Anda di halaman 1dari 12

HUKUM ADAT BROBOSAN KERANDADUSUN NGAYUNAN

KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN

PAPER

Diajukan Sebagai Prasyarat


Ujian Ahir Semester Mata Kuliah Hukum Adat
Pembimbing Dosen Badrut Tamam, S.H.,M.H.

Oleh

APRILIYATUS SHOLICHAH
NIM. 204102040039

PROGRAM STUDI : HUKUM PIDANA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS SYARIAH
2022

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Kematian adalah suatu hal yang sangat tidak bisa dilupakan dan belum
siap menerima keadaan yang sudah di takdirkan oleh sang maha cipta.
Banyak manusia yang menolak akan adanya kematian padahal menolak
kematian sama halnya melawan hukum kehidupan dan hukum alam. Sang
pencipta sudah menentukan takdir manusia sejak ia dilahirkan. Bagi orang
islam, kematian bukanlah hal semata-mata akhir dari kehidupan manusia,
melainkan kematian juga mengajarkan arti ikhlas, pasrah dengan hati yang
tulus agar bisa menerima takdir sang pencipta kapanpun takdir itu datang. Di
jawa timur terdapat beberapa adat istiadat yang masih di yakini sampai saat
ini, jika adat itu di tinggalkan maka akan membawa bencana bagi pihak yang
bersangkutan. Salah satu adat yang ada di desa ngayunan kecamatan beji
kabupaten pasuruan yaitu terkait dengan adat kematian.

Dari berbagai banyak adat istiadat yang ada diindonesia, budaya jawa
banyak menjadi berbincangan dikalangan masyarakat sekitar karena
keunikan, salah satunya adat kematian brobosan keranda. Adat ini hanya bisa
dilakukan apabila pihak yang ditinggalkan masih belum cukup umur, maka
dari itu adat ini boleh dilakukan. Adat ini diyakini akan membawa berkah
bagi keluarga yang di tinggalkan, terhadap adat tersebut masyarakat juga
banyak yang bersikap patuh, hormat dan melestarikan hingga detik ini.
Meskipun adat tersebut sudah bercampur dengan gaya kultural modern, tapi
ciri khas dari adat ini tidak terlalu banyak perubahan.
Adat brobosan keranda juga memiliki unsur kebudayaan yang masih di
percaya serta di tradsikan hingga sekarang. Pada hakikinya adat brobosan ini
merupakan suatu proses tata cara pemakaman secara khusus yang
mengandung makna kehidupan sosial budaya, nilai-nilai Pancasila, norma
yang menyangkut tentang Pendidikan serta memberikan kenyamanan dalam
toleransi terhadap keluarga yang ditinggalkan. Pada siklus ini manusia juga
dituntut untuk memiliki hati yang lapang dada dan persiapan dalam
menghadapi takdir tuhan secara tiba-tiba tanpa adanya suatu pertanda yang
khas
B. FOKUS PERMASALAHAN
1. Apa yang dimaksud adat brobosan keranda?
2. Bagaimana tata cara melakukan adat tersebut?
3. Apa saja peralatan yang digunakan untuk melakukan adat brobosan?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Agar dapt memahami arti adat brobosan keranda
2. Dapat mengetahui bagaimana tata cara adat brobosan dilakukan
3. Agar dapaat mengertialat apa saja yang digunakan

PEMBAHASAN

A. pengertian adat brobosan keranda


Adat brobosan keranda merupakan salah satu rangkaian ritual dalam adat
kematian yang masih dipercaya hingga saat ini, terutama masyarakat jawa.
Brobosan diambil dari kata mrobos yang berarti berjalan dibawa keranda
jenaza dengan diangkat setingi-tingginya, adat brobosan ini dilakukan depan
rumah jenazah sebelum diberangkatkan menuju tempat terakhirnya. Adat
brobosan juga memiliki makna tersendiri dalam Bahasa jawa “mikul dhukur
mendem jero”yang artinya menjunjung tinggi harkat. martabat dan
penghormatan kepada ahli waris ,terhadap pewaris semasa hidupnya. Menurut
kepercayaan masyarakat jawa, kematian merupakan jalan menuju rumah abadi
yang nantinya aka nada sesi pertangungjawaban baik buruk di masa hidupnya,
oleh karena itu adat brobosan ini bermaksud untuk memberikan penghormatan
yang terakhir kalinya kepada jenazah.

Bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada orang yang


meninggal. Biasanya adat ini dipimpin oleh sesepuh yang dianggap paham
terkait tata cara adat brobosan ini. Berbagai macam makna terkait adat
brobosan ini, jika yang meninggal itu sudah lanjut usia maka keluarga
berharap agar anak cucunya dapat mewarisi usia Panjang jenazah tersebut.
Dan apabila yang meninggal itu memiliki ilmu yang tinggi, maka anak
cucunya berharap ilmunya diturunkan kepada generasi selanjutnya. Yang bisa
melakukan ini hanya orang terdekatnya saja, seperti anak dan istri. Adat
brobosan ini hanya boleh dilakukan apabila jenazahnya sudah menikah.
Sedangnya jenazahnya yang belum menikah atau masih belum cukup umur
maka adat tersebut tidak boleh dilakukan, diganti menggunakan adat kembang
mayang, karena jenazahnya belum menikah.

B. Tata cara pelaksanaannya

Dalam melakukan adat brobosan ini ketika jenazah sudah selesai


dimandikan, dikafani, dan disholati. Biasanya adat tersebut dilaksanakan
menjelang jenazah akan diberangkatkan menuju TPU (Tempat pemakaman
Umum) sebelum dilakukan adat trobosan biasanya pemandu jenazah akan
berpidato singkat untuk mewakili keluarga yang berduka. Pidato singkat
tersebut berisian tentang permohonan maaf pabila jenazah itu memiliki
kesalahana baik disengaja maupun tidak, karena manusia sejatinya luput akan
apa yang ia lakukana kepada seluruh pihak yang bersangkutan, baik itu sanak
family, saudara, pelayat, pengubur dan masyarakat sekitar. Kemudian
pemandu jenazah ini menanyakan kepada keluarganya terkait permasalahan
hutang piutang yang dimiliki oleh jenazah kepada semua masyarakat yang ada
disekitarnya, agar nanti ketika dimakamkan tidak ada permasalahan dunia
apapun.

Hal ini bermaksud untuk mengurangi siksaan jenazah ini, agar kelak
sesuatu yang ada di dunia bisa mtidak menjadi beban bagi jenazah ketika
sudah berada di alam pertanggungjawaban, setelah selesai berpidato pemandu
jenazah kemudian menyuruh keluarganya dimintai untuk melakukan adat
brobosan dibawa keranda dengan diangkat setinggi-tingginya. Ahli waris yang
ditinggalkan, mulai dari anak laki-laki tertua, hingga cucunya harus berjalan
melewati bawa keranda dengan cara merundukkan kepala sebanyak tiga atau
tujuh kali akan tetapi semakin banyak mrobos akan semakin baik pula, dengan
berjalan sesuai arah jarum jam, yang bermaksud untuk memberikan
penghormatan yang terakhir kalinya untuk jenazah tersebut dan agar keluarga
yang ditinggakalkan bisa mengikhlaskan kepergian jenazah tersebut untuk
dimakamkan.

Setelah semua keluarga selesai melakukan adat brobosan, selanjutnya


salah satu pihak keluarga membawa sapu lidi untuk menyapu halaman
sebanyaknya dari awal tempat pemberangkatan jenazah. Hal tersebut juga
memiliki arti sendiri yaitu dipercayai agar jenazah tersebut mendapatkan jalan
yang bersih dan terang menuju alam selanjutnya. Dalam adat jawa timur
khususnya di desa ngayunan kecamatan beji kabupaten pasuruan, terdapat tata
cara susunan orang yang mengiringi kepemakaman. Terdiri dari baris paling
depan adalah pembawa bunga, pembawa jenazah, dan keluarga yang
membawakan batu nisan, dibagian belakang kerabat yang turut mengantarkan
jenazah hingga kepemakaman.

C. peralatan yang digunakan dalam adat brobosan


 Keranda untuk menggotong jenazah
 Rangkaian bunga yag terdiri dari bungan tujuh rupa,memiliki panjang
1,5 dan ditaruh diatas keranda, pada bagian kepala hingga bagian kaki.
 Sapu lidi untuk menyapu halaman setelah jenazah diberangkatkan
sebanyak 7 langkah
 Payung digunakan unuk menaungi bagian kepala jenazah sambil
mengiringi kepergian jenazah tersebut
 Taburan bunga tujuh rupa dan air untuk ditaburkan beserta disiramkan
diatas makam jenazah

Peralatan tersebut harus siap disediakan pada saat jenazah itu dinyatakan
menginggal. Bagi keluarga yang ditinggalkan tidak boleh menangis hsteris di
depan jenazah, karena itu akan berakibat tersiksanya jenazah tersebut.

Menurut para ulama / tokoh agama selalu menghimbau dan menasehati


keluarga yang sedang berduka agar ikhlas dan berlapang dada untuk menerima
kepergiaan bagi yang meninggal, agar arwah / roh yang meninggal bisa
tenang. Hendaklah bagi keluarga selalu mendoakan ayat-ayat Al-Qur'an untuk
menghantar kepergianbagi yang meninggal.

Takziah di tanah kubur juga bisa dilakukan untuk kerabat keluarga,


khususnya di hari Kamis. Karena doa yang di haturkan untuk yang meninggal
akan sangat bermakna di alam barzah.

PENUTUP DAN KESIMPULAN


A. Kesimpulan
Disimpulkan bahwanegara indoneesia merupakann salah satu negara yang
sangat terkenal dengan keunikkan dan keragaman budaya adat. Terutama di
provinsi jawa timur yang juga memiliki banyak adat,karena provinsi jawa
timur tidak hanya dihuni oleh orang jawa saja, melainkan ada suku madura
yang juga tinggal disana dan menetap.Sehigga adat istiadat tidak hanya adat
jawa saja, tetapi juga ada adat selain adat jawa. Salah satu adat jawa yang
mash dilestarikan sampai saat ini yaitu yang terletak di dusun ngayunan
kecamatan beji kabupaten pasuruan. Adat ini berhubungan dengan hukum adat
kematian yaitu tradisi brobosan keranda yang sudah ada sejak zaman
tradisional hingga saat ini, akan tetapi tradisi ini sudah jaang dilakukan karena
pengaruh budaya nonlokal yang membuat perubahan adat tersebut tidak sesuai
dengan awal dari adat itu muncul.

Meskipun begitu makna yang tersirat dalam tradisi adat brobosan ini tidak
pernah ada perubahan sedikitpun kata perkatanya. bagi masyarakat Desa
ngayunan kecamatan beji kabupaten pasuruan, harus senantiasa menjaga dan
melestarikan adat, kebudayaan hingga tradisi-tradisi peninggalan nenek
moyang kita dulu. Karena pada hakekatnya di dalam adat maupun tradisi
upacara kematian brobosan keranda ini mengandung nilai-nilai pancasila dan
norma-norma yang baik bagi masyarakat sekitar. Dengan demikian adat
kebudayaan tidakakan pernah hilang ataupun luntur, karena barang siapa yang
melanggar adat tersebut tanpa sebab akan menimbulkan bahaya bagi jenazah
dan juga sanak familly yang ditinggalkan

Jadi, di dalam ritual brobosan terdapat 2 makna, yaitu makna Eksplisit


(tersurat) dan makna Implisit (tersirat). Makna eksplisit dalam adat brobosan
adalah sebagai bentuk penghormatan terakhir dari sanak familinya yang masih
hidup kepada jenazah. Sedangkan makna implisit adat brobosan adalah bahwa
semua kebaikan yang ada di dalam diri jenazah semasa hidup akan menurun
kepada anak cucunya kelak dan sebagai bentuk kasih sayang dari pihak ahli
waris kepada jenazah sebelum dimakamkan. Selain itu, brobosan juga
dipercaya sebagai alat doa untuk mendiang agar jenazah dapat dilancarkan
dan dilapangkan jalannya menuju alam kubur tanpa ada halangan satu pun.

B. Saran dan kritikkan

Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang saya


pelajari dan saya lalui, maka tersusunlah sebuah karangan kecil berupa
Jawaban Uas yang berjudul “adat Brobosan keranda desa ngayunan kecamatan
beji kabupaten pasuruan. maka dari itu, saya sebagai penulis juga menyadari
bahwa masih banyak uraian kata yang belum saya teliti dan dikembangkan
dalam tulisan ini, namun karena keterbatan sumber referansi dan keterbatasan
waktu maka hanya ini yang dapat saja sajikan kepada pembaca sekalian

Besar harapan penulis agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis.
khususnya dan bagi seluruh generasi saat ini pada umumnya, dan penulis juga
berharap agar tulisan ini dapat diteruskan dan dikembangakan demi generasi
milenial yang lebih baik dimasa mendatang. budaya nonlokal boleh masuk ke
indonesia, tapi orang indonesia tidak boleh melupakan ataupun
menghilangkan budayanya sendiri, karena itu termasuk ciri khas dari
kebudayaaan lokal sendiri. seperti halnya pepatah jawa "wong indonesia ojo
lali karo budayane"
DAFTAR PUSTAKA

Suparmiatinnyonya123, 17 desember 2022, adat brobosan keranda.

Bapak sukemi sebagai Ketua RT 10 sekaligus mudin dusun ngayunan


kecamatan beji kab pasuruan.

Ibu tiana sebagai pemangku adat brobosan jenazah perempuan dan laki-
laki dusun ngayunan kecamatan beji kabupaten pasuruan

Mbah mariyem sebagai sesepuh adat dusun ngayunan kecamatan beji


kabupaten pasuruan.

Lampiran-lampiran
mbah Mariyem sebagai sesepuh adat dusun
ngayunan kecamatan beji kabupaten pasuruan

Bapak sukemi ketua RT 10


sekaligus mudin dalam prosesi pemakaman
jenazah dusun ngayunan kecamatan beji
kabupaten pasuruan
Lampiran – lampiran

Ibu tiana sebagai Ibu tiana sebagai


pemangku adat brobosan jenazah
perempuan dan laki-laki dusun ngayunan
kecamatan beji kabupaten pasuruan

Anda mungkin juga menyukai