Anda di halaman 1dari 14

PALIATIF

MENJELANG
AJAL DALAM

BUDAYA : SUKU
Dosen pengampu: Susan Susyanti,S.Kep.,M.Kep

JAWA
Kelompok 6 :
01 Dimelda Ayuni 04 Noviawati
Putri
KHG20046 KHGC20072
02. Friska Fitrianti .
05. Nurul
03. Hilna Elpi Rani
KHGC20050

Aulia
. KHGC20051

KHGC20073
Sosial Budaya Suku Jawa Tentang
Perawatan Paliatif
Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala
sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan. Kebudayaan
atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan
dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Tanda – Tanda Kematian Menurut Suku
Jawa
1. Jika sering merasa hambar dalam menghadapi hidup, atau bosan melihat keadaan
dunia dan sering bermimpi pergi kearah utara, maka di percaya bahwa tanda -
tanda tersebut merupakan firasat akan meninggal dalam waktu kurang dari 3
tahun.
2. Apabila sering merasa kangen kepada orang-orang yang sudah pada meninggal
kemudian sering bermimpi memperbaiki rumah maka tandanya kurang dari 2
tahun ajalnya akan tiba.
3. Jika sering melihat apa yang tidak dapat terlihat oleh mata telanjang, seperti
mahluk gaib, alam gaib maka bisa di kategorikan masuk dalam firasat bahwa
nyawanya tidak lebih dari 1 tahun akan melayang.
4. Jika sering melakukan hal-hal yang diluar kewajaran serta sering bertemu
mahluk gaib merupakan tanda akan meninggal kurang dari 9 bulan.
5. Jika sering mendengar suara-suara yang tidak biasanya seperti mendengar suara
jin ,setan atau suara hewan yang pada biasanya tiak bersuara, merupakan tanda
bahwa umurnya tinggal 6 bulan lagi.
6. Jika sering mencium bau-bauan mahluk halus seperti kemenyan dibakar dicampur
bunga-bungaan maka pertanda usianya kurang dari 3 bulan/ 100 hari.
7. Apabila sering melihat sesuatu yang aneh seperti lihat air warnamya merah, lihat
api warnanya hitam, tanda tersebut merupakan firasat bahwa ajalnya tinggal 2
bulan.
8. Jika jari manis kram pada saat bersedakep dan susah untuk di acungkan maka
tandanya bahwa kematian akan datang sekitar 40 hari lagi.
9. Jika tangan terlihat lemah dan persendian seperti mau lepas, tandanya
meninggalnya kurang ari 1 bulan.
10. Jika melihat mukanya sendiri bukan dari cermin atau pantulan, melinkan seperti
melihat orang lain namun wajahnya adalah wajah kita, maka pertanda kurang
dari 1/2 bulan atau 15 hari lagi akan meninggal.  
11. Jika sudah merasa lemas dan terkadang sampai nggak selera makan dan susah
tidur maka ajalnya hanya tinggal menghitung hari (1 minggu).
12. Jika badan sudah merasa panas dan saat buang hajat sering ada cacing
kalungnya maka pertanda umurnya kurang dari 3 hari.
13. Jika sering mengeluarkan angin dari dalam badan baik memalui kentut atau
sendawa maka tanda usianya kurang sari 2 hari.
14. Jika persendian seperti sudah pada longgar dan merasakan seperti orang yang
kecapean dan sering berkeringat maka tanda kurang 1 hari meninggal.
15. Jika kulitnya sudah tidak bisa merasakan apa-apa dan perasaannya berdebar-
debar serta suara-suara gemrusung ditelinga tidak ada lagi maka sudah
waktunya meninggal dunia.
Penatalaksanan Menjelang Ajal dan Perawatan Pasca
Meninggal
A. Menghadapi Sakaratul Maut

Menjelang kematian menurut suku Jawa dianggap sebagai proses lepasnya ruh dari dalam
badan (tubuh). Sakaratul maut ditandai dengan ketidaksadaran dan kesadaran dari seseorang
yang hendak meninggal. Ia masih bisa melihat dan mendengar orang-orang yang di
sekitarnya, namun ingatannya sudah mulai kabur. Untuk membimbing orang yang sedang
menjalani sakaratul maut, biasanya pihak keluarga berusaha untuk membimbing
mengucapkan sahadat agar meninggal dunia dalam keadaan menyebut nama Tuhan. Orang
yang meninggal dunia dalam keadaan selalu mengingat Tuhan akan selalu mendapatkan
bimbingan dari cahaya Tuhan di alam kubur, maupun alam lainnya kelak.
B. Memandikan Jenazah
Dalam memandikan mayit suku Jawa, pihak keluarga (dengan dibantu oleh warga) biasanya
menyiapkan air yang banyak dan bermacam-macam. Pertama , air leri dicampur dengan sambetan . Cara
membuatnya, yakni ketika mencuci beras, maka air berubah menjadi putih seperti susu. Air sambetan dibuat
dari beberapa dringo, kunir, dan bengkle yang ditumbuh sampai halus. Setelah ditumbuk sampai halus,
komponen ini kemudian dimasukkan ke dalam air sehingga air tampak kekuningkuningan. Dalam persepsi
ini, air leri dan air sambetan yang dijadikan satu mampu membuat sukma menjadi sejuk. Lepasnya sukma
dari dalam tubuh itu sangat menyiksa dan terasa sangat panas. Kedua , air kapur barus. Air kapur barus
adalah air biasa yang dicampur dengan kapur barus. Tujuan air ini untuk membunuh bakteri-bakteri kecil
yang ada di kulit. Selain itu, air ini juga dimaksudkan agar mayit tidak cepat berbau busuk. Ketiga , air
sabun. Air sabun digunakan untuk membersikan segala kotoran yang melekat. Ada anjuran bahwa sabun
mandi yang digunakan juga sabun yang biasanya dipakai oleh almarhum ketika masih hidup (satu jenis).
Keempat air bening biasa. Air bisa bersumber dari sumur ataupun dari kali.
C. Mengafani Jenazah
Kain kafan dipotong sesuai dengan panjang (tinggi) mayit tersebut dan diberi lebih sedikit
agar mudah untuk mengikat. Kain kafan diletakkan di keranda dengan dibentangkan satu per
satu dengan tempat untuk posisi kepala mengarah kiblat. Selanjutnya, mayit diletakkan di atas
kain yang telah dibentangkan tadi dan dilipat hingga menutupi seluruh tubuh tubuh, kecuali
muka. Muka atau wajah tidak ditutup karena sebagai perwujudan dan sosok kemanusiaannya
kelak ketika harus menghadap di alam kubur. Dalam mengkafani mayit , juga biasanya
disiapkan kapas, kapur barus halus, minyak wangi, dan beberapa keperluan lain. Kapas
digunakan untuk menutup lubang telinga, lubang hidung, dan mulut apabila masih sedikit
terbuka. Lubang tersebut ditutup untuk menghindari lalat (atau sejenisnya) memasuki lubang
tersebut sebelum jenazah dikuburkan. Kapur barus halus biasanya ditaburkan pada kain kafan
agar serangga-serangga kecil seperti semut tidak lekas mendekati mayit . Minyak wangi
biasanya digunakan untuk menjadikan yang sudah berbau tidak terlalu menyengat (bau
busuknya kalah dengan bau minyak wangi).
d. Menyolati Jenazah
Bagi beberapaorang Jawa , setelah selesai menyolati jenazah, orang- orang yang menyolati
jenazah diberi uang selawat . Uang selawat adalah sejumlah uang yang diberikan kepada
orang-orang yang menyolati jenazah sebagai tanda terima kasih dari pihak keluarga karena
sudah berkenan menyolati dan mendoakan si mayit . Uang ini diberikan ketika jamaah telah
selesai melakukan sholat jenazah dan masih dalam posisi berdiri saat berdoa setelah sholat.
uang selawat biasanya dibungkus dalam amplop, dibagikan oleh seorang yang ditunjuk oleh
keluarga dengan cara dimasukkan ke dalam saku baju orang yang sedang berdoa setelah
selesai shalat jenazah. Besaran uang selawat ini tidak ada ketentuan umumnya.
e. Prosesi Sebelum mulai Mengantar
 
Sebelum jenazah diantar ke pemakaman, pihak keluarga akan melakukan Brobosan/Tlusupan,
yang dalam tradisi orang Banyumas disebut sebagai Lodosan. Brobosan/Tlusupan dilakukan
dengan cara masuk ke bawah kolong keranda jenazah dari kiri ke kanan sewaktu akan diantar ke
makam. Brobosan/Tlusupan dilakukan oleh keluarga yang ditinggal untuk melepas kepergian
mayit ke pemakaman. Hal dimaksudkan agar pihak yang ditinggal tidak selalu ingat kepada
almarhum. Brobosan/Tlusupan dilakukan atas dasar bahwa setelah meninggal dunia, ruh masih
sering datang ke rumah. Hal ini berlangsung selama 40 hari. Oleh karena itu, agar almarhum
tidak muncul dalam bentuk ingatan kepada orang-orang yang ditinggal dilakukan
Brobosan/Tlusupan. Boleh dikatakan, bahwa acara ini seperti pelukan terakhir sebelum mayit
diantarkan ke pemakaman. Dengan perpisahan terakhir, diharapkan bahwa semua anggota
keluarga telah benarbenar ikhlas melepas kepergian almarhum untuk dikuburkan.
f. Mengantar Jenazah ke Pemakaman
 
Pada saat jenazah mau diberangkatkan, menurut suku jawa ada seorang perempuan dari
keluarga yang meninggal yang membawa sapu lidi dan lampu senthir (pelita). Perempuan
tersebut mendahului pemberangkatan jenazah dengan menyapu halaman atau jalan sebanyak
7 langkah dari awal pemberangkatan jenazah. Hal tersebut dilakukan sebagai simbol harapan
agar si Almarhum mendapatkan jalan yang bersih dan terang atau jalan yang benar dalam
perjalanannya menuju alam akhirat.
g. Pemakaman Jenazah
 
Setelah pemakaman jenazah kendi yang digunakan untuk membawa air tawar yang
dicampuri dengan minyak cendana dan kembang telon, yang akan disiramkan di atas
kuburan dan maesan Untuk orang yang telah menggali kubur, dilarang untuk menengok ke
makam sebelum tujuh langkah dari kuburan. Suku Jawa meyakini apabila mereka menengok
kubur sebelum tujuh langkah, maka kedatangan malaikat ke dalam kubur tersebut akan lebih
cepat (yang harusnya tujuh hari dalam hitungan dunia ini).
THANKS

Anda mungkin juga menyukai