2. Harun H. Lanipo (19.015) 3. Hayatul Fitry (19.016) Definisi • Benign prostatic hyperplasia atau benigna prostat hyperplasia (BPH) disebut juga Nodular hyperplasia, benign prostatic hypertrophy atau Benign enlargement of the prostate (BEP) yang merujuk kepada peningkatan ukuran prostat pada laki-laki usia pertengahan dan usia lanjut. • Benigna prostat hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan jaringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses penuaan. Etiologi Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain (Kemenkes RI, 2019): a. Dihydrotestosteron b. Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi c. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron d. Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma. e. Interaksi stroma - epitel f. Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel. g. Berkurangnya sel yang mati h. Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat. i. Teori sel stem j. Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit. Patofisiologi Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) • BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel epitel berinteraksi. Sel sel ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon seks dan respon sitokin. Di dalam prostat, testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron (DHT), DHT merupakan androgen dianggap sebagai mediator utama munculnya BPH ini. Pada penderita ini hormon DHT sangat tinggi dalam jaringan prostat. Sitokin berpengaruh pada pembesaran prostat dengan memicu respon inflamasi dengan menginduksi epitel. Prostat membesar karena hyperplasia sehingga terjadi penyempitan uretra yang mengakibatkan aliran urin melemah dan gejala obstruktif yaitu : hiperaktif kandung kemih, inflamasi, pancaran miksi lemah (Skinder et al, 2016). Manifestasi klinis Gejala utama penderita benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah gangguan saat buang air kecil, yang bisa berupa: 1. Urin sulit keluar di awal buang air kecil. 2. Perlu mengejan saat buang air kecil. 3. Aliran urin lemah atau tersendat-sendat. 4. Urine menetes di akhir buang air kecil 5. Buang air kecil terasa tidak tuntas 6. Buang air kecil di malam hari menjadi lebih sering 7. Beser atau inkontinensia urine. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien benigna prostat hyperplasia Penkajian 1. Identitas pasien : Meliputi nama , umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, tempat tinggal 2. Riwayat penyakit sekarang : Pada pasien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, hesistensi ( sulit memulai miksi), intermiten (kencing terputus-putus), dan waktu miksi memanjang dan akhirnya menjadi retensi urine. 3. Riwayat penyakit dahulu : Kaji apakah memilki riwayat infeksi saluran kemih (ISK), adakah riwayat mengalami kanker prostat. Apakah pasien pernah menjalani pembedahan prostat. 4. Riwayat penyakit keluarga : Adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya. 5. Riwayat psikososial dan spiritual : Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum 6. Riwayat bio- psiko- sosial- spiritua 7. Riwayat pengkajian nyeri 8. Pemeriksaan fisik Diagnosa
• Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis Intervensi No Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi 1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (D.l.08238) berhubungan keperawatan selama …x… Obsevasi dengan agen diharapkan nyeri menurun a. Identifikasi lokasi, karakteristik, pencedera dengan Kriteris hasil durasi, frekuensi, kualitas, intensitas fisiologis (D.L.08066) : nyeri a. Kemampuan pasien b. Identifikasi skala nyeri untuk menuntaskan c. Identifikasi respons nyeri non verbal aktivitas menurun d. Identifikasi factor yang b. Keluhan nyeri menurun memperberat dan memperingan nyeri c. Pasien tampak meringis e. Identifikasi pengetahuan dan menurun keyakinan tentang nyeri d. Frekuensi nadi membaik f. Identifikasi pengaruh nyeri pada e. Pola nafas membaik kualitas hidup f. Tekanan darah g. Monitor keberhasilan terapi membaik komplementer yang sudah di g. Fungsi berkemih berikan membaik h. Monitor efek samping penggunaan h. Perilaku membaik analgesic i. Pola tidur membaik Terapeutik 1.9 a. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
b. Teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain) c. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) d. Fasilitasi istirahat Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi e. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri f. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
g. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat h. Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi i. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Nyeri akut Manajemen Nyeri (D.l.08238) berhubungan Obsevasi dengan agen a. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, pencedera fisiologis kualitas, intensitas nyeri b. Mengidentifikasi skala nyeri c. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal d. Mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri e. Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri f. Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup g. Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah di berikan h. Memonitor efek samping penggunaan analgesic Terapeutik 1.9 a. Memberikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain) b. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) c. Memfasilitasi istirahat Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi d. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri e. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri f. Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat g. Mengajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi h. Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Evaluasi Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009) Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,dkk.,2011).
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu