Anda di halaman 1dari 9

UPACARA NGABEN DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN MASYARAKAT

HINDU BALI

Disusun oleh :
Priangga Sanji Darma (21040284069)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
ANGAKATAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-NYA kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang bertemakan “UPACARA NGABEN DALAM
IMPLEMENTASI KEHIDUPAN MASYARAKAT HINDU BALI”.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi
penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka kami sangat mengharapkan kritikan dan saran guna
perbaikan untuk pembuatan makalah di hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata dengan iringan harapan semoga tulisan sederhana ini
dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Atas semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.

Bogor, 28 September 2021

Priangga Sanji Darma


DAFTAR ISI

JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 4
PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan masalah 4
C. Tujuan 4
D. Manfaat 5
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
BAB III 9
PENUTUP 9
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ngaben berawal telah ada sejak 1300 tahun lalu. Ngaben berasal dari kata beya yang berati bekal
atau ngabu yang berarti menjadi abu selain itu, ada juga yang mangatakan bahwa ngaben berasal
dari kata ngapen yakni penyucian dari api upacara ngaben sendiri adalah proses penyucian atma
saat meninggalkan badan kasa. Di dalam kepercayaan agama Hindu, tubuh manusia yang sudah
meninggal kemudian akan dikremasi. Ngaben sering kali dipertanyakan tentang bagaimana cara
mengimplmentasikannya dalam kehiudupan sehari hari oleh masyarakat non hindu dikarenakan
Sebagian belum mehami tentang implementasikan dalam kehidupan sehari belum dapat  atau
belum tahu bagaimana cara memami filososi ngaben.
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dalam upacara ngaben ?
2. Bagaimana pengimplementasikan ngaben pada masyarakat hindu ?
3. Apa saja tata cara upacara ngaben ?
C. Tujuan 
1. Untuk memahami upacara ngaben 
2. Cara mengimplmentasikan upacara ngaben pada masyarakat hindu 
3. Tata cara dalam upacara ngaben 
D. Manfaat 
Lebih memahami tentang kebudayaan ngaben dalam masyarakat hindu serta dapat mengambil
atau mengimplementasi rutual ini dalam kehidupan kita.
 
BAB II
PEMBAHASAN

Ngaben berawal telah ada sejak 1300 tahun lalu. Ngaben berasal dari kata beya yang berati bekal
atau ngabu yang berarti menjadi abu selain itu, ada juga yang mangatakan bahwa ngaben berasal
dari kata ngapen yakni penyucian dari api upacara ngaben sendiri adalah proses penyucian atma
saat meninggalkan badan kasa. Di dalam kepercayaan agama Hindu, tubuh manusia yang sudah
meninggal kemudian akan dikremasi.  Upacara kremasi dikenal dengan istilah ngaben. Upacara
ngaben merupakan proses       mengembalikan roh leluhur ke asalnya atau pengembalian unsur
panca maha butha kepada Sang pencipta. Ngaben dalam bahasa Bali memiliki konotasi positif
yang disebut Plebon, Plebon berasal dari kata lebu yang artinya lebu, lebuh adalah pertiwi atau
tanah. Terdapat dua cara untuk mejadikan tanah yaitu ngaben (dibakar) dan menanam ke dalam
tanah (metanem). Dalam ajaran agama Hindu, jasad manusia terdiri dari badan halus (roh atau
atma) dan badan kasar (fisik). Badan kasar dibentuk oleh lima unsur yang disebut Pancha Maha
Bhuta terdiri dari pertiwi (tanah), teja (api), bayu (angin), dan akasa (ruang hampa) Jika
seseorang meninggal, yang mati hanya jasadnya tidak rohnya. Itu sebabnya untuk menyucikan
roh tersebut dilakukan upacara Ngaben guna memisahkan atma dengan argha. Tujuan dari
upacara ngaben adalah mempercepat ragha sarira agar dapat kembali ke maha buthadi alam dan
bagi atma (roh) menuju alam pitra (leluhur) dan memutuskan keterikatannya dengan badan
duniawi. Sama seperti yang dijelaskan di dalam kitab suci Veda Samhita, bagi orang yang telah
meninggal jenazahnya wajib dibangun menjadi abu agar atmanya cepat mencapai moksa. Namun
tidak semua orang dapat mencapai moksa, hal tersebut ditentukan oleh perlakuannya selama
berada di dunia.
      Pelaksanaan ritual upacara ngaben : 
1. Mendhem Sawa
Dalam kurun waktu 3-7 hari tersebut jenzah di letakkan di area balai adat, untuk         mencegah
pembusukkan dengan ramuan khusus. pada masa waktu tunggu tersebut jenazah diperlakukan
selayaknya manusia hidup yang tengah tidur.
2. Ngaben Mitra Yajna
Proses pembakaran mayat ditetapkan dalam ketentuan dalam Yama Purwana Tattwa khususnya
tentang upacara dan dilaksanakan di dalam kurun waktu tujuh hari tanpa pemilihan hari baik
3. Pranawa Pranawa
Ngaben yang menggunakan aksara atau huruf suci dengan simbol sawa. yaitu diadakan    upacara
ngulapin terhadap jenazah yang telah dikubur selama tiga hari sebelum dilakukan pembakaran
mayat.
Pejati dan Pengulapan di area dalam Jaba Pura Dalem dengan sarana bebanten untuk pejati. pada
hari pengabenan jemek dan tulangnya disatukan dalam pemasmian.
4. Pranawa Bhuanakosa
Pranawa Bhuanakosa merupakan ajaran Dewa Brahma kepada Rsi Brghu, ngaben   Bhuanakosa
ini dilakukan kepada jenazah yang baru meninggal dan ditanam disetra.
5. Swasta
Kata Swasta sendiri bermakna lenyap atau hilang, merupakan upacara ngaben tanpa melibatkan
jenazah atau kerangka mayat. Hal ini dilaksanakan karena bebrapa hal seperti meninggal di luar
negeri atau jenazah yang tidak ditemukan.
Secara umum rangkaian pelaksanaan ritual upacara ngaben sebagai berikut :
1.Ngulapin
Upacara untuk memanggil sang Atma. Upacara ini juga dilakukan apabila yang bersangkutan
meninggal di luar rumah seperti di rumah sakit. Upacara ini dilaksanakan tak sama sesuai dengan
tata tutorial dan tradisi setempat, ada yang melaksanakan di perempatan jalan, pertigaan jalan,
dan kuburan setempat.
2.Nyiramin atau Ngedusin
Upacara untuk memberaihkan jenazah, upacara ini biasanya dilaksanakan di halaman rumah
keluarga yang bersangkutan (natah). Disertai pemberian simbol-simbol seperti bunga melati di
rongga hidung, belahan kaca di atas mata, daun intaran di alis, serta perlengkapan lainnya
dengan tujuan mengembalikan manfaat dari tubuh dari tahap tubuh yang tak dipakai ke asalnya,
apabila roh mendiang mengalami reinkarnasi kembali supaya dianugerahi badan yang lengkap.
3.Kajang
Kajang adalah selembar kertas putih yang ditulisi dengan aksara-aksara magis oleh pemangku.
Seusai di tulis para kerabat dan keturunan dari yang bersangkutan akan melaksanakan upacara
ngajum kajang dengan cara menekan kajang sedikit demi sedikit sebanyak tiga kalo, sebagai
simbol kemantapan hati para kerabat melepas kepergian mendiang dan menyayukan hati para
kerabat sehingga mendiang bisa segera melakukan perjalanan ke alam selanjutnya
4.Ngaskara
Penyucian roh mendiang, dengan tujuan agar roh dapat bersatu dengan dengan tuhan.
5.Mameras
Upacara ini dilakukan apabila mendiang telah memiliki cucu. Sebab menurut keyakinan cucu
tersebut yang akan menuntun jalannya mendiang melewati doa dan karma baik yang mereka
laksanakan
6.Papagetan
Berasala dari kata pegat yang berarti putus, upacara ini untuk memutuskan hubungan duniawi
dan cinta dari kerabat mendiang, sebab kedua faktor tersebut akan menghalangi perjalanan sang
roh menuju Tuhan..Dengan cara ini artinya keluarga mendiang telah ikhlas melepas kepergian
mendiang ke tempat yang lebih baik. sarana upacara ini adalah sesaji yang disusun pada suatu
lesung batu yang diatasnya diisi dua cabang pohon dadap yang dibentuk semacam gawang dan
dibentangkan benang putih pada kedua cabang pohon tersebut. nantinya benang ini akan dilewati
oleh kerabat dan pengusung jenazah sebelum keluar rumah hingga putus.
8.Pakiriman Ngutang
Sesuai upacara Papagetan maka dilanjutkan dengan pakiriman ke kuburan setempat, jenazah
beserta kajangnya kemudian dinaikan di ke atas Bade atau wadah, yaitu menara pengusung
jenazah (hal ini tak wajib ada, dan bisa diganti keranda biasa yang disebut pepaga. Di perjalanan
menuju kuburan jenazah bakal diarak berputar tiga kali di depan rumah mendiang, berlawanan
arah jarum jam sebagai simbol mengembalikan unsur Pancha Maha Bhuta ke tempatnya masing-
masing, dan sebagai tanda perpisahan dengan keluarga.Berputar tiga kali di perempatan dan
pertigaan desa sebagai simbol perpisahan dengan lingkungan masyarakat. Berputar tiga kali di
muka kuburuan sebagai simbol perpisahan dengan dunia.
9.Ngeseng
Pembakaran jenazah, jenazah dibaringkan di tempat yang disediakan disertakan sesaji kemudian
diperciki oleh pemangku yang memimpin upacara dengan Tirta Pangentas yang bertindak
sebagai api diiringi dengan Puja Mantra dari pemangku. setelah selesai baru jenazah dibakar
dengan hangus, tulang-tulang hasil pembakaran kemudian digilas dan dirangkai dalam buah
kelapa gading yang telah dikeluarkan airnya.
10.Nganyud
Nganyud bermakna sebagai ritual untuk menghanyutkan segala kekotoran yang tetap tertinggal
dalam roh mendiang dengan simbolisasi berupa menghanyutkan abu jenazah. Upacara ini
biasanya dilaksakan di laut, atau sungai.
11.Makelud
Makelud biasanya dilaksanakan 12 hari seusai upacara pembakaran jenazah. Makna upacara
makelud ini adalah membersihkan dan menyucikan kembali lingkungan keluarga dampak
kekecewaan yang melanda keluarga yang ditinggalkan.
Ngaben sendiri dalam implementasi masyarakat hindu adalah pembayaran hutang dari ajaran “tri
tarna” atau tiga hutang pokok yang harus dibayar umat Hindu dalam kehidupannya yaitu kepada
sang maha pecipta yang telah memberikan kehidupan, hutang pada orang tua yang telah
membuat manusia lahir dan hutang pada guru yang membuat manusia pintar. walaupun besar
atau kecil biaya yang harus dibayarakan tetapi hutang harus tetap dibayar. Ngaben juga bentuk
keikhlasan keluarga yang telah tiada
 
 
 
 

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan 
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa upacara ngaben ini harus dilestarikan karena
budaya dan filosofinya sangat berguna untuk pelajaran hidup kita. Ngaben sendiri adalah budaya
yang sangat unik dan harus dilestarikan.
B.Saran
Sebagai warag negara Indonesia yang beragam macam ke budayaan kita harus mengambil sisi
positif dalam upacara atau ritual apapun
DAFTAR PUSTAKA
 
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4997/1/ENUNG%20SOLIHAH-
FUH.pdf
http://sriwijayamagazine.com/sepenggal-cerita-dari-upacara-ngaben/
https://www.antaranews.com/berita/272224/bupati-gianyar-ngaben-implementasi-pembayaran-
hutangnya
http://repository.radenintan.ac.id/3782/1/SKRIPSI%20ETIKA.pdf
 

Anda mungkin juga menyukai