Anda di halaman 1dari 13

BENIGNA PROSTAT

HIPERPLASIA

Kelompok 4

1. Fitriani S. Dentika (19.014)


2. Harun H. Lanipo (19.015)
3. Hayatul Fitry (19.016)
Definisi
• Benign prostatic hyperplasia atau benigna prostat hyperplasia
(BPH) disebut juga Nodular hyperplasia, benign prostatic
hypertrophy atau Benign enlargement of the prostate (BEP) yang
merujuk kepada peningkatan ukuran prostat pada laki-laki usia
pertengahan dan usia lanjut.
• Benigna prostat hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan
jaringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan
perubahan endokrin berkenaan dengan proses penuaan.
Etiologi Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang
pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat
kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan
penyebab antara lain (Kemenkes RI, 2019):
a. Dihydrotestosteron
b. Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma
dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi
c. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron
d. Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan
testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
e. Interaksi stroma - epitel
f. Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
g. Berkurangnya sel yang mati
h. Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel
dari kelenjar prostat.
i. Teori sel stem
j. Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.
Patofisiologi Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
• BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel
epitel berinteraksi. Sel sel ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh
hormon seks dan respon sitokin. Di dalam prostat, testosteron
diubah menjadi dihidrotestosteron (DHT), DHT merupakan
androgen dianggap sebagai mediator utama munculnya BPH ini.
Pada penderita ini hormon DHT sangat tinggi dalam jaringan
prostat. Sitokin berpengaruh pada pembesaran prostat dengan
memicu respon inflamasi dengan menginduksi epitel. Prostat
membesar karena hyperplasia sehingga terjadi penyempitan uretra
yang mengakibatkan aliran urin melemah dan gejala obstruktif yaitu
: hiperaktif kandung kemih, inflamasi, pancaran miksi lemah
(Skinder et al, 2016).
Manifestasi klinis
Gejala utama penderita benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah
gangguan saat buang air kecil, yang bisa berupa:
1. Urin sulit keluar di awal buang air kecil.
2. Perlu mengejan saat buang air kecil.
3. Aliran urin lemah atau tersendat-sendat.
4. Urine menetes di akhir buang air kecil
5. Buang air kecil terasa tidak tuntas
6. Buang air kecil di malam hari menjadi lebih sering
7. Beser atau inkontinensia urine.
Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien benigna
prostat hyperplasia
Penkajian
1. Identitas pasien : Meliputi nama , umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, tempat tinggal
2. Riwayat penyakit sekarang : Pada pasien BPH keluhan keluhan yang ada adalah
frekuensi , nokturia, urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi,
hesistensi ( sulit memulai miksi), intermiten (kencing terputus-putus), dan waktu miksi
memanjang dan akhirnya menjadi retensi urine.
3. Riwayat penyakit dahulu : Kaji apakah memilki riwayat infeksi saluran kemih (ISK),
adakah riwayat mengalami kanker prostat. Apakah pasien pernah menjalani
pembedahan prostat.
4. Riwayat penyakit keluarga : Adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti
yang dialami pasien, adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya.
5. Riwayat psikososial dan spiritual : Bagaimana hubungan pasien dengan anggota
keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum
6. Riwayat bio- psiko- sosial- spiritua
7. Riwayat pengkajian nyeri
8. Pemeriksaan fisik
Diagnosa

• Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera


fisiologis
Intervensi
No Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (D.l.08238)
berhubungan keperawatan selama …x… Obsevasi
dengan agen diharapkan nyeri menurun a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera dengan Kriteris hasil durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
fisiologis (D.L.08066) : nyeri
a. Kemampuan pasien b. Identifikasi skala nyeri
untuk menuntaskan c. Identifikasi respons nyeri non verbal
aktivitas menurun d. Identifikasi factor yang
b. Keluhan nyeri menurun memperberat dan memperingan
nyeri
c. Pasien tampak meringis e. Identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
d. Frekuensi nadi membaik f. Identifikasi pengaruh nyeri pada
e. Pola nafas membaik kualitas hidup
f. Tekanan darah g. Monitor keberhasilan terapi
membaik komplementer yang sudah di
g. Fungsi berkemih berikan
membaik h. Monitor efek samping penggunaan
h. Perilaku membaik analgesic
i. Pola tidur membaik
Terapeutik 1.9
a. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri ( mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,

b. Teknik imajinasi terbimbing, kompres


hangat/dingin, terapi bermain)
c. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
d. Fasilitasi istirahat Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
e. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri
f. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

g. Anjurkan menggunakan analgetik secara


tepat
h. Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
i. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Nyeri akut Manajemen Nyeri (D.l.08238)
berhubungan Obsevasi
dengan agen a. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
pencedera fisiologis kualitas, intensitas nyeri
b. Mengidentifikasi skala nyeri
c. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
d. Mengidentifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri
e. Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
f. Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
g. Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah di berikan
h. Memonitor efek samping penggunaan analgesic
Terapeutik 1.9
a. Memberikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri ( mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
b. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c. Memfasilitasi istirahat Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
d. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
e. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
f. Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
g. Mengajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
h. Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai
keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada
kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009)
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan
mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan
(Mubarak,dkk.,2011).

Anda mungkin juga menyukai