Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT SKA

Nama : Ch. Desi Wulandari


NIM : 1735043
Program Studi : Ners/A
Mata Ajar : KMB/Yoseph I
Dosen Pembimbing : Ns. Sri Indaryati, M.Kep

I. Konsep Teori
A. Pengertian
Menurut Dennis dan Vinay (2007), SKA merupakan spektrum manifestasi akut dan
berat yang merupakan keadaan kegawatdaruratan dari koroner akibat
ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah.
Sole, Klein dan Moseley (2009) mengemukakan SKA merupakan suatu penyempitan
atau penyumbatan arteri koroner oleh aterosklerosis yang dapat menyebabkan iskemia,
injuri bahkan infark.
B. Faktor resiko
Santoso (2005) mengemukakan faktor risiko SKA antara lain merokok, hipertensi,
hiperlipidemia, DM, aktivitas fisik, dan obesitas. Termasuk di dalamnya bukti
keterlibatan tekanan mental dan depresi, sedangkan beberapa faktor baru antara lain C-
reactive protein (CRP), homocystein dan lipoprotein. Faktor risiko biologis yang tak
dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin, ras dan riwayat keluarga.
C. Patofisiologi
Penimbunan lemak pada area lumen pembuluh darah perubahan morfologi
pembuluh darah semakin lama plak semakin rapuh plak lepas terbentuk sumbatan
pada aliran darah koroner.
Di lain pihak pada lapisan pembuluh darah tersebut akan terjadi kikisan yang
memicu terjadinya thrombus, kejadian inilah yang menimbulkan nyeri dada sebagai
tanda suplai O2 tidak sesuai dengan kebutuhan jantung. Dengan demikian otot jantung
menjadi iskemi.
D. Penanganan
Penutupan total terjadi lebih dari 4-6 jam pada arteri koroner akan menyebabkan
nekrosis miokard yang irreversible.
Penanganan SKA terbagi menjadi:
1. Fase sebelum RS, yang kemungkinan tanpa komplikasi atau dengan komplikasi,
harus diperhatikan dengan seksama.
2. Fase RS yang dimulai dengan IGD, dengan tujuan untuk pencegahan terjadinya
Infark Miocard Akut (IMA), pembatasan luasnya infark, dan pemeliharaan fungsi
jantung.
Tahap awal dan cepat pengobatan pasien dengan SKA, yaitu:
1. Oksigenasi
Langkah ini harus segera dilakukan karena dapat membatasi kekurangan oksigen
2. Aspirin
Berikan aspirin 160-325 mg dikunyah, pada jam-jam pertama, atau berikan aspirin
suppositoria 300 mg untuk penderita yang mempunyai gangguan pencernaan
3. Nitroglycerin
Berikan secara sublingual 5 mg tiap 3-5 menit untuk gejala yang terus menerus jika
diijinkan dan tidak ada kontraindikasi.
4. Morphine
Berikan sesuai dengan protap, jika tidak ada respon dengan pemberian nitrat
sublingual atau spray.
5. Clopidogrel
Berikan 300-600 mg peroral.
E. Jenis SKA
1. Angina pectoris tidak stabil (APTS)
a) Definisi
Dennis dan Vinay (2007) menjelaskan bahwa angina pectoris adalah nyeri dada
reversible dan sementara. Jones dan Fix (2009) mengemukakan APTS adalah
mengalami nyeri dada tiba-tiba, tekanan, atau sesak karena aliran darah melalui
arteri koroner tidak cukup. APTS juga merupakan nyeri dada yang mendadak dan
lebih berat, yaitu lebih dari 20 menit (Majid, 2007).
b) Patofisiologi
Aterosklerosis obstruksi pada arteri koroner aliran darah ke arteri koroner
menurun suplai O2 untuk memenuhi kebutuhan miokard melalui arteri koroner
menurun (pada saat emosi atau saat pengerahan tenaga) APTS (Jones dan Fix,
2009).
c) Manifestasi
Nyeri dada pada waktu istirahat/aktivitas yang minimal, dapat disertai keluhan
sesak napas, mual sampai muntah, kadang-kadang juga disertai keringat dingin.
d) Implementasi
 Istirahat
 Interpretasi ECG
 Menilai frekuensi, durasi, faktor pemicu, dan intensitas nyeri dada berdasarkan
skala nyeri
 Memberikan terapi O2
 Mempertahankan pasien rendah resiko dengan memberikan obat anti iskemik,
antiplatelet, dan antitrombotik; tes treadmill
 Memberikan nitrogliserin (NTG) 0,4 mg (sublingual)
 Memberikan morfin sulfat IV jika gejala menetap
 Memberikan betablocker: metoprolol
 Memberikan ACE inhibitor pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri atau
CHF dengan hipertensi
 Memberikan blocker channel kalsium jika pasien tidak ada respon terhadap
beta bocker atau nitrat.
2. ST elevation myocard infarction (STEMI)
a) Definisi
STEMI menunjukkan terbentuknya suatu daerah nekrosis miokard akibat iskemia
total (Kumar, 2007). Laju mortalitas awal (30 hari) pada STEMI adalah 30%
dengan lebih dari separuh kematian terjadi sebelum pasien mencapai RS (Bassad,
2007).
b) Patofisiologi
Oklusi thrombus pada plak aterosklerosik yang sudah ada sebelumnya pada lokasi
injury aliran darah koroner menurun secara mendadak. STEMI terjadi jika
thrombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injury vascular, dimana
injury ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi
lipid.
c) Manifestasi
Sifat nyeri dada merupakan nyeri dada tipikal (angina). Gelisah dan tidak bisa
istirahat, ektremitas pucat disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada
substernal >30 menit dan banyak keringat diduga kuat adanya STEMI. Hampir
setengah kasus, terdapat faktor pencetus sebelum terjadi STEMI, seperti aktivitas
fisik berat, stress, emosi, atau penyakit medis lain yang menyertai.
d) Gambaran diagnostik
Diagnosis ditegakkan melalui gambaran ECG yaitu adanya elevasi ST kurang
lebih 2 mm, minimal pada dua sadapan prekordial yang berdampingan atau
kurang lebih 1 mm pada 2 sadapan ektremitas. Pemeriksaan enzim jantung,
terutama troponin T yang meningkat dapat memperkuat diagnosis (Sudoyo, dkk,
2006)
e) Implementasi
Sudoyo, dkk (2006) mengemukakan beberapa implementasi STEMI:
 Aktivitas, pasien harus beristirahat dalam 12 jam pertama
 Diet, karena risiko muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard, pasien
harus puasa atau hanya minum cair 4-12 jam pertama. Diet mencakup lemak
<30% kalori total dan kandungan kolestrol <300 mg/hari. Menu harus
diperkaya serat, kalium, magnesium, dan rendah natrium
 Penggunaan narkotik sering menyebabkan efek konstipasi sehingga dianjurkan
penggunaan pencahar ringan secara rutin
 Pasien memerlukan sedasi selama perawatan untuk mempertahankan periode
inaktivasi dengan penenang.
3. Non-ST elevation myocard infarction (NSTEMI)
a) Patofisiologi
Disebabkan akibat penurunan suplai O2 dan atau peningkatan kebutuhan O2
miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena
thrombosis akut atau proses vasokontriksi koroner. Trombosis akut pada arteri
koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil.
b) Pemeriksaan diagnostik
 Gambaran ECG, deviasi segmen ST
 Troponin T atau troponin I merupakan pertanda nekrosis miokard yang lebih
disukai, karena lebih spesifik daripada enzim jantung tradisional seperti CK
dan CK-MB
 Peningkatan awal troponin pada daerah perifer setelah 3-4 jam dan dapat
menetap sampai 2 minggu.
c) Manifestasi
 Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang di epigastrium dengan
cirri seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul,
rasa penuh, berat atau tertekan
 Gejala tidak khas seperti dispnea, mual diaphoresis, sinkop atau nyeri di
lengan, epigastrium, bahu atas atau leher juga terjadi dalam kelompok yang
lebih besar pada pasien-pasien berusia >65 tahun.
d) Implementasi
Pemantauan ECG; anti iskemia; antiplatelet/antikoagulan; terapi invasive
(kateterisasi dini/revaskularisasi); dan perawatan sebelum meninggalkan RS dan
sesudah perawatan RS.

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Keluhan : nyeri dada, nyeri saat beristirahat, terasa panas, di dada retro sterna
menyebar ke lengan kiri dan punggung kiri, skala nyeri >8, berlangsung kurang
lebih 10 menit
2. Riwayat penyakit masa lalu: DM, hipertensi, kebiasaan merokok, pekerjaan, stress
3. Riwayat penyakit keluarga: jantung, DM, hipertensi, ginjal.
4. Pemeriksaan penunjang: ECG, enzim jantung.
5. Pemeriksaan fisik:
 Pernapasan : dispnea +, terapi O2 tambahan
 Kardiovaskuler : suara jantung murmur +, chest pain +, crt dalam 2 detik, akral
dingin
 Persepsi sensori : pupil isokor, reflek cahaya +, reflek fisiologis +
 Eliminasi : oliguria
 Nutrisi : penurunan nafsu makan, mual (-), muntah (-)
 Aktivitas : lemas, tidak mampu aktivitas berat
B. Tabel Diagnosa, NIC dan NOC
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri dada b.d agens NOC: Kontrol Nyeri NIC: Pemberian Analgesik
cedera biologis (iskemia,
STEMI, NSTEMI) Setelah dilakukan 1. Tentukan lokasi,
perawatan selama 3x24 jam karakteristik, kualitas dan
nyeri dada dipertahankan keparahan nyeri sebelum
pada level 2 ditingkatkan mengobati pasien
ke level 5 dengan indikator: 2. Cek riwayat alergi
1. Mengenali kapan nyeri 3. Tentukan obat analgesic,
terjadi sesuai order
2. Menggambarkan faktor 4. Monitor TTV sebelum dan
penyebab sesudah pemberian
3. Menggunakan tindakan analgesic
pengurangan nyeri 5. Ajarkan penggunaan
tanpa analgesic analgesic, strategi untuk
4. Menggunakan analgesic menurunkan efek
sesuai order smaping, dan harapan
5. Melaporkan nyeri yang terkait dengan keterlibatan
terkontrol dalam keputusan
pengurangan nyeri
NOC: Tingkat Nyeri 6. Kolaborasi dengan dokter
dalam perubahan atau
Setelah dilakukan perencanaan terapi obat
perawatan selama 3x24 jam analgesic
nyeri dada dipertahankan
pada level 2 ditingkatkan
ke level 5 dengan indikator:
1. Nyeri yang dilaporkan
2. Panjang episode nyeri
3. Mengerang dan
menangis
4. Ekspresi nyeri wajah
5. Agitasi
6. Frekuensi napas
7. Denyut nadi apical
8. Denyut nadi radial
9. TD
10. Berkeringat

2. Risiko penurunan perfusi NOC: Perfusi Jaringan NIC: Manajemen Resiko


jaringan kardiopulmonal Kardiak Jantung
b.d spasme arteri koroner
Setelah dilakukan 1. Kaji kebiasaan, gaya
perawatan selama 3x24 jam hidup, riwayat serangan
perfusi jaringan kardiak jantung, hipertensi, dll.
dipertahankan pada level 2 2. Monitor tanda-tanda
ditingkatkan ke level 5 serangan jantung
dengan indikator: 3. Ajarkan pasien dan
1. Denyut nadi apikal keluarga mengenai tanda-
2. Denyut nadi radial tanda penyakit jantung
3. TD 4. Anjurkan pasien dan
4. MAP keluarga untuk rutin cek
5. Hasil ECG kesehatan jantung
6. Enzim jantung 5. Kolaborasi dengan dokter
7. Angina dalam pemberian
8. Aritmia pengobatan
3 Penurunan curah jantung NOC: Keefektifan Pompa NIC: Perawatan Jantung
b.d perubahan frekuensi Jantung
jantung 1. Monitor ECG
Setelah dilakukan 2. Monitor TTV
perawatan selama 3x24 jam 3. Monitor keseimbangan
pompa jantung cairan
dipertahankan pada level 2 4. Monitor enzim jantung
ditingkatkan ke level 5 5. Anjurkan pasien
dengan indikator: membatasi aktivitas
1. TD 6. Anjurkan pasien dan
2. Denyut jantng apical keluarga untuk tidak
3. Disritmia merokok
4. Suara jantung abnormal 7. Kolaborasi dengan dokter
5. Angina dalam pemberian medikasi
6. Edema perifer antaritmia
7. Diaforesis
8. Hepatomegali

Anda mungkin juga menyukai