Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN TYPOID

Disusun Oleh : Mila Karmila (191112)


Dosen Pengampu : Ns. Ni Made Suarti, S.PD, M.Kep

1. KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN TYPOID
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Demam typoid merupakan penyakit
infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Titik
Lestari, 2016).
Penyakit infeksi akut yang mengenai saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri
salmonella typhi. Demam tifoid akan sangat berbahaya jika tidak segera ditangani
secara baik dan benar, bahkan menyebabkan kematian. Prognosis menjadi tidak baik
apabila terdapat gambaran klinik yang berat, seperti demam tinggi (hiperpireksia),
febris kontinua, kesadaran sangat menurun (stupor, koma, atau delirium), terdapat
komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, perforasi (Elisabeth Purba et
al, 2016)
B. ETIOLOGI TYPOID
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut getar,
tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatic yang
terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan 8 9 antigen VI.
Dalam serum penderita, terdapat zat (agglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-

1 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
41ºC (optimum 37ºC) dan pH pertumbuhan 6-8. Factor pencetus lainnya adalah
lingkungan, system imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang
terkontaminasi, fomitus, dan lain sebagainya (Titik Lestari, 2016)
C. PATOFISIOLOGI TYPOID
Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
Salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan
oleh asam Hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas
humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella akan menembus sel-
sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di
jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika.
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hyperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus
thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati,
sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di
organ ini, kuman Salmonella Thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi,
sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi
sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler,
dan gangguan mental koagulasi).
Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri
yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia. Proses patologis ini dapat
berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa basil menempel di reseptor sel endotel
kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik
kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama
timbulnya penyakit, terjadi hyperplasia plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi
nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga.
Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan
meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
Sedangkan penularan Salmonella Thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan m elalui feses. (Titik Lestari, 2016).

2 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
D. MANIFESTASI KLINIK
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas
10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan
jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala,
pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya
ditemukan, yaitu:
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten
dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur – angsur
naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah – pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan

3 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung.
Hati dan limpa membesar disertai myeri dan peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang
terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada
minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula takikardi dan
epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan
tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua
setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut
teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak
dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hematologi
- Hb  normal atau menurun pada perdarahan usus atau perforasi.
- Leukosit (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi.
- LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat
- Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia).
2. Urinalis
- Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam).
- Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit.
3. Kimia Klinik
Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan
Seperti hepatitis Akut.
4. Widal
- Mendeteksi adanya antibodi didalam darah terhadap antigen
kuman Samonella typhi / paratyphi  .
- Sebagai uji cepat (rapid test) hasilnya dapat segera diketahui.
- Hasil Positif, positif palsu atau negatif palsu.
- Hasil Positif Palsu : Pernah mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan
spesies lain (Enterobacteriaceae sp), pernah sakit typoid, dan adanya faktor
rheumatoid (RF).

4 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
- Hasil Negatif Palsu : penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu
pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien yang
buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.
- Dinyatakan typoid atau para typoi bila : titer O = 1/160  Titer O
meningkat setelah akhir minggu.
- Permintaan tes widal ini pada penderita yang baru menderita demam
beberapa hari kurang tepat. Bila hasil reaktif (positif) kemungkinan besar
bukan disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi dari kontrak sebelumnya.
5. Elisa Salmonella typhi/paratyphi lgG dan lgM
- Lebih baru, lebih sensitif dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk
mendeteksi Demam Tifoid/ Paratifoid.
- Sebagai tes cepat (Rapid Test) hasilnya juga dapat segera di ketahui.
- Hasil : IgM positif  menandakan infeksi akut , jika lgG positif
menandakan pernah kontak/ pernah terinfeksi/ reinfeksi/ daerah endemik.
6. Kultur (Gall culture/ Biakan empedu)
- Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam
Typhoid/ paratyphoid.
- Jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk Demam Tifoid/ Paratifoid.
- Jika hasil negatif, belum tentu bukan Demam Tifoid/ Paratifoid,
- Negatif palsu :
 Mungkin jumlah darah terlalu sedikit kurang dari 2Ml
 darah dibiarkan membeku dalam spuit  kuman terperangkap di
dalam bekuan)
 Saat pengambilan darah masih dalam minggu 1 sakit
 Sudah mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah mendapat vaksinasi.
- Kekurangan uji ini : hasil lama karena menunggu pertumbuhan kuman ( LK 7
hari)
- Spesimen yang digunakan pada awal sakit adalah darah, kemudian untuk
stadium lanjut/ carrier digunakan urin dan tinja.
F. KOMPLIKASI TYPOID
1. Komplikasi intestinal :
Perdarahan usus, Perporasi usus dan Ilius paralitik.
2. Komplikasi extra intestinal:
- Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, thrombosis, tromboplebitis.
- Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndrome
uremia hemolitik.
- Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

5 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
- Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
- Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
- Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
- Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polyneuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sindroma katatonia, tifoid
ensefalopati.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Perawatan :
1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komlikasi perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya 16 tranfusi bila
ada komplikasi perdarahan.

Diet :
1. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.

Obat-obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti
ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim sufamethoxazole dan ciproloxacin sering
digunakan untuk merawat demam tifoid di Negara-negara barat. Obat-obat antibiotic
adalah :
1. Kloramfenikol (50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis per oral atau
intravena) selama 10-14 hari.
2. Jika tidak dapat diberikan kloramfenikol, dipakai amoksislin 100 mg/kgBB/hari
peroral atau ampisilin intravena selama 10 hari, atau kotrimoksazol 48
mg/kgBB/hari (dibagi 2 dosis) peroral selama 10 hari.
3. Bila klinis tidak ada perbaikan digunkan generasi ketiga sefalosporin seperti
seftiakson (80 mg/kg IM atau IV, sekali sehari, selama 5-7 hari) atau sefiksim
oral (20 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari).
Bila tak terawat, demam typhoid dapat berlangsung selama 3 minggu 17 sampai
sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang tidak terawat. Vaksin
untuk demam typhoid tersedia dan dianjurkan untuk orang yang melakukan

6 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
perjalanan ke wilayah penyakit ini biasanya berjangkit (terutama di Asia, Afrika, dan
Amerika Latin) (Titik Lestari, 2016).
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan
manifestasi nerologik menonjol, diberi Deksametason dosis tinggi dengan dosis awal
3 mg/kgBB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian
dengan dosis 1 mg/kgBB dengan tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali pemberian.
Tatalaksana bedah dilakukan pada kas
us-kasus dengan penyulit perforasi usus (Titik Lestari, 2016)

2. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien :
Nama Klien : Ny.x
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 29 tahun
Status Perkawinan: Sudah Menikah
Agama : Kriten Protestan
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Bahasa yang digunakan : Indonesia.
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Pecah Kulit I, Kelurahan Tangki
Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan, Lain-lain) : BPJS
Sumber Informasi (Klien / Keluarga) : Keluarga dan dari rekam medis.
2. Riwayat Keperawatan :
Pasien mengatakan perut terasa tidak enak, demam sudah 3 hari dan tidak
napsu makan
3. Riwayat kesehatan masa lalu:
Pasien mengatakan prnah dirawat setahun yang lalu karena typoid
4. Pasien memiliki riwayat alergi terhadap ikan (udang).
5. Riwayat kesehatan keluarga :
Ibu memiliki penyakit DM
6. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor
risiko : tidak ada
7. Menurut pasien tidak ada nilai yang bertentangan dengan kesehatan,
aktivitas agama yang dilakukan adalah ke gereja di hari minggu
8. Pola kebiasaan :

7 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
a. Pola nutrisi Sebelum sakit: pasien mengatakan makan 3 kali sehari,
dengan membeli karena kalua, karena jika memasak , anaknya tidak
suka
b. Pola istirahat dan tidur Sebelum sakit: pasien mengatakan tidak pernah
tidur siang, tidur malam kurang lebih 6-7 jam perhari, sebelum tidur
pasien melakukan berdoa.
9. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan fisik : 52 kg, tinggi badan 158 cm. , tekanan darah
120/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu tubuh
38,6 °C
b. Sistem penglihatan : pasien memakai kaca mata dengan lensa minus,
pasien tidak memakai lensa kontak dan reaksi mata terhadap cahaya
positif dengan adanya reflek pupil miosis saat diberikan rangsang
cahaya.
c. Sistem pencernaan : gigi terdapat caries, lidah kotor dan tremor,
terasa pahit di mulut, malas makan dan minum karena terasa pahit.
tidak muntah, nyeri didaerah perut jika di palpasi, , skala nyeri 3 (0-
10 ) , karakteritstik saat ditekan, frekuensi bising usus 10 x/menit, ada
konstipasi, abdomen kembung saat dilakukan palpasi.
d. Sistem endokrin Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, nafas
pasien tidak berbau keton, tidak ditemukan tanda-tanda polidipsi,
poliuri, dan poliphagi pada pasien, dan tidak ada luka gangren.
e. Sistem urogenital : urin berwarna kuning jernih, keluar 120cc/24jam ,
saat dilakukan palpasi kandung kemih tidak teraba distensi, tidak
ditemuka tanda-tanda sakit pinggang.
f. Sistem integumen : Turgor kulit baik, temperatur kulit panas, warna
kulit kemerahan, keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, kondisi
pada daerah pemasangan infus di bawah siku sinistra tidak ada
hematoma, edema, dan phlebitis,
g. Penunjang : Pemeriksaan Laboratorium : Hemoglobin 13.7 g/dL,
Hematokrit 41 % , Leukosit 5 4.000 leukosit/mcl  . Hasil Widal
1/320.
h. Penatalaksanaan : Diet lunak , Obat oral: Paracetamol 3x1 tablet ,
Terapi parenteral cairan infus 2 kolf Asering/24 jam , Ceftriaxone
2x500mg (drip) Omeprazole 2x1 amp , Ondancentrone 2x8 mg
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia b. d infeksi salmonella typhi
2. Intoleransi Aktivitas b. d Kelemahan

8 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
3. Defisit Nutrisi b. d Ketidakmampuan mengabsorbsi Nutrien
4. Ketidakpatuhan b. d Lingkungan tidak terapeutik

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Manajemen Hipertermia :
 Identifikasi penyebab Hipertermia ( mis. dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor Haluan urine
 Monitor komplikasi akibat Hipertermia
2. Manajemen Energi
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
3. Manajemen Nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan
 Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
 Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik
 Diskusikan hal – hal yang dapat mendukung atau menghambat
berjalannya program pengobatan
 Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang
dijalani

5. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyebab utama demam thypoid ini adalah
bakteri salmonella thypi.
B. Saran
Sebagai mahasiswa tenaga Kesehatan khususnya kita perlu memahami tentang
gejala-gejala pada penyakit Tyopid agar dapat ditangani dengan baik seperti
perlu mengetahui tindakan-tindakan yang tepat untuk proses penyembuhan.

9 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
SOAL KASUS
Ny. X jenis kelamin perempuan 29 tahun sudah menikah. Pada tanggal 7 Desember
2020 jam 13.00 WIB, Ny.X datang keruang Melati diantar oleh portir menggunakan
brankart Bersama keluarga, mengeluh demam tidak turun sejak 3 hari yang lalu dan
sejak itu Pasien mengatakan tidak mandi karena Perut terasa kembung, konstipasi
sejak 3 hari yang lalu. Mulut terasa pahit lidah kotor dan tremor, sudah minum obat
paracetamol. Panas tidak turun. Pasien lemas, Keadaan umun sakit sedang GCS: 15
(E:4 V:5 M:6). Tingkat kesadaran compos mentis. TTV; TD: 120/90 mmHg,
frekuensi nadi: 72x/menit, frekuensi pernapasan: 20x/menit, S: 36,3ºC.Sudah
diberikan infus 2 kolf asering/24 jam mendapat injeksi ranitidine 1 ampul,
ondancentrone 8 mg. cefriaxon 2x 500mg IV. Pasien mengatakan perut terasa tidak
enak, demam sudah 3 hari dan tidak napsu makan. Pasien mengatakan pernah
dirawat setahun yang lalu karena typoid. Pasien memiliki riwayat alergi terhadap
ikan (udang). Ibu memiliki penyakit DM. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota
keluarga yang menjadi faktor risiko tidak ada. Pola nutrisi sebelum sakit pasien
mengatakan makan 3 kali sehari dengan membeli karena karena jika memasak ,
anaknya tidak suka. Pasien mengatakan tidak pernah tidur siang, tidur malam kurang
lebih 6-7 jam perhari, sebelum tidur pasien melakukan berdoa.
Pengkajian Fisik
 Pemeriksaan fisik : 52 kg, tinggi badan 158 cm. , tekanan darah 120/90
mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu tubuh 38,6 °C
 Sistem penglihatan : pasien memakai kaca mata dengan lensa minus, pasien
tidak memakai lensa kontak dan reaksi mata terhadap cahaya positif dengan
adanya reflek pupil miosis saat diberikan rangsang cahaya.
 Sistem pencernaan : gigi terdapat caries, lidah kotor dan tremor, terasa pahit
di mulut, malas makan dan minum karena terasa pahit. tidak muntah, nyeri
didaerah perut jika di palpasi, , skala nyeri 3 (0-10 ) , karakteritstik saat
ditekan, frekuensi bising usus 10 x/menit, ada konstipasi, abdomen kembung
saat dilakukan palpasi.
 Sistem endokrin Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, nafas pasien tidak
berbau keton, tidak ditemukan tanda-tanda polidipsi, poliuri, dan poliphagi
pada pasien, dan tidak ada luka gangren.
 Sistem urogenital : urin berwarna kuning jernih, keluar 120cc/24jam , saat
dilakukan palpasi kandung kemih tidak teraba distensi, tidak ditemuka tanda-
tanda sakit pinggang.

10 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
 Sistem integumen : Turgor kulit baik, temperatur kulit panas, warna kulit
kemerahan, keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, kondisi pada daerah
pemasangan infus di bawah siku sinistra tidak ada hematoma, edema, dan
phlebitis,
 Penunjang : Pemeriksaan Laboratorium : Hemoglobin 13.7 g/dL, Hematokrit
41 % , Leukosit 5 4.000 leukosit/mcl  . Hasil Widal 1/320.
 Penatalaksanaan : Diet lunak , Obat oral: Paracetamol 3x1 tablet , Terapi
parenteral cairan infus 2 kolf Asering/24 jam , Ceftriaxone 2x500mg (drip)
Omeprazole 2x1 amp , Ondancentrone 2x8 mg

Nama Mhs : Mila Karmila


D.III KEPERAWATAN
STIKES RS HUSADA JAKARTA NIM : 191112

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 7 Desember 2020
Tanggal Masuk : 7 Desember 2020
Ruang/Kelas : Melati
Nomor Register : 26050100
Diagnosa Medis : Typoid
1. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. X
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 29 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Bahasa yang digunakan: Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jalan Pecah Kulit I, Kelurahan Tangki
Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan, Lain-lain) : BPJS
Sumber Informasi (Klien / Keluarga) : Keluarga dan rekam medis

2. Resume (Ditulis sejak klien masuk rumah sakit sampai dengan sebelum pengkajian
dilakukan meliputi : data focus, masalah keperawatan, tindakan keperawatan mandiri
serta kolaborasi dan evaluasi secara umum)

Pada tanggal 7 Desember 2020 jam 13.00 WIB, Ny.X datang keruang Melati diantar
oleh portir menggunakan brankart Bersama keluarga, mengeluh demam tidak turun

11 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
sejak 3 hari yang lalu. Perut terasa kembung, konstipasi sejak 3 hari yang lalu.
Mulut terasa pahit lidah kotor dan tremor, sudah minum obat paracetamol. Panas
tidak turun. Pasien lemas, Keadaan umun sakit sedang GCS: 15 (E:4 V:5 M:6)
tingkat kesadaran : compos mentis. TTV; TD: 120/90 mmHg, frekuensi nadi:
72x/menit, frekuensi pernapasan: 20x/menit, S: 36,3ºC.Sudah diberikan infus 2 kolf
asering/24 jam mendapat injeksi ranitidine 1 ampul, ondancentrone 8 mg. cefriaxon
2x 500mg IV

3. Riwayat Keperawatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang.
1) Keluhan utama : Pasien mengatakan perut terasa tidak enak, demam sudah
3 hari dan tidak napsu makan
2) Kronologis keluhan : ………………………………………………….
a) Faktor pencetus : Typoid
b) Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( ✔ ) Bertahap
c) Lamanya : 3 hari
d) Upaya mengatasi : Sudah diberikan infus 2 kolf asering/24 jam
mendapat injeksi ranitidine 1 ampul,
ondancentrone 8 mg. cefriaxon 2x 500mg IV

b. Riwayat kesehatan masa lalu.


1) Riwayat Penyakit sebelumnya ( termasuk kecelakaan ) :
Pasien mengatakan prnah dirawat setahun yang lalu karena typoid

2) Riwayat Alergi (Obat, Makanan, Binatang, Lingkungan) :


Pasien memiliki riwayat alergi terhadap ikan (udang).
3) Riwayat pemakaian obat :
Injeksi ranitidine 1 ampul, ondancentrone 8 mg. cefriaxon 2x 500mg IV

c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan tiga generasi dari


klien)

d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor risiko
Tidak ada

e. Riwayat Psikososial dan Spiritual.


1) Adakah orang terdekat dengan klien : Suami Pasien
2) Interaksi dalam keluarga : a) Pola Kominikasi : 2 arah
b) Pembuatan Keputusan : Suami
c) Kegiatan Kemasyarakatan : Tidak ada
3) Dampak penyakit klien terhadap keluarga :
Pekerjaan rumah menjadi berantakan

12 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
4) Masalah yang mempengaruhi klien : Tidak ada

5) Mekanisme Koping terhadap stress


( ✔ ) Pemecahan masalah ( ) Minum obat
( ) Makan ( ) Cari pertolongan
( ) Tidur ( ) Lain-lain (Misal : marah, diam)

6) Persepsi klien terhadap penyakitnya


a) Hal yang sangat dipikirkan saat ini :
Pasien ingin segera pulih
b) Harapan setelah menjalani perawatan :
Pasien berharap kondisi semakin membaik
c) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit :
Sulit menjalani aktivitas
7) Sistem nilai kepercayaan :
a) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
Tidak ada
b) Aktivitas Agama/Kepercayaan yang dilakukan :
Pergi ke gereja di Hari Minggu
8) Kondisi Lingkungan Rumah
(Lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini) :
Lingkungan rumah pasien sehat
9) Pola kebiasaan

POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI Sebelum Sakit / Di Rumah sakit
sebelum di RS
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan :…… X / hari 3x/hari 2x/hari
b. Nafsu makan : baik/tidak Nafsu Makan Baik Nafsu Makan Tidak
Alasan :……..(mual, muntah, sariawan) Baik
c. Porsi makanan yang dihabiskan 1 porsi ½ porsi
d. Makanan yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
e. Makanan yang membuat alergi Udang Udang
f. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
g. Makanan diet Tidak ada Tidak ada
h. Penggunaan obat-obatan sebelum Tidak ada Tidak ada
makan
i. Penggunaan alat bantu (NGT, dll) Tidak ada Tidak ada
2. Pola Eliminasi
a.B.a.k :
1) Frekuensi : ………. X / hari 4x/hari 3x/hari
2) Warna : ………………….. Bening Bening
3) Keluhan : ………………….. Tidak ada Tidak ada
4) Penggunaan alat bantu (kateter, dll) Tidak ada Tidak ada

13 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
b. B.a.b :
1) Frekuensi :…………. X / hari 2x/hari 1x/hari
2) Waktu : Tidak tentu Tidak tentu
(Pagi / Siang / Malam / Tidak tentu)
3) Warna : ………………….. Kuning kecoklat – Kuning kecoklat –
4) Kosistensi : ………………….. coklatan coklatan
5) Keluhan : ………………….. Tidak ada Tidak ada
6) Penggunaan Laxatif : ..………….. Tidak ada Tidak ada
3. Pola Personal Hygiene
a. Mandi
1) Frekuensi :…………. X / hari 2x/hari 1x/hari
2) Waktu : Pagi/Sore/Malam Pagi – Sore Sore
b. Oral Hygiene
1) Frekuensi :…………. X / hari 2x/hari 2x/hari
2) Waktu : Pagi /Siang/ Setelah makan Pagi dan Malam Pagi dan Setelah makan

c. Cuci rambut
1) Frekuensi :…………. X / minggu 4x/minggu 1x/minggu
4. Pola Istirahat dan Tidur
a. Lama tidur siang : …. Jam / hari Tidak pernah tidur 2 jam/hari
siang
b. Lama tidur malam : …. Jam / hari 6 – 7 jam/hari 5 jam/hari
c. Kebiasaan sebelum tidur : ……… Berdo’a sebelum Berdo’a sebelum tidur
tidur
5. Pola Aktivitas dan Latihan.
a. Waktu bekerja : Pagi/Siang/Malam Pagi Tidak bekerja
b. Olah raga : ( ) Ya ( ) Tidak Tidak Tidak
c. Jenis olah raga : …………… Tidak ada Tidak ada
d. Frekuensi olahraga : … X / minggu - -
e. Keluhan dalam beraktivitas
(Pergerakan tubuh/mandi/Mengenakan - -
pakaian/ Sesak setelah beraktifitas dll)
6. Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
a. Merokok : Ya / Tidak Tidak Tidak
1) Frekuensi : ………………….. - -
2) Jumlah : ………………….. - -
3) Lama Pemakaian : ………….. - -
b. Minuman keras / NABZA: Ya / Tidak Tidak Tidak

14 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
1) Frekuensi : ………………….. - -
2) Jumlah : ………………….. - -
3) Lama Pemakaian : ………….. - -

4. Pengkajian Fisik :
a. Pemeriksaan Fisik Umum :
1) Berat badan : 52 Kg (Sebelum Sakit : 54 Kg)
2) Tinggi Badan : 158 cm
3) Tekanan Darah : 120/90 mmHg
4) Nadi : 80X / menit
5) Frekuensi Nafas : 20X / menit
6) Suhu tubuh : 38,6 C
7) Keadaan umum : ( )Ringan ( ) Sedang ( ✔ ) Berat
8) Pembesaran kelenjar getah bening : ( ✔ ) Tidak
( ) Ya, Lokasi………..

b. Sistem Penglihatan :
1) Sisi mata :
( ✔ )Simetri ( ) Asimetris
2) Klopak mata :
( ✔ )Normal ( ) Ptosis
3) Pergerakan bola mata (✔): Normal ( ) Abnormal
4) Konjungtiva :
( ) Merah muda ( ✔ ) Anemis ( ) Sangat Merah
5) Kornea (✔): Normal ( ) Keruh/berkabut
( ) Terdapat Perdarahan
6) Sklera : ( ) Ikterik ( ✔ ) Anikterik
7) Pupil : ( ) Isokor ( ) Anisokor
( ) Midriasis ( ✔ ) Miosis
8) Otot-otot mata : ( ✔ ) Tidak ada kelainan ( ) Juling keluar
( ) Juling ke dalam ( ) Berada di atas
9) Fungsi penglihatan : ( ) Baik ( ✔ ) Kabur
( ) Dua bentuk / diplopia
10) Tanda-tanda radang : tidak ada
11) Pemakaian kaca mata : ( ) Tidak ( ✔ ) Ya, Jenis lensa minus
12) Pemakaian lensa kontak : Tidak memakai lensa kontak
13) Reaksi terhadap cahaya : Reaksi mata terhadap cahaya positif

c. Sistem Pendengaran :
1) Daun telinga : ( ✔ )Normal ( ) Tidak, Kanan/kiri……………
2) Karakteristik serumen (warna, kosistensi, bau) : .......................................
3) Kondisi telinga tengah: ( ✔ )Normal ( ) Kemerahan
( ) Bengkak ( ) Terdapat lesi
4) Cairan dari telinga : ( ✔ )Tidak ( ) Ada,……
( ) Darah, nanah dll.
5) Perasaan penuh di telinga : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
6) Tinitus : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
7) Fungsi pendengaran : ( ✔ )Normal ( ) Kurang
( ) Tuli, kanan/kiri …..….
8) Gangguan keseimbangan : ( ✔ ) Tidak ( ) Ya,…………….
9) Pe makaian alat bantu : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak

d. Sistem Wicara :(✔ )Normal ( ) Tidak :………..


( ) Aphasia ( ) Aphonia
( ) Dysartria ( ) Dysphasia
( ) Anarthia
e. Sistem Pernafasan :
1) Jalan nafas : ( ✔) Bersih

15 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
( ) Ada sumbatan; ……….
2) Pernafasan : ( ✔ ) Tidak Sesak ( ) Sesak :…………..
3) Menggunakan otot bantu pernafasan : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
4) Frekuensi : …………. x / menit
5) Irama : ( ✔ )Teratur ( ) Tidak teratur
6) Jenis pernafasan : ……( Spontan, Kausmaull, Cheynestoke, Biot, dll)
7) Kedalaman : ( ✔ )Dalam ( ) Dangkal
8) Batuk : ( ✔ )Tidak ( ) Ya …….(Produktif/Tidak
9) Sputum : ( ✔ )Tidak ( ) Ya ..(Putih/Kuning/Hijau)
10) Konsistensi : ( ) Kental ( ✔ ) Encer
11) Terdapat darah : ( ) Ya (✔ ) Tidak
12) Palpasi dada : Tidak
13) Perkusi dada : Tidak
14) Suara nafas : (✔ ) Vesikuler ( ) Ronkhi
( ) Wheezing ( )Rales
15) Nyeri saat bernafas : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
16) Penggunaan alat bantu nafas : ( ✔ ) Tidak ( ) Ya ………………………..

f. Sistem Kardiovaskuler :
1) Sirkulasi Peripher
a) Nadi 20 x/menit : Irama : ( ✔ ) Teratur ( ) Tidak teratur
Denyut : ( ) Lemah ( ✔ ) Kuat
b) Tekanan darah : 120/90 mm/Hg
c) Distensi vena jugularis : Kanan : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
Kiri : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
d) Temperatur kulit ( ✔ ) Hangat ( ) Dingin
e) Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Cyanosis ( ✔ ) Kemerahan
f) Pengisian kapiler : …………… detik
g) Edema : ( ) Ya,………. ( ✔ ) Tidak
( ) Tungkai atas ( ) Tungkai bawah
( ) Periorbital ( ) muka
( ) Skrotalis ( ) Anasarka

2) Sirkulasi Jantung
a) Kecepatan denyut apical : 80 x/menit
b) Irama : ( ✔ ) Teratur ( ) Tidak teratur
c) Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop
d) Sakit dada : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
1) Timbulnya : ( ) Saat aktivitas ( ) Tanpa aktivitas
2) Karakteristik : ( ) Seperti ditusuk-tusuk
( ) Seperti terbakar ( ) Seperti tertimpa benda berat
3) Skala nyeri : ………………

g. Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi :
1) Pucat : ( ✔ ) Tidak ( ) Ya
2) Perdarahan : ( ✔ ) Tidak ( ) Ya, …..:
( ) Ptechie ( ) Purpura ( ) Mimisan
( ) Perdarahan gusi ( ) Echimosis

h. Sistem Syaraf Pusat


1) Keluhan sakit kepala :……………..(vertigo/migrain, dll)
2) Tingkat kesadaran : ( ✔ ) Compos mentis ( ) Apatis
( ) Somnolent ( ) Soporokoma
3) Glasgow coma scale(GCS) E : 4, M : 5, V : 6
4) Tanda-tanda peningkatan TIK : ( ✔ ) Tidak ( ) Ya,………..:
( ) Muntah proyektil

16 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
( ) Nyeri Kepala hebat
( ) Papil Edema

5) Gangguan Sistem persyarafan : ( ) Kejang ( ) Pelo


( ) Mulut mencong ( ) Disorientasi
( ) Polineuritis/kesemutan
( ) Kelumpuhan ekstremitas
(kanan / kiri / atas / bawah)
6) Pemeriksaan Reflek :
a) Reflek fisiologis : ( ✔ ) Normal ( ) Tidak …………….
b) Reflek Patologis : ( ✔ ) Tidak ( ) Ya ………………..

i. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut :
1) Gigi : ( ✔ ) Caries ( ) Tidak
2) Penggunaan gigi palsu : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
3) Stomatitis : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
4) Lidah kotor : ( ✔ ) Ya ( ) Tidak
5) Salifa : ( ✔ ) Normal ( ) Abnormal
6) Muntah : ( ✔ ) Tidak ( ) Ya,……..….
a) Isi : ( ) Makanan ( ) Cairan ( ) Darah
b) Warna : ( ) Sesuai warna makanan ( ) Kehijauan
( ) Cokelat ( ) Kuning ( ) Hitam
c) Frekuensi : ……………….X/hari
d) Jumlah :………………..ml
7) Nyeri daerah perut : ( ✔ ) Ya, jika di palpasi ( ) Tidak
8) Skala Nyeri : 3 ( 0 – 10 )
9) Lokasi dan Karakter nyeri :
( ✔ ) Seperti ditusuk-tusuk( ) Melilit-lilit
( ) Cramp ( ) Panas/seperti terbakar
( ) Setempat ( ) Menyebar
( ) Berpindah-pindah ( ) Kanan atas
( ) Kanan bawah ( ) Kiri atas ( ) Kiri bawah
10) Bising usus : 10x / menit.
11) Diare : ( ✔ ) Tidak ( ) Ya,………….
a) Lamanya : …………….. Frekuensi : ……………..x / hari.
b) Warna faeces : ( ) Kuning ( ) Putih seperti air cucian beras
( ) Cokelat ( ) Hitam ( ) Dempul
c) Konsistensi faeces: ( ) Setengah padat ( ) Cair ( ) Berdarah
( ) Terdapat lendir ( ) Tidak ada kelainan
12) Konstipasi : ( ) Tidak ( ✔ ) Ya,………….
lamanya : ………….. hari
13) Hepar : ( ✔ ) Teraba ( ) Tak teraba
14) Abdomen : ( ) Lembek ( ✔ ) Kembung ( ) Acites
( ) Distensi

j. Sistem Endokrin
Pembesaran Kelenjar Tiroid : ( ✔ ) Tidak ( ) Ya,
( ) Exoptalmus ( ) Tremor
( ) Diaporesis
Nafas berbau keton : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
( ) Poliuri ( ) Polidipsi ( ) Poliphagi
Luka Ganggren : ( ✔ ) Tidak ( ) Ya, Lokasi……………
Kondisi Luka………………

k. Sistem Urogenital

17 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
Balance Cairan : Intake……………ml; Output………….ml
Perubahan pola kemih : ( ) Retensi ( ) Urgency ( ) Disuria
( ) Tidak lampias ( ) Nocturia ( ) Inkontinensia
( ) Anuria
B.a.k : Warna : ( ✔ ) Kuning jernih ( ) Kuning
kental/coklat
( ) Merah ( ) Putih
Distensi/ketegangan kandung kemih : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
Keluhan sakit pinggang : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
Skala nyeri : ……………

l. Sistem Integumen
Turgor kulit : ( ✔ )Baik ( ) Buruk
Temperatur kulit : Panas
Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Sianosis ( ✔ ) Kemerahan
Keadaan kulit : ( ✔ ) Baik ( ) Lesi ( ) Ulkus
( ) Luka, Lokasi…………..
( ) Insisi operasi, Lokasi …………………………...
Kondisi……………………….…………
( ) Gatal-gatal ( ) Memar/lebam
( ) Kelainan Pigmen
( ) Luka bakar, Grade……….. Prosentase…………
( ) Dekubitus, Lokasi………….
Kelainan Kulit : ( ✔ ) Tidak ( ) Ya, Jenis…………………….
Kondisi kulit daerah pemasangan Infus : Sinistra
Keadaan rambut : - Tekstur : ( ✔ ) Baik ( ) Tidak ( ) Alopesia
- Kebersihan : ( ✔ ) Ya ( ) Tidak, …….
m. Sistem Muskuloskeletal
Kesulitan dalam pergerakan : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
Sakit pada tulang, sendi, kulit : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
Fraktur : ( ) Ya ( ✔ ) Tidak
Lokasi : …………………………………….
Kondisi:…………………………………….
Kelainan bentuk tulang sendi : ( ) Kontraktur ( ) Bengkak
( ) Lain-lain, sebutkan : tidak ada
Kelaianan struktur tulang belakang:( )Skoliasis ( ) Lordosis
( ) Kiposis
Keadaan Tonus otot : ( ✔ ) Baik ( ) Hipotoni
( ) Hipertoni ( ) Atoni

Kekuatan Otot : … … … … … … … …

… … … … … … … …

5. Data Tambahan (Pemahaman tentang penyakit):


Pasien tidak memahami tentang penyakit yang di alami.

6. Data Penunjang (Pemeriksaan diagnostik yang menunjang masalah : Lab,


Radiologi, Endoskopi dll )

Pemeriksaan Laboratorium :
- Hemoglobin 13.7 g/Dl

18 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
- Hematokrit 41 %
- Leukosit 4.000 leukosit/mcl
- Hasil Widal 1/320
7. Penatalaksanaan (Therapi/pengobatan termasuk diet )
- Diet lunak
- Paracetamol 3x1 tablet (Oral)
- Terapi parenteral cairan infus 2 kolf Asering/24 jam
- Ceftriaxone 2x500mg (drip)
- Omeprazole 2x1 amp
- Ondancentrone 2x8 mg

8. Data Fokus

Data Subyektif Data Obyektif

 Pasien mengatakan mengeluh  Hasil TTV :


demam tidak turun sejak 3 hari TD: 120/90 mmHg
yang lalu Frekuensi nadi: 72x/menit
 Pasien mengatakan tidak mandi Frekuensi pernapasan: 20x/menit
sejak sakit Suhu : 38,6ºC.
 Pasien mengatakan perut terasa  Keadaan pasien lemas
kembung  Lidah terlihat kotor
 Pasien mengatakan konstipasi sejak  Pasien terlihat tremor
3 hari yang lalu  Keadaan tubuh pasien terasa panas
 Pasien mengatakan tidak napsu  Keadaan umum sakit sedang
makan karena mulutnya pahit  Jika dilakukan palpasi di perut pasien
 Pasien mengatakan pernah dirawat tampak nyeri dengan skala 3
setahun yang lalu karena typoid  Tingkat kesadaran compos mentis
 Pasien mengatakan sering jajan di  Rekam medis tertulis pasien pernah
luar karena anaknya tidak suka dirawat dirumah sakit dengan diagnosa
makanan yang ada dirumah typoid pada tahun lalu

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Hemoglobin 13.7 g/dL
 Hematokrit 41 %
 Leukosit 4.000 leukosit/mcl 
 Hasil Widal 1/320.
PEMBERIAN OBAT
 Paracetamol 3x1 tablet
 Terapi parenteral cairan infus 2 kolf
Asering/24 jam
 Ceftriaxone 2x500mg (drip)
 Omeprazole 2x1 amp
 Ondancentrone 2x8 mg

19 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
9. Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi


1. DS : Hipertermia b.dinfeksi salmonella
Pasien mengatakan
typhi
mengeluh demam tidak
turun sejak 3 hari yang lalu

DO:

 Hasil TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 72x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 38,6ºC.
 Hasil Widal 1/320
 Keadaan tubuh
pasien terasa panas

Intoleransi Aktivitas

2.
DS :

 Pasien mengatakan
tidak mandi sejak
sakit
 Pasien mengatakan b.d Kelemahan
perut terasa kembung

DO :
 Tingkat kesadaran Defisit Nutrisi
compos mentis
 Pasien terlihat tremor
 Jika dilakukan
palpasi di perut
pasien tampak nyeri
dengan skala 3

DS :
3. Ketidakmampuan
 Pasien mengatakan mengabsorbsi Nutrien
tidak napsu makan
 Pasien mengatakan
konstipasi sejak 3
hari yang lalu Ketidakpatuhan

20 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
 Pasien mengatakan
alergi ikan (udang)

DO :

 Keadaan pasien
lemas
 Lidah terlihat kotor

DS :
Lingkungan tidak
 Pasien mengatakan
pernah dirawat terapeutik
setahun yang lalu
4.
karena typoid
 Pasien mengatakan
sering jajan di luar
karena anaknya tidak
suka makanan yang
ada dirumah
DO :

Rekam medis tertulis pasien


pernah dirawat dirumah
sakit dengan diagnosa typoid
pada tahun lalu

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)

Tanggal Tanggal Nama


No. Diagnosa Keperawatan (P&E)
Ditemukan Teratasi Jelas
1. Hipertermia b. d infeksi salmonella 8-12-20 10-12-20 MILA
KARMILA
typhi

Intoleransi Aktivitas b. d Kelemahan


MILA
2. 8-12-20 10-12-20 KARMILA

Defisit Nutrisi b. d Ketidakmampuan


MILA
mengabsorbsi Nutrien
KARMILA
3. 8-12-20 10-12-20
Ketidakpatuhan b. d Lingkungan tidak

21 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
Terapeutik

4.
8-12-20 10-12-20

22 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)
Diagnosa
Tujuan dan Paraf &
Tgl. No. Keperawatan Rencana Tindakan
Kriteria Hasil nama jelas
(PES)
8/12/20 1. Hipertermia NOC : NIC : MILA
Termoregulasi Termoregulasi (pengaturan KARMIL
b. d infeksi
suhu tubuh agar tetap A
salmonella Setelah dilakukan berada pada rentang
intervensi normal)
typhi
keperawatan
Ditandai selama 2x24 jam Manajemen Hipertermia
maka Hipertermia Observasi :
dengan :
membaik dengan 1) Kaji TTV
kriteria hasil ; 2) Identifikasi
DS :
 Pucat penyebab
Pasien hipertermia
menurun
mengatakan 3) Monitor suhu tubuh
 Suhu tubuh
mengeluh 4) Monitor kadar
pasien
demam tidak elektrolit
membaik
turun sejak 3 5) Monitor Haluan
hari yang lalu  Suhu kulit
membaik urine
 Tekanan 6) Monitor komplikasi
DO: akibat hipertermia
darah
-Hasil TTV : membaik
Terapeutik :
TD: 120/90 Lakukan pendinginan pada
mmHg eksternal (mis. kompres
N: 72x/menit dingin pada dahi, leher,
RR: dada, abdomen, aksila)
20x/menit
Suhu:38,6ºC. Edukasi :
- Hasil Widal Anjurkan tirah baring
1/320
-Keadaan Kolaborasi :
tubuh pasien 1) Kolaborasi
terasa panas pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu
2) Kolaborasi
pemberian obat :
 Paracetamol
3x1 tablet
500mg
 Terapi
parenteral
cairan infus 2
kolf Asering/24
jam
 Ceftriaxone
Intoleransi
2x500mg (drip)
Aktivitas b. d
Kelemahan

23 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
Ditandai
MILA
dengan :
8/12/20 2. NOC : NIC : KARMIL
Intoleransi Manajemen Energi A
DS : Aktivitas Obervasi :
Setelah dilakukan 1) Monitor kelelahan
-Pasien intervensi fisik dan emosional
mengatakan keperawatan 2) Monitor pola dan
tidak mandi selama 2x24 jam jam tidur
sejak sakit maka Intoleransi 3) Monitor lokasi dan
aktivitas ketidaknyamanan
-Pasien meningkat selama melakukan
mengatakan dengan kriteria aktivitas
perut terasa hasil : Terapeutik :
kembung
 Kemudaha 1) Sediakan
DO : lingkungan yang
n dalam
melakukan nyaman dan rendah
-Tingkat stimulus (mis.
aktivitas
kesadaran cahaya, suara,
sehari –
compos kunjungan)
hari
mentis 2) Berikan aktivitas
meningkat
-Pasien distraksi yang
 Perasaan
terlihat menenangkan
lemah
tremor Edukasi :
menurun
-Jika 1) Anjurkan tirah
dilakukan baring
palpasi di 2) Anjurkan
perut pasien menghubungi
tampak nyeri perawat jika ada
dengan skala tanda dan gejala
3 kelelahan tidak
berkurang
Defisit
Nutrisi b. d
Ketidakmam
puan
mengabsorbs
i Nutrien
MILA
8/12/20 3. Ditandai NIC : KARMIL
NOC :
dengan : Status Nutrisi Manajemen Nutrisi A
Observasi :
DS : Setelah dilakukan 1) Identifikasi status
intervensi nutrisi
-Pasien keperawatan 2) Identifikasi alergi
mengatakan selama 2x24 jam dan intoleransi
tidak napsu maka Defisit makanan
makan Nutrisi Membaik 3) Monitor asupan
-Pasien dengan kriteria makanan
mengatakan hasil : Terapeutik :
konstipasi  Porsi 1) Lakukan oral
sejak 3 hari makanan hygiene sebelum
yang lalu yang makan, jika perlu
-Pasien dihabiskan 2) Berikan makanan

24 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
mengatakan meningkat tinggi serat untuk
alergi ikan  Verbalisasi mencegah
(udang) keinginan konstipasi
untuk 3) Berikan suplemen
DO : meningkat makanan, jika perlu
kan nutrisi
Keadaan meningkat Kolaborasi :
pasien lemas  Frekuensi 1) Kolaborasi dengan
makan ahli gizi untuk
membaik menentukan jumlah
 Nafsu kalori dan jenis
makan nutrient yang
Ketidakpatuh membaik dibutuhkan, jika
perlu
an b. d
2) Kolaborasi
Lingkungan pemberian obat
 Omeprazole 2x1
tidak
amp
Terapeutik  Ondancentrone 2x8
Ditandai
8/12/20 4. dengan : NOC : NIC
Tingkat Dukungan kepatuhan
DS : Kepatuhan program pengobatan

-Pasien Setelah dilakukan Observasi :


mengatakan intervensi 1) Identifikasi
pernah keperawatan
dirawat selama 2x24 jam kepatuhan
setahun yang maka Ketidak menjalani program
lalu karena patuhan
typoid Meningkat pengobatan
-Pasien dengan kriteria Terapeutik :
hasil :
mengatakan
 Verbalisasi
sering jajan 1)Buat komitmen
kemauan
di luar karena menjalani program
memenuhi
anaknya pengobatan dengan baik
program
tidak suka perawatan
makanan 2)Libatkan keluarga untuk
atau
yang ada pengobata mendukung program
dirumah n
pengobatan yang dijalani
meningkat
DO :
 Verbalisasi Edukasi :
mengikuti 1)Informasikan program
Rekam medis
anjuran
tertulis
meningkat pengobatan yang harus
pasien
pernah dijalani
dirawat
2)Informasikan manfaat
dirumah sakit
dengan yang akan diperoleh jika
diagnosa
teratur menjalani program
typoid pada
tahun lalu pengobatan

25 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN ( CATATAN KEPERAWATAN )

No.
Tgl./ Paraf dan
DK Tindakan Keperawatan dan Hasil
Waktu Nama Jelas
.
10/12/20 1. (IMPLEMENTASI HARI PERTAMA) MILA
KARMILA
07.00
MANAJEMEN HIPERTERMIA :
1. Kaji TTV
Hasil :
TD: 120/90 mmHg
N: 72x/menit
RR: 20x/menit
Suhu:36,6ºC

2. Identifikasi penyebab hipertermia


Hasil : Penyebab hipertermia badan pasien panas
sejak 3 hari yang lalu

3. Monitor suhu tubuh


Hasil : Badan pasien masih panas

4. Monitor kadar elektrolit :


Hasil : Elektrolit belum tercukupi

5. Monitor Haluan urine


Hasil : Urine berwarna kuning, output sesuai dengan
intake
6. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Hasil : Akibat hipertermia pasien mengalami demam
selama 3 hari

26 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
7. Lakukan pendinginan pada eksternal (mis.
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,
aksila)
Hasil : Belum dilakukan kompres pada pasien

8. Anjurkan tirah baring


Hasil : Pasien belum mengetahui tirah baring

9. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu
Hasil : Belum diberikan cairan dan elektrolit

(IMPLEMENTASI HARI KEDUA )

11/12/20 MANAJEMEN HIPERTERMIA :


10. Kaji TTV
(07.00)
Hasil :
TD: 120/90 mmHg
N: 72x/menit
RR: 20x/menit MILA
Suhu:36,6ºC KARMILA

11. Identifikasi penyebab hipertermia


Hasil : penyebab hipertermia badan pasien panas
sejak 3 hari yang lalu

12. Monitor suhu tubuh


Hasil : Suhu tubuh dalam batas normal

13. Monitor kadar elektrolit :


Hasil : Elektrolit sudah tercukupi

14. Monitor Haluan urine


Hasil : Urine berwarna kuning, output sesuai dengan
intake
15. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Hasil : Akibat hipertermia pasien mengalami demam
selama 3 hari

16. Lakukan pendinginan pada eksternal (mis.


kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,
aksila)
Hasil : Sudah dilakukan kompres pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila

17. Anjurkan tirah baring


Hasil : Perawat sudah menganjurkan pasien untuk
tirah baring

18. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu MILA
Hasil : Sudah diberikan Terapi parenteral cairan KARMILA
infus 2 kolf Asering/24 jam

27 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
10/12/20
2. (IMPLEMENTASI HARI PERTAMA)
(10.00)
MANAJEMEN ENERGI :
19. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Hasil : Kelelahan fisik dan emosional belum membaik

20. Monitor pola dan jam tidur


Hasil : Pola jam tidur pasien belum mengikuti sesuai
anjuran

21. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama


melakukan aktivitas
Hasil : Pasien belum tampak nyaman saat melakukan
aktivitas fisik

22. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah


stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
Hasil : Lingkungan cahaya di kamar pasien kurang

23. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan


Hasil : keluarga belum memberikan perhatian yang
menenangkan kepada pasien

24. Anjurkan tirah baring


Hasil : Pasien belum mengetahui tirah baring
25. Anjurkan menghubungi perawat jika ada tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
Hasil : Pasien belum menghubungi perawat jika
terjadi tanda dan gejala

11/12/20
(IMPLEMENTASI HARI KEDUA)
(10.00)
MANAJEMEN ENERGI :
26. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Hasil : Kelelahan fisik dan emosional sudah membaik

27. Monitor pola dan jam tidur


Hasil : Pola jam tidur pasien sudah membaik
mengikuti sesuai anjuran

28. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama


melakukan aktivitas
Hasil : Pasien sudah mulai nyaman selama melakukan
aktivitas fisik

29. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah


stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
Hasil : Sudah diberikan lingkungan yang nyaman

30. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan


Hasil : Perawat sudah memberikan perhatian yang
menenangkan kepada pasien

31. Anjurkan tirah baring


Hasil : Perawat sudah mengajarkan tirah baring

28 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
32. Anjurkan menghubungi perawat jika ada tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
Hasil : Pasien sudah menghubungi perawat jika
terjadi tanda dan gejala

(IMPLEMENTASI HARI PERTAMA)


MANAJEMEN NUTRISI
10/12/20
3.
33. Identifikasi status nutrisi
(12.00) Hasil : Pasien tidak koperatif dalam mengonsumsi
makanan

34. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan


Hasil : Pasien mengatakan alergi terhadap udang

35. Monitor asupan makanan


Hasil : Pasien masih belum nafsu makan karna
lidahnya pahit
36. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Hasil : Pasien sudah belum melakukan oral hygiene
sebelum makan

37. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah


konstipasi
Hasil : Belum diberikan makanan tinggi serat

38. Berikan suplemen makanan, jika perlu


Hasil : Pasien belum diberi suplemen makanan

39. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan


jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
Hasil : Belum diberikan makanan yang seimbang
sesuai dengan kebutuhan pasien

(IMPLEMENTASI HARI KEDUA )

11/12/20 MANAJEMEN NUTRISI


(12.00)
40. Identifikasi status nutrisi
Hasil : Pasien kooperatif dalam mengonsumsi
makanan

41. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan


Hasil : Pasien mengatakan alergi terhadap udang

42. Monitor asupan makanan


Hasil : nafsu makan pasien sudah mulai membaik
43. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Hasil : Pasien sudah melakukan oral hygiene sebelum
makan

44. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah


konstipasi
Hasil : Sudah diberikan makanan tinggi serat

29 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
45. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hasil : Sudah diberikan suplemen makanan untuk
menambah nafsu makan

46. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan


jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
Hasil : Sudah diberikan makanan yang seimbang
sesuai dengan kebutuhan pasien

(IMPLEMENTASI HARI PERTAMA)

10/12/20 4. DUKUNGAN KEPATUHAN PROGRAM


(14.00) PENGOBATAN

47. Identifikasi kepatuhan menjalani program


pengobatan
Hasil : Pasien belum patuh terhadap menjalani
program pengobatan

48. Buat komitmen menjalani program pengobatan


dengan baik
Hasil : Pasien belum berkomitmen terhadap diri
sendiri terhadap menjalani program pengobatan

49. Libatkan keluarga untuk mendukung program


pengobatan yang dijalani
Hasil : Keluarga pasien tidak mendukung untuk
menjalani program pengobatan

50. Informasikan program pengobatan yang harus


dijalani
Hasil : Pasien belum tahu dampaknya jika tidak
menjalani program pengobatan

51. Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika


teratur menjalani program pengobatan
Hasil : Pasien belum tahu manfaat jika dia teratur
menjalani program pengobatan

(IMPLEMENTASI HARI KEDUA)


(IMPLEMENTASI HARI PERTAMA)
11/12/20
(14.00) DUKUNGAN KEPATUHAN PROGRAM
PENGOBATAN

52. Identifikasi kepatuhan menjalani program


pengobatan
Hasil : Pasien sudah patuh terhadap menjalani
program pengobatan

30 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
53. Buat komitmen menjalani program pengobatan
dengan baik
Hasil : Pasien sudah berkomitmen terhadap diri
sendiri terhadap menjalani program pengobatan

54. Libatkan keluarga untuk mendukung program


pengobatan yang dijalani
Hasil : Keluarga pasien sudah mendukung untuk
menjalani program pengobatan

55. Informasikan program pengobatan yang harus


dijalani
Hasil : Pasien sudah tahu dampaknya jika tidak
menjalani program pengobatan

56. Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika


teratur menjalani program pengobatan
Hasil : Pasien sudah tahu manfaat jika dia teratur
menjalani program pengobatan

PENDIDIKAN KESEHATAN FAKTOR – FAKTOR


YANG MENYEBABKAN TYPOID BERULANG :

1. Rutin minum obat


2. Makan dengan porsi kecil
3. Vaksin Typoid
4. BAB ditempat yang bersih
5. Hidup bersih , setiap mau makan cuci tangan
6. Jajan di tempat yang bersih
7. Makanan selalu tertutup

E. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )

No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan


DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas
1. Kamis, 10 Hipertermia b. d Proses Penyakit (mis. infeksi, MILA
Desember kanker) ditandai oleh Pasien mengatakan mengeluh KARMILA
2020 demam tidak turun sejak 3 hari yang lalu

07.00 (Mengacu pada tujuan)

S: Pasien mengatakan mengeluh demam tidak turun

31 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
sejak 3 hari yang lalu

O:
- TD: 120/90 mmHg
- N : 72x/menit
- RR : 20x/menit
- S : 38,7ºC
- Keadaan tubuh pasien terasa panas
A: Masalah Hipertemia belum teratasi

P : Intervensi lanjut
 Pucat menurun
 Suhu tubuh pasien membaik
 Suhu kulit membaik
 Tekanan darah membaik

Jum’at, 11
Desember Hipertermia b. d Proses Penyakit (mis. infeksi,
2020 kanker) ditandai oleh Pasien mengatakan mengeluh
demam tidak turun sejak 3 hari yang lalu
(07.00)
(Mengacu pada tujuan)

S: Pasien mengatakan sudah tidak demam


O:Keadaan tubuh pasien sudah tidak terasa panas

A: Masalah Hipertemia sudah teratasi

P : Intervensi diberhentikan

2. Intoleransi Aktivitas b. d Kelemahan ditandai oleh


Kamis, 10 Pasien mengatakan perut terasa kembung
Desember
2020 (Mengacu pada tujuan)

(10.00) S : Pasien mengatakan perut terasa kembung

O : Jika dilakukan palpasi di perut pasien tampak nyeri MILA


dengan skala 3 KARMILA
A: Masalah Gangguan Mobilitas Fisik belum teratasi

P : Intervensi lanjut
 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari –
hari meningkat
 Perasaan lemah menurun

Jum’at, 11
Desember Intoleransi Aktivitas b. d Kelemahan ditandai oleh
Pasien mengatakan perut terasa kembung

32 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
2020
(Mengacu pada tujuan)
(10.00)
S : Pasien mengatakan perut sudah tidak terasa
kembung

O:
Jika dilakukan palpasi di perut pasien sudah tidak nyeri
dengan skala 0

A: Masalah Gangguan Mobilitas Fisik teratasi

P : Intervensi dihentikan

3. Kamis, 10 Defisit Nutrisi b. d Ketidakmampuan mengabsorbsi


Desember
Nutrien ditandai oleh Pasien mengatakan tidak
2020
napsu makan
(12.00)

(Mengacu pada tujuan)


MILA
S : Pasien mengatakan sudah tidak nafsu makan KARMILA

O : Keadaan pasien lemas

A : Masalah Defisit Nutrisi belum teratasi

P : Intervensi lanjut

 Porsi makanan yang dihabiskan meningkat


 Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan
nutrisi meningkat
 Frekuensi makan membaik

Jum’at, 11 Defisit Nutrisi b. d Ketidakmampuan mengabsorbsi


Desember
2020 Nutrien ditandai oleh Pasien mengatakan tidak
napsu makan
(12.00)
(Mengacu pada tujuan)

S : Pasien mengatakan sudah mulai nafsu makan

O : Keadaan pasien sudah mulai membaik

A : Masalah Defisit Nutrisi sudah teratasi

P:

Intervensi diberhentikan

33 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
4. Kamis, 10 Ketidakpatuhan b. d Lingkungan tidak Terapeutik
Desember ditandai oleh Pasien mengatakan pernah dirawat
2020 setahun yang lalu karena typoid

(14.00) (Mengacu pada tujuan)

S : Pasien mengatakan pernah dirawat setahun yang


lalu karena typoid

O : Rekam medis tertulis pasien pernah dirawat


dirumah sakit dengan diagnosa typoid pada tahun lalu

A : Masalah Ketidakpatuhan sudah teratasi

P:
 Verbalisasi kemauan memenuhi program
perawatan atau pengobatan meningkat
 Verbalisasi mengikuti anjuran meningkat

Intervensi diberhentikan

LAMPIRAN
ANALISA OBAT
1. Diet lunak
Makanan yang termasuk makanan yang mudah dikunyah dan ditelan.
Tujuan : memberikan makanan dalam bentuk lunak yang mudah ditelan atau dicerna
sesuai kebutuhan gizi dan keadaan penyakit.

2. Paracetamol 3x1 tablet (Oral)

34 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
Golongan : Obat penurun panas dan Pereda nyeri (analgesic dan antipiretik)
Kategori : Obat bebas
Manfaat : Merdedakan rasa sakit dan demam
Aturan pakai : Obat dapat diminum sebelum atau sesudah makan
Kontraindikasi : Paracetamol jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi
terhadap paracetamol. Penderita gangguan fungsi hati berat
Dosis dan aturan pakai :
 Dewasa
Dewasa 1 – 2 kaplet, 3 – 4 kali per hari
325 – 650 mg tiap 4 – 6 jam atau 1.000 mg tiap 6 – 8 jam. Paracetamol
biasanya tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 500 mg.
paracetamol 500 mg dapat diminum tiap 4 – 6 jam sekali untuk meredakan
demam
Efek samping :
 Demam
 Muncul ruam kulit yang terasa gatal
 Sakit tenggorokan
 Muncul sariawan
 Nyeri punggung
 Tubuh terasa lemah
 Kulit berwarna merah kekuningan
 Timbul memar pada kulit
 Urine keruh atau berdarah
 Tinja berwarna hitam atau berdarah

3. Terapi parenteral cairan infus 2 kolf Asering/24 jam


Untuk terapi pengganti cairan selama dehidrasi (kehilangan cairan) efek samping
yang mungkin terjadi Hiperglikemia,iritasilokal, anuria

4. Ceftriaxone 2x500mg (drip)


Obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri yang terjadi pada
tubuh. Cefriaxone merupakan obat antibiotik golongan sefalosporin yang bekerja
dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri.
Golongan : Antibiotik sefalosporin
Kategori : Obat resep
Manfaat : Mengobati dan mencegah infeksi
Digunakan : Dewasa dan anak – anak

35 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
Kondisi: Infeksi bakteri
Dewasa: 1–2 g per hari dengan suntikan Dosis dapat ditingkatkan menjadi 4 g per
hari jika infeksi serius.
Efek Samping dan Bahaya Ceftriaxone
Beberapa efek samping yang dapat muncul setelah menggunakan ceftriaxone adalah:
 Nyeri perut
 Mual
 Muntah
 Diare
 Pusing
 Mengantuk
 Sakit kepala
 Bengkak dan iritasi pada area suntikan
 Muncul keringat berlebihan

5. Omeprazole 2x1 amp


obat untuk mengatasi gangguan lambung, seperti penyakit asam lambung dan tukak
lambung. Obat ini dapat mengurangi produksi asam di dalam lambung.
Golongan : Obat maag jenis penghambat pompa proton atau proton pump
inhibitors (PPIs)
Bahan aktif : Omeprazole
Kategori : Obat resep
Manfaat : Mengurangi kadar asam lambung
Bentuk : Kapsul dan suntik.

Omeprazole dapat menyebabkan nyeri perut dan sakit kepala. Segera periksakan diri
ke dokter jika muncul efek samping tersebut, terutama bila efek samping tidak
mereda meski penggunaan obat sudah dihentikan.
Selain nyeri perut dan sakit kepala, efek samping lain yang perlu diwaspadai adalah:

 Rendahnya kadar kalium dalam darah, yang menimbulkan gejala berupa


kram otot, detak jantung yang tidak normal (lambat, cepat, atau tidak
beraturan), dan kejang.

 Bertambah parahnya gejala pada penderita lupus.

 Gangguan pencernaan, seperti diare yang berkelanjutan serta adanya darah


atau lendir pada tinja.

36 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
 Kekurangan vitamin B12, yang menyebabkan keluhan lemas, sariawan, mati
rasa, dan kesemutan pada tangan atau kaki.

 Reaksi alergi obat, seperti munculnya ruam, pusing, hingga sesak napas.

6. Ondancentrone 2x8 mg
Ondansetron adalah obat yang digunakan untuk mencegah serta mengobati mual dan
muntah yang bisa disebabkan oleh efek samping kemoterapi, radioterapi, atau
operasi. Obat ini hanya boleh dikonsumsi dengan resep dokter.
Ondansetron dapat menimbulkan efek samping yang berbeda-beda pada tiap orang.
Beberapa efek samping yang umum terjadi antara lain:

 Sakit kepala

 Sembelit

 Lelah dan lemah

 Meriang

 Mengantuk

 Pusing

ANALISA LAB

1. Hemoglobin 13.7 g/Dl


Normalnya: 12-16g/dl
Tujuannya adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya kondisi yang memerlukan
perhatian khusus, misalnya anemia.
2. Hematokrit 41 %
Normalnya: 34,9-44,5%
Pemeriksaan hematokrit digunakan untuk mendeteksi anemia, leukemia, dehidrasi,
atau kekurangan nutrisi. Dokter juga akan menganjurkan tes hematokrit bila ada
kecurigaan penyakit yang mungkin ditunjukkan oleh tinggi atau rendahnya sel darah
merah .
3. Leukosit 4.000 leukosit/mcl
Normalnya: 4.500-10.00 leukosit/mcl 
Penghitungan sel darah putih dapat membantu mendeteksi infeksi tersembunyi di
tubuh serta adanya kondisi medis lain, seperti penyakit autoimun, gangguan daya
tahan tubuh, serta kelainan darah. Pemeriksaan ini juga berguna untuk memeriksa
keberhasilan perawatan kemoterapi atau terapi radiasi bagi penderita kanker .

37 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
4. Hasil Widal 1/320

Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis


thypoid abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu
masuk dan setiap minggu berikutnya. (diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk
kultur dan widal)

Hasil Widal 1/320 yang diuji dengan rapid test igM anti S.typhi dengan hasil tersebut
menunjukan bahwa pasien tersebut positif menderita tifoid dikarenakan sudah
terbentuk nya IgM anti S.typhi.

- Mendeteksi adanya antibodi didalam darah terhadap antigen


kuman Samonella typhi / paratyphi  .
- Sebagai uji cepat (rapid test) hasilnya dapat segera diketahui.
- Hasil Positif, positif palsu atau negatif palsu.
- Hasil Positif Palsu : Pernah mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan
spesies lain (Enterobacteriaceae sp), pernah sakit typoid, dan adanya faktor
rheumatoid (RF).
- Hasil Negatif Palsu : penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu
pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien yang
buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.
- Dinyatakan typoid atau para typoi bila : titer O = 1/160  Titer O
meningkat setelah akhir minggu.
- Permintaan tes widal ini pada penderita yang baru menderita demam
beberapa hari kurang tepat. Bila hasil reaktif (positif) kemungkinan besar
bukan disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi dari kontrak sebelumnya.

Prosedur Tindakan Pemberian Obat Analgesik (Oral)


1. Nama obat dan Diagnosa
Obat Paracetamol  Hipertemia

2. Pengertian Obat Oral


Adalah melalui mulut, baik dalam bentuk tablet, kapsul, sirup, dan bentuk sediaan
lainnya.

38 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
3. Tujuan
Dari pengobatan ini yaitu agar suatu obat dapat mencapai tujuan kesembuhan,
molekul obat harus dapat diabsorpsi pada saluran pencernaan dan masuk ke dalam
sistem sirkulasi dalam jumlah yang diinginkan

4. Persiapan Alat
 Baki berisi obat
 Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
 Gelas dan air minum

5. Prosedur Pemberian obat oral


- Siapkan peralatan dan cuci tangan
- Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah,
adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung
dll)
- Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan
cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah
pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang
meminta.
- Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat
yang diperlukan)
- Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai
dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik
aseptik untuk menjaga kebersihan obat)
Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.
1. Identifikasi klien dengan tepat.
2. Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh klien.
3. Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral. Posisi
ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.
4. Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan klien
meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian anjurkan minum. Posisi ini
membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi.
5. Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan
tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat
secara jelas alasannya.

39 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
6. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat
disposibel kemudian cuci tangan.
7. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.

PROSEDUR TINDAKAN KOMPRES AIR HANGAT


Berikan kompres hangat di area yang terasa nyeri. Untuk meredakan nyeri dengan cepat,
balut botol air panas, bantal penghangat, atau kompres hangat dengan kain, kemudian
tempelkan ke bagian atas perut dan biarkan selama 20-30 menit.

Berdirilah dan cobalah berjalan setelah menggunakan kompres hangat. Gunakan kompres ini
2-3 jam sekali selama Anda merasa nyeri.

PROSEDUR TINDAKAN RELAKSASI NAFAS DALAM


1. Mengecek program terapi medik klien.
2. Mengucapkan salam terapeutik pada klien.
3. Melakukan evaluasi atau validasi.
4. Melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik) dengan klien.
5. Menjelaskan langkah-langkah tindakan atau prosedur pada klien.
6. Mempersiapkan alat : satu bantal
7. Memasang sampiran.
8. Mencuci tangan.
9. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien dengan posisi setengah duduk di tempat
tidur atau di kursi atau dengan posisi lying position (posisi berbaring) di tempat tidur
atau di kursi dengan satu bantal.
10. Memfleksikan (membengkokkan) lutut klien untuk merilekskan otot abdomen.
11. Menempatkan satu atau dua tangan klien pada abdomen yaitu tepat dibawah tulang
iga
12. Meminta klien untuk menarik napas dalam melalui hidung, menjaga mulut tetap
tertutup. Hitunglah sampai 3 selama inspirasi.
13. Meminta klien untuk berkonsentrasi dan merasakan gerakan naiknya abdomen
sejauh mungkin, tetap dalam kondisi rileks dan cegah lengkung pada punggung. Jika
ada kesulitan menaikkan abdomen, tarik napas dengan cepat, lalu napas kuat melalui
hidung.
14. Meminta klien untuk menghembuskan udara melalui bibir, seperti meniup dan
ekspirasikan secara perlahan dan kuat sehingga terbentuk suara hembusan tanpa
mengembungkan pipi, teknik pursed lip breathing ini menyebabkan resistensi pada
pengeluaran udara paru, meningkatkan tekanan di bronkus (jalan napas utama) dan
meminimalkan kolapsnya jalan napas yang sempit.

40 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33
15. Meminta klien untuk berkonsentrasi dan merasakan turunnya abdomen ketika
ekspirasi. Hitunglah sampai 7 selama ekspirasi.
16. Menganjurkan klien untuk menggunakan latihan ini dan meningkatkannya secara
bertahap 5-10 menit. Latihan ini dapat dilakukan dalam posisi tegap, berdiri, dan
berjalan.
17. Merapikan lingkungan dan kembalikan klien pada posisi semula.
18. Membereskan alat.
19. Mencuci tangan.
20. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan memantau respon klien.

41 SRSH/SPMI/FO/03/AK-BAAK/33

Anda mungkin juga menyukai