Anda di halaman 1dari 5

Upacara Adat Bali

1. Upacara Ngaben
Ngaben merupakan upacara kremasi atau pembakaran jenazah di Bali, Indonesia. Upacara Ngaben merupakan
sebuah ritual yang dilakukan untuk mengirim jenazah pada kehidupan mendatang.
• Tujuan Upacara Ngaben :
Kemudian yang menjadi tujuan upacara ngaben adalah supaya ragha sarira (badan / Tubuh)
cepat bisa kembali terhadap asalnya, yaitu Panca Maha Bhuta di alam ini dan Atma bisa
selamat bisa berangkat ke alam pitra.
• Serangkaian pelaksanaan ritual upacara adat ngaben ini sebagai berikut :
1. Ngulapin bermakna sebagai upacara untuk memanggil Sang Atma.
2. Nyiramin/Ngemandusin, Merupakan upacara memandikan dan membersihkan jenazah,
upacara ini biasa dilakukan dihalaman rumah keluarga yangbersangkutan (natah).
3. Ngajumg, Kajang adalah selembar kertas putih yang ditulisi dengan aksara-aksara magis
oleh pemangku, pendeta atau tetua adat setempat.
4. Ngaskara, Ngaskara bermakna penyucian roh mendiang. Penyucian ini dilakukan dengan
tujuan agar roh yang bersangkutan dapat bersatu dengan Tuhan dan bisa menjadi
pembimbing kerabatnya yang masih hidup di dunia.
5. Mameras, Mameras berasal dari kata peras yang artinya berhasil, sukses, atau selesai.
Upacara ini dilaksanakan apabila mendiang sudah memiliki cucu, karena menurut
keyakinan cucu tersebutlah yang akan menuntun jalannya mendiang melalui doa dan
karma baik yang mereka lakukan.
6. Papegatan, Papegatan berasal dari kata pegat, yang artinya putus, makna upacara ini
adalah untuk memutuskan hubungan duniawi dan cinta dari kerabat mendiang, sebab
kedua hal tersebut akan menghalangi perjalan sang roh menuju Tuhan.
7. Pakiriman Ngutang, Setelah upacara papegatan maka akan dilanjutkan dengan
pakiriminan ke kuburan setempat, jenazah beserta kajangnya kemudian dinaikan ke atas
Bade/Wadah, yaitu menara pengusung jenazah (hal ini tidak mutlak harus ada, dapat
diganti dengan keranda biasa yang disebut Pepaga).
8. Ngeseng, Ngeseng adalah upacara pembakaran jenazah tersebut, jenazah dibaringkan di
tempat yang telah disediakan , disertai sesaji dan banten dengan makna filosofis sendiri,
kemudian diperciki oleh pendeta yang memimpin upacara dengan Tirta Pangentas yang
bertindak sebagai api abstrak diiringi dengan Puja Mantra dari pendeta, setelah selesai
kemudian barulah jenazah dibakar hingga hangus, tulang-tulang hasil pembakaran
kemudian digilas dan dirangkai lagi dalam buah kelapa gading yang telah dikeluarkan
airnya.
9 Nganyudd, Nganyud bermakna sebagai ritual untuk menghanyutkan segala kekotoran
yang masih tertinggal dalam roh mendiang dengan simbolisasi berupa menghanyutkan abu
jenazah. Upacara ini biasanya dilaksakan di laut, atau sungai.
10. Makelud, Makelud biasanya dilaksanakan 12 hari setelah upacara pembakaran jenazah.
Makna upacara makelud ini adalah membersihkan dan menyucikan kembali lingkungan
keluarga akibat kesedihan yang melanda keluarga yang ditinggalkan.
2. Upacara Melasti/Melis/Mekiyis
Melasti adalah upacara pensucian diri untuk menyambut hari raya Nyepi oleh seluruh umat Hindu di Bali.
Upacara Melasti digelar untuk menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan. Upacara Melasti
dilaksanakan di pinggir pantai dengan tujuan mensucikan diri dari segala perbuatan buruk pada masa lalu dan
membuangnya ke laut.
• Melasti itu ada lima tujuannya yaitu:
1. Ngiring prewatek dewata, ini artinya upacara melasti itu hendaknya didahului dengan memuja Tuhan
dengan segala manifestasinya dalam perjalanan melasti. Tujuannya adalah untuk dapat mengikuti tuntunan
para dewa sebagai manifestasi Tuhan. Dengan mengikuti tuntunan Tuhan, manusia akan mendapatkan
kekuatan suci untuk mengelola kehidupan di dunia ini.
2. Anganyutaken laraning jagat, artinya menghayutkan penderitaan masyarakat. Jadinya upacara melasti
bertujuan untuk memotivasi umat secara ritual dan spiritual untuk melenyapkan penyakit-penyakit sosial.
Penyakit sosial itu seperti kesenjangan antar kelompok, perumusuhan antar golongan, wabah penyakit yang
menimpa masyarakat secara massal, dan lain-lain.
3. Papa kelesa, artinya melasti bertujuan menuntun umat agar menghilangkan kepapanannya secara
individual. Ada lima klesa yang dapat membuat orang papa yaitu; Awidya : Kegelapan atau mabuk, Asmita :
Egois, mementingkan diri sendiri, Raga : pengumbaran hawa nafsu, Dwesa : sifat pemarah dan pendendam,
Adhiniwesa : rasa takut tanpa sebab, yang paling mengerikan rasa takut mati. Kelima hal itu disebut klesa
yang harus dihilangkan agar seseorang jangan menderita.
4. Letuhing Bhuwana, artinya alam yang kotor, maksudnya upacara melasti bertujuan untuk meningkatkan
umat hindu agar mengembalikan kelestarian alam lingkungan atau dengan kata lain menghilangkan sifat-
sifat manusia yang merusak alam lingkungan
5. Ngamet sarining amerta ring telenging segara, artinya mengambil sari-sari kehidupan dari tengah lautan, ini
berarti melasti mengandung muatan nilai-nilai kehidupan yang sangat universal.

Anda mungkin juga menyukai