PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah seseorang meinggal dunia biasanya ada sebuah upacara untuk mengantarkannya
menuju tempat peristirahatannya yang terakhir. Setiap daerah di Indonesia memiliki adat yang
berbeda dalam mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan yang terakhir. Perbedaan adat ini
memperkaya budaya nasional kita.
Seperti dearah lain di Indonesia orang Jawa juga mempunyai adat tersendiri dalam
mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan yang terakhir. Upacara adat untuk orang
meninggal dalam adat Jawa disebut “kesripahan”. Adat ini masih dilakukan oleh masyarakat
jawa pada umumnya.
Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, budaya jawa kian memudar.
Mudahnya suatu budaya masuk ke suatu daerah menjadi salah satu penyebab pudarnya buadaya
suatu daerah. Sering kita menjumpai di daerah perkotaan masyarakat yang lebih membudayaka
budaya asing ketimbang budayanya sendiri.
Oleh karena itu kita sebagai generasi masa kini harus melestarikan budaya nasional kita
khususnya budaya jawa. Melalui makalah ini penulis berharap kita sebagai generasi muda bisa
lebih memahami dan melestarikan budaya kita.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian kesripahan dalam adat jawa?
2. Apa saja tahapan merawat jenazah dalam adat jawa?
3. Jenis slametan apa saja yang diadakan dalam uapacara kesripahan?
4. Makna apa yang terkandung dalam bahan slametan?
C. TUJUAN
1. Mengetahui kesripahan dalam adat jawa.
2. Mengetahui tahapan merawat jenazah dalam adat jawa.
3. Mengetahui jenis-jenis slametan.
4. Makna yang terkandung dalam sesaji yang digunakan dalam slametan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesripahan
Kesripahan sering disebut juga lelayu. Pada umumnya mati berarti hilangnya roh dari
jasad. Dari sudut pandang budaya mati berarti peralihan individu dari alam hidup ke alam gaib.
Banyak juga orang yng mengartikan mati sebagai terputusnya kehidupan.
Orang jawa memiliki konsep tersendiri mengenai pengertian mati. Dalam pandangan
orang jawa hidup itu abadi. Kematian hanya dipahami sebagai matinya jasad dan matinya nafsu
di dunia. Kehidupan seseorang yang megalami kematian dipandang sebagai peralihan dari alam
dunia menuju alam gaib. Orang yang meninggal diyakini akan mengalami pembebasan yang
pada akhirnya menemukan hakikat hidup itu sendiri.
3. Mitung dina
Slametan ini dilakukan pada tujuh hari setelah meninggalnya seseorang. Slematan ini juga
dimaksudkan untuk menghormati roh arwah orang yang telah meninggal. Menurut kepercayaan
orang jawa pada hari ketujuh ini roh akan keluar dari rumah. Untuk memperlancar roh keluar
dari rumah, secara simbolis ahli waris membuka genting atau jendela sebelum acara di mulai.
Setelah roh keluar dri rumah roh akanberhenti sejenak di pekarangan rumah atau halaman
sekitar.
Pada acara mitung dina ada pembacaan tahlil. Hal ini dimasudkan untuk mempermudah roh
meninggalkan pekarangan rumah atau halaman sekitar. Tahlil sebenarnya dilakuakn selama tujuh
hari dan mitung dina adalah acara penutup tahlil tersebut. Pada akhir acara peserta slametan
diberi bancakan yang berisi nasi dan lauk pauknya.
Sajian yang harus dihidangkan pada acara ini adalah sebagai berikut :
Kue apem yang didalamnya diberi uang logam, ketan kolak semuanya diletakkan dalam satu takir.
Nasi asahan tiga tampah, daging goreng, pindang merah yang dicampur dengan kacang panjang
yang diikat kecil-kecil, dan daging jeroan yang ditempatkan dalam wadah berbentuk kerucut
(conthong), serta pindang putih.
4. Matang puluh
Upacara ini untuk memperingati empat puluh hari setelah meninggalnya seseorang. Slametan
ini bertujuan untuk menghormati dan mempermudah perjalanan roh yang akan menuju alam
kubur. Untuk mencapai tujuan matang puluh, ahli waris dan para tamu yang diunang
membacakan tahlil dan doa. Menurut kepercayaan orang jawa, pada hari ke empat puluh roh
orang yang meninggal mulai mencari jalan menuju alam kubur. Jalan yang dicari adalah jalan
yang dilewati ketika pemberangkatan jenazah yang sudah dibersihkan sehungga terhindar dari
aral yang melintang.
Pada upacara ini dilakukan penyempurnaan roh dan jasad dengan menyediakan ubarampe.
Bagian jasad yang disempurnakan adalah darah, daging, sungsum,jeroan (isi perut), kuku,
rambut, tulang, dan otot. Ubarampe adalah bahan sesaji yang harus ada ketika slametan
diadakan. Ubarampe terdiri dari benang lawe, jodog, sentir, cupak , minyak klentik satu botol,
sisir, minyak wangi, cermin, kapas, pisang raja, beras, gula kelapa, jarum dan perlengkapannya,
dan bala pecah.
Pada slametan ini bahan –bahan yang harus ada sama dengan bahan-bahan pada acara mitung
dina, tetapi ada sedikit tambaha. Bahan tambahannya antara lain :
Nasi wuduk
Ingkung
Kedelai hitam
Cabai merah utuh
Rambak kulit
Bawang merah yang telah dikupas kulitnya
Garam
Bunga kenanga
5. Nyatus
Slametan ini diadakan untuk memperingati hari keseratus dari meniggalnya seseorang.
Upacara ini bertujuan untuk menyempurnakan semua hal yang bersifat badan wadhag.
Menurut kepercayaan adat jawa sebelum genap seratus hari roh berada di alam kubur masih
sering kembali ke rumah sampai slametan mendhak pisan dan mendhak pindo. Sesaji yang
digunakan sama dengan pada saat matang puluh hanya saja ditambah dengan pasung, ketan, dan
kolak.
6. Mendhak sepisan
Mendhak sepisan adalah peringatan satu tahun setelah meninggalnya seseorang. Tata cara
dan sesaji pada slametan ini sama dengan slametan nyatus. Slametan ini sering juga disebut
meling. Kata meling berasal dari kata eling yang berarti mengingat-ingat. Maksud dari slametan
ini adalah agar ahli waris mengingat kembali jasa-jasa orang yang telah meninggal. Meling juga
dimaksudkan agar ahli waris mengintrospeksi diri dan selalu ingat bahwa suatu saat siahli waris
juga akan meninggal dunia.
7. Mendhak pindho
Slametan ini bertujuan untuk memperingati dua tahun atas meninggalnya seseorang. Upacara
ini juga dimaksudkan untuk menyempurnakan semua kulit, darah dan semacamnya. Pada tahun
yang kedua ini jenazah sudah hancur luluh tinggal tulangnya saja. Pada slametan ini juga
dibacakan doa dan tahlil. Bahan-bahan sesaji yang digunakan sama dengan slametan mendak
pindho.
8. Nyewu
Nyewu yaitu peringatan seribu hari atas kematian seseorang. Menurut kepercayaan orang
jawa setelah hari keseribu roh orang yang telah meninggal tidak akan kembali ke tengah-tengah
keluarganya lagi. Roh akan benar-benar meninggalkan keluarga dan tempat dan tempat tingalnya
untuk menghadap Tuhan. Oleh karena itu slametan ini diadakan lebih besar dari biasanya.
Bahan yang digunakan untuk slametan sama dengan bahan pada slameten sebelumnya. Ada
beberapa bahan tambahan yang diperlukan diantaranya :
Daging kambing/domba becek. Sebelum dimasak becek, seekor domba disiram dengan bunga
setaman, lalu dicuci bulunya, diselimuti dengan mori selebar sapu tangan, diberi kalung bunga
yang telah dirangkai, diberi makan daun sirih. Keesokan harinya domba diikat kakinya lalu
ditidurkan di tanah. Badan domba seutuhnya digambar pola dengan menggunakan ujung pisau.
Hal ini dimaksudkan untuk mengirim tunggangan bagi arwah yang mati supaya lekas sampai
surga. Setelah itu domba disembelih dan kemudian dimasak becek.
Sepasang burung merpati dikurung dan diberi rangkaian bunga. Setelah doa selesai dilakukan,
burung merpati dilepas dan diterbangkan. Maksud tata cara ini adalah juga untuk mengirim
tunggangan bagi arwah agar dapat cepat kembali pada Tuhan. dalam keadaan suci, bersih, tanpa
beban.
Sesaji/ubarampe, terdiri atas tikar bangka, benang lawe empat puluh helai, jodhog, clupak berisi
minyak kelapa dan uceng-uceng (sumbu lampu), minyak kelapa satu botol, sisir, serit, cepuk
berisi minyak tua, kaca/cermin, kapuk, kemenyan, pisang raja setangkep, gula kelapa setangkep,
kelapa utuh satu butir, beras satu takir, sirih dengan kelengkapan untuk menginang, bunga boreh.
Semuanya diletakkan di atas tampah dan diletakkan di tempat orang slametan untuk melakukan
doa.
9. Kol (Kol kolan)
Kol adalah slametan untuk memperingati hari kematian seseorang. Kol harus dilaksanakan tepat
pada hari dan bulan yang sama ketika si jenazah meninggal. Kol pertama dilakukan satu tahun
setelah slametan nyewu. Bahan yang digunakan untuk slametan adalah kue apem dan ketan
kolak yang diltakkan dalam satu takir, pisang raja satu tangkep, uang wajib, dan dupa.
10. Nyadran
Nyadran adalah berkunjung ke makam kerabat yang telah meninggal. Biasanya nyadran
dilakukan pada bulan ruwah atau menjelanf bulan ramadhan bagi umat Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesripahan merupakan suatu rangkaian upacara adat yang bertujuan untuk mengantarkan
jenazah keliang lahat. Selain itu kesripahan juga mempunyai tujuan untuk mendoakan roh orang
yang sudah meninggal agar sampai disisi Tuhan dengan lancar. Adat kesripahan juga
mengingatkan kita sebagai manusia akan kematian yang sewaktu-waktu datang menghampiri
kita. Oleh karen itu kita haruslah berhati-hati dalam mengambil setiap langkah di kehidupan ini.
B. Saran
Adat kesripahan di jawa merupakan salah satu budaya nasional, oleh karena itu sebagai generasi
masa kini sudah sepatutunya kita melestarikan budaya sendiri. Filosofi yang terkandung dalam
setiap upacara adat jawa dapat kita jadikan sebagai pedoman hidup. Kita patutu bangga dengan
budaya kita karena budaya memiliki filosofi dan arti yang sangat endalam.
http://iestyblog.blogspot.co.id/2015/03/makalah-adat-kesripahan-di-jawa-tengah.html
www.rifalnurkholiq.com