HEMATOTHORAKS
KELOMPOK 2:
AAZ
AGYL
ANASTASYA
DIDI ISMAIL
HASRIDAWATI
HERDINU RAHMANINGRUM
MUAMAR
PUJI WERDAYA
RENIYAH
SAMSUL BAHRI
DEFINISI
•Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Nugroho, 2015).
•Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma dapat ringan sampai berat tergantung
besar kecilnya gaya penyebab terjadinya trauma. Kerusakan anatomi yang ringan
berupa jejas pada dinding toraks, fraktur kosta simpel.Sedangkan kerusakan anatomi yang
lebih berat berupa fraktur kosta multiple dengan komplikasi, pneumotoraks, hematotoraks
dan kontusio paru. Trauma yang lebih berat menyebabkan perobekan pembuluh darah
besar dan trauma langsung pada jantung.
LANJUTAN…
• Pasien juga dapat mengalami anemia sampai syok (Boston Medical Centre,
2014)
DERAJAT HEMATOTHORAX
• Hemothorak Kecil: yang tampak sebagian bayangan kurang dari 15% padafoto rontgen,
perkusi pekak sampai iga IX. Jumlah darah sampai 300 ml.
•
• Hemothorak Sedang: 15-35% tertutup bayangan pada foto rontgen, perkusi pekak sampai iga
VI. Jumlah darah sampai 800 ml.
•
• Hemothorak Besar: lebih 35% pada foto rontgen, pekak sampai cranial, igaIV. Jumlah darah
sampai lebih dari 800 ml. (Bararah, 2013)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
a. Sinar X dada
b. AGD.
c. Hemoglobin
e. CT Scan
PENATALAKSANAAN
• Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan pasien trauma
lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with care ofcervical spine, B:
Breathing adequacy, C: Circulatory support, D: Disabilityassessment, dan E: Exposure
without causing hypothermia (Nugroho, 2015)
• Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara keseluruhan harus dilakukan.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang mengancam nyawa
dengan segera, seperti obstruksi jalan napas, tension Pneumotoraks, pneuomotoraks
terbuka yang masif, hemotoraks masif, tamponade perikardial, dan flail chest yang besar
(Nugroho, 2015)
LANJUTAN….
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien , Keluhan utama , Riwayat penyakit sekarang , Riwayat penyakit dahulu ,
Riwayat penyakit keluarga
2. Pemeriksaan Breathing, Blood , Brain , Bladder, Bowel, Bone
3. Pemeriksaan fisik head to toe
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
• a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinding dada, posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru, sindrom hipoventilasi (D.0005).
• c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, mencerna dan mengabsorpsi makanan
(D.0019).
• d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dengan kebutuhan oksigen, tirah
baring, kelemahan (D.0056).
• e. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif (D.0142) (PPNI, 2016).
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas (I. 01011) Observasi:
berhubungan dengan deformitas keperawatan selama 3 x 24 jam a. Monitor pola nafas (frekunsi, kedalaman, usaha
dinding dada, posisi tubuh yang pasien menunjukkan Pola Nafas nafas)
menghambat ekspansi paru, Adekuat (L.01004) dibuktikan b. Monitor bunyi nafas tambahan
sindrom hipoventilasi dengan kriteria hasil : c. Monitor sputum Terapeutik:
a. Dispnea menurun d. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Penggunaan otot bantu nafas e. Posisikan semi-fowler atau fowler
menurun f. Berikan minum hangat
c. Frekuensi nafas membai g. Lakukan fisioterapi dada jika perlu h. Lakukan
penghisapan lendir
i. Berikan oksigen
Edukasi:
j. Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi:
k. Kolaborasi pembrian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
2. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
agen injury fisik (trauma) keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi:
tingkat nyeri (L.08066) dengan a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri
b. Meringis menurun c. Identifikasi respon nyeri non-verbal
c. Gelisah menurun d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
d. Kesulitan Tidur menurun memperingan nyeri
e. Frekuensi nadi membaik e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
f. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
g. Monitor efek samping penggunaan
analgesik Terapeutik:
h. Berikan teknik non-farmakologis untuk
mengurangi ras nyeri (TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, tknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
i. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
j. Fasilitasi istirahat dan tidur
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
3. Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I. 03119)
dengan ketidakmampuan keperawatan selama 2x24 jam Observasi:
menelan, mencerna dan diharapkan klien dapat a. Identifikasi status nutrisi
mengabsorpsi makanan terpenuhi Status Nutrisi (L. b. Monitor asupan makanan
c. Monitor berat badan
03030), dengan kriteria hasil: d. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
a. Porsi makanan yang Terapeutik:
dihabiskan meningkat e. Lakukan oral hygiene sebelum makan
b. Nafsu makan membaik Edukasi:
c. Indeks massa tubuh f. Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi:
membaik g. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrien jika
perlu
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
5. Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi (I. 14539)
efek prosedur invasif.
selama 3 x 24 jam, tingkat infeksi Observasi:
adekuat (L. 14137) dengan kriteria hasil: a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
a. Kebersihan tangan Terapeutik:
b. Kebersihan badan a. Cuci tangan sebelum dan sesudah kont
c. Nafsu makan membaik pasien dan lingkungan pasien
d. Suhu tubuh menurun b. Pertahankan teknik aseptik
e. Nyeri menurun
Edukasi:
c. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
d. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
• Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks ini,
evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika pasien dan
profesional kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan/hasil, dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai pencapaian
tujuan pada rencana keperawatan yang telah ditetapkan, mengidentifikasi variabel-variabel
yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan, dan mengambil keputusan apakah rencana
keperawatan diteruskan, modifikasi atau dihentikan.
TERIMAKASIH