Anda di halaman 1dari 16

A.

OTITIS

1. Pengertian Otitis

Otitis merupakan proses peradangan atau infeksi pada telinga yang terjadi pada anak-

anak ataupun orang dewasa (2017: 219).

2. Klasifikasii Otitis

a. Otitis ekterna

Otitis eksterna adalah infeksi yang terjadi di saluran telinga luar. Infeksi telinga ini bisa

terjadi akibat masuknya air ke dalam telinga saat mandi atau berenang. Air yang tidak

bisa keluar akan menyebabkan liang telinga lembab sehingga memicu pertumbuhan

bakteri.

b. Otitis media

Otitis media adalah infeksi pada telinga bagian tengah, tepatnya pada rongga di belakang

gendang telinga. Infeksi telinga bagian tengah ini, sering kali timbul akibat batuk pilek, flu,

atau alergi sebelumnya. Semua orang bisa mengalami otitis media, tetapi kondisi ini

lebih sering terjadi pada anak-anak. Berdasarkan penelitian, kebanyakan kasus otitis

media menyerang anak-anak yang berusia di bawah 3 tahun. Otitis media merupakan

penyakit infeksi telinga pada bayi yang paling sering terjadi.

c. Otitis interna

Otitis interna atau yang juga dikenal dengan labrinitis adalah infeksi telinga bagian

dalam (labirin membran). Umumnya penyakit ini disebabkan oleh virus atau bakteri.

Otitis interna merupakan infeksi lanjutan atau komplikasi dari otitis media yang parah.

infeksi ini dapat mengganggu fungsi pendengaran jika tidak segera diobati.

3. Faktor Penyebab Otitis

Berbagai factor terjadinya otitis diantara lain :

a. Memiliki sistem imun tubuh yang lemah

1
b. Trauma Atau Benturan

c. Masuknya Benda Asing Pada Telinga

d. Adanya Penyakit Pencetus

4. Gejala Otitis

Beberapa tanda dan gejala terjadunya otitis

1. Nyeri telinga (otalgia)

2. Tampak peradangan (otitis eksterna)

3. Penurunan sensor pendengaran

4. Gangguan tidur.

5. Demam tinggi lebih dari 38 derajat Celcius.

6. Nafsu makan menurun.

7. Vertigo atau kehilangan keseimbangan.

8. Keluar cairan berwarna kuning, bening, atau bahkan darah dari telinga.

5. Patofisiologi

Pada gangguan ini biasanya terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang di

akibatkan oleh infeksi saluran nafas atas, sehingga timbul tekanan negative di telinga

tengah. Sebaiknya terdapat gangguian drainase cairan telinga tengah dan

kemungkinan reflek sekresi eshopagus ke daerah ini secara normal bersifat steril.

Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba eustachii

akibat kontaminasi secret dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah

bila ada perforasi membrane tymphani. Eskudat purulent biasanya ada dalam telinga

tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.

2
6. Pathaway

7. Pengkajian focus

Pengumpulan pengkajian data melalui Riwayat Kesehatan dan pemeriksaan

fisik seperti di bawah ini:

1. Riwayat Kesehatan : adakah baru baru ini infeksi pernafasan atas ataukah

sebelumnya klien mengalami ISPA, dan nyeri daerah telinga perasan penuh atau

tertekan di dalam telinga, perubahan pendengaran.

2. Pemeriksaan fisik : tes pendengaran,memeriksa membrane timpani

3. Data yang muncul saat pengkajian

4. Sakit telinga atau nyeri

5. Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga

6. Tinnitus

3
7. Perasaan penuh pada telinga

8. Suara bergema dari suara berdiri

9. Bunyi letupan sewaktu menguap atau menelan

10. Vertigo,pusing,gatal pada telinga

11. Penggunaan minyak,kapas lidi,peniti untuk membersihkan telinga

12. Penggunaan obat

13. Tanda-tanda vital (suhu tubuh 40 derajat celcius) demam

14. Kemampuan membaca bibir atau pakai isyarat

15. Reflek kejut

16. Toleransi terhadap bunyi bunyi keras

17. Tipe warna 2 jumlah cairan

18. Cairan telinga: hitam,kemerahan,jernih,kuning

19. Alergi

20. Adanya infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya.

8. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cidera fisik

2. Gangguan persepsi sensori (pendengaran) b.d perubahan rtesepsi, transmisi dan

intregitas sensori

3. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri

Intervensi keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cidera fisik

Kriteria hasil:

