Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

TRADISI BADIKIA SETELAH KEMATIAN DI KENAGARIAN

KAMPUNG BATU KECAMATAN DANAU KEMBAR KABUPATEN

SOLOK

Oleh

NAMA : NADYA PUTRI

Nim : 4617005

2019 M/1440 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kematian atau ajal merupakan suatu peristiwa akhir dari kehidupan, ketiadaan

nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati

secara permanen, baik karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Setelah

kematian tubuh makhluk hidup akan mengalami pembusukkan.

Kematian menurut Al-Qur’an secara umum adalah keluarnya Ruh dari jasad,

tidak seorang pun yang memiliki kewenangan kecuali allah lah yang memiliki

otoritas untuk mengambil ruh dari jasad dengan memerintahkan malaikat israil

untuk mencabutnya. Kematian adalah berpisahnya ruh dengan tubuh untuk waktu

yang telah ditentukan oleh allah.

Upacara adat erat kaitanya dengan ritual-ritual keagamaan atau disebut juga

dengan ritus. Menurut Preusz, ritus atau upacara religi akan bersifat kosong dan

tidak bermakna, apabila tingkah laku manusia didalamnya didasarkan pada akal

rasional dan logika, tetapi secara naluri manusia memiliki sesuatu emoi mistikal

yang mendorongnya, dalam keteraturan dari alam, dan kedasyatan alam dalam

hubunganya dengan masalah hidup dan maut (Koenjaraningrat: 1985)

Ritual keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan kepercayaan

yang dianut oleh masyarakatnya, kepercayaan seperti itulah yang mnendorong

manusia untuk melakukan berbagai perbuatan atau tindakan yang bertujuan

mencari hubingan dengan dunia gaib pengusaha alam melalui ritual-ritual, baik

ritual keagamaan maupun ritual-ritual lainnya yang dirasakan oleh masyarakat


sebagai saat-saat genting, yang bisa bahaya gaib, kesengsaraan dan penyakit

kepada manusia mqupun tanaman. (Koenjaraningrat: 1985)

Dalam proses upacara kematian menjelaskan terdapat sejumlah rangkaian

aktivitas yang dilakukan berhubungan dengan peristiwa kematian seseorang

dengan menunjukkan emosional sedih. Upacara yang dilakukan biasanya sesuai

dengan adat istiadat suatu daerah. Proses penyelenggaraan upacara kematian pada

umumnya dimulai dari proses penyelenggaraan jenazah yang terdiri atas

memandikan, mengkafani, menguburkan, dan mendoakan jenazah.

Tradisi memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku, baik

dari kehidupan duniawi maupaun terdapat hal-hal yang bersifat gaib atau

keagamaan. Aturan, norma-norma dan sistem kepercayaan dikondisikan sebagai

pola dalam berprilaku dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mempertahankan

aturan, norma-norma dan sistem kepercayaan adat sebagai pedoman berprilaku

dalan segalan aspek kehidupannya(Esten: 1992)

“in era of local autonomy, Minangkabau social traditions are no


longer seen as challenges to development and
modernization”(Ercetin, Benerjee: 2015)

Maksudnya ialah di era otonomi daerah, tradisi sosial Minangkabau

bukanlah sesuatu yang dianggap sebagai tantangan bagi pembangunan dan

modenitas, sehingga masih bnyak kelompok masyarakat yang masih

mempertahankan tradisi.

Kelompok masyarakat yang masih memperhatikan tradisi dari para terdahulu

yang leluhur mereka pada saat ini adalah masyarakat di Kenagarian Kampung

Batu Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok. Masyarakat yang masih kental
dengan budaya dan tradisi dari turunan para leluhur mereka meski pengaruh

modernisasi sudah memasuki wilyah tersebut yang mengencam kelestarian dari

tradisi tersebut. Untuk memperingati dan mendoakan orang yang sudah meninggal

yang biasanya dilakukan pada hari pertama kematian sampai hari ke-3.

Badikia (berzikir) juga bisa disebut denga tahlilan yang berarti mengucapkan

pujian kepada Allah SWT dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang dilakukan

secara berulang-ulang serta didendangkan. Dalam proses upacara kematian pada

masyarakat ke Nagarian Kampung Batu Kecamatan Dananu Kembar Kabupaten

Solok rangkaian ini biasanya diselenggarakan pada hari ke-3 setelah kematian.

Proses badikia biasanya dilakukan setelah sholat isya, sambil duduk melingkar

dilakukan diruma duka. Para pendikia sedikit berpartisipasi dengan membakar

kemenyan tentang siapa yang akan menjadi pemimpin doa dalam acara tersebut.

Setelah itu barulah dimulai acara tersebut degan membacakan pujian-pujian secara

sambung menyambung. Masing-masing tukang pan dikia piawai dalam

memainkan suara yang khas.

Didalam proses badikia terkandung doa- doa yang ditujukan untuk orang yang

meninggal serta keluarga yang diingat. Proses badikia ini dapat berlangsung

hingga tengah malam dan setelah acara ini selesai akan diadakan hidangan dan

jamuan yang telah disiapkan oeleh pihak penyelenggara.

Mayarakat percaya bahwa melakukan rirual akan mempermudah jalan bagi

orang yang menggilkan dan terhindar dari siska kubur, setelah itu mengaji

kerumah duka dapat memperteguh imam dan keluarga yang ditinggalkan dapat

saba menghadapi musibah yang menempel.ritual badikia sudah jarang dilakukan


hanya daerah-daerah tertentu saja seperti di Kenagarian Kampung Batu

Kecamatan danau Kembar Kabupaten Solok.

Makna upacara kematian bagi masyarakat minangkabau adalah upaya untuk

memohon ampunan atas dosa orang yang meninggal dan terhindar dari siksa

kubur, selain itu mengaji dirumah duka dapat memperteguh iman dan keluarga

yang ditinggalkan dapat tabah menghadapi musibah yang menimpanya.

Bagi masyarakat di Kenagarian Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar

Kabupaten Solok tradisi Badikia merupakan wujid dari aktifitas anggota

masyarakat menunjukkan rasa solidaritas terhadap keluarga yang mendapat

musibah kematian.

B. Fokusan Masalah

Penelitian ini mengarah kepada proses pelaksanaan badikia di Kenagarian

Kamapung Batu Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok dengan

menggunakan pemdekatan kualitatif. Menurut Nasution ( 1992: 5) pendekatan

kualitatif merupakan kegiatan mengamati dalam lingkungan hidupnya,

berinteraksi dengan mereka berusaha memakai bahasa dan tafsiran mereka tentang

dunia sekitarnya.

Fokus dari kajian ini adalah membahas pelaksanaan Badikia di Kenagarian

Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok. Dalam fokus

penelitian ini lebih menfokuskan kepada proses pelaksaan badikia tersebut.

C. Rumusan Masalah

Pelaksanaan upacara-upacara keagamaan dan adat tidak terlepas dari

kebudayaan masyarakatnya, adapun yang disebut upacara adalah sistem aktivitas


atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku di dalam

masyarakat. Proses upacara kematian pada masyarakat minangkabau dilakukan

secara adat yang tertdapat unsur-unsur adat, nilai dan norma leluhur yang

terancam punah terkait masuknya pengaruh modernisasi.

Tradisi upacar yang dilakukan di Kenagarian Kamapung Batu Kecamatan

Danau Kembar Kabupaten Solok sebagai bentuk upacara yang dipahai masyarakat

setempat, mulai dari aktivitas yang dilakukan sampai benda-benda yang

digunakan.

Dalam proses pelaksanaan badikia pihak penyelenggara harus mendatangkan

para petinggi seperti Datuak, Alim Ulama, Cadiak Pandai dan lain

sebagiannya.dalam proses ritual badikia terdapat beberapa orang yang berperan

penting dalam menyelenggarakan ritual tersebut diantaranya kaum kerabat, sanak

famili, samandan, bako dan anak pisang.

Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas peneliti memutuskan untuk

mengambil rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana proses pelaksanaan ritual badikia di Kenagarian Kampung

Batu Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok?

2. Bagaimana Islam memandang ritual badikia di Kenagarian Kampung Batu

Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok?


BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

A. Tradisi Dalam Masyarakat

1. Pengertian Tradisi

Tradisi (bahasa latin: tradition, “diteruskan”) atau kebiasaan, Tradisi

adalah adat istiadat atau kebiasaan yang diturun temurun yang masih

dijalankan oleh masyarakat. Dalam suatu masyarakat muncul semacam

penilaian bahwa cara-cara yang sudah ada merupakan cara yang terbaik untuk

menyelesaikan persoalan. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya

informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun

(sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini suatu tradisi dapat punah. Tradisi

yang dimiliki masyarakat bertujuan agar membuat hidup manusia kaya akan

budaya dan nilai-nilai bersejarah, selain itu tradisi juga akan menciptakan

kehidupan yang harmonis.

Aturan dan norma yang ada dimasyarakat tentu dipengaruhi oleh tradisi

yang ada dan berkembang di masyarakat. Tradisi merupakan roh dari sebuah

kebudayaan, tanpa tradisi tidak mungkin suatu kebudayaan akan hidup dan

langgeng. Dengan tradisi hubungan antar individu dengan masyarakat bisa

harmonis dan apabila tradisi dihilangkan, maka akan ada harapan bahwa

kebudayaan akan berakhir. (Nasution, et al:2015)

”Bahwa tidak dapat dipungkiri, peran-peran tradisi keagamaan


untuk masa yang akan datang dan seterusnya adalah tidak hanya
sekedar ritualitas saja, tetapi menjadikan ritualitas itu sebagai
keorganisasian yang dapat berkontibusi terhadap penyelesaian
persoalan-persoalan umat.”(Hanani, 2016)

Maksudnya yaitu tradisi keagamaan tidak hanya sekedar ritual

tetrapi juga berfungsi sebagai penyelesaian maslah yang ada di dalam

masyarakat sehingga tradisi sampai saat ini masih dilestarikan oleh

masyarakat setempat.

Adapun pengertian tradisi menurut para ahli adalah sebagai berikut:

a. Parsudi Suparlan (1987), tradisi adalah unsur sosial budaya yang telah

mengakar dalam kehidupan masyarakat dan sulit berubah .

b. Meredith Mc Guire(1984) melihat bahwa dalam masyarakat perdesaan

umumnya tradisi erat kaitanya dengan mitos dan agama.

c. Mursal Esten(1992), tradisi adalah kebiasaan-kebiasaan turun temurun

sekelompok masyarakat berdasarkan nilai budaya masyarakat

berdasarkan nilai budaya masyarakat yang bersangkutan

Pengertian tradisi menurut para ahli secara garis besar adalah suatu budaya

dan adat istiadat yang diwariskan dari satu generasi kegenerasi dan

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. (Nasutio:2015)

Tradisi keagamaan pada dasarnya merupakan pranata keagamaan yang

sudah dianggap baku oleh masyarakat pendukungnya. Dengan demikian,

tradisi keagamaan sudah merupakan kerangka acuan norma dalam kehidupan

dan prilaku dalam masyarakat.(Jalaluddin:2007)


B. Badikia

1. Pengertian Badikia

Badikia(Dzikir) juga bisa disebut Tahlil atau tahlilan. Tahlil secara bahasa

berasal dari sighat mashdar dari kata “hallala”, yang bisa berartyi membaca

kalimat la ilaha illallah. Tahlilan “bertahlil” adalah menggunakan atau

memakai bacaan tahlil tersebut untuk maksud tertentu. Tahlilan digunakan

sebagai istilah bagi perkimpulan orang yang melakukan do’a bersama bagi

orang yang sudah meninggal, dimana bacaan tahlil menjadi inti dari bacaan,

berdasarkan keyakinan bahwa “kunci pembuka gerbang surga adalah bacaan

tahlil”

Dengan berkumpulnya orang untuk berdo’a tersebut, memiliki harapan

agar orang yang sudah meninggal diterima amalnya oleh Allah, dan

mendapatkan ampunan dosa baginya. Harapan ini berdasarkan Firman Allah

yang menjadi landasan dari kesepakatan ulama sebagai berikut:

Dan orang yang datang sesudah mereka(Muhajirin dan Anshar), mereka

berdoa: “Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami

yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan

kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan

kami, sesungguhnya Engkau Maha penyantun lagi Maha Penyayang.”(Q.s.

Al-Hasyr:59:10)

Dalam ayat tersebut, selain seseorang mukmin meminta ampunan bagi

dirinya, juga memintakan ampunan bagi saudara seiman yang sudah terlebih

dahulu, dalam artian yang sudah meninggal terlebih dahulu. (Sholikhin:2010)


Di Kenagarian Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar Kabupaten

Solok Basikia merupakan rangkaian dari acara dimana acara ini dilaksanakan

di hari ke-3 setelah kematian. Proses Badikia dilaksanakan dimalam hari

sesudah sholat isya, sambil duduk melingkar dirumah duka. Para Pandikia

sedikit berbasa basi sambil membakar kumayan1 utuk menentukan siapa yang

akan memimpin do’a. Didalam proses Badikia terkandung do’a-do’a yang

ditunjukan untuk orang yang meninggal serta keluarga yang ditinggalkan.

Proses Badikia ini berlangsung hingga tengah malam.

Tradisi Badikia ini masih dilaksanakan dan masih dipertahankan oleh

masyarakat di Kenagarian Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar

Kabupaten Solok karena suatu tradisi harus dilaksanakan dan dipertahankan.

2. Tujuan Badikia (Dzikir atau Tahlilan)

Tahlilan memiliki tujuan yang tidak hanya bagi keluarga yang

melaksanakan, tetapi memiliki banyak fungsi sebagai berikut:

a. Menghibur keluarga almarhum atau almarhumah

b. Mengurangi beban almarhum atau almarhumah

c. Mengajak keluarg almarhum atau almarhumah supaya selalu bersabar.

Bagi keluarga yang ditinggalkan

a. Menyambung dan mempererat kembali silaturahmi yang pernah dan

telah tersambung oleh almarhum atau almarhumah

b. Meminta maaf atas kesalahan-kesalahan almarhum atau almarhumah

terhadap tetangga, kerabat, dan hadai taulana

1
Kumayan (kemenyan) merupakan suatu jenis wangi-wangian yang berasal dari getah kayu yang
harun ba unya keluar ketika dibakar diatas bara
c. Mewakili penyelesaian hak-hak dan kewajiban almarhum atau

almarhumah terhadap orang-orang yang masih hidup

d. Melakukan amal shalih dan mengajak beramal shalih dengan

bersilaturahmi, mengukuhkan keimanan, membaca surat-surat dan

ayat-ayat Al-Qur’an,berdzikir dan bersedekah

e. Berdoa untuk almarhum dan almarhumah

3. Penjamuan Makanan dalam Acara Badikia

Dalam pelaksanaan acara Badikia atau Tahlilan, tuan rumah memebrikan

hidangan atau makanan kepada orang-orang yang mengikuti Badikia atau

Tahlilan. Setelah pelaksanaan acara Badikia tersebut tuan rumah

menghidangkan makanan tersebut selain sebgai sedekah juga menghormati

tamu-tamu yang telah datang dan turut mendoakan keluarga yang meninggal

dunia.

Dilihat dari sisi sedekah, bahwa dalam bentuk apapun, sedekah merupakan

sesuatu yang sangat dianjurkan. Kaitanyan dengan sedekah untuk mayit, pada

masa Rasulluh SAW dijelaskan makanan, kebunpun (harta yang sangat

berharga) diseekahkan dan pahalanya diberikan kepada simayit. Dalam sebuah

hadist shahih disebutkan:

“Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya ada seseorang laki-laki bertanya,

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, apakah ada

manfaatnya jika aku bersedekah untuknya?” Rasulullah menjawab, “Ya,

Laki-laki itu berkata “Aku memiliki sebidang kebun, maka aku


mempersaksikankepadamu bahwa aku akan mensedekahkan kebun tersebut

atas nama ibuku” (HR. Tirmidzi)

Inmu Qayyim al-Jawziyah dengan tegas mengatakan bahwa sebaik-

baiknya amal yang dihadiahkan kepada simayit adalah kemerdekaan budak,

sedekah, istiqfar, do’a, dan haji. (Sholikhin:2010)

Dalam hal ini kembali kepada kemampuan ekonomi keluarga yang

ditinggalkan supaya tidak memberatkan keluarga karena islam tidak

memberatkan.

4. Pandangan Ulama Tentang Badikia (Dzikir) atau Tahlilan Setelah

Kematian

Didalam masyarakat terkhusus Minangkabau dalam hal ritual ulama

sangat berperan penting,

“Di Minangkabau, peran ulama sebagai egent persosialisasian dan


penginternalisasian nilai-nilai itu yang paling dasar dari perjuangan
dan pergerakannya. Pengaruh ulama yanng begitu besar dalam
merubah tata laku di Minangkabau tersebut, sangat dipengaruhi oleh
kedinamisan ulama menghadapi realitas masyarakat”.(Hanani, 2015)

Jadi pengaruh ulama tidak hanya bergumul menghadapi ritual dan

konsektual tetapi juga membangun realsi supaya masyarakat dapat hidup

dengan harmonis. Ini yang masih menjadi perdebatan para ulama tentang

Badikia (Dzikir) atau Tahlilan setelah kematian ada beberapa ulama yang

memperbolehkan ada yang tidak memperbolehkan.

a. Imam Syafi’i

Imam Syafi’i berpendapat bahwa, disunahkan membaca ayat-ayat Al-

Qur’an kepada mayit, dan jika sampai khatam Al-Qur’an makan akan
lebih baik. Imam Syafi’i tidak memberikan batasan selagi masih tidak

membaca selain dari ayat-ayat Al-Qur’an.

b. Imam Nawawi

Dalam kitab Majmu’-nya menerangkan bahwa tidak hanya tahlil dan

doa, tetapi juga disunahkan bagi orang yang ziarah kubur untuk membaca

ayat-ayat Al-Qur’an lalu setelahnya diiringi berdoa untuk mayit.

c. Imam Al-Qurthubi

Beliau memberikan penjelasan bahwa, dalil yang dijadikan acuan oleh

ulama kita tentang sampainya pahla kepada mayit adalah bahwa

Rasulullah Saw pernah membelah pelepah kurma untuk ditancapkan diatas

kubur kedua sahabatnyasembari bersabda”Semoga ini dapat

menringankan keduanya dialam kubur sebelum pelebah ini menjadi

kering”

Imama al-Qurtubi kemudian berpendapat, jika pelepah kurma saja bisa

meringankan bebean si mayit, lalu bagaimankah dengan bacaan-bacaan

Al-Qur’an dari sanak saudara dan teman-trmannya, tentu saja bacaan-

bacaan Al-Qur’an dan lainnya lebih bermanfaat.

d. Abul Walid Ibnu Rusyd

Beliau mengatakan “Seseorang yang membaca ayat-ayat Al-Qir’an

menghadiahkan pahalanya kepada mayit, maka pahalanya tersebut bisa

sampai kepada mayit tersebut”(www.nu.or.id/post/read/37823/tentang-

tahlilan-dan-dalilnya)
C. Kematian

1. Pengertian Kematian

Kematian atau ajal merupakan suatu peristiwa akhir dari kehidupan,

ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada

akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab tidak alami seperti

kecelakaan. Setelah kematian tubuh makhluk hidup akan mengalami

pembusukkan.

Kematian menurut Al-Qur’an secara umum adalah keluarnya Ruh dari

jasad, tidak seorang pun yang memiliki kewenangan kecuali allah lah yang

memiliki otoritas untuk mengambil ruh dari jasad dengan memerintahkan

malaikat israil untuk mencabutnya. Kematian adalah berpisahnya ruh dengan

tubuh untuk waktu yang telah ditentukan oleh allah.

2. Peringatan Kematian

Peringatan kematian yang dimaksud adalah penyelenggaraan shadaqah

yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal.

Sebagaimana diketahui dalam masyarakat kita terdapat tradisi peringatan

kematian yang terdiri atas peringatan 3 hari, 7 hari, 40 hari, dan 100 hari.

Asal mula istilah “tujuh hari” dan “40 hari” tersebut ternyata telah

dicontohkan oleh para sahabat Nabi. Imam Ahmad bin Hambal berkata dalam

Kitab al-Zuhd, sebagaimana dikutip oleh Imam Jalal al-Din al-Suyuthi dalam

kitab al-Hawi li al-Fatwa al-Suyuthi bahwa Hasyim bin al-Qasim

meriwayatkan kepada para sahabat, ia berkata, Imam Thawus berkata,

“Orangyang meninggal dunia diuji selama tujuh hari didalam kubur mereka,
maka kemudian para kalangan alaf mensunnahkan mensedekahkan makanan

(yang pahalanya) untuk orang yang meninggal dunia selama tujuh hari

itu”(Sholikhin:2010)

Tradisi peringatan kematian pada hari-hari tertentu tersebut sampai kini

masih dilksanakan oleh masyarakat muslim tradisional. Terbukti masih

dilaksanakan di Kenagarian Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar

Kabupaten Solok.

D. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian Siti Umik Hanik, dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Dalam Tradisi Tahlilan di Desa Krembangan Sidoarjo”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan islam yang terdapat dalam tradisi

tahlilan antarta lain: Shadaqah/sedekah, nulai tolong menolong, nilai

solidaritas, nilai kerukunan, nilai silaturahmi sebagai ukhuwa islamiyah, nilai

keutamaan Dzikrulmaut (mengingat kematian), nilai keutamaan dzikiriyah

(mengingat kepada Allah) unsur dakwah dan nilai kesehatan.

2. Penelitian Muhammad Iqbal Fauzi dengan judul “Tradisi Tahlilan Dalam

Kehuidupan Masyarakat Desa Telangus (Analisis Sosial Kultural)”.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat desa Telalngus memiliki

motivasi yang berbeda-beda dalam menghadiri pelaksanaan tahlilan ditempat

orang yang meninggal. Seperti, masyarakat akan lebih termotivasi untuk

hadir dan mengikuti pelaksanaan tahlilan jika orang yang menimggal atau

keluarga yang tertimpa musibah adalah temannya, keluarga temannya, atau

bahkan seseorang tokoh masyarakat.


Tradisi tahlilan di desa Tegalangus mengandung nilai positif dan negatif

bagi masyarakatnya. Silaturahmi, solidaritas sosial dan ceramah agama yang

berisi pengetahuan agama merupakan nilai-nilai positif dari tradisi tersebut.

Tahlilan juga memiliki nilai negatif bagi masyarakatnya, Tahlilan membentuk

kebiasaan untuk menghidangkan jamuan makanan yang memberatkan

keluarga almarhum atau almarhumah.

3. Penelitian Dinia Agustia Artika Sari dengan judul “Slametan Kematian Di

Desa Jaweng Kabupaten Boyolali”. Penelitian ini menyimpulkan kebudayaan

Hindu-Budha di jawa merupakan kepercayaan yang tersebar sejak dahulu.

Tradisi slametan semacam ini dahulu masih menggunakan sesajian dan masih

memuja roh-roh nenek moyang. Namun seiring perkembangan zaman,

beberapa masyarakat tidak lagi menggunakan makanan tetapi diganti dengan

bahan sembako seperti beras, gula, teh, minyak, dan lain-lain. Dilingkungan

desa jaweng itu sendri tradis slametan sekarang diisi dengan ceramah ajaran

islam atau tausiyah, membaca doa-doa, ayat-ayat Al-Qur’an dan solawatan,

dan dzikir.

4. Penelitian Hasmira tentang Makna Perayaan Kematian denga judul “Studi

Fenomenologi Masyarakat Janggurara Terhadap Tradisi “Mangdoja” di

Kecamatan Baraka Kabupatrn Enrekang”. Penelitian ini menyimpulkan

perayaan kematian dalam tradisi “Mangdojo” adalah tradisi yang dirayakan

masyarakat pada hari-hari ganjil setelah kematian, yang memiliki makna

tersirat yang berbeda-beda pada setiap prosesnya. Ritual-ritual dalam tradisi

Mangdoja ini dianggap sakral oleh masyarakat karena bertujuan untuk


mengirimkan doa-doa keselamatan untuk jenazah kepada tuhan. Keyakinan

Mangdoja merupakan kepercayaan dan penghormatan terakhir terhadap

mayat,

5. Penelitian Dinar Risprabowo dengan judul “Fakta Sosial Pada Tradisi

Tahlilan Dalam Masyarakat Islam Jawa di Kelurahan Gendong Kaecamatan

Pasar Rebo Kota Jakarta Timur. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam

tradisi Slametan terdapat tradisi tahlilan untuk mendoakan orang yang telah

meninggal. Realitas sosial pada tradisi tahlilan timbul pemahaman

masyarakat yang terbentuk dari sisialisasi. Pemahaman ini menjadi

keteraturan dilingkungan sosial sebagaui kenyataan dalam masyarakat.

E. Analisis Teori

Dalam penelitian ini peneliti memakai teori Struktural Fungsional Emile

Durkheim teori ini menekankan kepada keteraturan (orde)dan mengabaikan

konflik serta perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utama adalah fungsi,

disfungsi, fungsi laten, fungsi manifes, dan keseimbangan. Menurut teori ini

masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri ats bagian-bagian atau

elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan.(Ritzer

dan Dauglas:2010).

Dalam penelitian ini bahwa Tahlilan sebagai kebudayaan tentunya mempunyai

fungsi untuk masyarakat pendukungnya. Fungsi tahlilan bukan hanya untuk acara

kematian semata, tetapi sebagai usaha menyebarluaskan syiar Islam. Ini berarti

sasaran dari tahlilan bukan hanya ditujuakan kepada roh-roh manusia yang telah

meninggal, akan tetapi ditujuakan kepada mereka yang masih hidup terutama
kepada diri sendiri. Sedangkan untuk yang telah meninggal itu hanya berupa doa-

doa saja. Sehingga acara ini dipandang membawa pahala yang banyak

dikarenakan tidak hanya amal untuk mendoakan meninggalnya seseorang, akan

tetapi menjadi ibadah karena adanya unsur sedekah, membaca ayat suci Al-Qur’an

dan syiar Islam.

Secara sosiologis acara Badikia (Dzikir) atau tahlilan memilki fungsi sebagai

bentuk kiriman doa unmtuk orang yang sudah meninggal. Terbukti acara Badikia

ini masih dilestraikan oleh masyarakat terutaman di Kenagarian Kampung Batu

Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok dari nenek moyang yang kemudian

turun temurun dan dilestarikan oleh masyarakat hingga saat sekarang. Masyarakat

masih melaksanakan acara Badikia karena memiliki banya fungsi tidak hanya

untuk berkirim doa kepada orang yang telah meninggal.


F. Kerangka Teori

TRADISI BADIKIA

MEMCACA AYAT
MEMBACA DOA-DOA
AL-QUR’AN

SRUKTURAL
FUNGSIONAL

Teori Struktural Fungsional Emile Durkheim teori ini


menekankan kepada keteraturan (orde)dan mengabaikan konflik serta
perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utama adalah fungsi,
disfungsi, fungsi laten, fungsi manifes, dan keseimbangan. Menurut
teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri ats
bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu
dalam keseimbangan

Berdasarkan kerangka teori diatas Tradisi Badikia pelaksanaannya dengan

membacakan doa-doa dan ayat-ayat Al-Qur’an yang berfungsi untuk

mengirimkan doa kepada seseorang yang telah meninggal.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitrian Kualitatif karena

metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena

popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena

berdasarkan pada filsafat postpositivisme. Penelitian ini juga disebut dengan

metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan

disebut sebagai metode interpretive karenadata hasil penelitian lebih berkenaan

dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan. Filsafat positivisme

memandang realitas/gejala/ fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif, tetap,

kongrit, teramati, terukur dan hubungan gejal sebab akibat.

Metode penelitian kualitatif sering disebut penelitian naturalistik karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. (Sugiyono:2013)

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan, yaitu gambaran secara

sistematis, faktual dan akurat menegnai fenomena atau hubungan antar fenomena

yang diselidiki. Jadi metode kualitatif menekankan gambaran objek yang

diselidiki dalam keadaan sekarang (pada waktu penelitian dilkasanakan).

(Suprayogo dan Toproni: 2001)

B. Latar Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kenagarian Kampung Batu Kecamatan Danau

Kembar Kabupaten Solok. Karena di Kenagarian tersebut masih kental dengan


adat yang dibawa oleh nenek moyang terdahulu. Alasan kenapa peneliti memilih

lokasi ini yaitu karena tradisi tersebut sampai saat sekarang ini masih dilakukan

oleh masyarakat di daerah tersebut.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian atau Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara.

1. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.

Peneliti melakukan pemilihan informen dengan cara porposive yaitu

dengan cara mengambil informen berdasarkan kriteria atau tujuan-tujuan

tertentu. Informen dipilih dengan mempertimbangkan bahwa mereka memiliki

pengetahuan luas tentang tradisi badikia di Kenagarian Kampung Batu

Kecamatan Danau Kmebar Kabupaten Solok. Informen kunci yang dipilih

dalam penelitian ini adalah tokoh adat seperti (niniak mamak, alim ulama,

cadiak pandai).

Informan pendukung dalam penelitian ini peneliti mengambil tokoh

masyarakat seperti Wali Nagari Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar

Kabupaten Solok dan Beberapa masyarakat setempat yang mengetahui tentang

tradisi badikia tersebut.


Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,

dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face of faceI) maupun dengfan

menggunakan telepon.

a. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data

penelitian atau pengumpulan data telah mengetahui dengab pasti tentang

informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan

wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instrumen penelitrian

berupa pertanyaan0pertanyaan tertulisyang alternatif jawabannya pun telah

disiapkan.

Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen

sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpulan data juga daopat

menggunakan alat bantu seperi tape recorder, gambar, brosur dan material

lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara.

b. Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang teklah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan da6tanya.pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan

yang akan ditanyakan.

Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam

penelitian pendahuluan atau malah untuk penelitian yang lebih mendalam

tentang responden. Pada penelitian pendahulu, peneliti berusaha


mendapatkan informasi awal tentang berbagai permasalahan yang ada

pada obyek, sehingga penelitian dapat menentukan secara pasti

permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.

Dalam wawancara tidak terstruktur, penelit belum mengetahui

secara pasti data apa yan akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banya

mendengarkan apa yang dibicarakan.(Sugiono:2013)

D. Analisis Data

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

dicatat secara rinci dan teliti. Seperti yang telah dikemungkakan semakin lama

peneliti kelapangan semakin banyak, kompleks, rumit data yang diperoleh.

Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih, hal-hal yang pokok,

menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memeberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti

komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan

dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Reduksi

data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan

keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.


2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Dengan mendisplay data,

maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

Dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat

berupa, grafik, matrik, network(jaringan) dan chart. Untuk mencegah apakah

peneliti sudah memahami apa yang didisplaykan.

3. Conclusion Drwing atau Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemungkakan masih bersift sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemungkakan pada tahao

awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali

kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemungkakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga

tidak. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau belum jelas sehingga
setelah diteliti menjadi jelas dan dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,

hipotesis atau teori. (Sugiyono:2013)


DAFTAR PUSTAKA

Ercetin, Sefika Sule dan Benerjee Santo, 2015, Chaos, Complexity and

Leadership 2013, New York, Spiger

Imam, Suprayogo, Tobroni, 2001, Metodologi Penelitian Sosiologi-Agama,

Bandung:Remaja

Jalaluddin, 2007, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Koenjaraningrat, 1985, Pengantar Ilmu Atropologi, Jakarta: Aksara Baru

Mursal, Esten, 1992, Tradisi Dan Modernitas Dalam Sandiwara, Jakarta:

Intermasa

Nasution, 1992, Metode Penenlitian Naturalistik Kualitatif, Bandung:

Tarsito

Nasution, Muhammad Syukri Albani, 2015, Ilmu Sosial Budaya Dasar,

Jakarta: PT Raja Grafindo Pesada.

Ritzer, George dan Dauglas J, 2010, Teori Sosiologi Modern, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Sholikhin, Muhammad, 2010, Ritual &Tradisi Islam Jawa, Yogyakarta:

Narasi

Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

Bandung: Alfabeta

Hanani, Silfia, 2016, “Perlindungan Perempuan Lanjutan Usai Korban


Bencana Genmpa Bumi Melalui Tradisi Sumbayang 40 Di
Sumatera Barat”, Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. VI
No. 1
Hanani, Silfia, 2015, “Tradisi Ulama Transformatif Minangkabau Dalam
Membangun Pendidikan Karakteristik Berbasif Rensponsif
Teologis Dan Kontribusinya Terhadap Penguatan Moralitas”,
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial Dan Budaya,
Vol. 12, No. 2
http:/id.wikipedia.org/wiki/tahlilan

http://www.nu.or.id/post/read/37823/tentang-tahlilan-dan-dalilnya

Anda mungkin juga menyukai