MAKALAH
Disusun dan dipresentasikan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah
Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
Kartika Wanojaleni, S.Pd.I, M.Ag.
Disusun oleh:
No Nama NIM/NIRM Jurusan/Prodi Ket
1. Rakhmah Rizqi Nafisah 202100856 Tarbiyah/ Pendidikan Sm.3
Agama Islam
2. Nada Yulfani Wulandari 202100654 Tarbiyah/ Pendidikan Sm.3
Agama Islam
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUFYAN TSAURI
JL. KH. Sufyan Tsauri Telp.(0280) 6265671 Majenang 53257
Tahun Akademik 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas dan banyak
variable yang dapat mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psoikologis,
pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Dari perspektif
mengajar pelakunya adalah guru/pendidik ataupun pihak yang mendidik.
Sedangkan dari perfektif belajar pelakunya adalah peserta didik/siswa yang
melakukan aktifitas belajar. Dengan demikian pendidikan adalah suatu proses
interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang memiliki tujuan tertentu.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat terjadi melalui usaha
mendengar, membaca megikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati,
meniru, melatih atau mencoba sendiri dengan pengajaran atau latihan. Dalam
proses pembelajaran adanya interaksi antara pendidik dengan peserta didik.
Namun yang menjadi permasalahan bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh
peserta didik dan proses mengajar yang dilakukan oleh pendidik. Hal tersebutlah
yang menjadi acuan kami dalam pembuatan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian proses belajar mengajar?
2. Apa Pengertian proses pembelajaran dalam pendidikan Islam?
3. Seperti apa bentuk proses pembelajaran?
4. Apa saja yang menjadi komponen-komponen proses belajar dan mengajar?
5. Bagaimana cara melaksanakan pengajaran pendidikan islam?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian proses belajar mengajar
2. Untuk mengetahui Pengertian proses pembelajaran dalam pendidikan
Islam
3. Untuk mengetahui bentuk proses pembelajaran
4. Untuk mengetahui komponen-komponen proses belajar dan mengajar
5. Untuk mengetahui cara melaksanakan pengajaran pendidikan islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
Proses belajar dan mengajar secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan
interaksi dan saling mempengaruhi antara pendidik dan peserta didik, dengan
fungsi utama pendidik memberikan materi pelajaran atau sesuatu yang
memepengaruhi peserta didik, sedangkan peserta didik menerima pelajaran,
pengaruh atau sesuatu yang diberikan oleh pendidik.1
1
Abuddin Nata, 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, hlm.121.
2
Ramayulis, 2018, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia., hlm.340.
3
3. Bentuk Proses Pengajaran
Pendidik dapat memilih metode yang banyak tersedia. Metode ceramah boleh
digunakan, diskusi juga mungkin, tanya jawab baik juga, dan seterusnya. Untuk
mengetahui apakah anak didik memang telah paham defenisi shalat, syarat sah
shalat, rukun shalat dan sebagainya. Selanjutnya pendidik dapat
menyelenggarakan ulangan berupa ulangan harian atau dengan cara yang lain,
yang diuji hanyalah aspek pengetahuan tentang shalat. Jika hasil ujian semua
bagus, berarti tujuan pembelajaran aspek knowing telah tercapai. Proses
Pembelajaran yang dilakukan baru dalam bentuk transfer pengetahuan (transfer of
knowledge/knowing).
4
shalat ada syarat sah shalat, rukun shalat, sunat shalat dan sebagainya. Kemudian
peserta didik mengembangkan materi tersebut melalui sumber pembelajaran
seperti perpustakaan, media informasi, manusia sumber dan sebagainya. Sehingga
peserta didik dapat memperdalam dan memperluasnya secara detail rinci. Metode
yang digunakan pendidik, bisa metode pemberian tugas, metode cooparative
learning, dan sebagainya, setelah peserta didik belajar mandiri, kemudian
dilakukan evaluasi dengan mempertanggungjawabkan (resitasi) tugas-tugas yang
diberikan, baik secara individu maupun secara kelompok. Tugas-tugas tersebut
dipertanggungjawabkan secara lisan atau secara tertulis. Jika tugas-tugas yang
diberikan oleh pendidik dilaksanakan oleh peserta didik dengan baik dan
sempurna maka pendidik baru berhasil dalam pengembangan pengetahuan
(transformation of knowledge).
Untuk mencapai tujuan ini metode yang baik digunakan ialah metode
demonstrasi dan eksperimen. Pendidik mendemonstrasikan shalat untuk
memperlihatkan cara shalat, lantas anak didik satu demi satu mendemonstrasikan
shalat. Pendidik dapat juga memutar video rekaman shalat dan kemudian murid
menontonnya. Kemudian anak didik diminta mendemonstrasikan shalat seperti
yang dicontohkan pendidik.
5
4. Penanaman Nilai (internalization of value)
Artinya:
6
"aku diutus oleh Allah untuk menyernpurnakan akhlak" (H.R Bukhari
Muslim).
Guru agama mengajarkan akhlak kemudian anak didik mengetahui dan bila
diuji anak didik dapat menjawab benar seperti yang diajarkan pendidik. Itu
semuanya pengajaran, guru agama baru berhasil dalam mentransfer dan
transformasikan pengetahuan, namun belum berhasil dalam internalisasi nilai.
Guru agama baru dikatakan berhasil apabila materi akhlak dipelajari dapat
mengubah perilaku dan karakternya yang semula pembohong menjadi jujur, yang
semula boros menjadi hemat, yang semula pendendam menjadi pemaaf dan
sebagainya.3
Selain terdapat guru dan murid serta mungkin sejumlah teknisi atau fisilitator
lainnya yang membantu, kegiatan proses belajar mengajar juga membutuhkan
kejelasan sejumlah komponen atau aspek lainnya. komponen atau aspek tersebut
yaitu aspek tujuan, pendekatan, metode, teknik, dan taktik. Berbagai komponen
atau aspek tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan………., Jakarta: Kalam Mulia, 2002, hlm. 366-367.
7
Tujuan belajar mengajar adalah sejumlah kompetensi atau kemampuan
tertentu yang harus di kuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Tujuan belajar mengajar secara lebih detail dan terperinci harus
dirumuskan oleh setiap guru yang akan mengajar. Pada setiap tujuan belajar
mengajar dari setiap mata pelajaran perlu dirumuskan dengan jelas dan
operasional tentang kompetensi atau kemampuan yang ingin diwujudkan pada
setiap peserta didik, baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor.
Dengan cara demikian, proses belajar mengajar tersebut akan dapat berjalan
secara efisien dan efektif, dan terhindar dari perbuatan yang sia-sia.
Dalam pada itu, jika perpaduan tujuan individu dan tujuan sosial dalam
pendidikan, maka tujuan pendidikan dapat dirumuskan, bukan hanya dalam
rangka mengikuti kemauan individual dengan jalan mengembangkan bakat dan
minatnya, melainkan juga memenuhi kebutuhan sosial dengan jalan memelihara
dan mewariskan nilai-nilai budaya, ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
dan lain sebagainya. Inilah sebab yang mendasari lahirnya berbagai rumusan
tujuan pendididkan yang berbeda-beda.
8
2. Menentukan pendekatan dalam proses belajar mengajar
Pendekatan dapat diartikan sebagai cara pandang atau titik tolak yang yang
digunakan dalam menjelaskan sesuatu masalah. Karena cara pandang atau titik
tolak yang dapat digunkan dalam menjelaskan sesuatu masalah itu amat banyak,
maka kesimpulan yang akan dihasilkan pun akan berbeda-beda. Dengan demikian,
pendekatan dalam proses belajar mengajar adalah cara pandang atau titik tolak
yang digunakan seorang guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
Dilihat dari segi bentuk dan macamnya, pendekatan proses belajar mengajar
dapat dilihat dari segi kepentingan guru (eksternal atau teacher centris),
kepentingan murid (internal atau student centris) dan perpaduan di antara dua
kepentingan tersebut (konvergensi). Penjelasan atas ketiga segi kepentingan ini
telah dijelaskan pada uraian di atas. Selain itu, pendekatan juga dapat dilihat dari
segi disiplin ilmu yang digunakan, misalnya pendekatan normatif teologis, histori
empiris, filosofis, sosiologis, politik, ekonomi, hukum dan sebagai nya).
Pendekatan dalam proses belajar mengajar, juga dapat dilihat khusus dari segi
latar belakang peserta didik, yaitu ada peserta didik yang masih kanak-kanak,
anak-anak, remaja, dewasa, dan manusia lanjut usia (manula). Berbagai ciri
psikologis yang terdapat pada setiap kategori usia tersebut digunakan sebagai
dasar pertimbangan dalam menentukkan proses belajar mengajar. Sebuah materi
9
yang sama yang akan diajarkan kpada setiap manusia pada setiap tingkatan
tersebut, mengharuskan adanya pendektan yang berbeda.
Teknik mengajar adalah cara-cara yang terukur, sistematik, dan spesifik dalam
melakukan suatu pekerjaan. Perbedaan teknik yang digunakan akan menentukan
10
perbedaan hasil, tingkat kecepatan dan kepuasan kepada orang yang telibat atau
merasakan manfaat dari pekerjaan tersebut. Tidak hanya dalam kegiatan belajar
mengajar, melain hampir seluruh kegiatan terdapat teknik dalam melakukannya.
Pada pertandingan olahraga misalnya, amat banyak di jumpai teknik yang
diterapkan di dalamnya.
5. Menentukan Taktik
Yang dimaksud dengan taktik adalah rekayasa atau siasat dalam arti positif
yang digunakan oleh seorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Kata taktik scara
sepintas menggambarkan suatu perbuatan yang kurang terpuji, namun hal tersebut
amat tergantung pada tujuannya. Dalam kegiatan proses belajar mengajar juga
terdapat berbagai taktik yang dapat digunakan. Misalnya taktik yang berkaitan
dengan upaya mendorong para siswa agar datang tepat waktu, mengerjakan tugas-
tugas dengan baik, agar siswa meningkat perolehan nilai ujiannya, agar gemar
membaca, dan lain sebagainya. Semua taktik ini perlu dilakukan dalam rangka
mendukung pelaksaan metode pengajaran yang telah dipilih berdasarkan
pendekatan yang telah diterapkan.4
4
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan…………….., Jakarta: : PRENADAMEDIA GROUP, hlm.121.
11
1. Oleh tujuan pengajaran yang hendak dicapai pada jam pelajaran itu. Jika
tujuannya keterampilan, maka urutan langkahnya ada bila tujuannya memahami
konsep, maka urutannya akan berbeda dari bila tujuannya keterampilan demikian
seterusnya.
3. Oleh keadaan alat-alat yang tersedia. Dalam proses pengajaran sering kali di
gunakan alat-alat itu menentukan langkah mengajar. Bila metode eksperimen
yang digunakan, maka alat-alat eksperimen harus tersedia. Bila tidak ada, maka
metode itu diganti dengan metode lain yang tidak perlu menggunakan alat.
4. Oleh jumlah murid. Bila murid nya banyak, katakanlah 100 orang dalam
satu kelas, maka metode ceramah lebih baik dari pada metode diskusi. Jalan
pengajaran (langkah-langkah mengajar) metode ceramah tentu berbeda dari
langkah mengajar dalam metode diskusi sekali lagi, persoalan mengajar
sebenarnya bukanlah terutama persoalan meode apa yang akan di gunakan,
persoalannya adalah bagaimana menyusun langkah-langkah dalam proses
pengajaran.5
5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, hlm. 196
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam hal belajar mengajar yang dapat membantu seseorang untuk dapat
mengajar bukanlah penguasaan metode-metode, melaikan petunjuk tentang
bagaimana merancang “jalan pengajaran” atau proses mengajar. Untuk itu
dibutuhkanlah cara melaksanakan pengajaran dalam pendidikan islam.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://ernaerlina1.blogspot.com/2015/01/proses-pembelajaran-dalam-
pendidikan.html?m=1
http://ippnuteni.blogspot.com/2012/10/proses-belajar-mengajar-dalam.html?
m=1
14