oleh :
WindaMufidayani
NIM 152310101101
KELAS A
A. Definisi Kematian
Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam
organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara
permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab
tidak alami seperti kecelakaan.
B. Tanda-tanda Kematian
Menurut Adrian 2018seorang dinyatakan meninggal ketika:
1. Tidak ada aktivitas batang otak. Tanda-tandanya pupil mata melebar dan
tidak bereaksi terhadap cahaya, mata tidak mengedip ketika kornea mata
dirangsang, tidak terdapat refleks muntah ketika tenggorokan dirangsang.
2. Organ vital tidak berfungsi.
3. Pernapasan terhenti.
4. Tidak ada aktivitas listrik jantung atau jantung tidak berdenyut.
5. Tidak ada repon terhadap rangsangan nyeri, misalnya ketika dicubit.
6. Tubuh kaku, yang mulai terlihat sejak 3 jam setelah kematian.
7. Suhu tubuh turun, setidaknya 8 jam setelah kematian.
Mayoritas suku bali beragama hindu, agama Hindu percaya pada kelahiran
kembali dan reinkarnasi dari jiwa (atman). Jiwa yang abadi dan langgeng. Jiwa
seseorang selama hidupnya akan mengalami suka dan duka serta dipengaruhi oleh
hukum karma. Oleh karena itu kematian bukanlah bencana besar, bukan akhir dari
semua, tapi sebuah proses alami dari sang Jiwa (atman) yang kemudian kembali
lagi ke bumi untuk melanjutkan perjalanannya. Jiwa(atman) adalah kekal tidak
mengalami kematian, dia abadi. Kematian hanya dialami oleh badan fisik ini.
Kematian adalah penghentian sementara aktivitas fisik dan merupakan sarana bagi
sang atman untuk meningkatkan tingkatannya lalu kemudian lahir kembali dalam
badan yang lain. Seperti halnya ketika kita berganti baju dari baju yang sudah
usang menuju baju yang baru.
Kelahiran di dunia ini merupakan tempat bagi sang jiwa (atma) untuk
melakukan instrospeksi diri. Oleh karena itu jiwa harus lahir lagi dan lagi sampai
mengatasi Maya, mencapai keadaan keseimbangan dan menyadari asal usulnya.
Ketika seseorang meninggal, jiwanya bersama dengan sisa-sisa karma (karma
wasana) meninggalkan tubuh melalui sebuah lubang di kepala dan pergi ke dunia
lain dan kembali lagi setelah menghabiskan beberapa waktu di sana. Apa yang
terjadi setelah jiwa meninggalkan tubuh dan sebelum reinkarnasi lagi adalah
misteri besar (Pasraman Ganesha Brahmachari Ashram 2015).
E. Tanda kematian menurut suku bali
Ciri-ciri seseorang akan mengalami kematian menurut suku bali adalah sebagai
berikut :
1. Ketika kita tidak bisa melihat bayangan di dalam air atau cermin, dan
biasanya ia akan meninggal dalam waktu enam bulan.
2. Sering melihat warna gelap, dan semuanya gelap. Ini adalah tanda kematian
semakin mendekat.
3. Ketika tangan kiri seseorang terus berkedut selama seminggu, itu berarti
bahwa orang tersebut akan hidup hanya satu bulan lebih.
4. Dikatakan bahwa jika organ-organ indera seseorang menjadi keras seperti
batu, itu berarti bahwa ia akan meninggal dalam waktu enam bulan.
5. Seseorang tidak mampu melihat cahaya yang dipancarkan dari bulan,
matahari atau api, ini menunjukkan bahwa orang tersebut akan segera mati.
6. Warna kulit orang berubah kuning pucat atau putih dan sedikit merah, itu
menunjukkan bahwa orang tersebut akan meninggal
7. Jika lidah orang tiba-tiba mulai membengkak dan gusi mulai mensekresi
nanah maka diyakini orang tidak akan hidup lama.
8. Ketika seseorang tidak mampu melihat bintang kutub di langit, itu berarti
bahwa orang tersebut akan meninggal
9. Jika seseorang mulai melihat matahari, bulan dan langit sebagai berwarna
merah, itu menunjukkan bahwa orang tersebut akan segera meninggal.
10. Jika seseorang bermimpi burung hantu atau melihat sebuah desa kosong dan
hancur, maka kematiannya sudah dekat.
F. Penatalaksanaan Menjelang Ajal Dan Perawatan Pasca Meninggal:
1. Menjelang ajal di minta berdo'a dengan mengucapkan sendiri ada tiga yaitu:
pertama, Om Bhurwah-wah ta sawitur warinea tarqo dewa siyojimahi
yoyona taso dayah, kedua, Om nama siwayah, om nama siwayah, ketiga Om
Om Om. Untuk keluarganya dan cucu-cucunya membaca (tidak dibatasi
berapa kali) yaitu : Om moksantu swargantu swiyantu sumirganthu
kesayanthu.
2. Jenazah di mandikan di rumah seperti layaknya Islam. Jenazah diletakan
diatas pepaga (meja) kemudian dimandikan oleh keluarganya. Dalam proses
ini kemaluan jenazah akan ditutupi oleh kain hitam, sementara bajunya akan
dibuka. Kemudian kain hitam sebagai penutup kemaluan akan di ganti
dengan daun teratai (bagi wanita) dan daun terong (bagi laki-laki) dan akan
dipakaikan pakaiaan adat lengkap. Diberikan bunga melati di lubang
hidung, belahan kaca di atas mata, dan daun intaran di alis. Dengan tujuan
mengembalukan kembali fungsi bagian dari tubuh dan jika roh mengalami
reinkarnasi agar dianugrahi badan yang lengkap. Upacara memandikan
jenazah ini dilakukan di halaman rumah keluarga.
3. Sebelum di kafankan memakai baju bali di dalamnya dengan kain kafan
kemudian di ikat menjadi tiga ikatan.
4. Eteh-eteh sawa :
a. Pangeringkesan atau eteh-eteh yang digunakan ketika memandikan
jenazah. Ini simbolisasi dari suatu pengharapan, apabila sang mati itu
reinkarnasi kelak, agar menjadi manusia yang utuh.
b. Tumpangsalu : jenazah diletakkan di atas tumpangsalu adalah simbolik
adalah roh orang yang meninggal itu tidak lagi berada dalam alam
yang lebih di atas atau berada di ambara.
c. Ante (dibuat dari bambu, bukan rantai besi). Kata ante berarti terakhir.
d. Kajang adalah simbolik daripada tulisan wijaksara sebagai pengawak
sang mati. Di dalam kajang ini dituliskan huruf-huruf magis yang
terdapat pada jasmaniah manusia.
e. Ukur adalah bermakna pangawak sang mati. Badan manusia adalah
berlapis-lapis yaitu : sthulasarira, suksmasarira dan antakarana. Maka
dari itu di dalam upacara ngaben atma dibuatkan pangawak yang
berlapis-lapis juga.
f. Ulonadalahkekudung (tutup kepala) sang mati.
g. Kerebsari adalah simbolik daripada saput atau selendang sang mati.
h. Kerebsinom adalah simbolik daripada umpal sang mati.
i. Sok cegceg adalah simbolik daripada pangawak sang catur sanak.
j. Damar-kurung adalah simbolik daripada surya atau matahari yang
memberikan sinar terang dalam perjalanan sang atma
k. Wadah atau bade adalah tempat usungan jenazah atau pengawak-sawa
menuju setera tempat pembakaran. Wadah atau bade itu adalah
simbolik daripada gunung. Itulah sebabnya wadah atau bade memakai
tumpang. Gunung adalah lingga-acala sebagai simbolik daripada
sthana Hyang Widhi dalam wujud Dewa Siwa.
l. Patulangan adalah tempat pembakaran jenazah atau pengawak-sawa.
Patulangan dibuat berbentuk binatang tertentu yaitu lembu, singa
bersayap, naga bersayap, gajahmina dan wekastinarasinga. Mengapa
patulangan itu justru berbentuk binatang tertentu. Ini mengandung arti
simbolik-filosofis yang tinggi.
m. Ritual Ngising : Ngising adalah acara puncak dari Upacara Ngaben,
yaitu pembakaran jenazah. Jenazah akan dibaringkan ditempat yang
disediakan, disertai sesaji kemudian diperciki oleh pendeta pemimpin
upacara dengan Tirta Pengentas yang bertindak sebagai api abstrak
diiringi dengan Puja Mantra dari pendeta. Setelah selesai barulah
jenazah dibakar hingga hangus, tulang-tulang hasil pembakaran
kemudian diulek (digilas) dan dirangkai lagi dalam buah kelapa
gading yang telah dikeluarkan airnya.
n. Ritual Ngayud : Ritual terakhir dari Upacara Ngaben adalah Ngayud,
yaitu menghanyutkan abu yang sudah dimasukan ke dalam kelapa
gading ke laut atau ke sungai. Yang memiliki makna menghanyutkan
segala kekotoran yang tertinggal dalam roh.
o. Di kuburkan pada orang hindu adalah jenazah yang tidak memiliki
biaya untuk Ngaben, di kuburkan sementara paling lama satu tahun,
ada jenazah yang langsung diletakkan di pohon cendana (Bali).
Perawatan Paliatif dan Menjelang Ajal pada Suku Osing
Dr. Yanti & Dr. Vivian Andriani Soesilo. Bagaimana Mendampingi Orang Sakit
yang Menjelang Ajal.
http://www.telaga.org/audio/bagaimana_mendampingi_orang_sakit_yang_menjel
ang_ajal
Sobirin Muh. 2016. Perawatan Jenazah Menurut Islam dan Hindu. AL-Hikmah:
Jurnal Studi Agama-Agama/Vol. 2, No. 1