasil pemeriksaan tersebut ditemukan tanda-tanda kehidupan
vector dan atau factor resiko PHEIC, sedangkan KKP belum
mampu melakukan tindakan penyehatan (deratisasi, disinfeksi,
disinseksi, dekontaminasi, dan tindakan penyehatan lainnya).
Terhadap alat angkut/kapal transit disuatu pelabuhan yang
membawa muatan lanjutan yang tidak mungkin dibongkar atau
posisi kapal berada jauh dari pelabuhan dan kondisi cuaca buruk,
sehingga tidak dapat dilakukan pemeriksaan terkait dalam
pengajuan permohonan perpanjangan SSCEC/hasil pemeriksaan
lainnya.
4. SOP Buku Kesehatan Kapal (Health Book)
a. Penerbitan Buku Kesehatan Kapal
(1) Setiap kapal yang berbendera Indonesia atau kapal yang
melakukan pelayaran di wilayah Indonesia, harus
mempunyai Buku Kesehatan (Health Book) sebagai
informasi/koordinasi antar KKP.
(2) Apabila dalam pemeriksaan dokumen kapal ditemukan
kapal yang tidak atau belum mempunyai buku kesehatan
maupun lembaran buku kesehatan tersebut telah habis,
maka diharuskan membuat buku baru yang diterbitkan oleh
KKP setempat.
(3) Nahkoda melalui agen pelayaran mengajukan permohonan
tertulis untuk penerbitan buku kesehatan baru yang
ditujukan kepada Ka. KKP.
(4) Bagi kapal baru, penerbitan atau kapal berganti nama, Buku
Kesehatan harus didahului dengan pemeriksaan sanitasi
kapal sekaligus dengan penerbitan SSCEC/SSCC.
(5) Bagi kapal yang buku kesehatannya hilang, surat
permohonan perlu disertai dengan berita acara kehilangan
dari kepolisian setempat.
(6) Pada halaman pertama buku kesehatan kapal harus diisi
dengan lengkap identitas kapal (nama kapal, volume,

31
kebangsaan, milik/agen), tempat dan tanggal dikeluarkan,
tanda tangan dan nama jelas kepala KKP dan cap stempel.
(7) Pengisian buku kesehatan kapal tersebut dilakukan oleh
petugas PHC dan diperiksa oleh kabid/kasie karantina atau
coordinator wilker.
(8) Setelah diperiksa dan diregistrasi maka buku kesehatan
tersebut ditanda tangani oleh Kepala KKP, Kabid/Kasie
Karantina, dan Koordinator wilker.
(9) Biaya penerbitan buku kesehatan kapal baru, dipungut oleh
pemungut yang ditunjuk.

1) Kegiatan Yang Dilaksanakan

Bidang Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi memiliki 2


seksi :
a. Seksi Pengendalian Karantina (PK)
b. Seksi Surveilans Epidemiologi (SE)
Adapun Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di bidang PKSE selama
tahun 2017 adalah sebagai berikut :
1. Seksi Pengendalian Karantina :
a. Pengawasan Lalu Lintas Alat Angkut dan Orang :
- Pemeriksaan kapal datang dari Luar Negeri dalam rangka
penerbitan free pratique
- Sampling pemeriksaan kapal dalam rangka penerbitan Port Health
Clearance (PHC)
- Pemeriksaan kapal di lepas pantai (off shore)
b. Pengawasan OMKABA Ekspor/ Impor :
- Penerbitan Health Certificate (HC)
- Uji petik laboratorium
- Survey lapangan barang/ komoditi OMKABA ekspor
- Penerbitan surat keterangan pengeluaran komoditi OMKABA impor
c. Pendidikan dan pelatihan Kekarantinaan (In House Training)
d. Bimbingan Teknis Kekarantinaan
2. Seksi Surveilans Epidemiologi :
a. Surveilans Epidemiologi:
- SE Alat angkut
- SE Barang muatan OMKABA
- SE Penyakit potensial wabah
- SE Penyakit tidak menular
- SE Kematian di alat angkut

32
- SE International Travel Health (ITH)
- SE Kualitas air
- SE Kesling di TPM
- SE Vektor Nyamuk
b. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
- Simulasi SKD Penyakit di Pelabuhan
c. Jejaring dan Kemitraan
- Pertemuan Desiminasi Informasi
- Pertemuan Pengembangan Sistem Investigasi
- Rapat Koordinasi SKD Penyakit
- Rapat Evaluasi SKD Penyakit
d. Pendidikan dan Pelatihan SE (In House Training)
e. Bimbingan Teknis SE

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

33
Dari hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan dapat disimpulkan bahwa
menurut Permenkes no 356/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan, Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. KKP mempunyai tugas
melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan
penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan
terbatas di wilayah kerja pelabuhan/bandara dan Lintas Batas, serta
pengendalian dampak kesehatan lingkungan. Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas I Wilayah Kerja Tuban dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa
kegiatan yang masuk dalam bidang Pengendalian Resiko Lingkungan dan
Pengendalian Kekarantinaan. Dalam Pengendalian Resiko Lingkungan
terdapat 2 bidang kegiatan yang dilakukan oleh petugas meliputi :
1) Seksi Sanitasi dan Dampak Resiko Lingkungan meliputi :
Pengawasan penyediaan air bersih, Pengamanan makanan dan
minuman, Pengawasan pencemaran udara, air dan tanah,
Pengawasan Sanitasi (bangunan, TTU, alat angkut), Pembinaan dan
pengawasan pengelolaan pestisida
2) Seksi Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit (PVBPP)
meliputi : Pengendalian tikus dan pinjal, Pengendalian Nyamuk,
Pengendalian Lalat dan Kecoa.
Sedangkan dalam bidang Pengendalian Kekarantinaan terdapat
beberapa kegiatan yang dilakukan oleh petugas Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I Wilayah Kerja Tuban yaitu :
1) Pada Saat Keberangkatan
i. Pada Pelabuhan Laut Sehat
a) Pengawasan orang : semua penumpang dan
awak kapal harus memiliki dokumen kesehatan
berupa International Certificate of Vaccination
or prophylaxis
b) Pengawasan barang : petugas melakukan
pengawasan Obat, Makanan, Kosnetika dan
Alat Kesehatan serta Barang Adiktif lainnya

34
(OMKABA) dan pemeriksaan dokumen
kesehatan OMKABA dan pemeriksaan fisik
c) Pengawasan Kapal Laut (Alat Angkut) : petugas
melakukan pemeriksaan dan penyehatan
makanan, air bersih dan lain-lain. Penerbitan
dokumen kapal.
ii. Pada pelabuhan laut mempunyai akses wilayah
episenter PHEIC
Terhadap orang, barang dan alat angkut: melakukan
penyelidikan epidemiologis terhadap pelaku perjalanan
2) Dalam Perjalanan
Jika kapal melalui selat membawa penderita PHEIC maka
unit karantina kesehatan setempat melakukan upaya
karantina kesehatan sesuai dengan prosedur
3) Pada saat kedatangan
a) Dari Negara/Wilayah/ Pelabuhan Sehat : Pencegahan
dilakukan terhadap orang, barang dan kapal yang
datang dari pelabuhan sehat dilakukan pemeriksaan
rutin kekarantinaan.
b) Dari pelabuhan yang mempunyai akses dengan wilayah
Episenter PHEIC : pengelola alat angkut wajib
memberitahukan kepada setiap orang yang datang ke
Indonesia wajib menyiapkan dokumen karantina
kesehatan yang di persyaratkan oleh pemerintah NKRI.

5.2 Saran
Dari Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan di Kantor Kesehatan
Pelabuhan Wilayah Kerja Tuban, kami memberikan saran :
1. Untuk umpan Trapping tikus sebaiknya diberikan umpan seperti jagung
dan kelapa bakar.
2. Untuk SOP pengambilan sampel air bersih (kran) sebaiknya dengan
langkah sebagai berikut :
a. Melakukan ijin kepada instansi terkait
b. Petugas melakukan penggunaan APD (handscoon, masker)
c. Flambir mulut kran terlebih dahulu lalu biarkan air mengalir beberapa
saat dan matikan.
d. Menyiapkan botol sampel lalu flambir mulut botol sampel.
e. Nyalakan kran lalu flambir kemudian isi botol sampel sampai penuh

35
f. Lalu tuang air hingga tersisa ¾ botol sampel, kemudian flambir
g. Lalu tutup botol sampel
h. Beri etiket atau label
i. Masukkan kedalam cool box
j. Lalu kirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan
k. Selang waktu untuk pemeriksaaan bakteriologis minimal 1 jam dari
pengambilan harus sudah dilakukan pemeriksaan. Namun dapat
dipertahankan lebih lama lagi asal disimpan dalam lemari pendingin
kurang lebih 30 jam.
3. Untuk SOP pengambilan sampel air laut sebaiknya menggunakan botol
tenggelam secara langsung dalam pengambilan sampel air laut.
4. Untuk SOP pengambilan sampel Makanan dan Minuman sebaiknya
menggunakan plastik sampel.
5. Untuk pengiriman sampel secara mikrobiologis ke laboratorium sebaiknya
dalam selang waktu minimal 1 jam dari pengambilan harus sudah
dilakukan pemeriksaan. Namun dapat dipertahankan lebih lama lagi asal
disimpan dalam lemari pendingin kurang lebih 30 jam.

DAFTAR PUSTAKA

http://pkpss.bappenas.go.id/dokumen/uu/Uu%20Sektor/Pelayaran/PP
%2061%20tahun%202009.pdf diakses pada tanggal Kamis 13 April 2017

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2348 tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 356/2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 431 tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Resiko Kesehatan Lingkungan di
Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Dalam Rangka Karantina Kesehatan.

36
LAMPIRAN

Pemasangan umpan pada perangkap Pemasangan perangkap tikus di PT


tikus yang akan dipasang Holcim

Pemasangan perangkap tikus pada PT Pengambilan sampel air bersih


Holcim secara mikrobiologis PT Semen
Indonesia

Pengambilan sampel air laut secara


37Pengambilan sampel air pada TPM
mikrobiologis di PT Semen Indonesia secara mikrobiologis
Seminar mengenai Malaria Pemberian materi mengenai vektor
dan bintang pengganggu

Pengamatan Kepadatan Lalat di TPS PT Identifikasi vektor nyamuk


TPPI

38
Data Kunjungan Kapal di PT Semen Indonesia Tahun 2017

Sertifikat Obat dan Alat Kesehatan Kapal

39
Sertifikat izin karantina

Surat izin berlayar Karantina Kesehatan

40
Buku Kesehatan (Health Book)

41
42
Ship Sanitation Control Exemption Certificate

Formulir Pemeriksaan Hygiene


Sanitasi Kapal

Formulir Hygiene sanitasi


gedung/bangunan dan perusahaan,
Inspeksi Sanitasi Prasarana Angkutan
(Terminal)

43
Instrumen Pemeriksaan Kapal Dalam Rangka Penerbitan PHQC

44
JADWAL KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
MAHASISWA SEMESTER VIII PROGRAM STUDI D-IV KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA TA 2016/2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
NO URAIAN KEGIATAN JADWAL
MARET APRIL MEI
29 3` 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 27 28 1
Pembekalan Praktek Kerja
1. Lapangan
Pelaksanaan kegiatan
2. Praktek Kerja Lapangan
Penyusunan laporan Praktek
3. Kerja Lapangan
Pengumpulan laporan
4. Praktek Kerja Lapangan
Evaluasi kegiatan Praktek
5. Kerja Lapangan

Anda mungkin juga menyukai