Dosen Pengampu:
Drs.H. Suratman, M.Ag.
Disusun oleh:
Uswatun Hasanah
2021008
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUFYAN TSAURI
JL. KH. Sufyan Tsauri Telp.(0280) 6265671 Majenang 53257
Tahun Akademik 2021/2022
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
NIM : 2021008
Menyetujui,
Penyusun, Pengampu,
1
KATA PENGANTAR
Dan tidak lupa sholawat dan salam tercurahkan kepada kedua orang tua
yang telah memberikan support demi terangkainya makalah ini, kepada dosen
pembimbing yang telah memberi petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini dan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian tugas akhir
ini.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PEMBAHASAN
1. Q.S. Al-alaq ayat 1-5, kewajiban untuk membaca Dan mengkaji ilmu.
2. Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-20, kewajiban untuk mengkaji keagungan Allah
SWT.
3. Q.S At-taubah ayat 122, kewajiban memperdalam Dan menyebarkan ilmu
yang bermanfaat bagi kemaslahatan banyak orang.
4. Q.S Ali-Imran ayat 191, kewajiban untuk dzikir dan pikir, tawakkal dan
ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri.
5. Q.S Al-Ankabut ayat 19-20. Kewajiban untuk melakukan perjalanan Dan
observasi lapangan guna mendapatkan bukti-bukti yang mendudkung
pembelajaran.
1.2 Materi kelompok 2 yang disusun oleh Jurez Hanafi dan Widiyanto
dengan judul: “AYAT-AYAT TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN”
Tujuan pendidikan yang terdapat pada surah Al-Imran ayat 137-139 yaitu:
4
• Agar manusia bisa mengambil pelajaran dari sejarah masa lalu, dari
sunnah-sunnah Allah yang berlaku pada manusia sebelumnya.
• Agar manusia mengetahui jalan hidup yang lurus dan benar, dimana Al-
Quran lah yang menjadi pendidik dan menjadi penerang jalan hidup
manusia.
• Agar menjadi manusia yang kuat serta sehat jasmani dan rohani, menjadi
orang yang bahagia dan tentram hidup didunia dan diakhirat, serta menjadi
orang yang derajatnya bertambah tinggi.
Adapun tujuan pendidikan yang terdapat pada surah Al-Hajj ayat 38-41
yaitu:
• Agar manusia tidak dicela oleh Allah dengan tidak menjadi penghianat
lagi pengingkar nikmat Allah SWT.
5
mengajarkan kita untuk menjadi seorang pendidik yang profesional, yaitu
menstranfer semua ilmu yang ada hingga objek pendidikan paham dan pandai.
2. QS. An- Najm : 5-6 menjelaskan bahwa malaikat Jibril adalah subjek
pendidikan. Ayat tersebut menjelaskan ciri-ciri seorang pendidik yang
berkompeten, tidak hanya baik dalam hal penguasaan materi tapi juga sikap dan
penampilan.
3. QS. An- Nahl : 41-43 memerintah kita untuk bertanya kepada orang
yang lebih tahu. Kita juga diajarkan untuk bersabar dalam pendidikan, baik dalam
proses menuntut ilmu maupun mengajarkan ilmu kita.
4. QS. Al- Kahfi : 66 menjelaskan kepada kita bahwa Nabi Khidir adalah
subjek pendidikan. Kita dianjurkan untuk berlaku sopan kepada guru. Kita juga
diperintahkan untuk mencari ilmu tidak hanya di sekolah, tapi dimanapun.
1.4 Materi kelompok 4 yang disusun oleh Umu Kultsum dan Siti
Khasmunah dengan judul: “OBYEK PENDIDIKAN”
A. Pengertian Pendidikan
6
kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk Pendidikan
formal maupun nonformal.
1. Surat At-Tahrim 66 : 6
Kosa Kata :
a. Anfusakum
Secara kebahasaan, kata qu anfusakum terdiri dari dua suku kata, yaitu
kata qu yang merupakan bentuk amr lil jama’ dari waqa yang berarti jagalaholeh
kalian, dan kata Anfusakum yang berarti dri kalian.
b. Syidad
Secara kebahasaan, kata Ghilaz Syidad terdiri dari dua suku kata, yaitu
suku kata Ghilaz yang merupakan bentuk plural dari kata Ghilaz yang berarti
7
keras, dan kata Syidad yang merupakan bentuk plural dari kata Syadid, yang
berarti kasar.
Tafsir :
Diantara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan
sholat dan bersabar, sebagaimana dalam surah Taha/20: 132.
Tafsir
8
pula memberi manfaat kepadamu. Wahai sekalian Bani Ka’ab bin Lu’ay,
selamatkanlah dirimu dari api neraka, maka sesungguhnya aku tidak mempunyai
kesanggupan memberi mudarat dan tidak pula tidak memberi manffat kepadamu.
Hai Bani Qusai, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Sesungguhnya aku
tikan mempunyai kesanggupan memberi mudarat dan tidak pula memberi manfaat
kepadamu. Hai Bani Abdul Manaf, selamatkanlah dirimu dari api neraka.
Tafsir
Dalam Tafsir Al-Misbah , Quraish Shihab mencatat ada dua kata yang
ditekankan dalam ayat ini yakni tha’ifah dan fiqh yang diambil dari kata
liyatafaqqahu. Thaifah bisa berarti satu-dua orang atau jumlahnya tidak menentu
namun memiliki makna sekelompok manusia yang berbeda dengan kelompok
lain. Ilmu terbagi menjadi dua yakni ilmu yang diperoleh dengan usaha manusia
yakni kasby atau acquired knowledge dan ilmu yang merupakan anugerah dari
Allah Swt. Tafsir Surah at-Taubah ayat 22 dalam Tafsir Al-Misbah yakni
menggaris bawahi tentang pentingnya memperdalam ilmu dan menyebarluaskan
informasi yang benar. Ayat ini terlebih dahulu menggarisbawahi motivasi
bertafaqquh yakni memperdalam pengetahuan bagi mereka yang dianjurkan
keluar. Sementara motivasi utama mereka yang berperang bukan tafaqquh.
Mereka tidak memerolehnya pada saat terlibat dalam perang karena yang terlibat
saat itu sibuk menyusun strategi dan menangkal serangan.
Tafsir
9
Muhammad saw, yang kerasulannya tidak saja dikuatkan dengan mukjizat, tetapi
telah dibenarkan pula oleh Al Kitab, karena terdapat dalam kitab-kitab mereka
sendiri bahwa akan datang seorang Rasul yang membenarkan rasul-rasul
sebelumnya.
Barang siapa yang mematuhi perintah ini dan menjadi seorang mukmin
sejati, tentunya dia akan diridai Allah dan dilimpahkan rahmat-Nya dan tentulah
dia akan menjadi orang yang beruntung didunia dan diakhirat. Tetapi bila mereka
tidak mematuhi seruan ini dan tetap dalam kekafiran, maka mereka sendirilah
yang kan menderita kerugia, tidak dapat merasakan ketentraman dan kebahagiaan,
selalu terombang-ambingkan dalam kesesatan dan keraguan, karena tidak
mempunyai pegangan dalam mengarungi lautan hidup yang tidak diketahuinya
dimana ujung dan pangkalnya. Dia Maha Bijaksana dalam segala tindakan-Nya,
Maha Adil dalam segala pembalasan-Nya.
Penafsiran:
Hai rasul, sampaikan kepada semua orang yang telah diturunkan dari
Tuhanmu yang memiliki perkaramu, dan menambahkan kamu pada
10
kesempurnaan, dan janganlah kamu khawatir dalam menyampaikan itu terhadap
seorang pun, dan jangan takut kamu ditimpa bahaya karenanya.
Dan kalau kamu tidak melaksanakan apa yang telah dilakukan, yakni
menyampaikan apa yang telah dicapai, umpamanya kamus, sekalipun hanya untuk
sementara karena takut disakiti orang, baik dengan perkataan atau perbuatan,
maka sudah cukup merupakan dosa bagimu bila kamu tidak menyampaikan
risalah dan tidak melaksanakan apa yang karenanya kamu di utus. Yaitu,
menyampaikan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan dari Tuhan
mereka, sebagaimana difirmankan oeleh Allah ta'ala:
ِ َّهَّللا ُ الن
اس
Kata ya'simu adalah terambil dari i'samul qirbah, artinya tali buat
mengikat mulut bejana air yang dibuat dari seutas kulit atau benang.
11
An'Nas , yang dimaksud adalah orang-orang kafir, yang dalam
penyampaian itu memuat keterangan tentang kekafiran dan kesesatan mereka,
termasuk kerusakan akidah dan amal perbuatan mereka. Itu semua membuat
mereka marah dan menyebabkan mereka menganiaya Rasulullah saw., baik dari
kutipan maupun perbuatan, serta merencanakan pembunuhan atas dirinya setelah
meninggalnya Abu Thalib, dan putuskan hukuman mati atas diri di Darun-
Nadwah.
Dalam ayat ini telah jelas bahwa Nabi Muhammad harus menyampaikan
apa yang telah diturunkan Allah kepadanya. Jika ia tidak menyampaikan apa yang
telah diturunkan Allah maka ia tidak menambahkan amanat-Nya. Hikmah dari
pengasan itu tadi, bagi para rasul saw. Sendiri adalah pemberitahuan untuknya,
bahwa tablig itu menjadi kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar, dan tidak boleh
menyembunyikan apa yang wajib disampaikan dalam keadaan apapun. Allah tak
akan memberi petunjuk kepada orang-orang kafir karena tidak mendengar tablig
yang telah disampaikan.
Penafsiran :
12
Nabi Muhammad saw. yang diperintahkan untuk mengikuti Nabi Ibrahim
as. sebagaimana terbaca pada ayat yang lalu, kini diperintahkan lagi untuk
mengajak semua orang agar mengikuti pula prinsip-prinsip ajaran bapak para
Nabi dan pengumandang tauhid itu. Yaitu ajaran Islam dengan hikmah dan
pengajaran yang baik dan bantahlah mereka yakni siapapun yang menolak atau
menolak ajaran Islam dengan cara yang terbaik.
Penafsiran :
Ayat ini mengajak semua orang yang dapat melihat seperti memperhatikan
dan memperhatikan, dengan menyatakan: tidakkah memperhatikan yakni
memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik? Kalimat itu seperti pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bawah
sehingga tidak dapat dirobohkan oleh angin dan cabangnya tinggi menjulang ke
langit yakni ke atas. Kedua ayat diatas mengajarkan kepada semua ummat agar
belajar dari menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya dan
bermanfaat bagi orang lain. Demikian pula halnya dengan kata-kata yang baik
yang kita berikan kepada orang lain, misalnya dalam memberikan pengetahuan
yang berguna, manfaatnya akan didapat oleh orang banyak.
Nilai tarbawi yang diambil dari ayat tersebut bahwa perumpamaan adalah
salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan dan pengajaran.
Melalui ungkapan-ungkapan pemisalan, anak didik akan mudah memahami materi
pelajaran dan akan lebih menghargai untuk melakukan karya-karya nyata dan
positif.
13
Penafsiran :
Kalau Kami menginginkan agar orang itu Kami mengangkat dengan ayat-
ayat Kami tersebut dan dengan mengamalkannya kepada derajat-derajat
kesempurnaan dan pengetahuan, bisa saja itu Kami lakukan. Yaitu Kami membuat
petunjuk itu menjadi wataknya benar-benar, dan Kami membuatkan dia mesti
mengamalkannya, baik dengan suka hati atau terpaksa. Karena bagi Kami itu pun
tidak sukar. Hanya saja itu bertentangan dengan sunnah Kami.
Akan tetapi, bagi orang-orang itu cenderung dan lebih condong dunia dan
perhatian dalam kehidupan dia arahkan untuk menikmati kelezatan-kelezatan
jasmani, dan tidak dia arahkan kepada kehidupan ruhani sama sekali, tidak puas-
puas juga. Akhirnya, hilanglah perhatiannya sama sekali untuk melihat ayat-ayat
Kami yang telah Kami berikan kepadanya. Sudah menjadi sunnahtullah pada
manusia, bahwa Dia memberi kebebasan kepadanya untuk memilih sendiri
amalnya yang dia punya kesiapan untuk melakukan sesuai dengan fitrahnya. Agar
balasan yang akan dia berikan sesuai dengan apa yang dilakukan oleh orang
tersebut, baik berupa amal baik atau amal buruk dan agar Allah menguji tentang
perhiasan dan kenikmatan yang telah Dia ciptakan di bumi, sebagaimana
firmanNya:
ث ْلهَث
ْ َب لْ لَ ْي ِه ْله
ِ لُهُ ِل ْال َك ْل
Sesungguhnya orang ini, dengan sifat itu, dia bagaikan anjing dalam
kelakuannya yang terburuk dan paling hina. Karena dengan lebih condong dan
14
cenderung kepada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya, maka orang itu pun
menjadi terburuk dan terburuk hina. disenantiasa ingin dan tak pernah berhenti,
sibuk ingin mengumpulkan kekayaan duniawi dan kemewahan-kemewahannya,
dari yang sekecil-kecilnya sampai sebesar-besarnya. Bagaikan budak-budak nafsu
dan para penyembah harta. Anda melihat seorang dari mereka seperti orang yang
menjulurkan lidahnya karena kepayahan dan letih, sekalipun apa yang dia cari itu
orang yang hina, yang tak perlu meletihkan dengan memayahkan. Dan anda lihat,
setiap kali dia memperoleh keluasan dan kemudahan duniawi, maka semakin
bertambahlah rakusnya terhadap dunia.
Contoh yang sangat ganjil itu adalah perumpamaan dari kaum yang ingkar
terhadap ayat-ayat Kami dan angkuh untuk menerimanya, baik karena bodohnya
terhadap ayat-ayat itu atau karena taklid bapak-bapak dan nenek moyang mereka.
Mereka mengira kalau mereka percaya kepada ayat-ayat itu, maka mereka akan
kehilangan pamor dan jatuhlah derajat mereka, bahkan tak bisa lagi memperoleh
kelezatan-kelezatan yang dapat mereka nikmat. Sehingga hal itu menjadi
penghalang bagi mereka untuk memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penuh
pemikiran dan pembuktin.
Maka ceritakanlah hai Rasul yang mulia, kisah-kisah tentang orang yang
menyerupai keadaannya dengan keadaan mereka yang mendustakan ayat-ayat
yang terang yang kamu bawa. Dengan kisah-kisah itu diharapkan mereka mau
membayangkannya, sehingga keadaan mereka yang buruk dan perumpamaan
mereka yang jelek akan menyebabkan mereka mau berlama-lama memperhatikan
dan berpikir dengan pikiran yang jernih tentang keadaan diri mereka sendiri dan
mau memandang ayat-ayat Allah dengan mata hati, bukan dengan mata nafsu dan
sikapnya yang bermusuhan.
15
Amat buruklah sifat orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan
kepada diri mereka sendiri mereka melakukan zalim. Dan jeleknya perumpamaan
mereka dalam berbagai perumpamaan. Karena mereka melihat diri mereka
melihat ayat-ayat Kami dan hanya memperhatikan dan melihat pemandangan
bermusuhan dan kebencian. Dengan perbuatan seperti itu, mereka untuk
mengamalkan ayat-ayat tersebut dan menggunakannya sebagai jalan yang akan
membuat mereka bahagia di dunia dan akhirat.
1.6 Materi kelompok 6 yang disusun oleh Alwi Muamar, Nada Yulfani
Wulandari, dan Meli Aida dengan judul: “AL-QUR'AN SEBAGAI
PEDOMAN HIDUP DAN DASAR PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN”
1. QS. Al-An’am/6: 91
2. QS. Al-An’am/6: 92
Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Dan ini) Al-
Qur'an ini (adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkahi, membenarkan kitab-
16
kitab yang sebelumnya) yaitu kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya (dan agar
kamu memberi peringatan) dengan memakai ta dan ya diathafkan kepada makna
kalimat sebelumnya, yang artinya, Kami menurunkan Alquran untuk diambil
keberkahannya, dipercayai dan agar kamu memberi peringatan dengannya
(kepada penduduk Umul Qura/Mekah dan orang-orang yang ada disekitarnya)
yaitu penduduk kota Mekah dan umat lainnya (dan orang-orang yang beriman
kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya, dan mereka selalu
memelihara salatnya) karena takut akan siksaan akhirat.
Ayat 1
Tafsir Jalalain menafsirkan ayat (Alif laam miim) Allah yang lebih
mengetahui akan maksudnya. Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish
Shihab adalah bahwa Allah Swt. memulai dengan huruf-huruf eja ini untuk
menunjukkan mukjizat al-Qur'ân, karena al-Qur'ân disusun dari rangkaian huruf-
huruf eja yang digunakan dalam bahasa bangsa Arab sendiri. Meskipun demikian,
mereka tidak pernah mampu untuk membuat rangkaian huruf-huruf itu menjadi
seperti al-Qur'ân. Huruf-huruf itu gunanya untuk menarik perhatian pendengarnya
karena mengandung bunyi yang berirama.
Ayat 2
Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Kitab ini) yakni
yang dibaca oleh Muhammad saw. (tidak ada keraguan) atau kebimbangan
(padanya) bahwa ia benar-benar dari Allah swt. Kalimat negatif menjadi predikat
dari subyek 'Kitab ini', sedangkan kata-kata isyarat 'ini' dipakai sebagai
penghormatan. (menjadi petunjuk) sebagai predikat kedua, artinya menjadi
penuntun (bagi orang-orang yang bertakwa) maksudnya orang-orang yang
mengusahakan diri mereka supaya menjadi takwa dengan jalan mengikuti perintah
dan menjauhi larangan demi menjaga diri dari api neraka.
17
Ayat 3
Ayat 4
Ayat 5
b. QS. Al-Baqarah/2: 97
18
membenarkan apa-apa yang berada di hadapannya) yaitu kitab-kitab suci yang
turun sebelumnya (dan menjadi petunjuk) dari kesesatan (serta berita gembira)
berupa surga (bagi orang-orang yang beriman).
19
Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Dialah yang
menurunkan kepadamu Alquran, di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat)
jelas maksud dan tujuannya (itulah dia pokok-pokok Alquran) yakni yang menjadi
pegangan dalam menetapkan (sedangkan yang lainnya mutasyabihat) tidak
dimengerti secara jelas maksudnya, misalnya permulaan-permulaan surah.
Semuanya disebut sebagai 'muhkam' seperti dalam firman-Nya 'uhkimat aayaatuh'
dengan arti tak ada cacat atau celanya, dan 'mutasyaabiha' pada firman-Nya,
'Kitaaban mutasyaabiha,' dengan makna bahwa sebagian menyamai lainnya dalam
keindahan dan kebenaran.
20
mereka ayat-ayat-Nya) yakni Alquran (dan menyucikan mereka) membersihkan
mereka dari dosa (serta mengajarkan kepada mereka Alkitab) yakni Alquran (dan
hikmah) yakni sunah (dan sesungguhnya mereka) ditakhfifkan dari wainnahum
(adalah sebelumnya) yakni sebelum kebangkitannya (benar-benar dalam kesesatan
yang nyata) atau jelas.
3. QS. Al-Isra’/17: 9, 82
a. QS. Al-Isra’/17: 9
b. QS. Al-Isra’/17: 82
21
1.7 Materi kelompok 7 yang disusun oleh Anggit Sukma Perdana dan
Ilyas Khafandi dengan judul: “Ayat-Ayat Tentang Potensi Manusia”
Penjelasan ayat
22
1. Ayat-ayat ini menunjukkan pemuliaan manusia yang dijadikan Allah
sebagai khalifah di bumi ini dalam menjalankan perintah-perintah-Nya di antara
sesama manusia. Hikmah dibalik penunjukan Adam sebagai khalifah adalah
rahmat kepada umat manusia. Alasannya, manusia tidak sanggup menerima
perintah dan larangan Allah tanpa perantara. Maka sebagai bentuk rahmat-Nya,
Dia mengutus para rasul dari jenis manusia sendiri. Ayat ini menjadi dasar dalam
masalah pengangkatan seorang kepala Negara, seorang khalifah yang dipatuhi dan
ditaati, disetujui seluruh rakyat, dan dilaksanakan keputusan-keputusan
hukumnya. Cara pemilihan kepala Negara ada tiga :
c. Ijmak ahlul halli wal ‘aqdi, yang secara bahasa artinya “orang yang
berwenang melepaskan dan mengikat.” Disebut “mengikat” karena
keputusannya mengikat orang-orang yang mengangkat ahlul halli; dan
disebut “melepaskan” karena mereka yang duduk disitu bisa melepaskan
dan tidak memilih orang-orang tertentu yang tidak disepakati.
2. Bahwa Allah memberi tahu para malaikat tentang penciptaan Adam dan
penunjukannya menjadi khalifah di bumi, mengajar hamba-hamba-Nya tentang
musyawarah dalam segala urusan mereka.
23
4. Menjelaskan pengajaran Adam tentang berbagai jenis makhluk yang
diciptakan Allah serta Adam diberi-Nya ilham untuk mengetahui bendanya,
karakteristik dan sifat-sifatnya, serta nama-namanya, menunjukkan keutamaan
ilmu pengetahuan. Hikmah penciptaan Adam a.s. yang ditampilkan Allah SWT
tidak lain adalah pengetahuannya. Sekiranya ada sesuatu yang lebih mulia
daripada pengetahuan, tentu yang mesti ditampilkan adalah sesuatu tersebut
bukan pengetahuan.
Dalam ayat 34-39 menjelaskan tentang kisah sujud malaikat kepada Nabi
Adam dan sikap iblis terhadapnya.
24
seperti yang dilakukan orang-orang kafir terhadap berhala-berhala mereka. Maka
mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia
termasuk golongan yang kafir. Iblis enggan untuk sujud karena merasa dirinya
lebih tinggi daripada Adam, seraya berkata, “Mengapa aku bersujud kepadanya
padahal aku lebih baik daripada dirinya? Engkau ciptakan aku dari api sedang dia
Engkau ciptakan dari tanah liat.” Lantaran keengganannya, takabburnya, dan
kebanggaannya atas dirinya maka dia termasuk orang-orang kafir sehingga ia
mendapat laknat sampai hari Kiamat karena mendurhakai perintah Tuhannya dan
menolak bersujud kepada Adam. Sujud ada dua macam. Pertama, sujud ibadah
dan penuhanan. Ini dilakukan hanya kepada Allah semata, tidak boleh dilakukan
kepada selain Allah. Sujud ini ada dua bentuk: meletakkan dahi di atas tanah
(inilah yang biasa dilakukan dalam sholat) dan tunduk kepada kehendak-Nya.
Kedua: sujud salam dan pemuliaan tanpa unsur penuhanan. Misalnya, sujudnya
para malaikat kepada Adam dan sujudnya Ya’qub dan putra-putranya kepada
Yusuf.
25
tidak akan sesat dan tidak akan celaka, yakni menunjukkan ia akan memperoleh
petunjuk (lawan sesat) dan akan memperoleh kebahagiaan (lawan celaka). Dengan
demikian, orang yang mau mengikuti petunjuk Allah akan memperoleh
kemananan, petunjuk dan kebahagiaan di dunia dan akhirat –nas’alullah an
yaj’alanaa minhum.
Penjelasan Ayat
Kami berikan pula kepada mereka penampilan yang baik serta pakaian-
pakaian yang beraneka ragam jenis dan warna serta model¬nya yang mereka buat
sendiri untuk diri mereka, juga yang didatangkan oleh orang lain kepada mereka
dari berbagai penjuru dunia.
Manusia lebih utama daripada makhluk hidup lainnya, juga lebih utama
daripada semua jenis makhluk. Ayat ini dapat dijadikan sebagai dalil yang
menunjukkan keutamaan jenis manusia di atas jenis malaikat.
26
2. Surat Ar-Ra’d ayat 11
Penjelasan
Selain itu ada dua malaikat lain lagi yang bertugas dan memeliharanya,
yang satu ada di belakangnya, yang satunya lagi ada di depan. Dengan demikian,
seorang hamba dijaga oleh empat malaikat di siang dan malam harinya secara
bergantian. Yaitu malaikat yang yang menjaga dan mencatat. seperti yang
disebutkan di dalam hadis sahih:
27
" فَا ْستَحْ يُوهُ ْم َوَأ ْك ِر ُموهُ ْم،اع
ِ ارقَ ُك ْم ِإاَّل ِع ْن َد ْال َخاَل ِء َو ِع ْن َد ْال ِج َم
ِ َ"ِإ َّن َم َع ُك ْم َم ْن اَل يُف
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah (Ar-Ra'd: 11) Yang bergiliran dari Allah adalah para malaikat-Nya.
28
Abu Mijlaz mengatakan bahwa seorang lelaki dari Bani Murad datang
kepada Ali r.a. yang sedang salat, lalu lelaki itu berkata, "Hati-hatilah engkau,
karena sesungguhnya ada sejumlah orang dari Bani Murad yang ingin
membunuhmu." Maka Ali r.a. menjawab, "Sesungguhnya setiap orang lelaki
selalu ditemani oleh dua malaikat yang menjaganya dari hal-hal yang tidak
ditakdirkan untuknya. Apabila takdir telah datang untuknya, maka kedua malaikat
itu menjauh darinya. Sesungguhnya ajal itu adalah benteng yang sangat kuat."
29
BAB II
HASIL DISKUSI
Pertanyaan Kelompok 2:
Mengenai dalil masalah pendidikan sosial bisa kita buka QS. 11-13 ya
mengenai ekonomi dalam Al Qur'an dijelaskan dalam QS. Al baqoroh ayat 275.
Mengenai budaya diterangkan dalam QS. Al A'rof 17. Mengenai politik dalam
QS. Al Imron ayat 159. Permasalahan-permasalahan itu semua penting karena
dalam kehidupan yang beragam pasti akan muncul beberapa problematika dalam
30
masyarakat sehingga dalam mempelajarinya dapat meningkatkan kajian atau
khazanah ilmu sehingga bisa menjawab maupun menyikapi dengan baik sesuai
Al-Qur'an dan Sunnah.
Pertanyaan kelompok 3:
Jawaban: Ada juga yang mengatakan bahwa surah ini turun sebagai
bantahan atas penduduk Makkah ketika mereka berkata, “Sesungguhnya yang
mengajarinya (Muhammad) adalah manusia, karena perbedaan makna dan
pendapat yang mereka pahami, Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA juga dan Ibnu
Kaisan bahwa maksud َ ِ۟ﻹ ۟ﻧ ٰﺴﻦdisini adalah Muhammad SAW dan maksud ٲﻟَ۟ﺒَﻴَﺎن
adalah kejelasan yang halal dan yang haram dan petunjuk dari kesesatan. Ada lagi
yang mengatakan bahwa maksud َ ِ۟ﻹ ۟ﻧ ٰﺴﻦadalah seluruh manusia. Artinya itu adalah
nama bagi jenis, sementara maksud ﻟَ۟ﺒَﻴَﺎنberdasarkan pendapat ini adalah bicara
dan paham. Intinya ya mba itu adalah sebuah bantahan orang2 mekah yang tidak
membenarkan bahwa al-qur'an yang memberikan pelajaran kepada nabi.
31
Nada Yulfani Wulandari: Dalam surah An Najm ayat 5-6 sebagai
pendidik kita harus dapat menjadi model dan tauladan bagi murid-muridnya kelak
lalu bagaimanakah penerapan kita sebagai peserta didik yang dijadikan model
ataupun tauladan untuk anak didik kita. Misalnya ada salah satu murid kita yang
yang selalu berbuat masalah terus disekolah karena anak tersebut memiliki
masalah dalam lingkup keluarga. Lalu bagaimanakah cara kita sebagai pendidik
menjadi model atau teladan untuk anak tersebut?
Pertanyaan kelompok 4:
Pertanyaan kelompok 5:
32
Jawaban: penting,Dengan metode seorang pendidik akan lebih mudah
dalam memahami apa yang disampaikan oleh pendidik. Tujuan pokok metode
pembelajaran adalah untuk lebih memudahkan proses dan hasil belajar siswa
sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih dengan sebaik dan semudah
mungkin oleh peserta didik.
Pertanyaan kelompok 6:
Pertanyaan kelompok 7:
Jawaban: menemukan potensi diri yang belum muncul itu yang pertama
kenali diri sendiri terlebih dahulu mba, kemudian membuat keputusan secara
sadar bahwa njenengan ingin berkembang dan berubah lebih baik, keputusan ini
termasuk bentuk niat njenengan memunculkan potensi yang masih belum muncul.
33
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah pesan, kesan dan keserasian Al-
Quran. Jakarta : Lentera Hati.
https://farahalkiftiyah.wordpress.com/2018/08/23/Tafsir-ayat-ayat-tentang-obyek-
dan-peserta-didik-dalam-pendidikan-islam/amp/
34
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Lembaga Percetakan
Al-Qur’an Departemen Agama, 2009, hlm. 203-205
https://.muslim.okezone.com/alquran/tafsir/214/26/asy-syu-ara-ayat-214
https://bincangsyariah.com/kalam/tafsir-surah-at-taubah-ayat-122-pentingnya-
memperdalam-ilmu-pengetahuan/
Quthb, Sayyid. 2000. Fi Zhilalil Qur’an, terj. As’ad Yasin, dkk. Jakarta: Gema
Insani.
Syafe’I, Rachmat. 2007. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: PT. Pustaka Setia.
35
Suryadi, Ahmad, R. (2019). Dimensi-Dimensi Manusia: Perspektif Pendidikan
Islam, Yogyakarta: Deepublish
Effendy, O.U. (2002). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
36