Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLELITIASIS AKUT

A. Konsep Medis
1. Pengertian
Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu
atau saluran empedu (duktus koledekus) atau keduanya. (muttaqin, 2011).
2. Etiologi/faktor resiko
a. Jenis kelamin perempuan
b. Peningkatan Usia (>60tahun)
c. Obesitas
d. Obat kontrasepsi
e. Infeksi Bilier
f. Infeksi E.coli, S.typhii, Ascaris, lumbricoides

3. Tanda dan gejala


a. Nyeri tekan kuadran kanan atas, epigastrik atau keduanya.
b. Nyeri biasanya mulai mendadak, meningkat bertahap dan mencapai
puncaknya selama 30 menit.
c. Terkadang nyeri dihantarkan ke scapula kanan.
d. Mual muntah akibat impuls yang dihantarkan kepusat muntah dari
distensi duktus empedu.

4. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
a.  Radiologi : pemeriksaan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam
kandung empedu atau duktus koledokus yang mengalami dilatasi.
b. ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi)
Dilakukan untuk visualisasi langsung struktur bilier dan
memudahkan akses ke dalam duktus koledokus bagian distal untuk
mengambil empedu.
c. Foto abdomen : gambaran klasifikasi batu empedu
d. Sonogram : mendeteksi batu dan menentukan apakah dinding kandung
empedu telah menebal.

Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit = 12.000 – 15.000 (N= 5000-10000 iu)
b. Bilirubin = meningkat ringan (N=<0,4 mg/dl)
c. Amilase serum = meningkat (N=17-15 unit/100 ml)
d. Protombin = menurun, bila aliran empedu intestin menurun karena
obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non bedah
a)  Penatalaksanaan pendukung dan diet 
Manajemen terapi dapat berupa diet rendah lemak, tinggi kalori,
tinggi protein, pemasangan pipa lambung terjadi distensi perut,
observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign, pemasanagn
infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok,
dan pemberian antibiotic sistemik dan vitamin K (anti
koagulopati)

b) Disolusi medis 
Oral Dissolution Therapy adalah cara penghancuran batu dengan
pemberian obat-obatan oral. Ursodeoxy cholic acid lebih dipilih
dalam pengobatan daripada chenodeoxy cholic karena efek
samping yang lebih banyak seperti diare, hiper koleterolmia dan
peningkatan aminotransfrase.

c) Disolusi kontak
Terapi contact dissolution adalah untuk menghancurkan batu
kolesterol dengan memasukkan suatu cairan pelarut ke dalam
kandung empedu.

b.  Penatalaksanaan Bedah
a) Kolisistektomi
Kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.
Sebuah drain (penrose) ditempatkan dalm kandung empedu dan dibiarkan
menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan
srosanguinus dan getah empedu ke dalam kasa basorben.
b) Minikolisistektomi
Prosedur ini untuk mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi
selebar 4 cm.
c) Kolesistektomi Laparaskopik
Insisi yang kecil atau luka tusukan melalui dinding abdomen pada
umbilikus. Rongga abdomen ditiup dengan gas karbon monoksida untuk
pemasangan endoskop.
d) Koledokostomi
Insisi dilakukan pada duktus koledukus untuk mengeluarkan batu.

B. Konsep Askep
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama : Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas.
b) Riwayat kesehatan sekarang : PQRST untuk nyeri.
c) Riwayat kesehatan yang lalu : perlu dikaji apakah klien pernah
menderita penyakit sama atau pernah di rawat sebelumnya.

b. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
1) Mengkaji berat badan dan tinggi badan klien.
2) Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan
klien.
3) Tanda-tanda vital

b) Aktivitas atau istirahat


1) Kelemahan
2) Gelisah
c) Sirkulasi : tachikardi,berkeringat
d) Eliminasi : Perubahan warna urine dan feses, distensi abdomen
teraba massa pada kuadran kanan atas, urine gelap dan pekat
e) Makanan atau cairan : anoreksia, mual atau muntah, tidak toleran
terhadap lemak dan makanan pembentuk gas, nyeri epigastrium,
tidak dapat makan, kegemukan dan adanya penurunan BB.
f) Nyeri atau keamanan : Nyeri abdomen atas dapat menyebar ke
punggung. Kolik epigastrium sehubungan dengan makan, nyeri
mulai tiba- tiba, nyeri lepas otot tegang atau kaku apabila kuadran
kanan atas di tekan.
g) Pernafasan : Peningkatan frekuensi pernafasan, pernafasan tertekan
ditandai oleh nafas pendek, dangkal.
h) Keamanan : demam, menggigil, ikterik dengan kulit berkeringat
dan gatal. Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K).
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
a. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan 1x24 jam, kontol nyeri a. Kaji nyeri secara komprehensif
dipertahankan pada level 3 (kadang- termasuk lokasi, karakteristik,
kadang menunjukkan) ditutunkan pada durasi, frekuensi, kualitas dan
level 1 ( tidak pernah menunjukkan) faktor presipitasi
dengan kriteria hasil : b. Observasi reaksi nonverbal dari
a. Mengenali kapan nyeri terjadi. ketidaknyamanan
b. Menggunakan analgesic yang c. Gunakan teknik komunikasi
direkomendasikan. terapeutik untuk mengetahui
c. Melaporkan gejala yang tidak pengalaman nyeri pasien
terkontrol. d. Evaluasi pengalaman nyeri masa
d. Melaporkan nyeri yang lampau
terkontrol. e. Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
f. Kurangi faktor presipitasi nyeri
g. Ajarkan tentang teknik relaksasi,
sentuhan dan dorong ambulasi dini
h. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
i. Tingkatkan istirahat
j. Kolaborasikan dengan tim medis
dalam pemberian oabat analgetik.
k. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
b. Mual Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual
keperawatan 1x24 jam, control mual a. Evaluasi dampak dari pengalaman
muntah di pertahankan pada level 3 mual.
(sedang) ditingkatkan ke level 5 (tidak b. Identifikasi faktor penyebab mual.
ada) dengan kriteria hasil : c. Kurangi faktor yang dapat
a. Mengenali onset mual. meningkatkan mual.
b. Mendeskripsikan faktor d. Ajar teknik penggunaan
penyebab. nonfarmakologi.
c. Menghindari faktor penyebab. e. Tingkatkan istirahat dan tidur.
d. Melaporkan efk samping f. Lakukan kebersihan mulut.
antiemetic. g. Monitor efek dari manajemen
mual.
Daftar Pustaka

Sudoyo, A.W. dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Guyton, Arthur C. 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Ed.7.Jakarta: EGC
Suratun. 2010. Asuhan Keperawatan klien gangguan sistem Gastrointestinal. Jakarta :
CV. Trans InfoMedia
Smelter, Suzanne C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.8. Jakarta:
EGC.Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2005.
Tucker Martin susan dkk.1998. Standar perawatan pasien volume 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai