Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

TYPOID

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian Penyakit Typoid
Merupakan suatu penyakit infeksi sistematik bersifat akut yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang
dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan
invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati,
limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain
melalui makanan atau air yang terkontaminasi (Tapan Erik, 2004).
2. Etiologi
Penyakit yang disebabkan oleh kuman Salmonella typii. S. Typii adalah kuman
gram negatif berbentuk batang yang hidup, fakulatif anearob. Ditularkan melalui 5
5F yaitu (food, finger, fomitus, fly, feses) makanan dan minuman yang
terkontaminasi sallmonela typii, masuk kedalam saluran pencernaan berkembang
biak dan masuk kedalam aliran darah, tubuh akan bereaksi dan timbula demam
(Tapan Erik, 2004).
3. Tanda dan gejala
a. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
b. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebakan syok, stupor dan koma
c. Ruam muncul pada hari ke 7- 10 dan bertahan selama 23 hari
d. Nyeri kepala, nyeri perut
e. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
f. Pusing, bradikardia, nyeri otot
g. Batuk
h. Epistaksis
i. Lidah yag berselaput kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremor)
j. Hepatomegali, splenomegali, meteroismus
k. Gangguan mental berupa samnolen
Setelah periode inkubasi sekitar 10-14 hari, gejala yang dirasakan pada minggu
pertama demam , sakit kepala nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau
diare. Demam yang khas suhu badan meningkat pada malam hari makin lama
makin tinggi . minggu kedua gejala makin jelas berupa demam tinggi, lida
menjadi kotor, pembesaran hati, pembesaran limpa, kembung dan kesadaran
mulai berkabut (Cita Yatnita P, 2011).
4. Pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan
a. Pemeriksaan Fisis
Febris, kesadaran berkabut, bradikardia relatif (peningkatan suhu 1°C tidak
diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah, serta tremor), hepatomegali, splenomegali, nyeri
abdomen, roseolae(jarangpada orang Indonesia).
b. Laboratorium
 Ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lekosit normal, aneosinofilia,
limfopenia, peningkatan Led, anemia ringan, trombositopenia, gangguan
fungsi hati. Kultur darah (biakan empedu) positif . Dalam keadaan normal
darah bersifat steril dan tidak dikenal adanya flora normal dalam darah.
Ditemukannya bakteri dalam darah disebut bakteremia. Pasien dengan
gejala klinis demam tiga hari atau lebih dan konfirmasi hasil biakan darah
positif S. typhi paratyphi dapat dijadikan sebagai demam typoid.
 Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella terdapat dalam
serum demam tifoid, juga pada orang yang pemah ketularan Salmonella dan
pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demam tifoid. Peningkatan
titer uji Widal >4 kali lipat setelah satu minggu memastikan diagnosis.
Kultur darah negatif tidak menyingkirka ndiagnosis. Uji Widal tunggal
dengan titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas
menyokong diagnosis. Tifoid Karier. Ditemukannya kuman Salmonella
typhi dalam biakan feses atau urinpada seseorang tanpa tanda klinis infeksi
atau pada seseorang setelah 1 tahun pasca-demam tifoid.
 Pemeriksaan Tubex dapat mendeteksi antibodi IgM. Hasil pemeriksaan
yang positif menunjukkan adanya infeksi terhadap Salmonella. Antigen
yang dipakai pada pemeriksaan ini adalah O9 dan hanya dijumpai pada
Salmonella serogroup D. Pemeriksaan lain adalah dengan Typhidot yang
dapat mendeteksi IgM dan IgG. Terdeteksinya IgM menunjukkan fase akut
demam tifoid, sedangkan terdeteksinya IgG dan IgM menunjukkan demam
tifoid akut pada fase pertengahan.
 Antibodi IgG dapat menetap selama 2 tahun setelah infeksi, oleh karena itu,
tidak dapat untuk membedakan antara kasus akut dan kasus dalam masa
penyembuhan (Cita Yatnita P, 2011).
5. Penatalaksanaan
 Pemberian Antibiotik golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofloxacin,
dan pefloxacin) merupakan terapi yang efektif untuk demam tifoid yang
disebabkan isolat tidak resisten terhadap fluoroquinolone dengan angka
kesembuhan klinis sebesar 98%, waktu penurunan demam 4 hari, dan angka
kekambuhan dan fecal carrier kurang dari 2%. Fluoroquinolone memiliki
penetrasi ke jaringan yang sangat baik, dapat membunuh S. typhi
intraseluler di dalam monosit/makrofag, serta mencapai kadar yang tinggi
dalam kandung empedu dibandingkan antibiotik lain.
 Azithromycin dan cefixime memiliki angka kesembuhan klinis lebih dari
90% dengan waktu penurunan demam 5-7 hari, durasi pemberiannya lama
(14 hari) dan angka kekambuhan serta fecal carrier terjadi pada kurang dari
4%.
 Selain pemberian antibiotik, penderita perlu istirahat total serta terapi
suportif. Yang diberikan antara lain cairan untuk mengkoreksi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan antipiretik. Nutrisi yang
adekuat melalui TPN dilanjutkan dengan diet makanan yang lembut dan
mudah dicerna secepat keadaan mengizinkan (Nelwan,2012).
6. Masalah Keperawatan
a. Resiko Syok
b. Resiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Indentitas pasien
b. Riwayat kesehatan pasien
 Keluhan Utama : Demam
 Riwayat Kesehatan: Sejak kapan pasien pasien merasa tidak enak badan, tidak nafsu makan, sakit kepala, panas, mual dan
muntah.
  Riwayat Kesehatan Yang Lalu : Menanyakan kepasa pasien pernah mengalami penyakit seperti sekarang, apakah pasien
pernah dirawat dirumah sakit, atau pernah sakit biasa seperti flu, pilek, dan batuk dan sembuh setelah meminum obat yang
dijual dipasaran.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Menanyakan apakah ada keluarga pasien yang mengalami penyakit sama seperti pasien

Diagnosa NOC NIC


Resiko syok Resiko Syok NIC : Pencegahan Syok
Outcome : Keparahan syok: Hipovelemik 1. Monitor terhadap adanya
Keparahan syok hipovelemik dipertahankan pada level 3 kompensial awal syok (misalnya,
ditingkatkan pada level 5 dengan indikator tekanan darah normal, tekanan
 Penurunan tekanan nadi perifer nadi melemah, hipotensi
 Penurunan tekanan darah sistolik ortostatik ringan , perlembatan
 Nadi lemah dan halus pengisian kapiler, pucat/dingin
 Meningkatnya laju nafas pada kulit atau kulit kemerahan,
 Pucat takipnea ringan, mual dan
 Lesu muntah, peningkatan rasa haus
dan kelemahan)
2. Monitor trhadap tanda-tanda
respon sindroma inflamasi
sistemik (misalnya, peningkatan
suhu, takikardi, takipnea,
hipokarbia, leukositosis,
leukopenia)
3. Monitor tekanan oksimetri
4. Catat adanya memar, petachiae
dan kondisi membran mukosa
5. Catat warna, jumlah dan
frekuensi BAB, muntah dan
drainase
6. Berikan cairan melalui IV atau
oral, sesuai kebutuhan
7. Pasang dan pertahankan IV yang
besar, sesuai kebutuhan
8. Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai faktor-faktor pemicu
syok
9. Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai tanda-tanda syok yang
mengancam jiwa
10. Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai langkah-langkah yang
harus dilakukan terhadap
timbulnya gejala syok

Resiko NOC :Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh NIC: Pemasangan Infus menggunakan cairan
ketidakseimbangan Outcome : Termoregulasi kristaloid
suhu tubuh Termoregulasi dipertahankan pada level 3 ditingkatkan pada
level 5 Dengan indikator
 Peningkatan suhu kulit
 Penurunan suhu kulit
 Hipertermia
 Sakit kepala
 Sakit otot
 Dehidrasi
Daftar Pustaka
Citra, Y. P. (2011). Bakteri Sanmonela Typi dan Demam Typoid. Jurnal
Kesehatan Masyarakat ,Vol 6, Page 1.
Nelwan, R. (2012). Tata Laksana Terkini Demam Tifoid. CDK , Vol 39, Page
4.
Tapan, E. (2004). Flu Burung, HFMD, Diare Pada Pelancong, Demam
Berdarah, Malaria,Tipus. Jakarta: Pustaka Populer.

Anda mungkin juga menyukai