Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

HEMATOTHORAKS
KELOMPOK 2:

AAZ

ADE KIKI ZAKIAH

AGYL

ANASTASYA

DIDI ISMAIL

HASRIDAWATI

HERDINU RAHMANINGRUM

MUAMAR

PUJI WERDAYA

RENIYAH

SAMSUL BAHRI
DEFINISI

•Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Nugroho, 2015).

•Hematothoraks merupakan suatu keadaan di mana darah terakumulasi


pada rongga pleura yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang menjadi
predisposisi terpenting perembesan darah berkumpul di kantong pleura tidak bisa
diserap oleh lapisan pleura. (Muttaqin, 2012)
ETIOLOGI

• Penyebab umum dari hemotoraks adalah trauma toraks.

• Hemotoraks juga dapat terjadi pada pasien dengan

a. defek pembekuan darah,

b. operasi toraks atau jantung,

c. kanker pleura atau paru, dan tuberculosis.

d. pemasangan kateter vena sentral dan tabung torakostomi.


PATOFISIOLOGI

•Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma dapat ringan sampai berat tergantung
besar kecilnya gaya penyebab terjadinya trauma. Kerusakan anatomi yang ringan
berupa jejas pada dinding toraks, fraktur kosta simpel.Sedangkan kerusakan anatomi yang
lebih berat berupa fraktur kosta multiple dengan komplikasi, pneumotoraks, hematotoraks
dan kontusio paru. Trauma yang lebih berat menyebabkan perobekan pembuluh darah
besar dan trauma langsung pada jantung.
LANJUTAN…

•Pendarahan di dalam rongga pleura dapat terjadi dengan hampir


semuagangguan dari jaringan dada di dinding dan pleura atau struktur
intrathoracic. Respon fisiologis terhadap perkembangan hemothorax
diwujudkan dalam 2 area utama: hemodinamik dan pernafasan.
Tingkat respon hemodinamik ditentukan oleh jumlah dan kecepatan
kehilangan darah.
MANIFESTASI KLINIS

• nyeri dada, pasien menunjukkan distres pernapasan berat,

• napas pendek, takikardi,hipotensi, pucat, dingin, dan takipneu.

• Pasien juga dapat mengalami anemia sampai syok (Boston Medical Centre,
2014)
DERAJAT HEMATOTHORAX

• Hemothorak Kecil: yang tampak sebagian bayangan kurang dari 15% padafoto rontgen,
perkusi pekak sampai iga IX. Jumlah darah sampai 300 ml.

• Hemothorak Sedang: 15-35% tertutup bayangan pada foto rontgen, perkusi pekak sampai iga
VI. Jumlah darah sampai 800 ml.

• Hemothorak Besar: lebih 35% pada foto rontgen, pekak sampai cranial, igaIV. Jumlah darah
sampai lebih dari 800 ml. (Bararah, 2013)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

a. Sinar X dada

b. AGD.

c. Hemoglobin

d. Analisis Cairan Pleura

e. CT Scan
PENATALAKSANAAN
• Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan pasien trauma
lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with care ofcervical spine, B:
Breathing adequacy, C: Circulatory support, D: Disabilityassessment, dan E: Exposure
without causing hypothermia (Nugroho, 2015)
• Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara keseluruhan harus dilakukan.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang mengancam nyawa
dengan segera, seperti obstruksi jalan napas, tension Pneumotoraks, pneuomotoraks
terbuka yang masif, hemotoraks masif, tamponade perikardial, dan flail chest yang besar
(Nugroho, 2015)
LANJUTAN….

• Prinsip penatalaksanaan hematotoraks adalah stabilisasi hemodinamik pasien,


menghentikan sumber perdarahan dan mengeluarkan darah serta udara dari rongga pleura

• Intervensi keperawatan berfokus pada peningkatan fungsi pernapasan dan mencegah


komplikasi. Hal ini melibatkan pemantauan tanda-tanda vital, saturasi oksigen, dan suara
napas, memberikan terapi oksigen, membantu pemasangan dan drainase selang dada,
memberikan obat pereda nyeri, dan menilai tanda-tanda syok atau pendarahan .
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien , Keluhan utama , Riwayat penyakit sekarang , Riwayat penyakit dahulu ,
Riwayat penyakit keluarga
2. Pemeriksaan Breathing, Blood , Brain , Bladder, Bowel, Bone
3. Pemeriksaan fisik head to toe
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

• a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinding dada, posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru, sindrom hipoventilasi (D.0005).

• b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma) (D.0077).

• c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, mencerna dan mengabsorpsi makanan
(D.0019).

• d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dengan kebutuhan oksigen, tirah
baring, kelemahan (D.0056).

• e. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif (D.0142) (PPNI, 2016).
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas (I. 01011) Observasi:
berhubungan dengan deformitas keperawatan selama 3 x 24 jam a. Monitor pola nafas (frekunsi, kedalaman, usaha
dinding dada, posisi tubuh yang pasien menunjukkan Pola Nafas nafas)
menghambat ekspansi paru, Adekuat (L.01004) dibuktikan b. Monitor bunyi nafas tambahan
sindrom hipoventilasi dengan kriteria hasil : c. Monitor sputum Terapeutik:
a. Dispnea menurun d. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Penggunaan otot bantu nafas e. Posisikan semi-fowler atau fowler
menurun f. Berikan minum hangat
c. Frekuensi nafas membai g. Lakukan fisioterapi dada jika perlu h. Lakukan
penghisapan lendir
i. Berikan oksigen
Edukasi:
j. Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi:
k. Kolaborasi pembrian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

2. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
agen injury fisik (trauma) keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi:
tingkat nyeri (L.08066) dengan a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri
b. Meringis menurun c. Identifikasi respon nyeri non-verbal
c. Gelisah menurun d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
d. Kesulitan Tidur menurun memperingan nyeri
e. Frekuensi nadi membaik e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
f. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
g. Monitor efek samping penggunaan
analgesik Terapeutik:
h. Berikan teknik non-farmakologis untuk
mengurangi ras nyeri (TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, tknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
i. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
j. Fasilitasi istirahat dan tidur
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

3. Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I. 03119)
dengan ketidakmampuan keperawatan selama 2x24 jam Observasi:
menelan, mencerna dan diharapkan klien dapat a. Identifikasi status nutrisi
mengabsorpsi makanan terpenuhi Status Nutrisi (L. b. Monitor asupan makanan
c. Monitor berat badan
03030), dengan kriteria hasil: d. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
a. Porsi makanan yang Terapeutik:
dihabiskan meningkat e. Lakukan oral hygiene sebelum makan
b. Nafsu makan membaik Edukasi:
c. Indeks massa tubuh f. Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi:
membaik g. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrien jika
perlu
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

4. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kolaborasi :


dengan ketidakseimbangan suplai
selama 3 x 24 jam, toleransi aktivitas 1. Untuk mengetahui faktor penyebab kelelah
dengan kebutuhan oksigen, tirah
baring, kelemahan. adekuat (L. 05047) dengan kriteria hasil: 2. Untuk tingkat kelelahan yang dirasakan pa
a. Frekuensi Nadi membaik 3. Mengatur waktu istirahat pasien
b. Saturasi oksigen membaik 4. Mengetahui lokasi ketidaknyamanan
c. Kemudahan dalam melakukan beraktivitas terjadi
aktivitas sehari-hari meningkat Terapeutik :
d. Keluhan lelah menurun 1. Meningkatkan kenyamanan pasien
e. Dispnea saat aktivitas menurun 2. Melatih otot-otot pasien agar tidak kaku
f. Dispnea setelah aktivitas menurun
3. Meningkatkan kenyamanan pasien
4. Mengajarkan mobilisasi sederhana
Edukasi :
1. Untuk mengurangi kelelahan pasien saat b
2. Untuk melatih kemandirian pasien dalam m
aktivitas
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

5. Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi (I. 14539)
efek prosedur invasif.
selama 3 x 24 jam, tingkat infeksi Observasi:
adekuat (L. 14137) dengan kriteria hasil: a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
a. Kebersihan tangan Terapeutik:
b. Kebersihan badan a. Cuci tangan sebelum dan sesudah kont
c. Nafsu makan membaik pasien dan lingkungan pasien
d. Suhu tubuh menurun b. Pertahankan teknik aseptik
e. Nyeri menurun
Edukasi:
c. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
d. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

• Implementasi keperawatan ialah proses pelaksanaan dari rencana atau intervensi


keperawatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan spesifik yang telah ditentukan
sebelumnya. Tahapan ini dimulai setelah rencana intervensi disusun dan menjadi tujuan
pada nursing order untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan proses keperawatan
yang diharapkan. Oleh sebab itu, implementasi sebagai manifestasi pelaksanaan
intervensi yang spesifik, dilakukan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan (Nursalam, 2017)
EVALUASI KEPERAWATAN

• Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks ini,
evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika pasien dan
profesional kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan/hasil, dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai pencapaian
tujuan pada rencana keperawatan yang telah ditetapkan, mengidentifikasi variabel-variabel
yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan, dan mengambil keputusan apakah rencana
keperawatan diteruskan, modifikasi atau dihentikan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai