Anda di halaman 1dari 8

Harmonisasi dalam Budaya Jawa

• Harmoni menunjukkan suatu keadaan yang selaras, seimbang, serasi, sesuai, rukun dan terpadu. Dalam
diri seseorang, harmoni merujuk pada keselarasan kondisi lahir dan batinnya. Harmoni dalam alam
ditunjukkan adanya keseimbangan ekosistem. Dalam kontek sosial, harmoni dapat tercipta jika dalam
kehidupan masyarakat tidak terjadi konflik.
• Harmonisasi diartikan juga sebagai kesadaran manusia. Sekalipun manusia dianggap (menganggap diri)
sebagai makhluk paling mulia, namun tidak ada alasan untuk mentang-mentang merasa diri paling mulia
diantara makhluk lainnya. Karena kemuliaan manusia tergantung dari cara memanfaatkan akal budi dalam
diri kita sendiri. Bila akal budi digunakan untuk kejahatan, maka kemuliaan manusia menjadi ternodai,
menjadi hina, bahkan masih lebih hina sekalipun dibanding dengan binatang paling hina.
• Dalam kehidupan sosial yang pluralitas, dengan berbagai kepentingan yang berbeda-beda, Konflik tidak
bisa dihindarkan, berikut teori tentang penyebab konflik:
-Teori hubungan masyarakat, adanya ketidakpercayaan dan permusuhan antar kelompok yang berbeda-
beda.
-Teori negosiasi prinsip, terjadi karena posisi-posisi yang tidak selaras dan adanya perbedaan pandangan
-Teori kebutuhan manusia, kebutuhan yang tidak terpenuhi baik fisik maupun psikis
-Teori identitas, terjadi karena identitas seseorang yang terancam
-Teori kesalahpahaman antarbudaya, fanatisme budaya masing-masing
Teori transformasi konflik, terjadi karena ketidakadilan dalam budaya dan ekonomi
Simpul-simpul Harmoni

• Bahasa Jawa : Untuk menjaga keharmonisan, biasanya orang Jawa menggunakan bahasa simbolik
(sanepan) untuk menghaluskan kata yang diucapkan dan untuk menjaga perasaan lawan bicara supaya
tidak tersinggung. Untuk menjaga keharmonisan orang Jawa meninggalkan atau tidak menggunakan kata-
kata kosong atau fitanah.
• Manunggaling Kawulo Gusti : Konsep sederhana masyarakat Jawa tentang Tuhan adalah manusia akan
mampu manunggal dengan Tuhan jika ia telah mampu melebur diri dalam kebaikan, kejujuran dan pesan-
pesan kemanusiaan untuk melaksanakan perintah Tuhan. Disebut manusia istimewa jika sudah sampai
pada kebenaran sejati, pandangannya bening dan larut dalam kebesaran Tuhannya. Tak putus menyebut
namanya, dan baginya yang ada hanyalah Allah.
• Tepasalira Unggah-ungguh : Rasa bagi masyarakat Jawa sangat diperhatikan sebagai wujud harmonitas
sosial. Masyarakat Jawa yang berperasaan akan menjaga hubungan baik dengan orang lain, menghargai,
menghormati, dan berusaha untuk mengerti perasaan orang (tepasalira).
• Kebersamaan (mangan ora mangan ngumpul) : Manusia pada hakekatnya membutuhkan kebersamaan,
kesatuan dengan alam dan sesamanya.
• Sandingkala dan ora ilok : Sandingkala merupakan konsep Jawa tentang ketaatan manusia untuk mengikuti
keteraturan alam. Manusia diajarkan untuk tertib waktu dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari sesuai
dengan ketentuan alam.
• Selamatan : Tujuan ritual selamatan/wilujengan adalah untuk memperoleh keselamatan dan perlindungan
dari Tuhan
Budaya Tradisi Selamatan
• Upacara tradisi selamatan (slametan) ataupun gelar sesaji (sajen) bagi masyarakat Jawa seakan
sudah menjadi pola kehidupan yang biasa dilaksanakan. Sejak manusia Jawa lahir sudah
diperkenalkan dengan tradisi-tradisi selamatan. Mulai dari kelahiran (brokohan, sepasaran, piton-
piton, selapan, setahunan), anak-anak (tetakan/khitanan), upacara perkawinan, masa kehamilan,
sampai dengan kematian. Begitu pula dalam pola tradisi kehidupan masyarakat Jawa seperti
pindah rumah, membuat rumah, tardisi bersih desa/nyadran, upacara-upacara di Keraton dan
masih banyak lagi. Hampir perilaku atau kegiatan yang akan dilakukan oleh masyarakat Jawa
tidak lepas didahului dengan tradisi selamatan.
• hakikat dari keselamatan yaitu sebagai wujud syukur, untuk mendapatkan berkah, selamat dan
terhindar dari cobaan yang berat, mendoakan orang yang meninggal, sebagai rasa syukur,
kehidupan masyarakat aman dan tenteram, terjaga dari malapetaka dan juga berfungsi sebagai
(tolak balak).
• Selamatan juga merupakan bentuk menjaga hubungan keharmonisan manusia dengan sang
pencipta, dengan sesama manusia dan dengan alam.
• Dalam Islam selamatan merupakan makan bersama yang mengundang masyarakat sekitar
umumnya laki-laki, dengan doa. Hidangannya berupa nasi tumpeng dan bertujuan untuk
kerukunan dan ketenteraman serta dengan berharap mendapatkan berkah dari Allah serta
bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada Allah.
• Selamatan sebenarnya merupakan suatu upaya
harmonisasi, melalui jalan spiritual yang kreatif
untuk menselaraskan dan menghubungkan antara
daya aura magis manusia, dengan seluruh ciptaan
Tuhan yang saling berdampingan di dunia ini,
khususnya kekuatan alam maupun makhluk ghaib.
• Selamatan merupakan harmonisasi dalam dimensi
horizontal terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan.
Dalam selamatan melibatkan semua lapisan
masyarakat tanpa memandang statusnya sosialnya.
• Sesaji dan ubarampe di dalam selamatan
sebenarnya merupakan pengaruh dari tradisi
lokal (Jawa), Hindu, dan Buda termasuk
animisme dan dinamisme, yang sudah ada
jauh sebelum kedatangan Islam
• Terlepas dari dilaksanakan atau tidaknya
sebuah tradisi selamatan, Ubarampe sesaji
tidaklah lain sebagai ajaran yang luhur yang
penuh dengan peradaban dan etika.
Selamatan Kematian
• Geblag atau selamatan setelah penguburan (sur tanah). Makna sur tanah adalah
memindahkan alam fana ke alam baka dan wadag semula yang berasal dari tanah
akan kembali ke tanah juga
• Nelung dina atau selamatan setelah tiga hari kematian. untuk penghormatan
kepada roh orang yang meninggal. Orang Jawa berkeyakinan bahwa roh orang yang
meninggal masih berada di dalam rumah.
• Mitung dina atau selamatan setelah tujuh hari kematian. Setelah tujuh hari roh
mulai keluar dari rumah. Untuk mempermudah perjalanan roh meninggalkan
pekarangan ahli waris membantu dengan acara selamatan tahlilan, dan mendoakan
• Matangpuluh dina atau selamatan setelah 40 hari kematian. Dimaksudkan sebagai
upaya untuk mempermudahperjalanan roh menuju ke alam kubur. Ahli waris
membantu perjalanan itu dengan mengirim doa yaitu dengan bacaan tahlil dan
selamatan
• Nyatus dina atau selamatan setelah 100 hari kematian.Tradisi ini dimaksudkan untuk
menyempumakan semua hal yang bersifat badan wadhag. Di alam kubur ini, roh masih sering
kembali ke dalam keluarga sampai upacara selamatan tahun pertama (mendhak pisan) dan
peringatan tahun kedua(mendhakpindho)
• Mendhak sepisan atau selamatan setelah satu tahun kematian. Fungsi selamatan ini adalah
untuk untuk mengingat-ingat kembali akan jasa-jasa orang yang telah meninggal. Ahli waris
pada selamatan ini harus mengingat kebesaran almarhum-almarhumah.
• Mendhak pindho atau selamatan setelah dua tahun kematian
Selamatan mendhak pindho dimaksudkan untuk menyempumakan semua kulit, darah dan
semacamnya. Pada saat ini jenasah sudah hancur luluh, tinggal tulang saja). Pada saat ini juga
dilakukan pengiriman doa dengan cara tahlil dan sajian.
• selamatanNyewu atau selamatan sete1ah seribu hari kematian
merupakan puncak dari rangkaian selamatan kematian. Pada saat ini orang Jawa meyakini
bahwa roh manusia yang meninggal sudah tidak akan kembali ke tengah-tengah keluarganya
lagi. Roh tersebut betul-betul telah meninggalkan keluarga untuk menghadap Tuhan. Itulah
sebabnya selamatan pada saat ini dilaksanakan lebih besar dibanding selamatan sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai