Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA VESTIBULITIS

PADA TN.A DI RUANGAN POLI KLINIK THT

RSUD LABUANG BAJI

DI SUSUN OLEH:

NAMA : YULI SAFIRA

NIM : 142 2016 0005

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Vestibulitis adalah infeksi akut pada kelenjar sebaceous folikel rambut
vestibulum nasi. Biasanya terjadi karena iritasi dari sekret dari rongga hidung
(rinore) akibat inflamasi mukosa yang menyebabkan hipersekresi sel goblet
dan kelenjar seromusinosa. Bisa juga akibat trauma karena dikorek- korek. Hal
ini menyebabkan terjadinya infeksi dari kuman Staphylococcus aureus.

B. Etiologi
Vestibulitis paling sering disebabkan oleh bakteri. Bakteri tersering yaitu
Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Infeksi bisa terjadi akibat kebiasaan
mengorek hidung atau menghembuskan nafas lewat hidung yang berlebihan
sehingga menimbulkan iritasi pada hidung. Memotong rambut hidung bisa
melukai kulit vestibulum nasi sehingga menyebabkan infeksi. Pada orang-
orang yang menderita rhinitis akut, sinusitis, dan rhinitis alergi tidak jarang
juga terjadi vestibulitis hidung karena trauma dari penggunaan sapu tangan.
Organisme penyebab dari nasal vestibulitis adalah Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil,
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok. Bakteri ini merupakan
mikroflora normal manusia dan biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas
dan kulit. Infeksi S. Aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi,
diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritis. Sebagian besar
penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memperoduksi nanah, oleh itu
bakteri ini disebut piogenik, Sthaphyloccus juga menghasilkan enzim
koagulase dan enzim katalase
C. Patofisiologi
Peradangan bisa menyebabkan pembentukan keropeng dan bila ujung atau
sayap hidung ditekan akan terasa nyeri; dan hal ini seringkali berulang.

Gambar: Patofisiologi Vestibulitis


Vestibulitis paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi pada sinus
cavernosus dapat menyebar melalui vena pada otak. Hal ini dapat
menyebabkan infeksi pada otak, dan pembekuan atau penyumbatan pembuluh
darah otak.

D. Manifestasi klinis
Vestibulitis dapat berupa infeksi pada pangkal akar rambut atau keropeng
disekitar lubang hidung. Infeksi yang lebih berat dapat menyebabkan berupa
bisul. Infeksi juga dapat menyebar ke bawah kulit, bahkan kadang kalanya
sampai mengenai ke pembuluh darah otak, menginfeksi otak, dan
menyebabkan keadaan yang mengancam nyawa.
Gejala- gejala yang ditemukan antara lain
1. rasa nyeri,
2. kemerahan
3. benjolan pada lubang hidung bagian depan.
4. kulit bisa menjadi sangat merah,
5. membengkak, dan panas.
6. Infeksi yang mengenai pembuluh darah dikepala bisa menyebabkan
pembengkakan atau penonjolan mata,
7. penglihatan ganda, atau penurunan pengelihatan.
E. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis dipastikan, orang- orang dengan vestibulitis hidung
biasanya perlu mendapatkan antibiotik, antara lain dalam bentuk salep. Jika
terdapat bisul yang besar, maka mungkin perlu dilakukan tindakan
pembedahan untuk mengeluarkan isinya
Terapinya berupa :
1. Antibiotika adekuat
2. Analgetik
3. Anti inflamasi
4. Drainase pus bila sudah ada fluktuasi (abses)
Antibiotik cream dioleskan pada vestibulum nasi selama infeksi masih
terjadi. Manipulasi pada hidung sangat dilarang. Jika terdapat kecurigaan
bahwa terjadi furunkel, antibiotik oral atau paranteral dosis tinggi harus
diberikan, jika mungkin dapat dikombinasi dengan antibiotik lokal. Obat
tersebut harus tetap diberikan walaupun gejala penyakitnya telah hilang.
Vestibulum dibersihkan dan diberikan salep yang mengandung antibiotik 2-
3 kali/hari. Salap yang dapat diberikan Gentamicine Sulfate 0,1%. Dicloxacilin
dapat menjadi antibiotik pilihan yang dapat diberikan selama 7- 10 hari. .Obat
antiinflamasi membantu mengurangi radang dan bengkak. Kompres hangat
dapat membantu mengurangi penyebaran peradangan. Pasien diinstruksikan
untuk tidak terlalu seing memegang atau menggosok-gosok hidung.

F. Komplikasi
Komplikasi bisa sangat serius. Dapat dikenal sebagai :
1. Selulitis
2. abses
3. trombosis dari sinus cavernosus.
Kemungkinana trombosis sinus cavernosus harus selalu dicurigai, hal ini dapat
terjadi karena penyebaran infeksi secara retrograde lewat vena. Kondisi ini
menimbulkan keadaan yang serius, yang sering diikuti dengan kebutaan atau
bahkan kematian. Awalnya pasien mengeluh sakit kepala, dan nyeri sampai
parestesis nervus trigeminal yang diikuti oleh neuropati nervus kranial yang
lain, menyebabkan ophthalmoplegia. Pemberian cepat antibiotik intravena
dosis tinggi dapat mengurangi hinga 10-27%.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Alamat
e. Rekam medis
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama : Hidung terasa sakit
b. Riwayat Penyakit Sekarang : sebelum ke poliklinik THT pasien merasa
hidung sebelah kanan terasa sakit bila disentuh dan membengkak.
Sebelumnya pasien menderita sakit flu sehingga sering menggosok dan
mengorek hidung dengan tissue. Tidak ada keluhan hidung tersumbat,
tidak ada keluhan keluar darah dari hidung, dan tidak ada keluhan telinga
dan tenggorokan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : baik
b. kesadaran : compos mentis
c. gizi :cukup
d. TTV
e. Pemeriksaan telinga kanan : dalam batas normal
f. Pemeriksaan telinga kiri : dalam batas normal
g. Pemeriksaan rhinoskopi anterior : oedema dan hiperemis di
vestibulum nasi dekstra
h. Pemeriksaan rhinoskopi posterior : dalam batas normal
i. Pemeriksaan orofarings : dalam batas normal
j. Pemeriksaan laringoskopi indirek : dalam batas normal
k. Pemeriksaan hidung :
1) Inspeksi
a) Adanya peradangan pada dinding hidung
b) Adanya pembengkakan pada pipi
c) Adanya luka di dalam rongga hidung
d) Hiperemis pada dinding hidung
e) Dolor, kolor pada dinding hidung
2) Palpasi
a) Adanya nyeri tekan pada maxila

B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( inflamasi )
2. Risiko infeksi dibuktikan dengan proses penyakit

C. Intervensi
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan tindakan a. Identifikasi lokasi,
agen pencedera keperawatan karateristik, durasi,
fisiologis (inflamasi) diharapkan nyeri frekuensi, kualitas,
teratasi instensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik
a. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri ( mis.
Hipnosis, akupresur,
terapi musik, teknik
imajinasi terbimbing )
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)

Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
obat

Risiko infeksi setelah dilakukan Obsevasi


dibuktikan dengan tindakan a. Monitor tanda dan
proses penyakit keperawatan gejala infeksi lokal
maka diharapkan sistemik
tingkat infeksi Terapeutik
menurun a. Perhatiakn teknik
aseptik pada pada
pasien beriko tinggi
Edukasi
a. Ajarkan cuci tangan
dengan benar
b. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
obat, jika diindkasikan
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan


keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
Doenges, M.E.et all. (2017). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Brunner and Suddarth’s. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai