Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

SANITASI PELABUHAN

Dosen pengampu : Linda Barus, ST., M.Si

DISUSUN OLEH KELOMPOK II :


1. DICKY NANDA RHAMADAN (2013451058)

2. EKA LIDYA (2013451060)

3. M. FAJRI DARMAWAN (2013451085)

4. MUHAMMAD FACHRI NASA (2013451091)

5. NELYANA PUTRI ( 2013451099 )

6. NI MADE DWI FITRIA (2013451099)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Bandar Lampung, 25 januari 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 tujuan praktikum...................................................................................................6
1.3 Tujuan praktikum..................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
ISI............................................................................................................................................7
A. PELABUHAN................................................................................................................7
B. FASILITAS PELABUHAN..........................................................................................8
C. SANITASI LINGKUNGAN.........................................................................................9
D. FASILITAS SANITASI PELABUHAN......................................................................9
E. ASPEK DALAM UPAYA DAN KEGIATAN DAN PENGAWASAN....................10
F. ASPEK SANITASI PENILAIAN PELABUHAN.....................................................11
G. PERSYARATAN MINUM SANITASI PELABUHAN............................................15
H. HYGINE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN..............................................19

BAB III.................................................................................................................................24
PENUTUP............................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................24
3.2 Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pelabuhan merupakan titik simpul pertemuan atau aktifitas keluar
masuk kapal, barang dan orang, sekaligus sebagai pintu gerbang transformasi
penyebaran penyakit. Dan merupakan ancaman global terhadap kesehatan
masyarakat karena adanya penyakit karantina, penyakit menular baru (new
emerging diseases), maupun penyakit menular lama yang timbul kembali  (re-
emerging diseases). Ancaman penyakit tersebut merupakan dampak negatif
dari diberlakukannya pasar bebas atau era globalisasi, dan dapat menimbulkan
kerugian besar baik pada sektor ekonomi, perdagangan, sosial budaya,
maupun politik yang berdampak besar kepada suatu negara atau daerah.
Menurut WHO (2005), sanitasi kapal merupakan salah satu usaha
yang ditujukan terhadap faktor risiko lingkungan di kapal untuk memutuskan
mata rantai penularan penyakit guna memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatan. Sanitasi kapal mencakup seluruh aspek penilaian kompartemen
kapal antara lain dapur, ruang penyediaan makanan, palka, gudang, kamar
anak buah kapal, penyediaan air bersih, dan penyajian makanan serta
pengendalian vektor penular penyakit atau rodent. Sanitasi kapal yang buruk
akan banyak menimbulkan permasalahan baik secara fisik, kesehatan, estetika
dan daya tahan hidup manusia. Sanitasi yang buruk seperti menumpuknya
sampah di dalam kapal akan menjadi tempat berkembangbiaknya vektor
penyakit misalnya tikus, kecoa dan lalat.
Institusi yang terkait dalam hal pemeriksaan sanitasi kapal adalah
kantor kesehatan pelabuhan (KKP). Hal-hal yang berkaitan dengan
pengawasan kesehatan kapal yaitu diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 356/Menkes/Per/Iv/2008 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja 3 Universitas Sumatera Utara Kantor Kesehatan Pelabuhan. KKP

4
bertugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina
dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan
terbatas di wilayah kerja Pelabuhan/ Bandara dan Lintas Batas, serta
pengendalian dampak kesehatan lingkungan. Selain itu salah satu fungsi
penting KKP adalah pelaksanaan pengamatan penyakit karantina dan penyakit
menular potensial wabah nasional sesuai penyakit yang berkaitan dengan lalu
lintas internasional, pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan
pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan Pelabuhan/ Bandara dan Lintas
Batas Darat (Depkes RI, 2008).

Pemenuhan kebutuhan sanitasi yang baik diberlakukan di seluruh


negara termasuk di Indonesia, pada lokasi tempat umum seperti pelabuhan.
Pelabuhan (dalam Undang-undang No. 11 tahun 1983) diartikan sebagai
lingkungan kerja baik kegiatan pemerintah maupun non pemerintah,
merupakan  elemen transportasi laut yang memainkan peranan sangat penting
dalam menunjang dan  mendorong pertumbuhan  ekonomi nasional dan
regional. Hal ini disebabkan ± 90 % dari perdagangan internasional dilakukan
melalui laut, selain itu pelabuhan juga berfungsi sebagai pintu gerbang
wilayah, terminal point distribusi barang dan simpul transportasi inter dan
antar moda dan perdagangan.Sebagai elemen transportasi laut, pelabuhan
mempunyai peranan cukup besar untuk mencapai pembangunan berkelanjutan
dan berwasanan lingkungan, karena transportasi laut menggunakan  transport
yang efisien, aman dan ramah lingkungan.

Pengelolaan pelabuhan tidak hanya melihat sisi keuntungan ekonomi


saja melainkan berorientasi pada aspek-aspek komponen lingkungan hidup.
Pengelolaan pelabuhan merupakan salah satu contoh dimana aktifitas manusia
dan permasalahan lingkungan seringkali menimbulkan  konflik. Untuk itu
perlu dilakukan pengelolaan pelabuhan menuju pada pencapaian
keseimbangan antara nilai/biaya lingkungan dan manfaat ekonomi, sehingga
ada harmonisasi aspek komersial/ ekonomi dan lingkungan dalam menunjang

5
pengelolaan yang berkelanjutan.keadaan tersebut tentunya tidaklah mudah
dalam penataan dan pengelolaannya. Kesehatan masyarakat di sekitar
pelabuhan dapat terganggu melalui berbagai sumber,  salah satu sumber yang
cukup signifikan adalah pengelolaan lingkungan dan kondisi fasilitas sanitasi
yang tidak baik, limbah yang berasal dari alat angkut serta terbawanya vektor
dan binatang penular penyakit. 

Menurut WHO (2007), pemeriksaan sanitasi kapal dimaksudkan untuk


pengeluaran sertifikat sanitasi guna memperoleh Surat Izin Kesehatan
Berlayar (SIKB). Hasil pemeriksaan dinyatakan berisiko tinggi maka
diterbitkan Ship Sanitation Control Certificate (SSCC) setelah dilakukan
tindakan sanitasi dan apabila faktor risiko rendah diterbitkan Ship Sanitation
Exemption Control Certificate (SSECC), dan pemeriksaan dilakukan dalam
waktu enam bulan sekali. Upaya sanitasi kapal merupakan tanggung jawab
pemilik kapal melalui nahkoda kapal dan anak buah kapal. ABK bertanggung
jawab terhadap kebersihan kapal dan sarana lainnya sedangkan nahkoda kapal
berfungsi sebagai pemimpin dan pengendali keseluruhan dari pelaksanaan
sanitasi kapal. Nahkoda juga bertanggung jawab terhadap keamanan kapal
dari sumber penyakit dan melaporkan dalam bentuk form MDH (Maritime
Declaration of Health) kepada otoritas kesehatan pelabuhan setiap masuk
wilayah suatu Negara.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


- Mahasiswa dapat melakukan penilaian terhadap kondisi sanitasi di Pelabuhan
Bakauheni.

1.3 MANFAAT PRAKTIKUM


- Sebagai pembelajaran praktikum dalam melakukan penilaian Sanitasi di
Pelabuhan Bakauheni.

6
BAB II
ISI

A. PELABUHAN

Pelabuhan Laut yaitu Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan
kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat
barang dan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran (Permenhub
Nomor 21, 2007)

Pelabuhan sebagai pintu gerbang transformasi penyebaran penyakit juga


merupakan ancaman global terhadap kesehatan masyarakat karena adanya
penyakit karantina, penyakit menular baru (new emerging diseases), maupun
penyakit menular lama yang timbul kembali  (re-emerging diseases) juga
mempunyai implikasi besar dan faktor risiko potensial dalam penyebaran
penyakit (Sutrisno, 2008).

Selain sarana transportasi darat, masyarakat juga menggunakan sarana


transportasi air untuk berpergian. Sarana tersebut tentunya memerlukan tempat
untuk transit atau singgah, dalam hal ini terminal (pelabuhan). Karena pelabuhan
juga menjadi tempat berkumpulnya orang banyak, sanitasi dan kebersihannya
perlu diperhatikan.

7
B. FASILITAS PELABUHAN
Secara umum yang dimaksud sebagai Fasilitas Bangunan Pelabuhan adalah
Seluruh bangunan / konstruksi yang berada dalam daerah kerja suatu pelabuhan
baik itu di darat maupun di laut yang merupakan saran pendukung guna
memperlancar jalannya kegiatan yang ada dalam pelabuhan (Nuryoso, 2012)

Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 61 Tahun 2006 tentang


kepelabuhan dalam bab III pasal 22 merupakan daerah yang digunakan untuk :

a.    Fasilitas Pokok Pelabuhan yang meliputi :

1.    Alih muat antar kapal

2.    Dermaga

3.    Terminal penumpang

4.    Pergudangan

5.    Lapangan penumpukan

6.    Terminal peti emas, curah cair, curah kering dan RO-RO

7.    Perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa

8.    Fasilitas bunker

9.    Instalasi air, listrik dan telekomonikasi

10. Jaringan jalan dan rel kereta api

11. Fasilitas pemadam kebakaran

12. Tempat tunggu kendaraan bermotor

13. Perairan tempat labuh

14.  Kolam labuh

8
b.    Fasilitas penunjang pelabuhan yang meliputi :

1.    Kawasan perkantoran untuk mengguna jasa pelabuhan;

2.    Sarana umum;

3.    Tempat penampungan limbah;

4.    Fasilitas pariwisata, pos, dan telekomunikasi;

5.    Fasilitas perhotelan dan restoran ;

6.    Areal pengembangan pelabuhan;

7.    Kawasan perdagangan;

8.    Kawasan industri.

C. SANITASI LINGKUNGAN PELABUHAN


Sanitasi Lingkungan Pelabuhan merupakan kegiatan menyeluruh dalam
Perencanaan, Pengorganiasasian, Pelaksanaan dan Pengawasan pada aspek
sanitasi lingkungan pelabuhan. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya
pencegahan penyakit menular dengan cara meniadakan atau menekan sekecil
mungkin faktor lingkungan yang dapat menimbulkan pengaruh buruk (faktor
risiko) di dalam kapal dan wilayah pelabuhan sehingga tidak menjadi sumber
penularan penyakit (Sutrisno, 2008).

D. FASILITAS SANITASI PELABUHAN


Fasilitas Sanitasi Pelabuhan merupakan fasilitas fisik bangunan dan
perlengkapannya digunakan untuk mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang
dapat merugikan kesehatan manusia, antara lain : sarana air bersih, jamban,
peturasan, saluran air limbah, tempat cuci tangan, bak sampah, kamar mandi,
locker, peralatan pencegahan terhadap serangga dan tikus serta peralatan
kebersihan ( Elvionita, 2012).

9
E. ASPEK DALAM UPAYA DAN KEGIATAN DAN PENGAWASANNYA
Lingkungan Pelabuhan merupakan tempat-tempat umum adalah tempat
kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap,
diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang
dipergunakan langsung oleh masyarakat. Untuk dapat melakukan kegiatan
sanitasi tempat-tempat umum secara lengkap harus ditinjau melalui tiga aspek
pendekatan yaitu aspek teknis yang meliputi persyaratan dan peraturan mengenai
tempat umum tersebut dan keterkaitannya dengan fasilitas sanitasi dasar. Aspek
sosial diantaranya adalah ekonomi dan sosial budaya dan aspek administrasi dan
manajemen diantaranya adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dengan
baik (Sutrisno, 2008)

Pada umumnya di dalam penerapan usaha sanitasi lingkungan pelabuhan


dibutuhkan pendekatan terhadap aspek sosial. Dalam pendekatan aspek sosial
diperlukan penguasaan pengetahuan antara lain tentang kebiasaan hidup, adat
istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi dan motivasi.

Upaya pelaksanaan pengelolaan sanitasi Pelabuhan dilakukan oleh


pengelolahdan masyarakat pelabuhan dan selalu dipantau serta dilakukan
pengawasan oleh PT.(Persero) Pelindo, KKP dan mayarakat. Dalam
penyelenggaraan sanitasi pelabuhan harus dipertimbangkan fungsi-fungsi
manajemen yang meliputi perencanaan (Planning), pengorganisasian
(Organizing), penggerakan (Actuating) serta unsur pengawasan (Controlling)
yang baik. Upaya ini diarahkan pada ruang lingkup dalam pengelolaan sarana
sanitasi lingkungan pelabuhan diantaranya: Penyediaan air bersih, pembuangan
air limbah, kamar mandi/WC dan penyediaan tempat sampah serta sumber
pencemaran, dan pengendalian vektor dan binatang penular penyakit.

Kondisi lingkungan yang telah tercemar dapat menimbulkan berbagai


gangguan kesehatan terutama kepada masyarakat yang sering mengakses
pelabuhan. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus maka akan terjadi
permasalahan kesehatan yang cukup serius dimana wilayah pelabuhan.

10
F. ASPEK PENILAIAN SANITASI PELABUHAN
Adapun hal-hal atau aspek yang merupakan komponen penting dalam suatu
penilaian pelabuhan yakni sebagai berikut :
1. Hygiene Sanitasi Gedung dan Bangunan Umum Di Pelabuhan

2. Pengawasan Hygiene gedung dan bangunan umum di pelabuhan adalah


pengawasan kondisi dari komponen atau bagian-bagian bangunan serta
fasilitas pendukungnya yang ada dipelabuhan dari kemungkinan timbulnya
masalah kesehatan mulai dari kondisi fisik bangunan gedung dan
halamannya, penanganan sampah, sarana pembuangan air limbah, vektor,
prilaku dan lain sebagainya. Pengawasan Hygiene gedung dan bangunan
pelabuhan dilakukan secara rutin setiap satu bulan sekali dan dilakukan
apabila terjadi KLB (Kepmenkes RI Nomor 431, 2007). Faktor Risiko
kesehatan lingkungan yang diawasi meliputi :
a. Kondisi atap dan talang, yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat
menjadi perindukan nyamuk dan tikus.
b. Kondisi dinding, dinding yang tidak bersih atau berdebu selain
mengurangi estetika juga berpotensi merangsang timbulnya gangguan
pernafasan lain. Dinding yang lembab dapat mengakibatkan timbulnya
jamur dan media tumbuh kembangnya kuman pathogen.
c. Kondisi lantai yang tidak rata dan licin dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan. Sedangkan lantai yang kotor dapat mengurangi kenyamanan
dan estetika.
d. Kondisi tangga yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan berpotensi
menimbulkan kecelakaan (kemiringan, lebar injakan, tinggi anak tangga,
lebar tangga dan pegangan tangga)
e. Pencahyaan alami ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
mendukung berkembang biaknya mikroorganisme seperti kuman
penyakit dan jamur.
f. Ventilasi diruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menyebabkan
pertukaran udara tidak lancar sehingga menjadi pengap dan lembab

11
g. Kebisingan, suara bising dapat mengganggu komunikasi sehingga
mengurangi konsentrasi dan dapat menimbulkan stres.
h. Ketersediaan air bersih baik secara kuantitas maupun kualitas mutlak
diperlukan untuk menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
i. Toilet juga beresiko menimbulkan masalah kesehatan
j. Penanganan sampah yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya vektor penyakit
k. Sarana pembuangan air limbah harus mengalir lancar dan tidak
menimbulkan genangan sehingga tidak menimbulkan bau, gangguan
estetika dan tempat perindukan nyamuk.
l. Bangunan harus bebas dari vektor
m. Kantin yang ada dipelabuhan harus diawasi agar tidak menimbulkan
penyakit bawaan makanan (food borne diseases).

3. Penyediaan Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak (Permenkes Nomor 416, 1990). Pengawasan penyediaan air bersih
adalah pengawasan terhadap sarana penyediaan air bersih, kualitas air (fisik,
kimia, bakteriologi). Sumber air bersih berasal dari PDAM.
Penyediaan air bersih adalah upaya pemenuhan kebutuhan air didaerah
pelabuhan, dengan cara menampung air dari PDAM ke dalam bak
penampungan/ tandon khusus untuk kemudian disupplay dengan sistem
perpipaan menuju kapal, perkantoran, dan keperluan lain dalam kegiatan
didaerah pelabuhan. Pengawasan terhadap sarana penyediaan air minum juga
perlu dilakukan mulai dari sumber, distribusi hingga ke konsumen yang
meliputi kondisi, pemeliharaan, perbaikan (bila tidak memenuhi standar, serta
pengawasan dan penyuluhan tentang cara-carasupplay air minum
yang hygienis dan  sanitair.

12
4. Pengendalian Pencemaran
Pengendalian pencemaran adalah upaya pengawasan yang dilakukan terhadap
sumber pencemar yang ada diwilayah pelabuhan. Umumnya jenis dan
sumber sampah dipelabuhan terdiri dari : sampah domestik (domestic
waste),sampah komersil (commercial waste) dan sampah dari aktivitas
perkantoran dan sejenisnya. Sampah yang dihasilkan dari kapal dipisahkan
(sampah organik dan non-organik) didalam kantong plastik untuk kemudian
diturunkan di dermaga dan langsung di angkut dengan gerobak sampah. Bak
pengumpulan sampah harus memenuhi ketentuan persyaratan, sehingga
apabila terjadi keterlambatan dalam proses pengangkutan, maka tidak
mengganggu lingkungan maupu kesehatan pada umumnya.
Pengawasan pengelolaan pada limbah cairnya dilakukan mulai dari sumber,
pengaliran, pengangkutan, penampungan sementara, pengolahan limbah cair.
Air merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Akibat adanya
pemakaian air dipelabuhan dan alat-alat transpor, terjadilah produksi air kotor
yang perlu mendapat penyaluran sebaik-baiknya agar tidak mennganggu
pemandangan, tidak menimbulkan bau busuk, tidak merupakan potential
health hazard, tidak menjadi sarang nyamuk atau vektor lainnya. Di
upayakan ada sistem pembuangan air kotor dan IPAL yang memenuhi syarat.

5. Pengamanan Makanan dan Minuman


Pengaman makanan dan minuman adalah upaya melindungi makanan
dan minuman yang meliputi : pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan
baku, pengolahan makanan, penyajian dan pengangkutan, dari kemungkinan
tercemar oleh bahan-bahan kontaminan. Pengolahan makanan dan minuman
untuk keperluan dilingkungan pelabuhan sendiri wajib mendapat perhatian
sepenuhnya dari KKP setempat, karena makanan dan minuman termasuk
media lingkungan yang dapat mengandung berbagai polutan dan kontaminan.
Usaha-usaha sanitasi dalam pengawasan makanan bertujuan untuk
mencegah masuknya zat-zat renik dan/atau bahan-bahan kimia yang dapat
membahayakan kesehatan kedalam makanan serta mencegah berkembang

13
biaknya dan/atau pembentukan toksin oleh kuman-kuman yang yang telah
mencemari makanan. Pengawasan makanan dilakukan secara rutin, misalnya
sekurang-kurangnya 1 kali sebulan dengan cara mengadakan
kunjunganketempat-tempat pengusahaan makanan untuk menyaksikan
secaraon the spot yang artinya melihat langsung keadaan dan sarana-sarana
sanitasi ditempat usaha tersebut, pemeliharaan dan penggunaan sarna-sarana
tersebut, kesehatan para food handler,  cara kerja food handler dan lain-lain.

6.  Pengolahan Sampah
Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menimbulkan dampak
lingkungan. Tempat pembuangan sampah dapat sebagai media untuk
perkembangan binatang-binatang pembawa penyakit seperti lalat, tikus,
nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit menular kepada manusia melalui
perantara hewan tersebut. Sampah yang dihasilkan dari kapal dipisahkan
( organik dan an-organik) didalam kantong plastik.
Usahakan sampah di bak/tong/kontainer tidak melebihi tiga hari
karena bila telah melebihi tiga hari akan mengundang lalat dan vektor
penyebab penyakit sebagai perindukan yang baru. Jika sampah yang berada
dalam kontainer telah dikumpulkan dan diangkut ke bak pengumpulan
sampah sementara, maka kontainer tersebut harus dibersihkan atau dicuc.
Tujuannya untuk menghilangkan bau bekas sampah.

7. Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit


Pengendalian vektor dan binatang penular penyakit adalah upaya yang
dilakukan petugas sanitasi melalui pengamatan dan pengendalian. Tujuannya
untuk menurunkan populasi atau melenyapkan vektor binatang penular
penyakit melalui pengamatan dan pemberantasan penyakit yang ditularkan
oleh vektor dan binatang penular penyakit didaerah pelabuhan. Jenis
pengendalian vektor dan binatang penular penyakit yang dilakukan

14
dengan pemberantasan nyamuk, pemberantasan tikus dan pinjal,
pemberantasan lalat dan kecoa, dan fumigasi.

G. PERSYARATAN MINIMUM SANITASI PELABUHAN


Adapun fasilitas sanitasi dan kebersihan terminal penumpang angkutan air
(pelabuhan) yang harus dipenuhi persyaratannya (Chandra, 2006) antara lain :
1. Bagian Luar (Eksterior)
Untuk bagian luar dari terminal pelabuhan biasanya berupa halaman. Hal
yang perlu diperhatikan mengenai halaman adalah tempat parkir, adanya
pembuangan sampah dan penerangan .
a. Tempat Parkir
Harus bersih, tidak ada sampah berserakan, dan tidak ada genangan air.
b. Pembuangan Sampah
Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup dan
kedap air serta dalam jumlah yang cukup.

c. Penerangan
Penerangan harus cukup dan tidak menyilaukan mata, terutama pada
pintu masuk dan keluar tempat parkir.

2. Bagian Dalam (Interior)


a. Ruang Tunggu
· Ruangan harus bersih
· Tempat duduk harus bersih dan bebas dari kutu busuk
· Pencahayaan harus cukup dan tidak menyilaukan sehingga dapat
digunakan
untuk membaca
· Penghawaan harus cukup, minimal 10 persen dari luas lantai
· Lantai tidak licin, kedap air, dan mudah dibersihkan
· Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup,
kedap air, dan dalam jumlah yang cukup.

15
b. Pembuangan Kotoran (Jamban dan Urinoir)
·  Tersedia jamban yang memenuhi syarat (tipe leher angsa) minimal 1
jamban
untuk 100 pengunjung, atau minimal 2 buah jamban.
· Tersedia peturasan yang baik, minimal 1 peturasan untuk 200
pengunjung dan
tersedia pasokan air yang mencukupi.
·  Harus ada tanda yang jelas untuk membedakan antara jamban pria dan
jamban
wanita.
·  Jamban dan paturasan harus dalam keadaan bersih dan tidak berbau.
c. Pembuangan Sampah
· Harus tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup,
kedap air,
dan dalam jumlah yang cukup.
· Pengangkutan sampah dilakukan setiap hari sehingga tidak ada sampah
yang
menumpuk.
d. Pembuangan air limbah
Air limbah dan air hujan di alirkan melalui saluran tertutup dan dibuang
keseptictank atau ke saluran air kotor perkotaan.
e. Tempat cuci tangan
Harus tersedia tempat cuci tangan yang baik, minimal satu, dilengkapi
dengan sabun atau kain serbet.
3. Lain-lain
·  Tersedia alat perlengkapan untuk P3K.
·  Terdapat alat pemadam kebakaran
·   Restoran atau rumah makan yang ada harus memenuhi syarat higiene

dan sanitasi makanan dan minuman.

16
Manfaat Penting Dari Pengawasan Pelabuhan
Beberapa manfaat penting dari pengawasan pelabuhan, antara lain:

1.  Menjamin kebersihan pelabuhan

2.  Melindungi para pengunjung dari faktor lingkungan yang dapat merugikan

kesehatan

3.  Mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular dan penyakit


akibat kerja

4.  Mencegah terjadinya kecelakaan kerja

5.  Mencegah, melindungi dan menanggulangi terhadap penyebaran penyakit


antar

negara tanpa pembatasan perjalanan dan perdagangan (IHR, 2005)

6.  Mengantisipasi ancaman penyakit global (Kepmenkes RI, 2007)

7.  Mencegah penyebaran penyakit karantina dan penyakit menular potensial


wabah

8.  Membuat wilayah pelabuhan tidak menjadi sumber penularan ataupun


habitat yang

subur bagi perkembangbiakkan kuman/vektor penyakit.

Berbagai Macam Bahaya Kesehatan dan Gangguan Lain


yang ditimbulkan
Dari Adanya Aktifitas Pelabuhan
1. faktor kebersihan WC/kamar mandi yang tidak dijaga dengan baik
memungkinkan sebagai sarana penularan penyakit, misalnya penyakit
kulit, cacing, perut, hepatitis A, dan penyakit lain yang ditularkan oleh
vektor binatang. Dari segi estetika kebersihan yang tidak diperhatikan
dapat menimbulkan bau yang kurang sedap,

17
2. pemandangan yang kurang nyaman dan perasaan jijik
3. Tempat cuci tangan yang kurang baik atau tidak tersedia  dapat
menyebabkan penyakit diare dan kecacingan
4. Penanganan sampah yang tidak yang tidak memenuhi syarat  dan saluran
air kotor  atau genangan air yang tidak dikelola dengan baik  merupakan
tempat bersarang dan berkembangbiaknya vektor penyakit seperti lalat,
tikus, nyamuk, kecoak dan serangga lainnya. Selain itu dapat
menyebabkan pencemaran tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan
dan estetika.
5. Penyakit karantina yaitu Pes, Yellow Fever dan Cholera.
6. Terjadinya Out-Break suatu penyakit perut atau keracunan makanan
sebagai akibat dari toksin kuman-kuman tertentu dan infeksi bakteriil.
Kuman-kuman penyebabnya mungkin sudah terdapat pada bahan
makanan yang digunakan atau mencemari makanan dengan perantara
lalat, alat-alat/tangan yang kotor, atau kuman carrier.

H. HYGINE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang perlu dikelola dengan baik
agar bermanfaat bagi tubuh. Pada dasarnya pengelolaan makanan yang baik dan
benar adalah mengelola makanan sesuai dengan prinsip hygiene sanitasi
makanan. Prinsip-prinsip hygiene
sanitasi makanan minuman adalah teori praktis tentang pengetahuan, sikap dan
perilaku manusia dalam mentaati azas kesehatan (health), azas kebersihan
(cleanliness), dan azas keamanan (security) dalam menangani makanan. Dengan
melakukan pengolahan makanan yang baik dan benar akan menghasilkan
makanan yang bersih, sehat, aman, dan bermanfaat serta tahan lama (RI 2011b).
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003
tentang persyaratan hygiene sanitasi rumah makan dan restoran, hygiene sanitasi
makanan diartikan sebagai upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang,
tempat, dan perlengkapannya yang dapat menimbulkan penyakit atau gangguan
kesehatan (RI 2003).

18
Secara rinci sanitasi meliputi pengawasan mutu bahan makanan mentah,
penyimpanan bahan, suplay air yang baik, pencegahan kontaminasi makanan dari
lingkungan, peralatan, dan pekerja pada semua tahapan proses (RI 2011a).
Penerapan sanitasi pada orang yang terlibat didalamnya perlu perhatian khusus.
Prinsip hygiene sanitasi makanan di atur dalam dalam peraturan menteri kesehatan
(RI 2011).
1. Prinsip hygiene dan sanitasi makanan

Prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah pengendalian terhadap empat


faktor penyehatan makanan yaitu faktor tempat/bangunan, peralatan, orang,
dan bahan makanan.
rangkaian kegiatan 6 (enam) prinsip hygiene dan sanitasi makanan, antara
lain:
a. Sumber bahan makanan
Sumber bahan makanan bermacam-macam tergantung dari jenis bahan
makanan itu sendiri. Misalnya daerah pertanian, daerah peternakan, daerah
perikanan atau mungkin langsung dari sumber alamiah seperti : hutan, kali,
laut,
b. Pemilihan bahan baku makanan
Bahan-bahan yang dimakan dalam keadaan mentah harus diangkut dan
disimpan terpisah dari bahan baku lain dan bahan-bahan yang bukan bahan
pangan. Bahan pangan harus dikirim sedemikian rupa sehingga mencegah
pertumbuhan mikroorganisme patogen atau pembentukan toksin dengan
mengatur lamanya waktu pengiriman, suhu dan aktifitas air bahan baku.
d. Penyimpanan bahan makanan

Perlakuan pada tiap bahan makanan memiliki perbedaan tergantung dari


jenis makanan tersebut. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam
bangunan gudang penyimpanan makanan, yaitu:
1. Gudang harus dibangun aman dari tikus dan serangga.
2. Jika terdapat rak, rak harus mudah dibersihkan.
3. Udara dalam gudang jangan sampai lembab agar jamur tidak mudah
tumbuh.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan adalah :

19
1. Makanan yang disajikan panas harus tetap disimpan dalam suhu diatas
60°C
2. Makanan yang akan disajikan dingin disimpan dalam suhu dibawah 4°C
3. Makanan yang disajikan dalam kondisi panas yang disimpan dengan suhu
dibawah 4°C harus dipanaskan kembali sampai 60°C sebelum disajikan

e. Pengolahan bahan makanan

Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti kaidah dan


prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi. Dapur sebagai tempat pengelolaan
makanan harus diperhatikan sanitasinya. Dapur yang memenuhi syarat
kesehatan adalah :
1. Selalu dalam keadaan bersih
2. Mumpunyai persediaan air bersih yang cukup
3. Mempunyai saluran pembuangan air kotor
4. Mempunyai ventilasi yang cukup

f. Pengangkutan bahan makanan

Sanitasi dalam pengangkutan bahan makanan pada dasarnya memiliki


tujuan agar bahan makanan tidak sampai rusak dan tidak tercemar oleh zat-zat
yang membahayakan.

g. Penyajian makanan

Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap santap/layak


santap. Layak santap dapat dinyatakan bilamana telah dilakukan uji
organoleptik dan uji biologis. Dalam prinsip penyajian makanan wadah untuk
setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah terpisah, dan diusahakan
tertutup. Tujuannya agar makanan tidak terkontaminasi silang, bila satu
makanan tercemar yang lain dapat diselamatkan.
Syarat yang sering ditetapkan pada waktu menyajikan makanan adalah:
1. Orang yang menyajikan harus menjaga kebersihan badan dan pakaian

20
2. Hendaknya dapat memelihara kesopanan serta penampilan yang baik
3. Menguasai teknik membawa makanan, serta dapat mengatur makanan di
meja dengan komposisi yang baik.
2. Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan
Salah satu syarat kesehatan TPM yang penting dan mempengaruhi
kualitas hygiene sanitasi makanan adalah faktor lokasi dan bangunan. Lokasi
dan bangunan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan
terjadinya kontaminasi makanan oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur,
virus dan parasit serta bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan risiko
terhadap kesehatan (RI 2003).
Sanitasi tempat pengelolaan makanan meliputi ketersediaan air bersih, toilet,
jamban, kamar mandi, tempat cuci tangan dan peralatan, pengelolaan sampah,
pengawasan serangga dan binatang pengerat, pembuangan air limbah,
kebersihan udara, lokasi, bangunan, dan ruangan pengolahan serta penyajian
makanan.

3. Hygiene Penjamah Makanan


Penjamah makanan menurut RI (2011) adalah orang yang secara
langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap
persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai penyajian.
Penjamah makanan mempunyai peluang untuk menularkan penyakit sehingga
seorang penjamah makanan harus memperhatikan kebersihan diri atau lebih
sering disebut hygiene perorangan.
Hygiene perorangan penjamah makanan adalah sikap bersih perilaku
penyelanggara makanan agar makanan tidak tercemar. Hygiene ini dianggap
sebagai kunci kebersihan dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat.
Memiliki peralatan kerja dan fasilitas yang memadai namun perilaku
petugas pengolahan makanan yang tidak mendukung maka semua akan sia-sia
beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain pemeriksaan kesehatan,
pencucian tangan, kesehatan rambut, kebersihan hidung, mulut, gigi dan
telinga, kebersihan pakaian dan kebiasaan hidup yang baik (RI 2011b).
Para pekerja yang menangani bahan makanan seperti memanen,
menyembelih, mengangkut,mengolah atau mempersiapkan makanan sering
menyebabkan kontaminasi makanan. Mikroorganisme yang hidup di dalam
maupun pada tubuh manusia dapat menyebabkan penyakit infeksi yang

21
ditularkan melalui makanan (food born illness) seperti tifus, kolera, desentri,
dan tbc.
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hygiene penjamah
makanan :
a. Pencucian Tangan
Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus
pathogen dari tubuh, feses atau sumber lain dari makanan. (Dahlan dan
Umrah, 2013).
Kuku tangan sering sebagai sumber kontaminan atau mengakibatkan
kontaminasi silang. Kuku yang panjang dengan tepi yang tidak rata cenderung
menjadi tempat sarang kuman hygeine tenaga penjamah makanan dengan
tujuan untuk mewujudkan penyehatan perorangan yang layak dalam
penyelenggaraan makanan, diperlukan tenaga yang memenuhi syarat sebagai
berikut tidak menderita penyakit mudah menular tidak batuk atau bersin
dihadapan makanan yang akan disajikan (Yulianto, 2015).
b. Kesehatan Rambut
Rambut yang kotor akan menimbulkan rasa gatal pada kulit kepala yang dapat
medorong karyawan untuk menggaruknya dan dapat mengakibatkan
kotoran/ketombe atau rambut dapat jatuh kedalam makanan. Penjamah
makanan diharuskan menggunakan penutup kepala atau jala rambut saat
bekerja. Penutup kepala membantu mencegah rambut jatuh ke dalam
makanan, membantu menyerap keringat yang ada di dahi, mencegah
kontaminasi bakteri staphylococci, menjaga rambut bebas dari kotoran dapur.
Setelah tangan menggaruk, menyisir atau menyikat rambut harus segera
dicuci sebelum digunakan untuk menangani makanan.
c. Kebersihan Pakaian
Pakaian yang seharusnya digunakan adalah yang berlengan, menutupi bahu
dan ketiak pekerja. Pakaian kerja dibedakan dengan pakaian harian,
disarankan ganti setiap hari. Pakaian dipilih model yang dapat melindungi
tubuh pada waktu memasak, mudah dicuci berwarna terang/putih, terbuat dari
bahan yang kuat dan mudah menyerap keringat serta tidak panas. (Yulianto,
2015).
d. Kebiasaan Hidup
Kebiasaan seseorang akan mempengaruhi tindakan orang tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan penjamah makanan yang tidak
menerapkan personal hygiene dalam mengolah makanan akan menjadi sebuah

22
kebiasaan jika hal itu dilakukan secara terus menerus sehingga mempengaruhi
kesehatan penjamah makanan itu sendiri dan kualitas pangan yang dihasilkan.
Kebiasaan hidup yang baik mendukung terciptanya hygiene perorangan.

4. Hygiene Sanitasi Peralatan


Peranan peralatan makan dan masak dalam hygiene sanitasi makanan
sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip-
prinsip hygiene sanitasi makanan. Perlengkapan dan peralatan maupun
pekerja yang
bersentuhan dengan produk makanan melalui perlakuan yang efektif dalam
memusnahkan mikroba yang membahayakan kesehatan masyarakat, dan
secara substansial mengurangi jumlah mikroba yang tidak diinginkan. Selain
itu pekerja dalam hal ini sebagai penjamah makanan turut berperan
terkontaminasinya suatu makanan, Surono dkk (2016:89).

23
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pelabuhan Laut yaitu Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah
dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar. Sesuai Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 61 Tahun 2006 tentang kepelabuhan dalam bab III pasal 22
merupakan daerah yang digunakan untuk fasilitas pelabuhan. Dan adapun
Sanitasi Lingkungan Pelabuhan merupakan kegiatan menyeluruh dalam
Perencanaan, Pengorganiasasian, Pelaksanaan dan Pengawasan pada aspek
sanitasi lingkungan pelabuhan dan Prinsip hygiene sanitasi makanan di atur
dalam dalam peraturan menteri kesehatan.

B. SARAN
1. Memberikan penyuluhan kepada ABK untuk meningkatkan pengetahuan
ABK dengan memberikan buku mengenai hygiene sanitasi kapal diatas
kapal.
2. Sebaiknya pihak KKP merekomendasikan setiap kapal untuk melakukan
pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke perairan laut untuk
menghindari tercemarnya air laut.
3. Pemeriksaan air balast sebaiknya dilakukan secara rutin untuk
menghindari tercemarnya air laut.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/441536465/MAKALAH-SANITASI-
PELABUHAN

http://ecampus.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1406/1/DWI%20INDRI
%20YANI%20SIREGAR.pdf

http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2012-2-13201-811408019-bab1-
16012013013410.pdfhttps://www.google.co.id/amp/s/123dok.com/a-article/saran-
kesimpulan-pelaksanaan-hygiene-sanitasi-keberadaan-vektor-pembawa.lzgm886z

25

Anda mungkin juga menyukai