Anda di halaman 1dari 5

Seks resiko tinggi

Pathway sifilis Hygiene rendah

Treponema
pallidum

Sifilas akuisita,sifilis
kongenital

Kuman troponema

Kuman masuk ke
kulit atau selaput
lendir

Kuman berkembang
dan menyebar ke
semua jaringan

Reaksi jaringan
membentuk infiltrat

Fibrosis darah ke
otak berkurang Jaringan kulit

Sistem saraf pusat papul

otak
ulkus

TIK

Nyeri kepala,pusing KERUSAKAN RESIKO INFEKSI


INTEGRITAS
KULIT
NYERI AKUT
DIAGNOSA
NO TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
(SDKI)
1 Nyeri akut setelah dilakukan Intervensi Utama :
intervensi selama Manajemen Nyeri
1x24 jam tingkat a. Observasi
nyeri menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, karateristik,
kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
a. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
b. Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
c. Sikap protektif verbal
menurun 4. Identifikasi factor yang
d. Gelisah menurun memperbera dan memperingan
e. Menarik diri nyeri
menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
f. Berfokus pada diri keyakinan tentang nyeri
sendiri menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya
g. Diaforeis menurun terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor kebersihan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping peggunaan
analgetik
b. Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat,
aromatherapy, teknik imajinasi
terbimbing , kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
dalam meredakan nyeri
c. Edukasi
1. jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. jelaskan strategi meredakan nyeri
3. anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
4. anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. ajarkan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Gangguan setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit
intervensi selama a. Observasi
1x24 jam integritas 1. identifikasi penyebab integritas
kulit dan jaringan kulit (mis. Perubahan sirkulaai,
meningkat dengan perubahan status nutrisi,
Kriteria hasil : penurunan kelembaban, suhu
a. elastisitas lingkungan ekstrim, penurunan
meningkat mobilitas)
b. hidrasi meningkat b. Terapeutik
c. perfusi jaringan 1. ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
meningkat baring
2. lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang jika perlu
3. bersihkan perineal dengan air
hangat , terutama selama periode
diare
4. gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak pada kulit
kering
5. gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensisitif
6. hindari produk berbahan dasar
alkoloh pada kulit kering
c. Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
(mis. Lation, serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan
nuutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrim
6. Anjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada diluar
rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan Intervensi utama : pencegahan infeksi
intervensi selama a. Observasi
1x24jam tingkat 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
infeksi menurun lokal dan sistemik
dengan kriteria hasil : b. Terapeutik
a. Demam menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
b. Kemerahan 2. Berikan perawatan kulit pada area
menurun edema
c. Nyeri menurun 3. Cuci tangan sbelum dan sesudah
d. Bengkak menurun kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan tehnik aseptik pada
pasien beresiko tinggi
c. Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu

Anda mungkin juga menyukai