Anda di halaman 1dari 20

TAFSIR SIMBOLIK DAN MAKNA TERHADAP

UPACARA ADAT KAWIN CAI DI DESA BABAKANMULYA,


KABUPATEN KUNINGAN
SYMBOLIC INTERPRETATION AND MEANING OF KAWIN CAI TRADITIONAL
CEREMONY IN BABAKANMULYA VILLAGE, KUNINGAN REGENCY

Prega Panji Buana, Sri Rustiyanti, Dede Suryamah


a221pregapanjibuana@gmail.com
Prodi Antropologi Budaya, Fakultas Budaya dan Media,
Institut Seni Budaya Indonesia Bandung

ABSTRAK
Upacara adat kawin cai merupakan sebuah ritus spiritual yang bermakna ritual kesuburan.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan mendasar yakni bagaimana proses
pelaksanaan dan penyajian pada upacara adat kawin cai, apa saja simbol dan makna pada
upacara adat kawin cai, dan bagaimana pengaruh upacara adat kawin cai terhadap
kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Tujuannya untuk menjelaskan mengenai proses
pelaksanaan dan penyajian pada upacara adat kawin cai, mendeskripsikan mengenai
makna simbolik pada upacara adat kawin cai, dan menerangkan tentang reinterpretasi
simbol tersebut terhadap kehidupan masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif yang berarti penelitian menggunakan metode observasi partisipasi dan
wawancara. Peneliti menggunakan teori interpretivisme simbolik dari Clifford Geertz.
Temuan hasil penelitian ini, bahwa upacara adat kawin cai merupakan sebuah ritual
upacara kesuburan yang terdapat pada simbol dan makna dari setiap rangkaian upacara
adat kawin cai. Simbol dan makna tersebut terdapat pada bentuk, warna, bahan, proses,
hingga bentuk lisan.
Kata Kunci : kawin cai, upacara adat, simbol, makna

ABSTRACT
The traditional kawin cai ceremony is a spiritual rite that means fertility rituals. This
study aims to answer basic problems, namely how the process of implementation and
presentation at the traditional kawin cai ceremony, what are the symbols and meanings
in the kawin cai traditional ceremony, and how the influence of the kawin cai traditional
ceremony on the socio-cultural life of the community. The aim is to explain the process of
implementation and presentation at the traditional kawin cai ceremony, to describe the
symbolic meaning of the kawin cai traditional ceremony, and to explain the
reinterpretation of the symbol in people's lives. This study uses a qualitative approach,
which means the research uses participatory observation and interviews. The researcher
uses the theory of symbolic interpretivism from Clifford Geertz. The findings of this study,
that the traditional kawin cai ceremony is a fertility ceremonial ritual contained in the
symbols and meanings of each series of kawin cai ceremonies. The symbols and meanings
are found in shapes, colors, materials, processes, to spoken forms.
Keywords : kawin cai, traditional ceremony, symbol, mean

Pendahuluan atau interpretasi (Geertz, 1992: 3-5).


Setiap kebudayaan mempunyai arti atau
Kabupaten Kuningan memiliki
simbol tertentu sebagai bagian dari
banyak cara serta tradisi dalam
interpretasi masyarakat dalam memaknai
lingkungan masyarakatnya. Upaya dalam
suatu hal yang terkait dengan sebuah
mendekatkan diri dengan alam,
fenomena.
menjadikan spiritualitas masyarakat di
Kabupaten Kuningan kuat akan Upacara adat kawin cai
keyakinan terhadap leluhur dan sang merupakan tradisi yang dilakukan oleh
penciptanya. Memohon pertolongan, rasa masyarakat di Desa Babakanmulya,
syukur, serta media dalam Kecamatan Jalaksana, Kabupaten
mengungkapkan rasa terimakasih kepada Kuningan. Upacara adat kawin cai
leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa adalah merupakan sebuah ritual kesuburan,
cara masyarakat di Kabupaten Kuningan antara air dengan tanah, antara langit
untuk melakukan tradisi sesuai dengan dengan bumi, dan antara dunia atas
ajaran leluhur yang telah mereka anut dengan dunia bawah. Tafsir kawin
sejak lama dan terus berjalan hingga saat merupakan sebuah kata yang merujuk
ini. pada kesinambungan dengan alam. Kawin
sendiri dapat bermakna pada masyarakat
Sebuah ritus religi dapat berwujud
Sunda adalah dua hal yang bersatu atau
aktivitas manusia dalam melakukan
disatukan secara berpasang-pasangan. Hal
kebaktian mereka kepada Tuhan, roh,
tersebut terdapat pada prinsip masyarkat
dewa, makhluk pelaksana upacara, dan
Sunda yakni Tritangtu. Menurut Jakob
unsur terkait dengan jalannya sebuah
Sumardjo (2015: 50) “konsep tritangtu,
upacara (Koentjaraningrat, 1985: 44).
pada dasarnya adalah perkawinan
Sebuah ritual ditujukan untuk
pasangan oposisi segala hal. Pasangan
menghormarti kepada sesuatu yang
oposisi dasar adalah pembagian “lelaki”
mereka harusnya hormati seperti makhluk
dan “perempuan” untuk segala hal”.
halus atau gaib, yang selalu mereka
lakukan setiap tahun (Jauhari 2018: 65). Upacara adat kawin cai sudah
diselenggarakan sejak lama di Kabupaten
Kebudayaan pada intinya terdiri Kuningan. Hal tersebut bertujuan untuk
atas tiga hal utama, yaitu sistem ungkapan syukur atas air dan kesuburan
pengetahuan atau sistem kognitif, sistem pertanian. Ritus kawin cai merupakan
nilai atau sistem evaluatif, dan sistem ritual yang di dalamnya berisi filosofi
simbol yang memungkinkan pemaknaan Sunda mengenai air sebagai sumber
kehidupan. Menyatukan kedua mata air
Cikembulan dengan Balong Dalem gambaran umum mengenai karateristik
melalui sebuah kendi sebagai medianya masyarakat serta dapat meninjau tentang
dan beberapa sesajen yang mereka cara pandang masyarakat yang berkaitan
gunakan merupakan bagian dari mereka dengan prosesi upacara adat kawin cai.
memaknai media tersebut untuk dijadikan Diharapakan pada tahapan ini dapat
sebagai pola pikir yang menghasilkan memberikan makna terkait dengan simbol
simbol sebagai kebudayaan dan nilai-nilai
yang tertuang pada upacara adat kawin cai
sakral tradisi. Latar belakang tersebut,
dari sudut pandang masyarakat sebagai
dapat ditarik rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut: 1) pelaku dalam menjalankan kearifan
Bagaimana proses pelaksanaan dan lokalnya.
penyajian pada upacara adat kawin cai?, Kemudian, peneliti menggunakan
2) Apa saja simbol dan makna pada
pendekatan emik dan etik. Emik adalah
upacara adat kawin cai, serta 3)
suatu kebenaran yang hanya diterima dan
Bagaimana pengaruh upacara adat kawin
cai terhadap kehidupan sosial budaya di akui oleh masyarakat setemapat dan
masyarakat di Desa Babakanmulya, tidak berlaku bagi orang yang berasal dari
Kecamatan Jalaksana, Kabupaten budaya yang berbeda. Emik dalam hal ini
Kuningan? menawarkan sesuatu yang lebih objektif.
Sedangkan etik merupakan suatu
Tujuan dari penulisan ini untuk kebenaran yang diakui, diterima oleh
memecahkan permasalahan tersebut,
seluruh masyarakat tanpa memandang
dengan memberikan penjelasan mengenai
proses pelaksanaan dan penyajian pada perbedaan budaya, dengan kata lain
upacara adat kawin cai, mendeskripsikan kebenaran yang dimaksud berlaku untuk
mengenai makna simbolik pada upacara semua orang (bersifat universal). Etik
adat kawin cai, dan menerangkan tentang mengcakup pada temuan-temuan yang
reinterpretasi simbol tersebut terhadap tampak konsisten atau tetap di berbagai
kehidupan masyarkat di Desa budaya, dengan kata lain sebuah etik
Babakanmulya, Kecamatan Jalaksana, mengacu pada kebenaran atau prinsip
Kabupaten Kuningan. yang universal. Emik mengacu pada
Metode temuan-temuan yang tampak berbeda
untuk budaya yang berbeda, dengan
Metode penelitian yang di antaranya demikian, sebuah emik mengacu pada
menggunakan desain penelitian yakni kebenaran yang bersifat khas-budaya
memandang kearifan lokal. Desain (culture-specific)1.
penelitian ini memuat atau membahas
mengenai kearifan lokal yang berada di Penelitian ini merupakan
Desa Babakanmulya Kec. Jalaksana Kab. penelitian yang dilakukan secara
Kuningan. Melihat kearifan lokal terencana dan sistematis dalam
masyarakat setempat dapat memberikan mendapatkan jawaban pemecahan

1
https://www.academia.edu/36389206/Definisi_E
tik_Dalam_Pendekatan_Konseling_Lintas_Buday
a (diakes pada 6 April 2020)
masalah terhadap sebuah fenomena yang Interpretasi menyangkut daya pikir akibat
telah peneliti tentukan sebagai bahan impresi yang masuk ke dalam diri.
untuk diteliti dan dikaji secara mendalam, Interpretasi tersebut sebagai fungsi aktif
maka jenis pendekatan yang digunakan intelektual manusia yang dilengkapi
ialah pendekatan secara kualitatif. emosi untuk menghasilkan suatu persepsi
(Rustiyanti, 2015: 92). Maka, dari
Penelitian kualitatif yaitu
interpretasi ini akan menghasilkan
penelitian yang bermaksud untuk
simbol-simbol sebagai perwujudan emosi
memahami fenomena tentang apa yang
yang dirasakan sehingga melahirkan
dialami oleh subjek penelitian secara
wujud kebudayaan; ritual, upacara,
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
tradisi, dsb.
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan Proses ritual yang berlangsung
memanfaatkan berbagai metode ilmiah pada upacara adat kawin cai tidak terlepas
(Moleong, 2007: 6). dari segala bentuk-bentuk simbol dan
makna di dalamnya. Ritual yang
Dalam mengumpulkan data-data
dilakukan dari awal hingga akhir yang
yang dibutuhkan untuk menggali
kemudian oleh peneliti dibagi menjadi 15
informasi seputar upacara adat kawin cai,
prosesi, memiliki simbol dan makna yang
maka peneliti melakukan beberapa
tersirat yang dipahami oleh masyarakat
metode pengumpulan data di antaranya
sekitar sebagai bentuk penghormatan
ialah observasi partisipan. Merupakan
hingga simbol yang berkaitan akan
teknik pengumpulan data dengan cara
kehidupan. Kepercayaan masyarakat akan
observasi merupakan saalah satu teknik
hal-hal di luar nalar seperti kepercayaan
pengumpulan data yang sangat efektif
akan hal gaib masih diyakini dan
dengan wawancara dan mengumpulkan
mengkonstruksi sebagai nilai dan norma
dokumentasi terkait objek penelitian.
dikehidupannya. Tidak hanya itu, filosofi
Observasi ini dilakukan untuk melihat
tentang hubungan yang harmonis dengan
setiap rangkaian prosesi upacara adat
alam sangat kuat menjadi landasan
kawin cai dari awal hingga akhir.
mereka memandang alam sebagai sumber
Pengamatan secara langsung, akan
pengetahuan dan air sebagai sumber
membuat laporan hasil penelitian lebih
kehidupan.
akurat dan detail serta dapat membuktikan
secara otentik baik berupa hasil foto 1.1 2 Ekor Kambing/Domba
maupun video di lapangan.
Memotong hewan dalam
Hasil dan Pembahasan masyarakat Sunda sering dijumpai pada
sebuah ruwatan dalam bahasa Jawa atau
1. Simbol dan Makna pada Ritual
ngaruat dalam bahasa Sunda. Ngaruat
Upacara Adat Kawin Cai
sendiri dapat berartikan proses upacara
Sebuah interpretasi budaya adalah untuk membuang sial atau membuang
sebuah gagasan dari masyarakat akan kesialan yang bisa saja menimpa
pengalamannya berpikir dan merasakan. seseorang atau mengganggu dalam proses
upacara yang akan dilaksanakan. Proses Sunda dahulu untuk menghilangkan baik
pemotongan 2 ekor domba ini tentunya sifat keburukan maupun kaitannya dengan
dilakukan di awal sebelum masuk pada rasa ungkapan terhadap sesuatu. Ritual
proesi upacara inti. 2 ekor kawin cai adalah ungkapan syukur yang di
kambing/domba yang disembelih atau dalamnya terdapat ritus-ritus kesuburan
dalam bahasa Sunda dipeuncit ini kesinambungan air, tanah, dan manusia.
memiliki makna penolak marabahaya Peneliti menganalisis dan
yang juga sekaligus memberikan simbol mengindikasikan bahwa ritual yang
bahwa ‘2’ memiliki simbol 2 sifat dilakukan merupakan wujud
manusia yang paradoks yakni sifat baik persembahan. Darah yang keluar adalah
dan sifat buruk. Konsep dua menurut simbol dari sifat yang ada pada hewan.
Jakob Sumardjo (2006: 33) menjelaskan Darah yang keluar akan dikubur di dalam
bahwa hidup adalah pemisah yang tanah. Dalam islam, semua manusia akan
merupakan dasar dari pemikiran manusia. kembali kepada penciptanya dan setiap
Hidup merupakan sebuah persaingan dan manusia yang meninggal haruslah
konflik. Masyarakat yang meyakini atau dikubur, dikubur di dalam tanah. Manusia
memiliki fenomena dualisme, maka ia yang meninggal akan membawa 2 sifat.
memiliki kepercayaan dualisme. Sifat buruk dan sifat baik atau amalan baik
Dualisme ini berarti segala sesuatu dan amalan buruk. Jika esensi yang sama
memiliki kekuatan yang dapat dihubungkan pada prosesi kurban tadi,
mempengaruhi sesuatu. Masyarakat maka persembahan atas kurban tersebut
tersebut mengumpulkan daya-daya mengacu pada Sang Pencipta yakni Allah
menjadi sebuah simbol. SWT.
Selain itu, pemotongan 2 ekor Setiap orang hanya mampu
domba atau kambin ini bermakna berserah diri kepada Yang Maha Kuasa.
menghapus sifat-sifat hewani yang ada Berserah diri diesensikan memberikan
dalam diri manusia. Sifat hewani dirinya untuk berpasrah, dan berpasrah
ditafsirkan masyarakat setempat sebagai sama dengan mempersembahkan. Ketika
sifat yang tidak baik. Hewan tidak seseorang berpasrah kepada Sang
memiliki akal seperti manusia yang Pencipta maka kekuatan spiritual yang
memiliki akal dan beradab. Sifat domba ada pada dirinya akan menghilangkan
tidak dapat disamakan dengan sifat yang segala keburukan dan menjauhkannya
dimiliki manusia. Maka, sifat hewani dari hal-hal yang bersifat keburukan. Sifat
yang ada pada diri manusia merupakan keburukan ini dimaknai sebagai sifat
sifat-sifat buruk yang cenderung seperti hewani. Sifat kebaikan yang ada pada diri
sifat hewan. manusia akan menjadikannya suci dan
bersih.
Secara garis besar proses kurban
adalah mengorbankan sesuatunya untuk
kemudian dipersembahkan. Kepercayaan
ritus tersebut sudah dilakukan masyarakat
1.2 Kendi (buyung) adalah kehidupan, baik bagi alam
dan bagi manusia. Tetapi air lebih
utama dari pada tanah, karena tanpa
air, tanah tidak bermakna” (2015:
85).
Buyung memiliki makna yang luhur
tidak hanya sebagai wadah dalam
memindahkan air, tapi dapat berarti juga
Gambar 1: Kendi (buyung) saat memindahkan kehidupan untuk
menuangkan air ke dalam wadah ember, kelangsungan hidup yang baru. Air yang
(Sumber: Prega P.B, 2020). di bawa di dalam buyung, disimbolkan
Kendi atau buyung merupakan sebagai perempuan. Perempuan
wadah untuk menyimpan air yang terbuat ditafsirkan sebagai seorang ‘ibu’ dan ibu
dari tanah liat. Kata ‘kendi’ sendiri melahirkan kehidupan. Namun ibu tanpa
diambil dari bahasa Sanksekerta (India) ‘ayah’ (lelaki), tidak akan terjadi sebuah
kundika yang berartikan wadah air. Pada kehidupan. Konsep tersebut yang
mulanya kendi masuk ke Asia Tenggara, kemudian menurut Jakob Sumardjo
merupakan suatu evolusi wadah air dari ditafisrkan bahwa perempuan merupakan
India. Kemudian kata kundika tersebut ‘isi’ dan lelaki sebagai ‘wadah’
diserap ke dalam bahasa Melayu menjadi kehidupan. Bumi dan lelaki tidak akan
‘kendi’ yang kemudian digunakan sebagai bermakna jika tidak ada hujan dari langit
wadah air (Satari, 1990: 1991-1992). yang bersifat perempuan (2015: 87). Jelas
bahwa konsepsi tersebut merupakan
Peneliti beranggapan dan kesatuan simbol kehidupan yang
mengindikasikan secara simbolis, buyung diinterpretasikan sebagai langit dan bumi,
yang terbuat dari tanah liat merupakan air dan tanah, dan laki-laki serta
penyatuan kosmik langit dan bumi. perempuan.
Penyatuan antara keduanya tercermin
dari buyung yang terbuat dari tanah untuk Konsepsi buyung adalah konsepsi
dijadikan sebagai wadah air. Tanah dan bumi atau tanah yang kering atau laki-laki
air merupakan satu ikatan yang tidak yang menampung isi berupa air yang
terpisahkan dari kehidupan manusia berarti langit atau perempuan. “Bumi dan
khususnya pada masyarakat pertanian. lelaki tidak bermakna tanpa hujan dari
Jakob Sumardjo memberikan penjelasan langit yang bersifat perempuan.
bahwa : Perempuan dan langit adalah “nyawa”
sedangkan bumi adalah “raga”
“Dalam masyarakat pertanian, (Sumardjo, 2015: 87). Buyung tidak akan
pasangan air adalah tanah. Tanah bermakna apa-apa (kosong) tanpa adanya
dan air adalah pasangan hidup abadi air (isi). Penyatuan antara isi dan wadah
bagi manusia. Tanah tanpa air merupakan penyatuan kosmik antara
berarti tandus dan mandul. Tanpa langit dan bumi yang saling mengisi
air adalah kematian. Tanah dan air
sehingga terciptanya kehidupan pada dengan rajah memiliki esensi yang sama
dunia tengah yakni manusia. yakni pepeling atau pengingat. Ritual
bubuka dan penutup pada sebuah tradisi
Buyung yang digunakan selama
ritual sering dijumpai kalimat rajah
proses ritual selalu dibalut dengan kain
sebagai kalimat untuk membuka dan
putih. Menurut pak Jaja selaku kuncen di
menutup suatu prosesi ritual.
Balong Dalem Tirta Yatra, kain putih
digunakan sebagai simbol kesucian dalam Perkembangan upacara adat kawin
menjaga kehidupan. Kain putih cai, memiliki pengaruh terhadap ajaran-
dibalutkan pada buyung yang membawa jaran islam yang masuk di lingkungan
air kehidupan bagi masyarakat. masyarakatnya. Sama halnya dengan
rajah, adzan dapat difungsikan sama
1.3 Kumandang Adzan
dengan fungsi rajah pada awalnya.
Seiring perkembangan zaman dan
masuknya islam, perlahan adanya
perubahan bentuk namun dengan maksud
yang hampir serupa. Jika dikaitkan,
sesepuh atau kuncen yang
mengumandangkan adzan bisa disebut
sebagai pusat mandala. Kuncen tersebut
Gambar 2: Kuncen Cikembulan merupakan manusia yang berada pada
mengumandangkan adzan di depan pintu dunia tengah. Menurut Jakob Sumardjo,
masuk komplek 7 sumber mata air mandala merupakan lingkaran yang
keramat, (Sumber: Prega P.B, 2020). membentuk suatu kesempurnaan,
kutuhan, tanpa cacat, dan merupakan
Adzan dalam islam merupakan sebuah energi dalam menyatukan dunia
sebuah seruan atau sebuah panggilan. atas dengan dunia bawah (Sumardjo,
Secara terminologi berarti 2003: 87). Maka jelas bahwa kumandang
memberitahukan mengenai waktu sholat adzan ini merupakan sebuah energi dari
dengan kata-kata tertentu. Adzan telah ada mandala dalam bentuk kidungan adzan,
dan diperintahkan pada saat tahun dalam proses komunikasi izin atau restu
pertama Hijrah Nabi Muhamaad SAW ke pada dunia atas dan dunia bawah.
Madinah (M. Jawad, 2007: 56).
Kumandang adzan pada upacara
Sebelum mengenal adzan, adat kawin cai merupakan sebuah doa,
masyarakat adat Sunda lebih mengenal awalan, komunikasi, harapan, dan
Rajah sebagi kata-kata atau ucapan pembuka kidung penggantu rajah dalam
pembuka (do’a) dalam suatu peristiwa sebuah ritus. Peneliti memiliki anggapan
ritual yang disampaikan oleh juru pantun. bahwa pengaruh islam yang masuk ke
Menurut Jakob Sumardjo, rajah dalam lingkungan mayarakat, akan
mengandung mantra seperti pada mengubah pola pikir yang bersifat
pengucapan ahung sampai empat atau 7 musyrik, maka dari itu, adzan merupakan
kali (Sumardjo, 2003: 86). Intinya adzan
pengganti dari rajah pada masyarakat adat menjadi 2. Pertama adalah sebagai
Sunda. Adzan pada upacara adat kawin pepeling atau pengingat diri, kedua
cai merujuk pada sebuah pepeling atau sebagai tanda sebuah momen waktu.
pengingat dan juga penanda awal waktu. Pengingat diri adalah tanda seseorang
Tentu saja pengaruh islam yang masuk ke untuk kembali mensucikan diri secara
dalam lingkungan masyarakat, jasmaniah (berwudhu) dan secara
menjadikan adzan adalah prosesi ritual rohaniah (taqwa dan ibadah). Kesucian
pada tradisi mereka. Sesepuh dari inilah yang harus dimiliki setiap manusia
Cikembulan menjelaskan, pada saat untuk bisa mengingat Tuhan dan
sebelum memasuki gerbang masuk 7 menghargai setiap ciptaan-Nya termasuk
sumber mata air Cikembulan, harus alam. Adzan sebagai tanda sebuah momen
dikumandangkan adzan subuh. Adzan waktu merupakan seruan akan terjadinya
subuh berbeda dengan adzan di waktu peristiwa yang penting, inti dari ritual
lain. Pada adzan subuh terdapat kalimat kawin cai. Air akan bersiap untuk
seruan ‘assholatu khoirumminnaum’ yang disatukan, maka momen ini harus ditandai
artinya sholat lebih baik daripada tidur. sebagai sebuah seruan penting. Seperti
Maka dimaknai bahwa manusia harus sebuah jenazah yang akan dikuburkan,
senantiasa hidup, hidup pikiran, hidup maka sebelum ditimbun dengan tanah
perasaan, dan hidup segala sesuatunya. akan dilakukan kumandang adzan. Hal ini
Maka kaitan adzan tersebut dimaknai bisa memiliki makna yang serupa dengan
filosofi kehidupan yang harus senantiasa ritual kawin cai. Proses penyatuannya
hidup, berpikir, bekerja, dan berusaha dilakukan dengan adzan sebagai bagian
untuk menjalani kehidupannya dengan dari pengaruh islam masuk ke dalam
sebaik mungkin. Fungsi adzan ini dapat ekosistem masyarakat Desa
diartikan sebagai sebuah pepeling atau Babakanmulya.
pengingat kepada manusia yang
1.4 Siwur
mendengarkan.
Adzan pula dikumandangkan di
Balong Dalem Tirta Yatra yang di mana
dikumandangkannya saat air yang telah
dibawa dari Cikembulan bersiap untuk
disatukan atau dituangkan ke sumber mata
air di Balong Dalem Tirta Yatra. Adzan
disimbolkan sebagai tanda awalnya waktu
malam Jum’at kliwon, karena prosesi Gambar 3: Siwur yang digunakan untuk
upacara adat kawin cai dilaksanakan pada mengambil air dari 7 sumber mata air dan
hari Kamis malam Jum’at kliwon. menuangkannya ke dalam buyung,
Garis besar yang dapat peneliti (Sumber: Prega P.B, 2020).
tafsirkan adalah disinyalir bahwa adzan Gayung yang terbuat dari batok
dalam konsep ritual kawin cai terbagi kelapa ini disebut dengan siwur (dalam
bahasa Jawa). Wadah airnya terbuat dari yang harmoni tadi akan melahirkan
batok kelapa yang sudah dibersihkan dari kehidupan manusia yakni siger tengah.
seratnya dan pegangannya terbuat dari Konsepsi harmoni menjadi bagian penting
bambu. Penggunaan siwur tersebut, pada masayarakat pertanian pada ritual
digunakan oleh kuncen dari Cikembulan kawin cai. Manusia bertugas untuk
untuk mengambil air dari 7 sumber mata mengharmonikan alam antara langit
air yang terdapat di dalam komplek 7 dengan bumi sehingga dapat
sumber mata air Cikembulan. menghasilkan tumbuhan yang digunakan
untuk kepentingan manusia hidup di
Penggunaan siwur pada upacara
dunia.
adat kawin cai berkaitan erat dengan air.
Simbol siwur merepresentasikan antara Pengambilan air dilakukan
air dan atau langit. Batok kelapa berulang hingga 7 kali yang berarti siwur
sebelumnya merupakan buah kelapa yang digunakan untuk mengambil air dari ke-7
tentunya berisikan air kelapa. Jakob sumber mata air. Konsepsi 7 ini
Sumardjo (2015: 267) menjelaskan bahwa berhubungan dengan siwur sebagai media
air kelapa merupakan air di atas pohon dalam proses penyatuan air dengan tanah
kelapa, jadi simbol air dari langit. Maka, tadi. Konsep 7 sering dikaitkan dengan 7
siwur pada upacara adat kawin cai dapat tingkatan langit dan bumi (Sumardjo,
dimaknai sebagai proses bersatunya air 2015: 97). Maka, dalam kaitannya siwur
menuju tanah (buyung). Tanah berada di yang digunakan dalam mengambil air
bumi dan air berasal dari langit yang tadi, menyimbolkan langit dan bumi. Air
kemudian melalui penyatuan kosmik yang diambil dari 7 sumber mata air yang
disebut dengan axis mundi maka kemudian disimbolkan 7 langit karena air
bersatulah pada satu wadah yang berasal dari langit. Tanah yang merupakan
dinamakan dengan buyung tersebut. Axis buyung sebagai wadah air dari 7 sumber
mundi berartikan penghubung antara mata air yang disatukan menjadi satu
dunia atas dan dunia bawah. Siwur adalah dalam ke-7 unsur bumi dalam satu wadah.
axis mundi yang dimaksud. Ia merupakan Buyung yang kosong digambarkan
penghubung antara air (langit) dengan sebagai laki-laki diisi dengan air yang
tanah (bumi). Siwur digunakan untuk disimbolkan dengan perempuan. Sesuatu
mengambil air untuk dimasukkan ke yang kosong disimbolkan dengan kelaki-
dalam wadah (buyung). Maka terdapat lakian dan air disimbolkan sebagai
konsep filsofi harmoni atas penggabungan perempuan (Sumardjo, 2015).
kedua kosmik tersebut yang disebut
Peneliti menyimpulkan dan
sebagai siger tengah. Siger tengah
memprediksi bahwa siwur juga termasuk
berfungsi sebagai jalan tengah harmoni
di dalamnya bersama dengan buyung
atau perdamaian dari hal yang berlawanan
adalah simbol alam semesta. Kosmik
(Sumardjo, 2019: 63). Malam dengan
antara langit dan bumi tercermin antara
siang atau langit dengan bumi. Maka
kedua benda tersebut. Siwur dimaknai
kedua hal yang berlawanan ini kemudian
sebagai penghubung antara air dengan
mengikat suatu yang harmoni. Sesuatu
bersatunya tanah yang dijadikan sebagai Sudah jelas bahwa air sebagai kehidupan
buyung. Kelapa merupakan buah yang manusia dan juga alam. Setiap makhluk
berada di atas dan menghasilkan air. Di hidup memerlukan air untuk mereka
atas artinya berada di langit dan langit hidup. Air adalah cikal bakal dari
menghasilkan air yang akan turun ke terbentuknya kehidupan. Bahkan teori
tanah dan memberikan kehidupan. Hal peradaban mengungkapkan bahwa
inilah yang menjadikan unsur-unsur yang kehidupan berawal dari air. Maka jelas air
terdapat pada upacara adat kawin cai merupakan simbol kehidupan di alam
dimaknai oleh masyarakat tani dan semesta.
peladang di Desa Babakanmulya, sebagi
Hubungan antara air dengan tanah
tradisi mereka bersyukur atas nikmat alam
juga terjadi saat proses selesainya proses
khusunya air bagi kehidupan mereka.
kawin cai secara keseluruhan. Sore
1.5 Air dan Tanah sebagai Konsep harinya pasti akan turun hujan lebat di
Kehidupan dan Ritus Kesuburan Desa Babakanmulya. Pak Jaja sebagai
sesepuh di Desa Babakanmulya
Air selalu dikaitkan dengan dunia
menjelaskan setidaknya jika tidak saat
atas. Jakob Sumardjo (2015: 110)
hari saat prosesi upacara adat kawin cai
menjelaskan bahwa mitologi Nyi Pohaci
berlangsung, maka hujan akan turun saat
mengajarkan tanaman memberikan
keesokan harinya. Simbol perkawinan
kehidupan bagi manusia dan manfaat
atas air adalah bagian dari kesatuan
yang berasal dari dunia atas. Dunia atas
kosmologi Sunda berpola tiga atau
memiliki kesamaan dengan air, karena air
tritangtu. Ketiga elemen air, tanah, dan
berasal dari langit (hujan). Esesnsi kawin
manusia menyatu membuat simbol dan
cai memberikan gambaran pola
dimaknai oleh masyarakat sehingga
perkawinan yang berhubungan dengan hal
terdapat wujud kebudayaan yang secara
tersebut. Ritual kesuburan bermakna
turun temurun terus dilakukan setiap
adanya konsep penyatuan atau pertemuan
tahunnya, itulah yang membuat upacara
dengan 2 hal yang berbeda yang dapat
adat kawin cai menjadi bagian penting
melahirkan sesuatu. Air dengan tanah
dalam ekosistem masyarakat dalam
adalah konsep dari ritus kesburuan yang di
mengungkapkan ekspresi kebudayaan.
mana akan melahirkan kehidupan berupa
tanaman atau tumbuhan untuk Simbol pada hubungan antara air
kelangsungan makhluk hidup. khususnya dengan tanah menggambarkan
hubungan kesinambungan dengan alam.
Kosmologi Sunda juga
Namun, konsepsi pada budaya Sunda
mengangkat air sebagai bagian dari
melahirkan laki-laki dan perempuan
konsep tiga. “Dalam setiap kabuyutan
sudah menjadi konsep berpikir
selalu terdapat tiga unsur kosmologi
masyarakat Sunda sejak lama.
Sunda, yakni langit, bumi, dunia manusia.
“Perempuan itu “isi” dan lelaki adalah
Simbol-simbolnya adalah air untuk langit,
“wadah” kehidupan. Bumi dan lelaki
tanah untuk bumi (berhutan), dan batu
tidak bermakna tanpa hujan dari langit
untuk manusia” (Sumardjo, 2015: 91).
yang bersifat perempuan. Perempuan dan lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia
langit adalah “nyawa” sedangkan bumi mengetahui segala sesuatu”.
adalah “raga” (Sumardjo, 2015: 87).
Ungkapan mengenai konsep 7
Sebetulnya konsep laki-laki dan
dalam budaya Sunda akan selalu dikaitkan
perempuan ini bukan merujuk pada
pada 7 sifat, 7 langit dan bumi, 7 hari, 7
gender atau sex yang sesungguhnya
surga dan neraka, dll. Semuanya
melainkan merujuk pada sifat. Sifat
mengajarakan mengenai filosofi
perempuan sebagai ibu dan pemberi
kehidupan Sunda. 7 langit (dunia atas) dan
kehidupan sedangkan laki-laki
7 lapisan bumi (dunia bawah) dan
memberikan sifat kebapaan dan “wadah”
manusia berada di antaranya mengajarkan
bagi kehidupan. Konsep inilah
untuk hidup harmonis dan menjadi
membangun simbol-simbol tertentu pada
penyeimbang antar kedua lapisan di atas
upacara adat kawin cai di mana sifat
dan di bawahnya karena manusia berada
perempuan ada pada air dan sifat laki-laki
di dunia tengah. 7 surga dan neraka
ada pada tanah. Air menyimbolkan sifat
memberikan gambaran manusia agar
wanita yang kemudian dimaknai dengan
hidup baik. Kadar kebaikan dan
pemberi kehidupan atau sumber
keburukannya dihitung dari tingkatan 7
kehidupan. Tanah disimbolkan sebagai
surga dan neraka tersebut. Maka, filosofi
kelaki-lakian sebagai penerima kehidupan
Sunda mengajarkan untuk harmonis
yang juga memberikan kehidupan bagi
dengan alam dan dengan sesama manusia.
manusia.
Berkaitan dengan 7 sumber mata
1.5.1 7 Sumber Mata Air
air, peneliti berasumsi bahwa dapat
dimaknai 7 sumber mata air ini lebih
mengacu pada 7 latifah atau sifat
kebatinan pada diri manusia. 7 latifah
memberikan gambaran yang logis karena
berkesinambungan dengan makna 7
sumber mata air yang masing-masing
sumber mata air memiliki makna yang
berbeda. Hal ini berkesinambungan dan
Gambar 4: Batu yang bertuliskan nama- bersifat paradoksal karena latifah adalah
nama dari 7 sumber mata air Cikembulan, sifat yang ada pada diri manusia dan 7
(Sumber: Prega P.B, 2020). sumur atau sumber mata air Cikembulan
Konsep bilangan angka 7 dalam sebagai ‘pengingat’ dan ‘penawar’ dari
islam salah satunya terdapat pada Al- sifat buruk yang ada pada diri manusia. 7
Qur’an surat Al-Baqarah (2: 29) yang latifah adalah bagian yang halus dalam
artinya “Dia-lah Allah, yang menjadikan diri manusia. 7 lapisan ini di antaranya
segala yang ada di bumi untuk kamu dan latifah Qolbi (letak kekufuran,
Dia berkehendak (menciptakan) langit, kemusyrikan, dll.), latifah Ruh (hawa
nafsu), latifah Sirri (sifat zalim, amarah,
pendendam), latifah Khafi (dengki dan
khianat), latifah Ahfa (riya, takabur, ujub,
dll.), latifah Nafs (nafsu amarah dan
panjang angan-angan), dan latifah Qullu
Jasad (kebendaan dan kelalaian).2
1. Sumur Kejayaan simbol lawan
dari latifah Qullu Jasad. Gambar 6: Sumur Keselamatan,
(Sumber: Prega P.B, 2020).
Keselamatan dunia dan diakhirat
menjadi makna dari sumur keselamatan
yang dipercayai masyarakat penuturnya
sebagai sumur yang akan membantu
mereka selamat dari segala hal-hal buruk
Gambar 5: Sumur Kejayaan, (Sumber: di dunia dan di akhirat kelak. Latifah Ahfa
Prega P.B, 2020). terdapat sifat buruk yang akan membuat
Kejayaan memiliki simbol seseorang tidak akan diberikan
kesuksesan. Seseorang akan berupaya keselamatan. Maka kebalikannya, bagi
untuk meraih sukses dalam meraih apa masyarakat yang menggunakan air
yang diinginkan. Sifat dalam ingin meraih tersebut akan diganti oleh Allah menjadi
kesuksesan dan pencapaian hidup yang sifat yang tadharru (merendahkan diri)
maksimal ini ada pada latifah Qullu dan tafakur (merenung mengingat Allah).
Jasad. Dalam latifah tersebut Allah akan 3. Sumur Pengabulan simbol lawan
senantiasa memberikan sifat ilmu dan dari latifah Nafs.
amal bagi siapapun yang berdzikir
kepada-Nya. Maka, dengan sifat ilmu dan
amal, orang akan dimudahkan dalam
meraih kesuksesannya. Dalam islam
ketika seseorang banyak beramal, maka
bukanlah ia menjadi miskin melainkan
akan memupuk pahala untuk diakhirat dan Gambar 7: Sumur Pengabulan, (Sumber:
menjadikannya meraih kesuksesan. Maka Prega P.B, 2020).
hal ini berkesinambungan dengan sumur Latifah Nafs memiliki sifat buruk
kejayaan yang dimaknai masyarakat salah satunya panjang angan-angan.
sebagai sumur pemberi kesuksesan. Panjang angan-angan tersebut adalah
2. Sumur Keselamatan simbol lawan sesuatu yang bisa berlebihan dalam
dari latifah Ahfa. menghadapai sesuatu permintaan yang
ada pada dirinya dengan
mengharapkannya juga secara berlebihan.

2
Jurnal Analisis. Hidayat, Aris. “Makna Ritual Naqsabandiyah”. Volume XVII, No. 01, Januari -
Dalam Risalah Tarekat Qadiriyah Juni 2010.
Maka jika sesorang berdzikir kepada Gambar 9: Sumur Pengasihan, (Sumber:
Allah akan Allah berikan ketenangan hati Prega P.B, 2020).
dan pikiran yang tenang. Sumur Sifat pada latihaf Sirri ialah
pengabulan memiliki makna yang sama amarah dan pendendam. Sumur
dengan simbol dari latifah Nafs yang akan pengasihan memiliki kekuatan untuk
memberikan ketenangan dan pikiran melawan sifat tersebut. Sifat yang dimiliki
kepada seseorang dalam berikhtiar untuk pada sumur pengasihan adalah kasih
meraih apa yang diinginkannya. sayang juga ramah tamah. Seseorang
4. Sumur Kemulyaan simbol lawan memerlukan perhatian dan kasih sayang
dari latifah Khafi. dari orang lain.
6. Sumur Kesaktian simbol lawan
dari latifah Qolbi.

Gambar 8: Sumur Kemulyaan, (Sumber:


Prega P.B, 2020). Gambar 10: Sumur Kesaktian, (Sumber:
Sumur tersebut akan memberikan Prega P.B, 2020).
seseorang kemuliaan dalam hidup Latifah Qolbi letak dari sifat buruk
termasuk di dalamnya kemuliaan pada kekufuran dan kemusyrikan. Sumur
nama baik dirinya, keluarganya, dan kesaktian bukan berarti bagi seseorang
nafkah yang ia miliki untuk keluarganya. yang menggunakan air yang ada dalam
Dalam latifah Khafi terdapat sifat-sifat sumur tersebut akan menjadi seseorang
yang buruk salah satunya dengki dan yang sakti seperti memiliki kekebalan,
khianat. Sifat inilah yang nantinya akan dapat menerawang masa depan, atau
merusak kemuliaan seseorang karena sifat memiliki kekuatan di luar nalar manusia.
buruk tersebut. Oleh karenanya, latifah Sumur kesaktian berartikan semangat
Khafi tempat di mana sifat dengki dan hidup agar manusia senantiasa mudah
khianat itu berada. dalam menjalankan sesuatu karena
5. Sumur Pengasihan simbol lawan adanya dorongan dari dirinya dalam
dari latifah Sirri. berbuat dan bertindak.
7. Sumur Kemudahan simbol lawan
dari latifah Ruh.
kekuatan yang ada pada setiap
Gambar 11: Sumur Kemudahan, masing-masing sumber mata air tersebut.
(Sumber: Prega P.B, 2020). Kekuatan yang ada pada 7 sumber
Di dalam latifah tersebut terdapat mata air yang kemudian disatukan dalam
sifat buruk menuruti hawa nafsu. Sumur buyung, akan tercipta satu kekuatan besar
kemudahan memiliki makna air yang yang secara spiritualitas berdampak baik
terdapat pada sumur tersebut, akan bagi manusia dan juga alam. Air dari 7
memberikan kemudahan dalam hal usaha sumber mata air yang kemudian disatukan
dan bisnis, kemudahan dalam ke sumber mata air Balong Dalem Tirta
mengerjakan pekerjaan, kemudahan Yatra akan berpengaruh terhadap sumber
dalam menghadapi cobaan hidup, serta mata air yang ada di Balong Dalem Tirta
kemudahan lain yang bisanya dihadapi Yatra. Pengaruh inilah yang dimaknai
oleh setiap manusia dalam kehidupannya. masyarakat sebagi kekuatan air yang baik
Bagi orang yang mengingat Allah akan untuk kelagsungan hidup jasmaniah dan
Allah berikan kekhusyuan dan tawadhu. rohaniah mereka. Air tersebut menjadi
7 sumur atau sumber mata air di obat penawar dari sifat buruk secara
atas semacam obat penawar dan pengingat rohaniah dan bermanfaat bagi keseharian
bagi orang yang mempercayai dan dan tanaman mereka secara jasmaniah
memaknainya sebagai sumur yang hidup mereka.
memiliki kekuatan. Air menjadi media
yang tepat bagi seseorang dalam 1.5.2 Penyiraman Kepada Tokoh
mempercayai adanya sebuah energi Desa
spiritual yang terkandung di dalamnya.
Dalam kehidupan masyarakat Sunda, air
dijadikan sebagai media atau tempat
menyimpannya do’a yang dipercayai
untuk kebaikan seseorang yang nantinya
akan menggunakan air tersebut untuk
diminum atau dibasuhkan pada bagian
anggota tubuh. Simbol yang ada pada 7 Gambar 12: Salah satu Ekbang Desa
sumber mata air mengirimkan makna sedang disirami air oleh Kepala Desa
yang paradoksal dari 7 latifah yang ada Babakanmulya denga air yang sudah
pada diri manusia. Hukum paradoks dikawinkan, (Sumber: Prega P.B, 2020).
merupakan hukum sebab-akibat yang
berarti mengandung sifat dualistik Tokoh yang disirami air tersebut
(Sumardjo, 2015; 94). Bagi masyarakat pula berjumlah 7 perwakilan dari 7 desa di
penutur atau masyarakat yang percaya Kecamatan Jalaksana. Namun, saat
akan kekuatan khasiat dari 7 sumber mata pandemi di tahun 2020, maka hal ini
air tersebut, maka ia akan terpengaruh diwakilkan oleh 3 orang perwakilan.
terhadap sugesti yang ada pada dirinya Mereka merupakan simbol dari
untuk senantiasa memaknai setiap perwujudan pembangunan desa karena
mereka merupakan Ekbang atau Ekonomi dilaksanakan oleh masyarakat dan
Pembangunan Desa. Tokoh yang disirami Ekbang desa. Istilah tekad, ucap, dan
oleh air tersebut biasanya ganjil. Jika tidak lampah juga mendampingi filosofi
7 bisa 5 atau 3. Jika berbicara konsep 3 tritangtu modern.
atau dalam kosmologi Sunda dikenal
“Dalam bidang budaya yang lebih
sebagai tritangtu, menjadi pengetahuan
makro, tekad atau keinginan adalah
dan unsur yang penting dalam filosofi
kesundaan itu sendiri, ucap adalah
kehidupan orang Sunda khususnya di
Sunda sebagai bagian dari
Desa Babakanmulya. Kaitan dengan ke-3
kenasionalan, dan lampah adalah
para Ekbang desa, mereka merupakan
rakyat Sunda yang islami”
simbol dari kepanjangan tritangtu.
(Sumardjo, 2015: 66).
Penyiraman terhadap 3 tokoh
Pola tritangtu dapat dilihat pada
Ekbang desa merupakan simbol dari
prosesi ketika air tersebut disiramkan
kosmologi tritangtu modern. Menurut
kepada Ekbang desa yang duduk.
Jakob Sumardjo menjelaskan mengenai
Biasanya Ekbang desa tersebut duduk
tritangtu modern dalam kaitannya sistem
bersila di atas tanah tanpa alas apapun.
pemerintahan atau tatanan zaman modern
Simbol dunia atas (langit; air), dunia
bahwa :
tengah (manusia; batu), dan dunia bawah
“Tritangtu yang modern adalah (bumi; tanah) dapat dilihat secara jelas
ungkapan silih asih, silih asah, ketika air disiramkan oleh pejabat desa.
silih asuh. Umumnya pemahaman Mula-mula air disiramkan dari atas kepala
tritangtu modern ini berlaku untuk Ekbang desa yang bermakna air dari langit
aspek kesatuannya, dan bukan atau dunia atas, kemudian membasahi
pembedaannya. Semua manusia kepala hingga kaki Ekbang desa tersebut
Sunda harus saling asih, saling bermakna dunia manusia atau dunia
asah, dan saling asuh. Setiap orang tengah, yang pada akhirnya air tersebut
harus memiliki sikap tritangtu ini, mengenai tanah atau bumi yang
supaya hidup di tanah Sunda ini merupakan dunia bawah. Jakob Sumardjo
menjadi aman, damai, sejahtera” menegaskan bahwa “..... masyarakat
(2015: 65). Sunda melambangkan langit sebagai air,
manusia sebagai batu, dan bumi sebagi
Silih asih, silih asah, silih asuh
tanah. Dengan demikian ada kesatuan
sama dengan kehendak, pikiran,
tiga secara metakosmos, makrokosmos,
perbuatan dalam diri manusia (Sumardjo,
dan mikrokosmos (manusia ini)” (2015:
2015: 66). Tokoh lain yang menyiramkan
46-47). Hubungan tersebut ditafsirkan
air kepada 3 Ekbang desa tersebut
sebagai kesatuan pola tiga atau tritangtu
merupakan tokoh pejabat pemerintahan
yang erat kaitannya dengan kesatuan
mulai dari camat, kepala desa, dan kesra
hukum kausalitas hidup manusia di dunia.
desa. Camat cerminan dari pikiran, kepala
Jika tekadnya baik dan niatnya baik maka
desa dan kesra cerminan dari kehendak
perbuatannya pun akan baik.
atau tekad, serta perbuatan dari
Sesajen atau Sesaji Hubungan daya kosmik dari ke-3 sesajen
ini memiliki hubungan yang transenden
karena ia memiliki hubugan yang vertikal
(ke atas). Biasanya telur berada pada
pucuk dari tumpeng. Telur memiliki
makna tribuana atau tiga dunia kosmik
menjadi satu kesatuan (Sumardjo, 2015:
270).

Gambar 13: Sesajen dan buyung serta Entitas laki-laki dan perempuan
keris yang diletakkan di atas batu kawin, selanjutnya tergambar pada sisir yang di
(Sumber: Prega P.B, 2020). mana sisir merupakan alat yang sering
digunakan wanita dan menjadikannya
Sesaji atau biasa dikenal dengan simbol perempuan. Air putih simbol dari
sesajen memiliki arti simbolis bagi perempuan dan air kopi sebagai laki-laki.
masyarakat Sunda. Sesaji melambangkan Putih berarti wanita, dan hitam berarti
sebuah permohonan agar diberkahi Allah laki-laki. Sedangkan air teh dapat
SWT untuk mengingat serta menghormati bermakna dunia tengah. Kembang 7 rupa
leluhur sehingga arwahnya dapat tenang merupakan simbol 7 lapis langit. Rokok
juga mengharapkan restu dari leluhur pasti akan dikaitkan dengan laki-laki.
(Bernard, 2007: 18). Selain entitas laki-laki dan perempuan
Sesajen yang terdapat pada warna sendiri memiliki simbol tertentu.
upacara adat kawin cai cukup beraneka Putih merupakan warna kehidupan dan
ragam. Mulai dari kembang 7 rupa, telur merah berarti kematian (darah)
rebus, kopi manis dan kopi pahit, rokok, (Sumardjo, 2015: 239). Seperti pada kue
teh manis dan teh tawar, air putih, cucur yang berwarna merah dan leupeut
tumpeng, kemenyan, sisir hingga berwarna putih. Unsur-unsur warna
makanan tradisional seperti leupeut dan tersebut merupakan kepercayaan Sunda
kue cuhcur. Kesemuanya itu memiliki dahulu akan sifat yang ada pada diri
simbol-simbol yang harmoni satu sama manusia. Merah dapat berartikan
lain. Entitas antara laki-laki dan kemarahan atau amarah yang dikaitkan
perempuan tidak dapat dipisahkan. dengan api, putih kesucian yang dikaitkan
Perkawinan antara daya kosmis laki-laki dengan air.
dan perempuan memberikan simbol pada Fungsi transenden erat kaitannya
sesejan tersebut. Setidaknya telur, dengan hubungan spiritualitas secara
kemenyan, dan tumpeng merupakan vertikal. Manusia dengan Sang Pencipta
gambaran untuk penyatuan tiga dunia yang didukung dengan simbol-simbol
yakni atas (langit), tengah (manusia), dan pada sesejen tersebut. Tumpeng
bawah (bumi). Simbol-simbol tersebut merupakan mandala. Jakob Sumardjo
merupakan hasil penafsiran dari menerangkan bahwa “mandala adalah
masyarakat Sunda, dan Desa yantra atau medium inderawi untuk
Babakanmulya adalah masyarakat Sunda.
mencapai tingkat mistisisme, penyatuan merah sendiri memiliki makna
yang duniawi-jasmani dengan surgawi diantarnya keberanian, amarah,
rohani” (2015: 245). Mandala ini juga kecintaan, adan juga keibuan.
termasuk pada asap kemenyan dan telur. b. Bunga mawar putih atau dalam
Ketiga sesajen tersebut memiliki sifat bahasa Sunda disebut sebagai
transenden sebagai bentuk komunikasi mawar bodas dapat dimaknai
spiritual pada Sang Hyang secara filosofi. sebagai ketulusan. Warna putih
Ketiganya mengacu pada dunia atas sendiri memiliki makna kesucian.
sebagai tempat dari Sang Hyang. Sama seperti warna putih dalam
Tumpeng yang mengerucut, asap objek simbol sesajen lain, bahwa
kemenyan yang membumbung ke atas putih akan berartikan sesuatu hal
juga telur yang simbol tritangtu yang yang baik seperti suci, bersih,
biasanya diletakkan di atas tumpeng. Sisir tulus, dan keikhlasan hati.
dan rokok merupakan lambang entitas c. Bunga cempaka memiliki arti
dari perempuan dan laki-laki. Sisir sebagai pengingat atau pepeling.
setidaknya dapat ditafsirkan sederhana Hidupnya seseorang, harus
karena benda tersebut merupakan alat senantiasa eling atau selalu
yang sering wanita digunakan untuk mengingat, mengingat kepada
merapihkan rambutnya. Biasanya sisir ini yang menciptakan yakni Tuhan
berpasangan dengan cermin. Begitu pula Yang Maha Esa.
dengan rokok, cerutu, atau tembakau yang d. Kenanga yang berwarna kuning
merupakan alat yang sering kaum lelaki keemasan memiliki arti
pakai sebagai simbol kejantanan dan kesejahteraan dan keemasan. Arti
kelaki-lakian. tersebut sejalan dengan nama
bunga yakni ‘kenang(a)’ yang
Lebih lanjut kembang 7 rupa
dapat ditafsirkan sebagai kata
masing-masing warannya memiliki
‘kenang’ atau ingat terhadap
simbol dan makna yang mencerminkan
sesuatu atau seseorang. Mengingat
“kisah” dalam kehidupan manusia. Maka
sosok yang baik dan yang
dari itu, simbol warna memiliki
dihormati sebagai salah satu upaya
reinterpretasi untuk dimaknai sebagai
penghormatan kepada leluhur atau
perjalanan hidup. Kembang 7 rupa ini
orang yang dihormati. Keemasan
memiliki makna-makna di antaranya;
adalah harapan setiap orang dalam
a. Bunga mawar merah atau dalam mencapai taraf cita-cita
bahasa Sunda disebut mawar kehidupan.
beureum. Mawar merah dalam e. Bunga Sedap Malam yang dikenal
budaya Jawa dikenal dengan sebagai bunga yang sangat harum
istilah ‘Mawi-Arsa’. Istilah jika mekar pada malam hari.
tersebut artinya kehendak yang Bunga ini dapat bermakna bahwa
harus disadari atau niat yang harus ia dapat mengharumkan seisi
dirasakan dan disadari. Warna ruang (hati) dalam kegelapan
malam (semesta). Bunga yang edukasi dalam memahami peristiwa pada
berwarna putih ini juga masa lampau.
mencirikan hati yang tulus akan Terdapat nilai-nilai yang bisa
senantiasa harum dan disenangi dilihat dari adanya upacara adat kawin cai
banyak orang. tersebut bagi masyarakat Desa
f. Melati yang berwarna putih Babakanmulya. Nilai berarti adanya
memiliki makna yang hampir suatau kebaikan atau keberhagaan.
sama dengan mawar putih. Melati Menilai berarti mengubungkan sesuatu
memiliki makna feminisme yang dilakukan manusia dengan sesuatu
dengan kaitannya sebagai seorang lainnya (Darmodiharjo dan Sidharta,
ibu atau puteri. Perkawinan adat 1995: 234). Penilaian ini didapat dari
Sunda, bunga melati ini sering pengamatan peneliti sendiri yang melihat
dijumpai dan menjadi bunga yang secara langsung keadaan di lapangan
memiliki simbol ketulusan dan ditambah beberapa wawancara yang
keikhlasan hati. dilakukan kepada narasumber. Nilai-nilai
g. Bunga Tanjung memiliki warna yang tercipta di masyarakat tersebut di
putih kehijauan. Putih sebagai antaranya adalah nilai ketaqwaan pada
kesucian dan bersih dan hijau Allah SWT. Nilai ini jika diklasifikasikan
sebagai lambang kesuburan. menurut 3 macam nilai oleh Notonegoro
Selain itu, bunganya sering maka ia termasuk pada nilai kerohanian.
digunakan sebagai pengharum Tentunya ini menjadi hal yang paradoks
ruangan dan pakaian. Bunga yang karena disatu sisi ritual tersebut adalah
digunakan pada sesajen ini, musyrik namun disisi lain justru akan
diharapkan bisa menjunjung tinggi menambah nilai taqwa pada Allah SWT.
kebaikan, agama, dan kebenaran Jika kita masuk pada substansi upacara
(Tanjung = junjung). adat kawin cai adalah bagian dari rasa
2. Pengaruh terhadap Kehidupan syukur masyarakat kepada alam, maka
Sosial-Budaya Masyarakat dapat dimaknai bahwa ungkapan syukur
Sebuah ritus budaya merupakan tersebut juga ditujukan pada yang
bagian dari sejarah penting bagi menciptakan alam yakni Allah SWT.
kehidupan masyarakat khususnya Nilai selanjutnya adalah nilai
masyarakat penuturnya. Sejarah menjadi kebersamaan. Nilai kebersamaan bisa
tolak ukur yang dapat mengkaji berbagai masuk pada klasifikasi nilai vital karena ia
hal, baik yang sudah lalu, maupun yang memiliki sifat yang saling
akan datang. Pentingnya sejarah bagi menguntungkan. Nilai tersebut tercermin
masyarakat dapat dijadikan sebagai dengan dibuktikannya upaya kegotong-
edukasi dalam melihat suatu peristiwa royongan masyarakat dalam sama-sama
tertentu dan dapat diketahui asal mewujudkan dan melestarikan upcara
muasalnya (Rustiyanti, 2018: 8). Maka, adat kawin cai agar tetap terjaga. Tidak
pentingnya untuk mengetahui kesejarahan hanya itu, kebersamaan dengan makan
pada ritus kawin cai ini sebagai media bersama atau botram menanamkan nilai
kebersamaan yang kuat antar individu langit, air, perempuan, putih, basah dan
masyarakat. isi. Dunia bawah adalah bumi, tanah, laki-
Nilai yang ketiga adalah nilai laki, hitam, kering dan wadah. Upacara
sama rasa sepenanggungan. Nilai adat kawin cai ini merupakan wujud dari
tersebut juga memiliki klasifikasi sebagai pola pikir masyarakat dalam merawat
nilai vital. Duduk bersama dalam (ngaruat) alam khusunya dalam hal ini
kesederhanaan beralaskan tikar sederhana adalah air sebagai sumber kehidupan.
dan berkumpul tanpa adanya batasan- 2. Terdapat simbol dan makna yang
batasan strata sosial, menjadikan nilai ada pada setiap rangkaian upacara adat
sama rasa sangat terasa. Tidak dibedakan kawin cai berlangsung. Simbol dan makna
antara pejabat dengan rakyat tersebut terdapat pada bentuk, warna,
mencerminkan keharmonisan dan bahan, proses, hingga bentuk lisan.
kerukunan sesama manusia. Pada Simbol tersebut tersirat ada pada setiap
dasarnya manusia adalah sama. Ketika rangkaian maupun benda yang digunakan
manusia sudah bisa menghormati alam pada ritual tersebut.
maka sudah sewajarnya menghormati 3. Simbol-simbol dan makna yang
sesama manusia sudah menjadi terdapat pada upacara adat kawin cai
keseharusan. Nilai yang terakhir adalah memiliki nilai-nilai yang berdampak pada
nilai harmonis dengan alam. Nilai ini sosial-budaya masyarakat Desa
masuk pada klasifikasi sebagai nilai Babakanmulya di antaranya adalah nilai
material. Hal ini dikarenakan material, nilai vital, dan nilai kerohanian.
harmonisnya dengan alam, akan
Daftar Pustaka
menciptakan keuntungan langsung yang
dapat dirasakan manusia seperti tanaman Buku
hasil panen, air yang melimpah, hingga
kepada hewan ternak yang dapat Bernard, Raho. (2007). Teori Sosiologi
Modern. Jakarta : Prestasi Pustaka
dimanfaatkan manuisa itu sendiri.
Publisher.
Tentunya nilai ini merupakan esensi yang
sangat kuat dalam upacara adat kawin cai. Darmodiharjo, Darji dan Sidharta. (1995).
Perkawinan antara manusia dengan alam Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan
dapat menghasilkan keselarasan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia.
ekosistem yang baik. Menghargai alam Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
sama dengan menghargai yang Geertz, Clifford. (1992). Kebudayaan dan
menciptakan alam. Agama. diterjemahkan oleh F. Budi
Hardiman dari The Interpretation of
Kesimpulan Cultures, Yogkakarta : Kanisius.
1. Upacara adat kawin cai _____________. (1973). The
merupakan sebuah ritual upacara Interpretation of Cultures: Selected
kesuburan. Ritus kesuburan ini dimaknai Essays. USA : Basic Books.
sebagai pola perkawinan antara dunia atas
dengan dunia bawah. Dunia atas adalah _____________. (2000). Tafsir
Kebudayaan.Yogyakarta : Kanisius.
_____________. (2003). Kebudayaan Kitab Kehidupan. Jurnal Program Studi
dan Agama. Yogyakarta : Kanisius. Desain Komunikasi Visual, Institut
Teknologi Harapan Bangsa. Vol. 3 No. 1.
Herusatoto, Budiono. (1984). Simbolisme 9 Halaman.
Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta
:Hanindita. Mas Noerdjito, Fathi, & Hawal Widodo.
Jauhari, Heri. (2018). Folklor Bahan (2009). Peran Adat dan Pensakralan
Kajian Ilmu Budaya, Sastra, dan Sejarah. Mata Air Terhadap Konservasi Air di
Bandung : Yrama Widya. Lereng Ciremai. Jurnal Biologi Indonesia
5 (3). 14 Halaman.
Moleong, Lexy. (2007). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rustiyanti, Sri. (2008). Folklor Candi
Karya. Cangkuang: Destinasi Wisata Berbasis
Koentjaraningrat. (1985). Beberapa Budaya, Sejarah, dan Religi. Jurnal
Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Dian Budaya Etnika. Vol. 2, No. 2, Desember.
Rakyat. 8 Halaman.

Permana, Kuswara Sastra, S.Sos. (2010). ____________. (2015). Ekspresi dan


Back To Kuningan-Spirit Baru Kaum Gestur Penari Tunggal dalam Budaya
Perantau. Tangerang-Banten : Yayasan Media Visual Dua Dimensi. Jurnal
Satu Abad. Panggung. Vol. 25 No. 1, Maret. 9
Halaman.
Sumardjo, Jakob. (2003). Simbol-simbol
Artefak Budaya Sunda, tafsir-tafsir
Laman
pantun Sunda. Kabupaten Bandung :
https://www.academia.edu/36389206/Def
Kelir.
inisi_Etik_Dalam_Pendekatan_Konselin
______________. (2006). Estetika g_Lintas_Budaya (diakes pada 6 April
Paradoks. Kabupaten Bandung : Kelir. 2020)
______________. (2015). Sunda
Polarasionalitas Budaya. Kabupaten
Bandung : Kelir.
______________. (2019). Struktur
Filosofis Artefak Sunda. Kabupaten
Bandung : Kelir.
Jurnal
Hidayat, Aris. “Makna Ritual Dalam
Risalah Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah”. Jurnal Analisis.
Volume XVII, No. 01, Januari - Juni
2010. 12 Halaman.

Lucky Hendrawan, Deny Supratman


Arleti, M. Apin. (2015). Sesajen Sebagai

Anda mungkin juga menyukai