Anda di halaman 1dari 6

4 – 6 : nyeri sedang

7 – 9 : sangat nyeri, tapi masih bisa dikontrol

10 sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol

a. Kualitas nyeri

Minta pasien untuk menjelaskan nyeri yang dirasakan, apakah seperti dipukul-pukul

atau ditusuk-tusuk, dan sebagainya

b. Pola nyeri

Pola nyeri meliputi waktu, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.

c. Faktor presipitasi

Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu timbulnya nyeri. Seperti aktivitas fisik

yang berat dapat memicu timbulnya nyeri dada. Selain itu, lingkungan, stresor fisik,

dan emosional juga dapat memicu timbulnya nyeri.

d. Gejala yang menyertai

Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare. Gejala tersebut dapat disebabkan

oleh awitan nyeri atau nyeri itu sendiri.

e. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari

Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas klien akan membantu

memahami perspektif klien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang dikaji

terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan

interpersonal, hubungan pernikahan, aktivitas di rumah, aktivitas di waktu senggang,

serta status emosional.

f. Sumber koping
Setiap individu memiliki strstegi koping yang berbeda-beda dalam menghadapi nyeri.

Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh

agama atau budaya.

g. Respons afektif

Respons afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi, derajat dan

durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri, dan banyak faktor lainnya. Perlu dikaji adanya

ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal pada diri klien (Herdman, 2012).

1. Observasi respons prilaku dan fisiologis

Banyak respon nonverbal yang bisa dijadikan indikator nyeri. Salah satu yang paling

utama adalah ekspresi wajah. Perilaku seperti menutup mata rapat-rapat atau

membukanya lebar-lebar, menggigit bibir bawah, dan seringai wajah dapat

mengindikasikan nyeri. Selain ekspresi wajah respons nyeri dapat berupa vokalisasi

(mengerang, menangis, berteriak), mobilisasi bagian tubuh yang mengalami nyeri,

gerakan tubuh tanpa tujuan (menendang-nendang, membolak-balikan tubuh di kasur), dll.

Sedangkan respon fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung pada sumber dan durasi

nyeri. Pada awal nyeri akut, respons fisiologis dapat meliputi peningkatan tekanan darah,

nadi dan pernafasan, diaphoresis serta dilatasi pupil akibat terstimulasinya sistem saraf

simpatis. Jika nyeri berlangsung lama dan saraf simpatis telah beradaprasi, respon

fisiologis tersebut mungkin akan berkurang atau mungkin tidak ada (Herdman
Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut b/d fisiologis

D. Intervensi keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN

 Nyeri akut berbubungan Tingkat nyeri  Manajemen nyeri


dengan fisiologis
Setelah dilakukan Tindakan Tindakan

keperawatan selama 3x8 jam 1. Observasi

diharapkan tingkat nyeri berkurang a. Indentifikasi lokasi,

dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi,

1. Keluhan nyeri menurun kualitas,intesitas nyeri

2. Meringis menurun b. Identifikasi skala nyeri

3. Gelisa menurun c. Identifikasi respon nyeri non

4. Kecemasan menurun verbal

5. TTV d. Identifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan

nyeri

e. Identifikasi pengetahuan dan

keyakinan tentang nyeri

f. Identifikasi pengaruh budaya

terhadap respon nyeri

g. Identifikasi pengaruh nyeri pada

kualitas hidup

h. Monitor keberhasilan terapi


komplementer yang sudah

diberikan

i. Monitor efek samping

penggunaan analgetik

2. Terapeutik

a. Berikan teknik nonfarmakolgis

untuk mengurangi rasa nyeri

( mis. TENS, hypnosis,

akupresur, terapi music,

biofeedband, terapi pijat,

aromaterapi, teknik imajinasi

terbimbing, kompres air

hangat/dingin, terapi bermain)

b. Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri ( mis.

Suhu ruangan, pencahayaan,

kebisingan)

c. Fasilitasi istrahat dan tidur

d. Pertimbangkan jenis dan sumber

nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

3. Edukasi

a. Jelasan makna, fungsi marah,


frustasi, dan respon marah

b. Anjurkan meminta bantuan

perawat atau keluarga selama

ketegangan meningkat

c. Ajarkan strategi untuk

mencegah expresi marah

maladaftif

d. Ajarkarkan metode untuk

memodulasi pengalaman emosi

yang kuat ( mis.latihan asertif,

teknik relaksasi, jurnal,

aktivitas, penyaluran energi)

4. Kalaborasi

a. Kalaborasi pemberian obat,

perlu

PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai