Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MILITUS

1. Pengertian

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah diakibatkan oleh kerusakan sekresi

insulin, kerja insulin ataupun keduanya (Brunner & Suddarth, 2013).

Menurut (World Health Organization (WHO), 2016), diabetes adalah

penyakit serius dan kronis yang terjadi ketika pankreas tidak

menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan

insulin yang dihasilkan secara efektif.

2. Klasifikasi

a. DM tipe 1

Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami diabetes tipe 1. Tipe ini

ditandai dengan kerusakan sel-sel beta pankreas akibat faktor genetik,

imunologis dan mungkin juga lingkungan (mis.virus). Injeksi insulin

diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa darah dan ditemukan pada

pasien usia dibawah 30 (Brunner & Suddarth, 2013). Penderita harus

mendapat suntikan insulin setiap hari selama hidupnya (Irianto, 2014).

b. DM tipe 2

Sekitar 90%-95% pasien menderita di DM tipe 2. Diabetes tipe 2

paling sering dialami oleh pasien diatas usia 30 tahun dan pada yang

obesitas (Brunner & Suddarth, 2013). Tipe ini disebabkan oleh jumlah
reseptor insulin pada permukaan sel berkurang, meskipun jumlah

insulin tidak berkurang hal ini menyebabkan glukosa tidak dapat

masuk kedalam sel insulin dan kondisi ini terjadi pada penderita yang

obesitas dan kurang olahraga (Irianto, 2014).

c. DM gestasional

Diabetes ini ditandai dengan setiap derajat intoleransi glukosa yang

muncul selama kehamilan (trimester kedua atau ketiga). Resiko

diabetes gestasional mencakup obesitas, riwayat personal pernah

mengalami diabetes gestasional, glikosuria atau riwayat kuat keluarga

pernah mengalami diabetes (Brunner & Suddarth, 2013).

d. DM tipe lain

Menurut American Diabetes Association/World Health Organization

(ADA/WHO) dalam (Irianto, 2014). DM ini disebabkan oleh kelainan

genetik spesifik, penyakit pankreas, gangguan endokrin lain, bahan

kimia, infeksi virus dll.

3. Manifestasi klinis

a. Poliuria, polidipsi, dan polifagi.

b. Diabetes tipe 1 dapat disertai dengan penglihatan kabur, berat badan

menurun dan penderita semakin kurus dan meningkatnya kadar gula

dalam darah dan urine (Irianto, 2014).

c. Diabetes tipe 2 menurut (Brunner & Suddarth, 2013), ditandai dengan

luka yang tidak kunjung sembuh, kaki terasa kebas dan berlangsung
perlahan (bertahun-tahun) dan mengakibatkan komplikasi jangka

panjang apabila diabetes tidak terdeteksi selama bertahun-tahun

(misalnya penyakit mata, neuropati perifer, penyakit vascular perifer).

d. Penderita mengalami kesemutan, gangguan penglihatan, dan gangguan

ereksi (Soegondo dkk., 2009).

4. Komplikasi diabetes melitus

Komplikasi diabetes melitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

a. Komplikasi akut

Komplikasi akut terjadi akibat intoleransi glukosa yang berlangsung

dalam jangka waktu pendek (Brunner & Suddarth, 2013). Komplikasi

akut terdiri dari:

1) Hipoglikemia

Hipoglikemia ditandai dengan penurunan glukosa darah <70

mg/dl (PERKENI, 2015). Penurunan kesadaran yang terjadi pada

penyandang diabetes harus selalu diperkirakan kemungkinan

disebabkan oleh hipoglikemia (PERKENI, 2015,).

Hipoglikemia dapat muncul yang disebabkan oleh makan terlalu

sedikit dan tidak teratur, terlalu banyak aktivitas tanpa asupan

makanan yang cukup, dan penggunaan obat dengan tidak tepat

(Lewis & Mantik, 2017). Tanda dan gejala yang ditimbulkan dapat

berupa stadium parasimpatik (lapar, mual, dan tekanan darah

turun), stadium gangguan otak ringan (lemah, lesu, sulit bicara),


stadium simpatik (keringat dingin dan berdebar-debar), dan

stadium gangguan otak berat (koma dengan atau tanpa kejang)

(Soegondo dkk., 2009). Pencegahan hipoglikemia dapat dilakukan

dengan beberapa cara yaitu dengan melakukan edukasi tentang

tanda dan gejala hipoglikemia, tentang obat-obatan atau insulin

yang dikonsumsi (dosis, waktu dan efek samping), melakukan

pemantauan glukosa darah mandiri khususnya bagi pengguna

insulin atau obat oral) dan makan tepat waktu serta tepat jumlah

kalori (PERKENI, 2015). Ada beberapa cara dalam mengatasi

hipoglikemia jika sudah terjadi yaitu pada stadium sadar diberikan

gula murni ± 30g (2 sendok makan), sirup atau permen,

mengentikan obat hipoglikemik dan pantau gula darah 1-2 jam

(Soegondo dkk., 2009).

2) Hiperglikemia

Hiperglikemia dapat menyebabkan kerusakan berbagai sistem

tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah (infoDATIN, 2014).

Hiperglikemia disebabkan oleh masukkan kalori yang berlebihan,

penghentian obat oral atau insulin (Soegondo dkk., 2009).

Peningkatan kadar glukosa juga dapat terjadi ketika situasi stress

(Black & Hawks, 2014). Tanda khas yang ditimbulkan adalah

kesadaran menurun dan disertai dehidrasi yang berat (Soegondo

dkk.,2009). Hiperglikemia dapat menimbulkan ketoasidosis


diabetik (KAD) dan sindrom hiperglikemia hyperosmolar

nonketosis (HHNS) (Black & Hawks, 2014).

b. Komplikasi kronik

Komplikasi kronik biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan

diabetes melitus, komplikasi DM meliputi (Brunner & Suddarth,

2013):

1) Komplikasi makrovaskular

Komplikasi dari makrovaskular (pembuluh dasar) adalah penyakit

arteri konorer (infark miokard), penyakit serebrovaskular (stroke)

dan penyakit vascular perifer (Brunner & Suddarth, 2013).

Pembuluh koroner merupakan penyebab paling umum kematian

klien diabetes, terhitung 40-60% dari semua kasus penyakit

makrovaskular terkait diabetes (Black & Hawks, 2014).

2) Komplikasi mikrovaskular

Komplikasi yang terjadi adalah retinopati penyebab utama

kebutaan pasien, nefropati (kelainan fungsi ginjal) dan neuropati

yang mempengaruhi saraf sensori motorik serta dapat

menimbulkan masalah seperti ulkus kaki (Black & Hawks, 2014).

Mencegah ulkus pada kaki dapat dilakukan hal-hal seperti

pemeriksaan kaki secara berkala, personal hygiene pada kaki,dan

perawatan pada kaki (Soegondo dkk., 2009). Mengontrol kadar


gula darah dapat mencegah komplikasi dari makrovaskular dan

mikrovaskular (Brunner & Suddarth, 2013).

5. Penatalaksanaan DM

Tujuan utama dari terapi DM adalah menormalkan aktivitas insulin serta

kadar glukosa agar dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan akibat

DM dan caranya yaitu menjaga kadar glukosa dalam batas normal serta

memelihara kualitas hidup yang lebih baik (Damayanti, 2015). Adapun

penatalaksanaan DM adalah :

a. Manajemen diet

Tujuan dari penatalaksanaan diet pasien DM adalah mencapai

dan mempertahankan kadar glukosa darah, mencapai dan

mempertahankan berat badan dalam batas normal, mencegah

komplikasi akut dan kronis, Suyono 2009 dalam (Damayanti, 2015).

Jenis makanan yang perlu diperhatikan seperti protein 10-20% = 0.8

g/kg/hari, lemak < 30% dari lemak dan < 10% lemak jenuh,

karbohidrat 50-60% total kalori dan serat 20-35 g/hr (Black &

Hawks, 2014). Penderita DM juga perlu memperhatikan penggunaan

garam dapur. Kelebihan konsumsi garam dapur dapat memicu

timbulnya penyakit darah tinggi. Asupan garam dianjurkan kira-kira

6-7 gram/hari (1 sendok teh) dalam pemasakkan. Penatalaksanaan

nutrisi dimulai dari menghitung berat badan ideal dengan

menggunakan rumus Broca yang dimodifikasi yaitu:


Berat badan ideal (BBI) = 90% x (TB dalam cm-100) x1kg

Bagi pria yang tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita dibawah

150 cm, rumus dimodifikasi menjadi,

BBI = (TB dalam cm -100) x 1kg

Klasifikasi:

1) BB normal : BB ideal ± 10%

2) Kurus : kurang dari BB 10%

3) Gemuk : lebih dari BB 10 %.

Penghitungan berat badan ideal menurut indeks massa tubuh (IMT)

menggunakan rumus

IMT=BB(kg)/TB(m2)

Klasifikasi IMT adalah:

1) BB kurang : <18,5

2) BB normal : 18,5-22,9

3) BB lebih : ≥ 23,0

4) Dengan resiko: 23,0-24,9,

5) Obes I : 25,0-29,9

6) Obes II : ≥ 30

Penghitungan jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat

badan ideal dikali kebutuhan basal (30Kkal/kg untuk pria dan 25

Kkal/kg BB untuk wanita) dan kemudian ditambah dengan


kebutuhan kalori (PERKENI, 2015). Komposisi dibagi dalam 3 porsi

yaitu makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%).

b. Latihan fisik atau olahraga

Olahraga dapat mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor insulin di

membran plasma sehingga dapat menurunkan glukosa darah.

(Damayanti, 2015). Manfaat olahraga antara lain mencegah

kegemukkan, mengurangi resiko penyakit jantung koroner dan

meningkatkan kualitas hidup pasien DM (Soegondo dkk., 2009).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan aktivitas

fisik, yaitu selalu monitor kadar gula darah sebelum dan sesudah

berolahraga, hindari olahraga berat, kenakan sepatu yang sesuai dan

jika timbul gejala yang tidak diinginkan hentikan latihan dan lapor

kepada pelatih atau pengawas kegiatan. (Soegondo dkk., 2009) dan

(Damayanti, 2015).

c. Pemantauan (monitoring) kadar gula darah

Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri dapat mencegah

hiperglikemia dan hipoglikemia yang akan mengurangi diabetik

jangka panjang Smeltzer dkk, 2008 dalam (Damayanti, 2015).

Beberapa hal yang dimonitor secara berkala yaitu glukosa darah,

glukosa urine, keton darah dan keton urine serta cek berat badan

secara teratur dan pengetahuan-pengetahuan tentang diabetes

Dunning 2003 dalam (Damayanti, 2015).

d. Terapi farmakologi
Tujuan dari terapi insulin adalah menjaga kadar glukosa darah

normal atau mendekati normal (Damayanti, 2015). Terapi

farmakologis terdiri dari obat obat oral dan bentuk suntikan

(PERKENI,2015). Berdasarkan cara kerjanya, obat hipoglikemik

oral terbagi menjadi 3 golongan yaitu memicu produksi insulin

(golongan sulfonilurea dan glinid), meningkatkan kerja insulin

(biguanid, tiazolidinedion dan rosiglitazone), dan penghambat enzim

alfa glukosidase (akarbose).

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus

dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat

kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,

pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.

Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :

a. Aktivitas dan istirahat :

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan

tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.

b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan

pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah,

dan bola mata cekung.


c. Eliminasi

Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.

d. Nutrisi

Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek,

mual/muntah.

e. Neurosensori

Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,

disorientasi, letargi, koma dan bingung.

f. Nyeri

Pembengkakan perut,  meringis.

g. Respirasi

Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

h. Keamanan

Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

i. Seksualitas

Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan

terjadi impoten pada pria.

Diagnosa

Diagnosa 1: resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

Definisi: kerentanan terhadap fariasi kadar glukosa/gula darah dari rentang

normal, yang dapat mengganggu kesehatan.


Faktor resiko:

 Asupan diet tidak cukup


 Gangguan status kesehatan fisik
 Gangguan status mental
 Kehamilan
 Keterlambatan perkembangan kognitif
 Kurang kepatuhan pada rencana manajemen diabetes tidak tepat
 Manajemen medikasi tidak efektif
 Pemantauan glukosa darah tidak adekuat
 Penambahan berat badan berlebihan
 Penurunan berat badan berlebihan
 Periode pertumbuhan cepat
 Stres berlebihan

NIC: Manajemen hiperglikemi

Definisi: pencegahan dan perawatan kadar glukosa di atas nilai normal

 Monitor kadar glukosa darah sesuai indikasi


 Monitor tanda dan gejala hiperglikemia: poliuria, polidipsi kelemahan
letargi, malaise, pandangan kabur, atau sakit kepala
 Berikan insulin sesuai resep
 Dorong asupan cairan oral
 Monitor status cairan
 Konsultasikan dengan dokter tanda dan gejala hiperglikemia yang menetap
atau memburuk
 Batasi aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl,
 Instruksikan pada pasien dan keluarga mengenai manajemen diabetes
selama periode sakit
NOC: Keparahan hiperglikemia
Definisi: keparahan tanda dan gejala karena peningkatan kadar glukosa darah
Skala target: dipertahankan pada 3(sedang) ditingkatkan ke 5 (tidak ada)
 Peningkatan urin output
 Peningkatan haus
 Lapar berlebihan
 Malaisekelelahan
 Sakit kepala
 Pandangan kabur
 Kehilangan berat badan yang tidak bisa dijelaskan
 Kehilangan nafsu makan
 Mual
 Mulut kering
 Gangguan elektrolit
 Gangguan konsentrasi
 Perubahan status mental

Diagnosa 2: Ketidak Seimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh


Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik:
 Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang bb ideal
 Bising usus hiperaktif
 Cepat kenyang setelah makan
 Diare
 Gangguan sensasi rasa
 Kehilangan rambut berlebihan
 Kelemahan otot untuk menelan
 Kurang minat pada makanan
 Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
Faktor yang berhubungan:
 Faktor biologis
 Faktor ekonomi
 Gangguan psiko sosial
 Ketidakmampuan makan
 Ketidakmampuan mencerna makanan
 Kurang asupan makan
 Perilaku makan terganggu
 Takut kekurangan suplai makanan
 Rata-rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan untuk usia dan
jenis kelamin
NIC: manajemen nutrisi
Definisi: menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang seimbang
 Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
 Identifikasi alergi makanan pasien
 Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi
 Atur diet yang diperlukan
 Monitor kalori dan asupan makanan
 Bantu pasien untuk mengakses program-program gizi komunitas

NOC: status nutrisi


Definisi: sejauh mana nutrisi di cerna dan diserap untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
Skala target: dipertahankan pada 2 (banyak penyimpngan dari rentang normal)
ditingkatkan ke 5 ( tidak menyimpang dari rentang normal)
 Asupan gizi
 Asupan makan
 Asupan cairan
 Energi
 Rasio berat badan/ tinggi badan
 Hidrasi

Anda mungkin juga menyukai