Menunjukkan tingkat nyeri yang di buktikan oleh indicator sebagai berikut

a) Ekspresi nyeri pada wajah

b) Gelisih/ketegangan otot

c) Durasi episode nyeri

4
d) Merintih dan menangis

e) Gelisah

Intervensi :

1. Lakukan pengkajian yang kompherenshif meliputi lokasi,

karakteristik,frekuensi,intensitas,kualitas atau keparahan nyeri dan factor

presipitasi.

2. Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respon pasien

terhadap analgetic

3. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan

nyeri dan tawarkan strategi koping yang di sarankan

4. Laporkan kepada dokter jika Tindakan tidak berhasil

2. Gangguan persepsi sensori (pendengaran) b.d perubahan rtesepsi, transmisi dan

intregitas sensori

Kriteria hasil:

1. orientasi kognitif : kemampuan untuk mengidentifikasi seseorang tempat

dan waktu secara akurat

2. komunikasi : reseptif : resepsi dan interpretasi pesan verbal dan non verbal

3. perilaku kompensasi pendengaran : Tindakan pribadi untuk

mengidentifikasi, memantau dan mengkompensasi kehilangan

pendengaran

intervensi :

a) pemantauan neurologis : mengumpulkan dan menganalisis data

pasien untuk mencagah atau menimalkan komplikasi neurologisnya

b) stimulus kognitif : meningkatkan kesadaran dan pemahaman

terhadap sekitar melalui penggunaan stimulus rencana

c) peningkatan komunikasi: devisit pendengaran : membantu

pembelajaran dan penerimaan metode alternativ untuk mrnjslani

hidup dengan penurunan fungsi pendengaran

5
3. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri

Kriteria hasil :

- Memantau manifestasi perilaku ansietas

- Mempertahankan performa peran

- Memantau distorsi persepsi sensori

- Menggunakan tehnik relaksasi untuk meredakan ansietas

Intervensi :

1. Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan pasien

2. Bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini sebagai cara

untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang di butuhkan untuk

mengurangi ansietas

3. Berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedian ,seperti

teman,keluarga dll

4. Berikan obat untuk menurunkan ansietas

6
B. Vertigo

1. Pengertian Vertigo

Vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar)

tanpa sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar atau

badan yang berputar. Vertigo bisa mengenai semua golongan umur, dengan jumlah

insidensi 25% pada pasien usia lebih dari 25 tahun, dan 40% pada pasien usia lebih dari

40 tahun. Dizziness dilaporkansekitar 30% pada populasi berusia lebih dari 65 tahun.

Vertigo merupakan gejala yang sering dikeluhkan pasien pasca mengalami trauma

pada kepala, leher atau craniovertebral junction. Trauma bisa terjadi karena cedera akibat

jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera kontak saat olah raga dan trauma akibat

ledakan. Telinga bagian dalam dan otak rentan terhadap benturan sehingga gejala bisa

timbul walaupun tanpa cedera yang substansial. Vertigo pasca traumadiklasifikasikan

menjadiperifer dan sentral tergantung pada struktur yangterkena. (EB, 2016)

2. Klasifikasi

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu vertigo vestibular dannon-

vestibular. Vertigo vestibular adalah vertigo yang disebabkan oleh gangguan sistem

vestibular, sedangkan vertigo nonvestibular adalah vertigo yang disebabkan oleh

gangguan sistem visual dan somatosensori.

Karakteristik Vertigi vestibular Vertigo non vestibular


Waktu Episodik Konstan
Sifat vertigo Berputar Melayang
Faktor pencetus Berputar gerakan kepala, Stress, hpervetilasi
perubahan posisi
Gejala penyerta Mual muntah, tuli, tinnitus Ggangguan mata,
somatosensori
Tabel : perbedaan vertigo vestibular dan non vestibular

3. Etiologi

Penyebab vertigo dapat diklasifikasikan menjadi penyebab sentral (melibatkan

otak) dan penyebab perifer (melibatkan jaringan saraf). Penyebab vertigo yang paling

7
umum adalah penyebab perifer yang melibatkan telinga dalam. Benign Paroxysmal

Positional Vertigo adalah bentuk paling umum dari vertigo dan ditandai dengan sensasi

bergerak yang dimulai dengan pergerakan tiba-tiba dari kepala atau menggerakkan

kepala ke arah tertentu.Vertigo juga dapat disebabkan oleh labirinitis (peradangan pada

telinga dalam), yang ditandai dengan onset vertigo yang tiba-tiba dan mungkin

berhubungan dengan ketulian. Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya

antara lain akibat kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan

terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. (Sielskiet al., 2015).

Menurut (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019). Penyebab vertigo dapat dibagi menjadi 5 yaitu:

a. Otologi. ini merupakan 24-61 kasus vertigo (paling sering), dapat disebabkan oleh

BPPV (benign paroxysmal positional vertigo), penyakit Meniere, parase N. VIII

(vestibulokoklearis) maupun otitis media.

b. Neurologis

- Gangguan serebrovaskular batang otak, serebelum

- Ataksia karena neuropati

- Gangguan visus

- Gangguan serebelum

- Seklerosis multiple yaitu suatu penyakit saat sistem kekebalan tubuh menggerogoti

lapisan pelindung saraf

- Malformasi chiari, yaitu anomaly bawaan di mana serebelum dan medulla

oblongata menjorok ke medulla spinalis melalui foramen magnum

- Vertigo servikal.

c. Interna Kurang lebih 33% dari keseluruhan kasus terjadi karena gangguan

kardiovaskuler. Penyebabnya biasanya berupa tekanan darah yang naik atau turun,

aritma kordis, penyakit jantung koroner, infeksi, hipoglikemia, serta intoksikasi obat,

misalnifedipin, benzodiazepine, Xanax (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).

8
d. Psikiatrik. Terdapat pada lebih dari 50% kasus vertigo. Biasanya pemeriksaan klinis

dan laboratoris menunjukkan hasil dalam bebas normal. Penyebabnya biasanya

berupa depresi, fobia, ansietas, serta psikosomatis (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).

e. Fisiologis. Misalnya, vertigo yang timbul ketika melihat ke bawah saat kita berada di

tempat tinggi (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).

4. Patofisiologi

Vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan

ketidakcocokan antara posisi tubuh ysng sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh

sususan saraf pusat. Jika ada kelainan pada lintasan informasi dari indera keseimbangan

yang dikirim kesistem saraf pusat, atau kelainan pada pusat keseimbangan, maka proses

adaptasi yang normal tidakakan terjadi tetapi akan menimbulkan reaksi alarm. Keadaan

ini berhubungan dengan serat-serat di formasio retikularis batang otak yang terhubung

dengana ktivitas sistem kolinergik dan adrenergik. Teori-teori yang dapat menjelaskan

tentang terjadinya vertigo adalah :

a. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)Teori ini berdasarkan asumsi bahwa

rangsang yang berlebihanmenyebab kan hiperemi kanalis semisir kularis sehingga

fungsinyaterganggu, akibatnya akantimbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.

b. Teori konflik sensorik. Menurut teori ini terjadi ketidak cocokan masukan sensorik yang

berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu mata/visus, vestibulumdan

proprioceptif, atau ketidakseimbangan / asimetri masukan sensorik yang berasal dari

sisi kiri dan kanan. Ketidak cocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di

sentral sehingga timbul respon yang dapat berupa nnistagmus (usaha koreksi bola

mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler,serebelum) atau rasa

melayang, berputar (berasal dari sensasikortikal). Berbeda dengan teori rangsang

berlebihan,teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai

penyebab.

c. Teori neural mismatch. Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik,

menurutteori iniotak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu,


9
sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuaidengan pola

gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola

gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme

adaptasi sehingga berangsur-angsur tidaklagi timbul gejala.

d. Teori otonomik. Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom

sebagai usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim

simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.

e. Teori neurohumoral. Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan

teoriserotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan perananneurotransmiter

tertentu dalam pengaruhi sistim saraf otonom yangmenyebabkan timbulnya gejala

vertigo.

f. Teori Sinap. Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan

neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses

adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang Gerakan menimbulkan stres yang akan

memicu sekresi CRF (corticotropinreleasing factor), peningkatan kadar CRF

selanjutnya akan mengaktifkan susunan sarafsimpatik yang selanjutnya mencetuskan

mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik.

Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat

berkeringat di awalserangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang

menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat

dominasiaktivitas susunan saraf parasimpatis. Vertigo akan timbul bila terdapat

gangguan pada alat-alat vestibular atau pada serabut-serabut yang menghubungkan

alat/nuklei vestibular dengan pusat-pusat di cerebellum dan korteks cerebri.

Vertigo ini akan timbul bila terdapat ketidakcocokan dalam informasi yang oleh

susunan-susunan aferen disampaikan kepada kesadaran kita. Sususnan aferen yang

terpenting dalam hal ini adalah susunan vestibular atau keseimbangan yang secara

terus-menerus menyampaikan impuls-impuls ke serebellum. Namun demikian

susunan-susunan lain, seperti misalnya susunan optik dan susunan proprioseptif

10
dalam hal ini pula memegang peranan yang sangat penting. Penting pula sususnan

yang mrnghubungkan nuklei vestibularis dengannuklei N.III, IV, dan VI, sususnan

vestibulo-retikularis susunan vestibulo-spinalis dll. (Setiawati M. & Susianti, 2016)

5. Diagnosis Vertigo

Menurut fransisca (2013) untuk mendiagnosis vertigo meliputi:

a. Sebelum memulai pengobatan, harus ditentukan sifat dan penyebab vertigo.

b. Gerakan mata abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi di telinga bagian dalam

atau saraf yang menghubungkan dengan otak.

c. Nistagmus atau juling adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari

atas ke bawah. Arah gerakan tersebut dapat membantu dalam menegakkan

diagnosis. Nistagmus dapat dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita

secara tiba-tiba atau dengan meneteskan air dingin kedalam lubang telinga.

d. Untuk menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri dan kemudian berjalan

dengan satu garis lurus, awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan mata

tertutup. Tes pendengaran kerap kali dapat menentukan ada/tidaknya kelainan telinga

yang mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran.

e. Pemeriksaan lainnya dalah dengan CT-scan atau MRI kepala yang dapat

menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf.

f. Jika ada dugaan suatu infeksi biasa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus, atau

dari tulang belakang (fungus lumbal).

g. Jika ada dugaan terdapat penurunan aliran darah ke otak, dilakukan pemeriksaan

angiogram untuk melihat ada atau tidaknya sumbatan pada pembuluh darah yang

menuju otak

6. Manifestas Klinisi

a. Gejala Umum

11
Secara garis besar, gejala vertigo dimulai dengan sensasi rasa pusing yang

disertai dengan kondisi kepala yang berputar-putar atau kliyengan. Selain itu,

biasanya penderita juga akan merasakan sensasi lain saat kepala mereka terasa

berputar-putar, seperti:

- Pusing

- Kepala terasa sakit disertai dengan berputar-putar atau kliyengan

- Mual-mual

- Rasa ingin muntah

- Berkeringat

- Pergerakan arah pandangan yang tidak normal

- Hilangnya pendengaran

- Tinnitus atau telinga berdenging

b. Gejala Tambahan

- Anggota tubuh yang mulai terasa lemas

- Penglihatan yang mulai ada bayang-bayang

- Kesulitan untuk bicara

- Disertai demame

- Kesulitan untuk berdiri atau bahkan berjalan

- Respon yang lambat

- Penurunan kesadaran

- Pergerakan mata yang mulai tidak normal (EB, 2016)

C. KETERKAITAN OTITIS MEDIA DAN VERTIGO

Otitis media akut (OMA) merupakan kondisi peradangan akut yang terjadinya pada

telinga bagian tengah. Bentuk komplikasi yang berat dari OMA yang tidak ditangani secara

optimal antara lain komplikasi di intrakranial (jaringan otak) dan intratemporal (telinga dalam).

Komplikasi tersebut terjadi akibat penyebaran infeksi kuman patogen yang berat langsung ke

organ disekitarnya.

12
Pada kasus meluasnya infeksi hingga ke telinga dalam, dapat menyebabkan kondisi

yang disebut dengan labirinitis yang ditandai dengan keluhan pusing berputar atau vertigo.

Hal tersebut terjadi karena telinga dalam salah satunya berfungsi sebagai sistem

keseimbangan tubuh. Ketika fungsinya terganggu maka dapat muncul keluhan vertigo.

Sedangkan pada komplikasi intrakranial dapat menyebabkan peradangan selaput meningens

atau yang disebut sebagai meningitis. Labirinitis lebih umum terjadi pada otitis media kronik,

namun dapat juga terjadi pada OMA meskipun lebih jarang kasusnya. Berkaitan dengan

cairan dari telinga, cairan tersebut terbentuk dari proses inflamasi dimana terjadi eksudasi

serum darah menuju ruang ekstraseluler akibat dilepaskannya mediator inflamasi dalam

darah.

D. SYSTEM PERSEPSI SENSORI

Persepsi adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang tersebut disadari dan

dimengerti penginderaan atau sensasi. Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia

dalam membedakan antara rangsang timbul dari sumber internal (pikiran, perasaan) dan

stimulus eksternal (Dermawan dan Rusdi, 2013).

Proses sensorik adalah proses manusia dalam menerima informasi sensoris (energi

fisik dari lingkungan) melalui penginderaan dan menerjemahkan informasi tersebut menjadi

sinyal-sinyal neural yang bermakna. Proses persepsi adalah adalah proses pemahaman

ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus

System persepsi sensori adalah suatu system sensor yang berkaitan erat dengan

sintem indra yang berfungsi untuk mendeteksi stimulasi atau rangsangan secara eksternal,

yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dari luar tubuh yang mempengaruhi system indra

tersebut. Juga secara internal, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dari dalam tubuh

individu seperti prubahan biologis dan psikologis sehinga stimulasi tersebut akan di proses

menjadi informasi yang disadari untuk bertindak.

13
E. SISTEM SENSORI YANG BERHUBUNGAN DENGAN OTITIS DAN VERTIGO

a. Sistem Organ Keseimbangan Pada Telinga

Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak ditelinga dalam (labirin), terlindungi

oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara umum adalah

telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan. Labirin

terdiri atas labirin tulang dan labirin membran. Labirin membran terletak dalam labirin

tulang dan bentuknya hampir menurut bentuk labirin tulang. Antara labirin tulang dan

labirin membran terdapat perilimfa (tinggi natrium rendah kalium), sedangkan endolimfa

(tinggi kalium dan rendah natrium) terdapat di dalam labirin membran. Berat jenis cairan

endolimfa lebih tinggi dari pada cairan perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada dalam

labirin membran yang terapung dalam perilimfa, yang berada dalam labirin tulang. Tulang

labirin, terdiri dari bagian vestibuler (kanalis semisirkularis, utriculus, sacculus) dan bagian

koklea. Setiap labirin terdiri dari 3 kanalis semi sirkularis (kss), yaitu kss horizontal

(lateral), kss anterior (superior), dan kss posterior (inferior).

Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut.

Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia dan

pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan dengan berat jenis

yang lebih besar daripada endolimfe. Karena pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolit

akan membengkokkan silia sel-sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada reseptor.

Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus yang sempit yang juga

merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidang

yang tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada

utrikulus. Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar membentuk

ampula dan mengandung sel-sel rambut krista. Sel- sel rambut menonjol pada pada suatu

kupula gelatinosa. Gerakan endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakan

kupula yang selanjutnya akan membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan

merangsang sel reseptor. Jalur saraf yang dilalui dimulai dari nervus-nervus dari utriculus,

saculus dan kanalis semisirkularis membentuk suatu ganglion vestibularis. Jalur


14
keseimbangan terbagi 2 neuron; neuron ke 1; Sel-sel bipolar dari ganglion vestibularis.

Neurit-neurit membentuk N. Vestibularis dari N. Vestibulocochlearis pada dasar liang

pendengaran dalam dan menuju nuklei vestibularis. Nuklei ke 2 dari Nucleus vestibularis

lateralis (inti Deiters) keluar serabut-serabut yang menuju Formatio retikularis, ke inti-inti

motorik saraf otak ke III, IV dan V (melalui Fasciculus longitudinalis medialis), ke Nuclei

Ruber dan sebagai Tractus vestibulospinalis didalam batang depan dari sumsum tulang

belakang. Dari Nuclei vestibularis medialis (inti Schwable) dan Nucleus vestibularis inferior

(inti Roller) muncul bagian-bagian Tractus vedtibulospinal dan hubungan-hubungan

kearah Formatio Retikularis. Nucleus vestibularis superior (inti Bechterew) mengirimkan

antara lain serabut-serabut untuk otak kecil.

b. Fisiologi Keseimbangan

Selain perannya dalam pendengaran yang bergantung pada koklea, telinga dalam

memiliki komponen khusus lain, yaitu aparatus vestibularis, yang memberikan informasi

yang penting untuk sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan – gerakan

kepala dengan gerakan – gerakan mata dan postur tubuh. Aparatus vestibularis terdiri dari

dua set struktur yang terletak di dalam tulang temporalis di dekat koklea- kanalis

semisirkularis dan organ otolit, yaitu utrikulus dan sarkulus.

Apartus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala.seperti di

koklea, semua komponen aparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh

perilimfe. Juga, serupa dengan organ korti, komponen vestibuler masing – masing

mengandung sel rambut yang berespon terhadap perubahan bentuk mekanis yang

dicetuskan oleh gerakan – gerakan spesifik endolimfe. Seperti sel – sel rambut

auditorius,reseptor vestibularis juga dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi,

tergantung pada arah gerakan cairan.

Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler atau

rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik, atau

memutar kepala. Tiap – tiap telinga memiliki 3 kanalis semisirkularis yang secara tiga

dimensi tersusun dalam bidang –bidang yang tegak lurus satu sama lain. Sel- sel rambut
15
reseptif di setiap kanalis semisirkularis terletak di atas suatu bubungan ( ridge ) yang

terletak di ampula, suatu pembesaran dipangkal kanalis. Rambut – rambut terbenam

dalam suatu lapisan gelatinosa seperti topi diatasnya yaitu kupula yang menonjol kedalam

endolimfe di dalam ampula. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan seperti

gangang laut yang mengikuti arah gelombang air.

Sinyal-sinyal yang berasal dari berbagai komponen apartus vestibularis dibawa

melalui saraf vestibulokoklearis ke nukleus vestibularis, satu kelompok badan sel saraf di

batang otak, dan ke sereberum.di sini informasi vestibuler diintegrasikan dengan masukan

dari permukaan kulit, mata, sendi, dan otot, untuk :

a. mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan;

b. mengontrol otot mata eksternal, sehingga mata tetap terfikasasi ke titik yang sama

walaupun kepala bergerak;

c. mempersepsikan gerakan dan orientasi.

16

Anda mungkin juga menyukai