Anda di halaman 1dari 8

UPACARA NGABEN

KELOMPOK 5 :
Reza Maulana 182050200

Andhika Tri Putra 182050204

M Naufal Ardabili 182050206

Hani Rafifah S 182050226

Dikry Hadian Alghifari 182050229

Rizki Muhamad F 182050230

Aria Indra Pamungkas 182050237

Novadila Ramadhan 182050239

Dimas Maulianto 182050252

Daffa Venezia r 182050241


NGABEN
Ngaben adalah sebuah upacara pembakaran jasad yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Upacara ini
dimaksudkan untuk menyucikan roh anggota keluarga yang sudah meninggal yang akan menuju ke tempat
peristirahatan terakhir. Selain itu NGABEN merupakan sebuah upacara akbar dan membutuhkan dana yang
cukup besar, bagi keluarga yang berasal dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu, biasanya diadakan
ngaben massal sehingga beban biaya dapat sedikit berkurang. Di samping itu, dalam agama Hindu terdapat
pula beberapa ngaben sederhana dengan biaya yang tidak begitu besar.
LATAR BELAKANG DILAKSANAKANNYA
NGABEN
Menurut kepercayaan umat penganut Agama Hindu, disebutkan bahwa secara garis besarnya Ngaben adalah untuk
memproses kembalinya Panca Mahabhuta di alam besar ini dan mendampingi Atma (Roh) ke alam Pitra dengan
memutuskan keterikatannya dengan badan duniawi itu. Dengan memutuskan kecintaan Atma (Roh) dengan
dunianya, Ia bakal bisa kembali pada alamnya, yakni alam Pitra. Kemudian yang menjadi tujuan upacara ngaben
adalah supaya ragha sarira (badan / Tubuh) cepat bisa kembali terhadap asalnya, yaitu Panca Maha Bhuta di alam ini
dan Atma bisa selamat bisa berangkat ke alam pitra. Ada suatu buku yang berjudul ”108 Mutiara Veda” Terbitan
tahun 2001, cocoknya di halaman 107, ada tersurat yang dikutip dari: Yajurveda. Jadi dalam kitab suci veda samhita,
dalam faktor ini kitab yajurveda ada tersurat bahwa setiap orang (Hindu) yang meninggal mayatnya wajib dibangun
menjadi abu supaya atmanya mencapai moksa. Tapi apakah dengan upacara ngaben langsung bisa mencapai surga
alias moksa? Apabila menurut kami semacamnya itu belum tentu. Bisa dilihat pada Kutipan dari Yajurveda, pada
kalimat terbaru. “Ingatlah lakukananmu” pastinya ketika kami telah meninggal kami bakal mempertanggung
jawabkan lakukanan kami semasa nasib. Apakah layak alias tidaknya untuk mencapai surga ataupun moksa.
BERIKUT INI LIMA TIPE NGABEN
SEDERHANA DALAM AGAMA HINDU :
1. Mendhem Sawa, artinya jenazah dipendam. ritual ini biasanya dilakukan oleh keluarga
berkabung yang tidak memiliki dana cukup untuk melakukan ritual ngaben. bagi mereka jasad
wajib dipendam terlebih dahulu dengan kepercayaan yang dititipkan pada Dewi Durga2.
2. Ngaben Mitra yajna, berasal dr kata pitra (leluhur) dan yajna (korban suci). istilah ngaben
mitra yajna ini digunakan utk menyatakan tipe ngaben yg berasal dr ajaran lontar Yama
Purwana Tattwa.
3. Pranawa Pranawa, nama tipe ngaben yang menggunakan huruf suci sbg simbol sawa. tipe
ngaben ini dilakukan dgn menguburkan jenazah terlebih dahulu selama 3 hari sblm
melaksanakan upacara ngaben.
4. Pranawa Bhuanakosa, tipe ngaben ini sm dgn pranawa pranawa. yg membedakannya pranawa
bhuanakosa merupakan aliran dewa Brahma terhadap resi Brghu.
5. Swasta, tipe ngaben ini dilakukan utk org yg meninggal didaerah yg tdk diketahui. ngaben ini
dilakukan dengan simbolisasi berupa tempayan, 12 helai benang, air, tulang cendana sebnyk 18
potong
RANGKAIAN PELAKSANAAN RITUAL
UPACARA NGABEN SEBAGAI BERIKUT :

• ngulapin, upacara untutk memanggil sang atma yg dilaksabakan apabila yang bersangkutan meninggal di
luar rumah (rs, dll).
• nyiramin, upacara memandikan dan membersihkan jenazah yg dilakukan di rmh keluarga bersangkutan dgn
pemberian simbol2 seperti bunga melati dihidung, belahan kaca diatas mata, daun intaran dialis, dan
perlengkapan lainnya dengan tujuan untuk mengambalikan fungsi2 dari bagian tubuh yang tidak digunakan
asalnya, serta apabila roh mendiang mengalami reinkarnasi kembali dapat dianugrahi badan yang lengkap
• ngajum kajang, kajang adalah selembar kertas putih yang ditulis dengan aksara magis oleh pendeta,
pemangku, atau tetua adat setempat. selesai ditulis, kerabat dan para keturunan yang bersangkutan
melaksanakannya dengan menekan kajang tersebut sebanyak 3x sebagai simbol kemantapan hati melepas
kepergian mendiang
• ngaskara, berarti penyucian roh mendiang. hal ini dilakukan agar roh yg bersangkutan dapat bersatu dengan
tuhan dan bisa menjadi pembimbing kerabatnya yang masih hidup didunia
• mameras, berasal daro kata peras yang artinya sukses atau selesai. upacara ini dilaksanakan apabila
mendiang sudah memiliki cucu karena enurut keyakinan cucu tsblah yang akan menuntun jalan mendiang
melalui doa dan karma baik yang mereka lakukan.
• papegatan, berasal dari kata pegat yang artinya putus. makna upacara ini adalah untuk memutuskan
hubungan duniawi dan cinta dari kerabat mendiang karena 2 hal tersebut akan menghalangi perjalanan sang
roh kepada tuhan
• pakiriman ngutang, setelah melakukan papegetan upacara dilanjutkan dgn pakiriminan ke kuburan
setempat. jenazah beserta kajangnya kemudian dinaikkan ke atas bade/wadah yaitu menara pengusung
jenazah.
• ngeseng, upcara pembakaran jenazah tersebut. jenazah dibaringkan ditempat yang telah disediakan dengan
disertai sesaji dan banten, kemudian pendeta memimpin upacara dengan tirta pangentas yg bertindak sbg
api abstrak yg diiringidgn puja mantra dr pendeta. stlh tulang2 hangus terbakar hasil pembakaran tersebut
kemudian digilas dan dirangkai lagi dalam gading buah kelapa yang airnya telah dikeluarkan.
• nganyud, ritual menghanyutkan segala kekotoran yang masihh tertinggal dalam roh mendiang dengan
simbolisasi menghanyutkan abu jenazah. biasanya upacara ini dilaksanakan di laut atau sungai.
• makelud, biasanya dilaksanakan 12 hari stlh upacara pembakaran jenazah. upacara ini bermakana untuk
membersihkan dan meyucikan kembali lingkungan keluarga akibat kesedihan yang ditinggalkan
https://www.youtube.com/watch?v=m_k3VaaiSyU

Anda mungkin juga menyukai