Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN IDENTIFIKASI KESEHATAN PERBATASAN

SANITASI KAPAL DAN KEGIATAN KEKARANTINAAN DIPELABUHAN


BUATAN PORT SIAK

DISUSUN OLEH:
ANNISA RAHMAH FITRI 1508111554
ARDINA KAMILIA 1508122544
ATIKAH PUTRI SYA’BANITA 1508157890
IKE FITRI ANDINI 1508153957
IQBAL TEGUH RIADY 1508112090
MELFI TRIANI SISKA 1508122537
PUTRI NADIA 1508112531
ROFI SAPUTRA 1508112550
VADYAN HAZ KAMAL 1508117294
WIRDATUN NISA ARTA 1508157886
YOHANA PESTRA 1508117570
ZAHRA ASYSYAHIDAH 1508153959

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyeleaikan kunjungan lapangan
dan menyusun laporan yang berjudul “Sanitasi Kapal dan Kekarantinaan”.

Penulisan laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dan sistem
penilaian yang terdapat selama mengikuti blok “masalah kesehatan kerja,
lingkungan, dan perbatasan” di Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Pekanbaru.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis, sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Untuk
itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Drg. Rita Endriani, M. Kes, selaku instruktur kelompok 2 selama mengikuti


skills lab blok “masalah kesehatan kerja, lingkungan, dan perbatasan” yang telah
senantiasa membimbing penulis.
2. Pengelola blok dan semua dosen yang dilibatkan dalam membimbing penulis
selama mengikuti blok “masalah kesehatan kerja, lingkungan, dan perbatasan”.
3. Semua dosen dan karyawan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) senantiasa
membimbing melalui perkuliahan dan survey lapangan.
4. Teman seperjuangan angkatan 2015 yang tergabung dalam blok “masalah
kesehatan, lingkungan, dan perbatasan”.

Pekanbaru, 11 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………….. 1
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum…………………………………………………… 2
2. Tujuan Khusus…………………………………………………... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………... 3
A. Sanitasi Kapal……………………………………………………… 4
B. Kekarantinaan di Pelabuhan……………………………………… 5
3. HASIL IDENTIFIKASI HAZARD…………………………………… 6
A. Identifikasi Masalah……………………………………………….. 6
B. Prioritas Masalah…………………………………………………… 7
C. Analisis Penyebab Masalah………………………………………… 8
D. Alternatif Penyebab Masalah……………………………………… 9
4. PEMBAHASAN………………………………………………………… 10
5. SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….. 11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 12
LAMPIRAN: DOKUMENTASI KEGIATAN……………………….. 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam keberlangsungan transportasi kerja, maka diperlukan alat angkut, baik
antar wilayah maupun mancanegara. Perkembangan teknologi alat angkut yang
semakin cepat membuat jarak antar negara seolah semakin dekat karena waktu
tempuh yang semakin singkat, sehingga mobilitas orang dan barang semakin cepat
melebihi masa inkubasi penyakit menular. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap
risiko penularan penyakit secara gobal. International Health Regulation 2005 (IHR),
World Health Organization (WHO) merekomendasikan kepada negara peserta untuk
melakukan tidakan terhadap bagasi, kargo, petikemas, alat angkut, barang-barang,
paket pos atau jenazah manusia untuk menghilangkan infeksi atau kontaminasi
termasuk vektor dan reservoir, tanpa pembatasan perjalanan dan perdagangan.1,2
Untuk mengantisipasi ancaman penyakit global serta permasalahan kesehatan
masyarakat yang merupakan masalah darurat kesehatan dunia, Kantor Kesehatan
Pelabuhan dituntut mampu menangkal resiko kesehatan yang mungkin masuk
melalui orang, alat angkut dan barang termasuk container yang datang dari negara
lain dengan melakukan tindakan tanpa menghambat perjalanan dan perdagangan.
Tugas tersebut dituangkan dalam bentuk pemeriksaan sanitasi kapal dan
kekarantinaan.1
Pelabuhan merupakan titik simpul pertemuan atau aktifitas keluar masuk
kapal, barang dan orang, sekaligus sebagai pintu gerbang transformasi penyebaran
penyakit,dan merupakan ancaman global terhadap kesehatan masyarakat karena
adanya penyakit karantina, penyakit menular baru (new emerging diseases), maupun
penyakit menular lama yang timbul kembali (re-emerging diseases).1

Tindakan Sanitasi kapal upaya penyehatan,pengamanan,dan pengendalian


terhadap faktor risiko lingkungan di kapal untuk memutus mata rantai penularan
penyakit atau kontaminasi, meliputi disinfeksi, dekontaminasi, disinseksi, dan
deratisasi guna memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan, sehingga
membantu mengurangi penyebaran penyakit karena hama yang dapat ditularkan
melalui vektor.3

Kantor kesehatan pelabuhan mempunyai tugas melaksanakan pencegahan


masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi,
kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan,
pengawasan Obat Makanan Kosmetika Alat Kesehatan dan Bahan Adiktif
(OMKABA), serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit muncul
kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi diwilayah kerja
Bandar udara, pos lintas batas darat dan pelabuhan.3
Ancaman penyakit global serta permasalahan kesehatan masyarakat yang
merupakan masalah darurat kesehatan dunia, yang jalur keluar masuk penyakit
berada dipelabuhan. Sebagai mahasiswa kedokteran kita perlu mengetahui dan
mengenal sistem kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) yang ada di suatu industri,
sistem sanitasi kapal dan kekarantinaan yang ada dipelabuhan.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan identifikasi dan pengenalan kegiatan kekarantinaan dan sanitasi
kapal.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui kegiatan kekarantinaan yang berada di pelabuhan siak buatan
port.
b. Mengenal dan melakukan penilaian sistem sanitasi kapal di pelabuhan siak
buatan port.
c. Membandingkan pelaksanaan kegiatan kekarantinaan di pelabuhan buatan
port siak sudah sesuai dengan aturan yang ada.
d. Membandingkan pelaksanaan kegiatan penilaian kapal sudah sesuai
dengan aturan yang ada.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sanitasi Kapal


Menurut Permenkes No.530/Menkes/Per/VII/1987, sanitasi kapal adalah
segala usaha yang ditujukan terhadap faktor lingkungan dik kapal untuk memutuskan
mata rantai penularan penyakit guna memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatan.1 Setiap orang yang berada di kapal harus menjaga sanitasi dan kesehatan
kapal seperti sarana sanitasi, suplai makanan dan kebersihan lingkunagn di kapal.
Sanitasi kapal tidak mungkin terwujud tanpa kerja sama setiap anak buah kapal
(ABK). Nahkoda berkewajiban menjaga kondisi sanitasi setiap saat dan secara
berkala memeriksa kondisi sanitasi di atas kapal.4
2.2 Sasaran Peningkatan Sanitasi Kapal
Berdasarkan International Health Regulation: Handbook for Inspection of
Ships and Issuance of Ship Sanitation Certificates (WHO, 2011), disimpulkan bahwa
sasaran peningkatan sanitasi kapal antara lain kamar tidur ABK dan penumpang,
dapur, ruang rakit makanan, gudang tempat penyimpanan, fasilitas perawatan anak,
fasilitas medis, kolam renang dan kolam spa, limbah padat dan limbah medis, ruang
mesin, air minum, pembuangan kotoran, muatan kargo, sistem dan area lainnya.4

2.2.1 Kamar (Quarters)

Kamar atau ruang tidur yang biasanya digunakan untuk awak kapal ataupun
penumpang harus memenuhi persyaratan seperti, ruangan harus bebas dari vektor,
sistem ventilasi mencukupi atau udara yang masuk dapat tersaring dengan baik untuk
mencegah penyebaran penyakit, kamar harus kedap air dan gas, tersedia toilet baik
didalam kamar ataupun diluar kamar pribadi, toilet harus dilengkapi dengan fasilitas
seperti cara untuk mengeringkan tangan (lebih baik menggunakan handuk kertas
yang langsung dapat dibuang) serta sabun cair, menerapkan langkah-langkah
dekontaminasi, menjaga sistem toilet bebas dari kebocoran, disarankan kamar juga
dilengkapi dengan cahaya buatan apabila cahaya alami tidak tersedia.

2.2.2 Gudang Tempat Penyimpanan (Stores)

Penyimpanan makanan dipisahkan dengan non-makanan serta memisahkan


produk mentah dan produk yang sudah jadi. Tempat penyimpanan makanan berada
di jarak aman (sekitar 15 cm) di atas dek dan terlindung dari masuknya air dan
kontaminasi potensial lainnya. Bahan kimia harus dipisahkan dengan menyimpannya
didalam loker.

2.2.3 Dapur dan Ruang Rakit Makanan (Galleys and Pantry)

Keadaan dapur kapal yang memenuhi syarat dilihat dari tingkat kebersihan
dapur, ada tidaknya sirkulasi udara, pencahayaan yang cukup, adanya tempat
pencucian piring dan peralatan dapur lain yang saniter, dan tidak ada tanda-tanda
kehidupan vektor atau rodent.

2.2.4 Fasilitas Perawatan Anak


Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fasilitas perawatan anak
antara lain:
o Ventilasi dan pencahayaan dari fasilitas perawatan anak;
o Bahan dan kebersihan permukaan furnitur, karpet dan mainan;
o Tempat penggantian popok, fasilitas cuci tangan dan toilet.

2.2.5 Fasilitas Medis

Sebagai akomodasi untuk ABK dan Penumpang, fasilitas ini dibutuhkan


untuk menangani apabila ada yang menderita sakit maupun kecelakaan kerja,
untuk itu fasilitas medis harus memenuhi syarat :
1. Setiap kapal dengan jumlah Anak Buah Kapal 15 (lima belas) orang
atau lebih dilengkapi dengan ruangan perawatan kesehatan yang layak
dan memiliki kamar mandi dan jamban tersendiri.
2. Fasilitas ruang perawatan kesehatan tidak boleh di pergunakan untuk
keperluan lain selain untuk perawatan orang sakit.
3. Pada setiap kapal harus tersedia obat-obatan dan bahan-bahan pembalut
dalam jumlah yang cukup.
4. Untuk pemberian pelayanan kesehatan di kapal, Nahkoda dalam keadaan
tertentu dapat meminta bantuan nasehat dari tenaga medis di darat.
2.2.6 Limbah Padat dan Limbah Medis

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai limbah medis, antara lain:

1. Menyimpan limbah berpotensi menular dalam kantong plastik kuning atau


wadah yang diberi label dengan kata-kata "HIGHLY INFECTIOUS" dan
dengan simbol internasional zat menular (biohazard).
2. Menyimpan limbah medis secara terpisah dari limbah lainnya di tempat
khusus.
3. Hubungkan pipa untuk limbah cair medis dan air limbah dari daerah medis,
termasuk bak mandi, shower dan wastafel mencuci tangan, ke sistem
pembuangan limbah.
4. Membuang limbah benda tajam ke dalam wadah plastik yang sesuai.
5. Menyediakan wadah benda tajam yang terbuat dari logam atau plastik anti
robek. Wadah harus kuning, dan diberi label dengan kata "SHARPS" dan
simbol internasional zat infeksius (biohazard).

2.2.7 Ruang Mesin

Ruang mesin dan kompartemen di dekatnya dapat berisi mikroba


berbahaya dan bahan kimia. Agen infeksi dan bahan kimia berbahaya dapat
ditransfer dari ruang mesin ke limbah melalui sambungan black water, grey water,
air ballast, air pendingin, air limbah industri dan limbah berbahaya lainnya.
Risiko utama termasuk kontaminasi oleh vektor dan efek dari lingkungan
ruang mesin terhadap kesehatan kerja dari awak, meliputi :

1. Paparan eksternal dengan menghirup uap minyak dan kabut yang berasal
ventilasi yang buruk;
2. Suhu tinggi dari ruang tertutup dengan fasilitas pendingin tidak cukup;
3. Pencahayaan tidak cukup.
2.2.8 Air Minum
Kapal dapat dilengkapi dengan dua atau tiga sistem air yang berbeda : air
minum, air non-minum yang digunakan untuk prosedur operasional lainnya dan
air untuk pemadam kebakaran.

Adapun yang menjadi parameter wajib dari persyaratan kualitas air minum
berdasarkan Permenkes No. 492/ Menkes/ Per/ IV/ 2010, adalah :

1. Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik yang harus dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih, tidak
berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Sementara suhunya sebaiknya sejuk
yaitu ± 3 C. Selain itu, air minum memiliki syarat kekeruhan yaitu 5 NTU dan
tidak menimbulkan endapan.
2. Persyaratan Kimia
Dari aspek kimiawi, bahan air minum tidak boleh mengandung partikel terlarut
dalam jumlah tinggi serta logam berat (misalnya Hg, Ni, Pb, Zn,dan Ag) ataupun
zat beracun seperti senyawa hidrokarbon dan detergen.

2.2.9 Air Bersih


Air bersih untuk persediaan di kapal minimal tersedia untuk dua hari dengan
asumsi kebutuhan 120 liter per orang per hari untuk maksimal kapasitas anak buah
kapal dan penumpang, selanjutnya air di kapal minimal mengandung 0,2 ppm sisa
chlor bebas.
2.2.10 Pembuangan Kotoran (Sewage)
Metode yang paling umum dari pengolahan limbah adalah limbah dari toilet
dialirkan melalui sistem perpipaan ke dalam tangki penampung di mana limbah
tersebut dihaluskan, didekantasi dan dipecah oleh bakteri alami dalam proses
aerobik. Hal ini kemudian didesinfeksi sebelum dibuang ke laut terbuka.

2.3 Kegiatan Kekarantinaan


Karantina berasal dari bahasa latin “quadraginta” yang artinya 40, yang mana
dulu semua penderita diisolasi selama 40 hari. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 425/Menkes/ SK/ IV/2007 tentang Karantina Kesehatan
di Kantor Kesehatan Pelabuhan bahwa penyakit karantina tidak hanya 6 penyakit
saja (Pes, Yellow Fever, Demam Balik-balik, Cacar dan Tifus Bercak Wahibi tetapi
terdapat New Emerging Infectious Diseases dan Re-emerging Diseases yang dapat
mengancam kesehatan negara.5

2.4 Tata Cara dan Tindakan Kekarantinaan


Tata cara dan tindakan kekarantinaan terdapat dalam pasal 20 sampai pasal 29
Undang-undang tentang karantina laut tanggal 13 Desember 1961.6

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai