Anda di halaman 1dari 37

TUGAS PORTOFOLIO

RESUME TAFSIR TARBAWI

Disusun dan dipresentasikan untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah


Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu:
Drs.H. Suratman, M.Ag.

Disusun oleh:
Uswatun Hasanah
2021008

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUFYAN TSAURI
JL. KH. Sufyan Tsauri Telp.(0280) 6265671 Majenang 53257
Tahun Akademik 2021/2022
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Laporan Yang Berjudul : Tugas Portofolio Resume Tafsir Tarbawi

Disusun Oleh : Uswatun Hasanah

NIM : 2021008

Program : Strata Satu (S1)

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Majenang, 1 Januari 2021

Menyetujui,

Penyusun, Pengampu,

Uswatun Hasanah Drs.H. Suratman, M.Ag.

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah menjadikan AL-Qur’an


sebagai pedoman hidup manusia dan karena Allah jualah yang telah memberikan
petunjuk dan kekuatan kami (penulis) dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Tafsir Tarbawi dengan judul “TUGAS PORTOFOLIO RESUME TAFSIR
TARBAWI”.

Dan tidak lupa sholawat dan salam tercurahkan kepada kedua orang tua
yang telah memberikan support demi terangkainya makalah ini, kepada dosen
pembimbing yang telah memberi petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini dan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian tugas akhir
ini.

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................1


KATA PENGANTAR ............................................................................................2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB 1 PEMBAHASAN
1.1. Materi kelompok 1 ..........................................................................4
1.2. Materi kelompok 2 .......................................................................4-5
1.3. Materi kelompok 3 .......................................................................5-6
1.4. Materi kelomopok 4 ...................................................................6-10
1.5. Materi kelompok 5 ...................................................................10-16
1.6. Materi kelompok 6 ...................................................................16-21
1.7. Materi kelompok 7 ...................................................................22-29
BAB 2 HASIL DISKUSI
2.1. Hasil dari kelompok 1-7 ...........................................................30-33
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................34-36

3
BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Materi kelompok 1 yang disusun oleh Rakhmah Rizqi Nafisah


dengan judul “AYAT-AYAT TENTANG KEWAJIBAN BELAJAR
DAN MENGAJAR”

Yang dimaksud dengan belajar mengajar (pendidikan) dalam arti yang


seluas-luasnya disini adalah pendidikan yang bukan hanya berarti formal seperti
disekolah, tetapi juga yang informal dan nonformal. Yaitu pendidikan dan
pengajaran yang dilakukan oleh siapa saja yang memiliki ilmu pengetahuan dan
keahlian, kepada siapa saja yang membutuhkan, dimana saja mereka berada,
menggunakan sarana apa saja, dengan cara-cara apa saja, sepanjang hayat
manusia itu.

Kegiatan Belajar mengajar adalah kewajiban bagi setiap muslim, al-qur’an


menjelaskan tentang kewajiban belajar mengajar yaitu :

1. Q.S. Al-alaq ayat 1-5, kewajiban untuk membaca Dan mengkaji ilmu.
2. Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-20, kewajiban untuk mengkaji keagungan Allah
SWT.
3. Q.S At-taubah ayat 122, kewajiban memperdalam Dan menyebarkan ilmu
yang bermanfaat bagi kemaslahatan banyak orang.
4. Q.S Ali-Imran ayat 191, kewajiban untuk dzikir dan pikir, tawakkal dan
ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri.
5. Q.S Al-Ankabut ayat 19-20. Kewajiban untuk melakukan perjalanan Dan
observasi lapangan guna mendapatkan bukti-bukti yang mendudkung
pembelajaran.

1.2 Materi kelompok 2 yang disusun oleh Jurez Hanafi dan Widiyanto
dengan judul: “AYAT-AYAT TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN”

Tujuan pendidikan yang terdapat pada surah Al-Imran ayat 137-139 yaitu:

4
• Agar manusia bisa mengambil pelajaran dari sejarah masa lalu, dari
sunnah-sunnah Allah yang berlaku pada manusia sebelumnya.

• Agar manusia mengetahui jalan hidup yang lurus dan benar, dimana Al-
Quran lah yang menjadi pendidik dan menjadi penerang jalan hidup
manusia.

• Agar menjadi manusia yang kuat serta sehat jasmani dan rohani, menjadi
orang yang bahagia dan tentram hidup didunia dan diakhirat, serta menjadi
orang yang derajatnya bertambah tinggi.

• Agar manusia menjadi orang yang benar-benar beriman kepada Allah.

Adapun tujuan pendidikan yang terdapat pada surah Al-Hajj ayat 38-41
yaitu:

• Agar manusia tidak dicela oleh Allah dengan tidak menjadi penghianat
lagi pengingkar nikmat Allah SWT.

• Agar manusia mampu menjaga dirinya, keluarganya, hartanya,


bangsanya, serta agamanya.

• Agar manusia mampu melaksanakan shalat, menunaikan zakat, serta


menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah perbuatan yanag mungkar.

1.3 Materi kelompok 3 yang disusun oleh Anindya Latifah dan


Uswatun Hasanah dengan judul: “Ayat-Ayat tentang Subyek
Pendidikan”

Didalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengandung makna


pendidikan, terutama subjek pendidikan. Beberapa simpulan yang dapat kita
ambil, yaitu:

1. QS. Ar- Rahman : 1-4 menjelaskan bahwa Allah adalah subjek


pendidikan yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada umat manusia. Ayat ini

5
mengajarkan kita untuk menjadi seorang pendidik yang profesional, yaitu
menstranfer semua ilmu yang ada hingga objek pendidikan paham dan pandai.

2. QS. An- Najm : 5-6 menjelaskan bahwa malaikat Jibril adalah subjek
pendidikan. Ayat tersebut menjelaskan ciri-ciri seorang pendidik yang
berkompeten, tidak hanya baik dalam hal penguasaan materi tapi juga sikap dan
penampilan.

3. QS. An- Nahl : 41-43 memerintah kita untuk bertanya kepada orang
yang lebih tahu. Kita juga diajarkan untuk bersabar dalam pendidikan, baik dalam
proses menuntut ilmu maupun mengajarkan ilmu kita.

4. QS. Al- Kahfi : 66 menjelaskan kepada kita bahwa Nabi Khidir adalah
subjek pendidikan. Kita dianjurkan untuk berlaku sopan kepada guru. Kita juga
diperintahkan untuk mencari ilmu tidak hanya di sekolah, tapi dimanapun.

Sungguh sempurna kitab Allah, Al-Qur’an, yang telah diturunkan kepada


Nabi Muhammad. Sehingga kita dapat membenahi diri agar apa yang kita lakukan
sesuai dengan petunjuk Allah, terutama dalam bidang belajar mengajar. Seseorang
memahami suatu ilmu tergantung kepada siapa yang mengajarkan. Oleh karena
itu, kita sebagai calon pendidik harus dengan seksama memahami makna Al-
Qur’an, agar semua yang kita ajarkan sejalan dengan isi dan kandungan ayat Al-
Qur’an.

1.4 Materi kelompok 4 yang disusun oleh Umu Kultsum dan Siti
Khasmunah dengan judul: “OBYEK PENDIDIKAN”

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik


terhadap peserta didik menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apapun
bantuan yang diberikan sangat berpengaruh oleh pandangan pendidik terhadap
kemungkinan peserta didik untuk dididik. Menurut H. Arifin, Pendidikan adalah
usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan

6
kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk Pendidikan
formal maupun nonformal.

Pendidikan islam dapat dipahami dalam arti berbeda-beda, antara lain :


Pendidikan menurut islam atau Pendidikan agama islam. Sedangkan Pendidikan
agama islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran
islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atu pelatihan yang telah ditentukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Pengertian Pendidik Dan Obyek Pendidikan

Pendidik adalah orang maupun kelompok yang bertanggung jawab dalam


memberikan Pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan
dapat dipahami oleh obyek Pendidikan.

Sebagai seorang muslim kita harus menyatakan bahwa pendidik pertama


manusia adalah Allah dan yang kedua adalah Rasulullah. Jadi obyek Pendidikan
adalah orang yang mendapat pencerdasan secara utuh dalam rangka mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat atau keseimbangan materi dan religious spiritual.

C. Tafsir Ayat-Ayat Al-Qur’an Mengenai Obyek Dalam Pendidikan Islam

1. Surat At-Tahrim 66 : 6

Kosa Kata :

a. Anfusakum

Secara kebahasaan, kata qu anfusakum terdiri dari dua suku kata, yaitu
kata qu yang merupakan bentuk amr lil jama’ dari waqa yang berarti jagalaholeh
kalian, dan kata Anfusakum yang berarti dri kalian.

b. Syidad

Secara kebahasaan, kata Ghilaz Syidad terdiri dari dua suku kata, yaitu
suku kata Ghilaz yang merupakan bentuk plural dari kata Ghilaz yang berarti

7
keras, dan kata Syidad yang merupakan bentuk plural dari kata Syadid, yang
berarti kasar.

Tafsir :

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar


menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan
batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah. Mereka juga
diperintahkan untuk mengajarkan kepada keluarganya agar taat dan patuh kepada
perintah Allah untuk menyelamatkan mareka dari api neraka. Keluarga
merupakan amanat yang harus dipelihara kesejahteraannya bai jasmani maupun
rohani.

Diantara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan
sholat dan bersabar, sebagaimana dalam surah Taha/20: 132.

Diriwayatkan bahwa ketika ayat 6 ini turun, ‘Umar berkata,”Wahai


Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga keluarga
kami?” Rasulullah menjawab,” Larang mereka mengerjakan apa yang kamu
dilarang mengerjakannya dan perintahkanlah mereka melakukan apa yang
diperintahkan Allah kepadamu. Begitulah cara menyelamatkan mereka dari api
neraka. Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pimpinannya
berjumlah Sembilan belas malaikat. Mereka adalah malaikat yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan-Nya.

2. Surah Asy-Syu’ara Ayat 214

Tafsir

"Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, dan perawi lainnya dari Abu


Hurairah bahwa ia berkata,"tatkala ayat ini turun, Rasulullah lalu memanggil
orang-orang Quraisy untuk berkumpul di Bukit Safa. " Setelah berkumpul, lalu
Rasulullah berkhutbah, "Wahai kaum Quraisy, selamatkan dirimu dari api neraka.
Sesungguhnya aku tidak mempunyai kesanggupan memberi mudarat dan tidak

8
pula memberi manfaat kepadamu. Wahai sekalian Bani Ka’ab bin Lu’ay,
selamatkanlah dirimu dari api neraka, maka sesungguhnya aku tidak mempunyai
kesanggupan memberi mudarat dan tidak pula tidak memberi manffat kepadamu.

Hai Bani Qusai, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Sesungguhnya aku
tikan mempunyai kesanggupan memberi mudarat dan tidak pula memberi manfaat
kepadamu. Hai Bani Abdul Manaf, selamatkanlah dirimu dari api neraka.

3. Surah At-Taubah Ayat 122

Tafsir

Dalam Tafsir Al-Misbah , Quraish Shihab mencatat ada dua kata yang
ditekankan dalam ayat ini yakni tha’ifah dan fiqh yang diambil dari kata
liyatafaqqahu. Thaifah bisa berarti satu-dua orang atau jumlahnya tidak menentu
namun memiliki makna sekelompok manusia yang berbeda dengan kelompok
lain. Ilmu terbagi menjadi dua yakni ilmu yang diperoleh dengan usaha manusia
yakni kasby atau acquired knowledge dan ilmu yang merupakan anugerah dari
Allah Swt. Tafsir Surah at-Taubah ayat 22 dalam Tafsir Al-Misbah yakni
menggaris bawahi tentang pentingnya memperdalam ilmu dan menyebarluaskan
informasi yang benar. Ayat ini terlebih dahulu menggarisbawahi motivasi
bertafaqquh yakni memperdalam pengetahuan bagi mereka yang dianjurkan
keluar. Sementara motivasi utama mereka yang berperang bukan tafaqquh.
Mereka tidak memerolehnya pada saat terlibat dalam perang karena yang terlibat
saat itu sibuk menyusun strategi dan menangkal serangan.

4. Surah An-Nisa 4 : 170

Tafsir

Pada ayat ini Allah menunjukan firman-Nya kepada manusia umumnya


sesudah menjelaskan ayat-ayat yang lalu kebenaran dakwah yang dibawa oleh
Nabi Muhammmad saw, dan kebatilan pendirian Ahli Kitab. Setelah menolak
semu hujah dan alasan mereka yang menjelek-jelekan Nabi dan Al-Qur’an yang
dibawanya, tibalah saatnya untuk membenarkan yang dibawa oleh Rasul-Nya

9
Muhammad saw, yang kerasulannya tidak saja dikuatkan dengan mukjizat, tetapi
telah dibenarkan pula oleh Al Kitab, karena terdapat dalam kitab-kitab mereka
sendiri bahwa akan datang seorang Rasul yang membenarkan rasul-rasul
sebelumnya.

Allah memerintahkan supaya manusia beriman kepada-Nya karena itulah


yang baik bagi mereka. Ajaran-ajaran yang dibawanyalah yang akan membawa
manusia kepada keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat sebagaimana
tersebut dalam firman-Nya : (Al-Anbiya’/21:1-7).

Barang siapa yang mematuhi perintah ini dan menjadi seorang mukmin
sejati, tentunya dia akan diridai Allah dan dilimpahkan rahmat-Nya dan tentulah
dia akan menjadi orang yang beruntung didunia dan diakhirat. Tetapi bila mereka
tidak mematuhi seruan ini dan tetap dalam kekafiran, maka mereka sendirilah
yang kan menderita kerugia, tidak dapat merasakan ketentraman dan kebahagiaan,
selalu terombang-ambingkan dalam kesesatan dan keraguan, karena tidak
mempunyai pegangan dalam mengarungi lautan hidup yang tidak diketahuinya
dimana ujung dan pangkalnya. Dia Maha Bijaksana dalam segala tindakan-Nya,
Maha Adil dalam segala pembalasan-Nya.

1.5 Materi kelompok 5 yang disusun oleh Anisatuz zuhriyah dan


Ngizatun Zahroh dengan judul: “AYAT-AYAT TENTANG
METODE PENDIDIKAN”

Tafsir Ayat-Ayat Al-Quran Mengenai Metode Pendidikan

1. Q.S Al-Maidah[5] ayat 67

Penafsiran:

َ‫ا ال َّرسُو ُل لِّ ْغ َل لَ ْيك‬

Hai rasul, sampaikan kepada semua orang yang telah diturunkan dari
Tuhanmu yang memiliki perkaramu, dan menambahkan kamu pada

10
kesempurnaan, dan janganlah kamu khawatir dalam menyampaikan itu terhadap
seorang pun, dan jangan takut kamu ditimpa bahaya karenanya.

Kemudian, ditegaskan oleh Allah ayat tersebut diatas dengan firman-Nya:

ُ‫لَّ ْم لْ ا لَّ ْغتَ الَتَه‬

Dan kalau kamu tidak melaksanakan apa yang telah dilakukan, yakni
menyampaikan apa yang telah dicapai, umpamanya kamus, sekalipun hanya untuk
sementara karena takut disakiti orang, baik dengan perkataan atau perbuatan,
maka sudah cukup merupakan dosa bagimu bila kamu tidak menyampaikan
risalah dan tidak melaksanakan apa yang karenanya kamu di utus. Yaitu,
menyampaikan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan dari Tuhan
mereka, sebagaimana difirmankan oeleh Allah ta'ala:

‫لَ ْيكَ الَّ ْالبَل‬...

Artinya: “....Kewajibanmu tidak lain adalah menyampaikan (risalah)...” (QS Asy-


Syura[42]:48)

Adapun hikmah dari ditegaskannya perintah dan penegasan dengan


menganggap bahwa menyembunyikan semuanya, sekalipun sudah maklum bahwa
para salawatulahi 'alaihi adalah terpelihara dari menyembunyikan sesuatu yang
diperintahkan Allah untuk menyampaikannya, yang kalau tidak, maka batallah
hikmah risalah karena kepercayaan dari manusia terhadap penyampaian itu.
Sendiri adalah pemberitahuan untuknya, bahwa tablig itu menjadi kewajiban yang
tidak bisa ditawar-tawar, dan tidak boleh menyembunyikan apa yang wajib
disampaikan dalam keadaan apapun. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk
memperselisihkan fakta ini dengan pendapat atau paham yang berbeda-beda.

ِ َّ‫هَّللا ُ الن‬
‫اس‬

Dan Allah menjaga kamu dari serangan manusia.

Kata ya'simu adalah terambil dari i'samul qirbah, artinya tali buat
mengikat mulut bejana air yang dibuat dari seutas kulit atau benang.

11
An'Nas , yang dimaksud adalah orang-orang kafir, yang dalam
penyampaian itu memuat keterangan tentang kekafiran dan kesesatan mereka,
termasuk kerusakan akidah dan amal perbuatan mereka. Itu semua membuat
mereka marah dan menyebabkan mereka menganiaya Rasulullah saw., baik dari
kutipan maupun perbuatan, serta merencanakan pembunuhan atas dirinya setelah
meninggalnya Abu Thalib, dan putuskan hukuman mati atas diri di Darun-
Nadwah.

Sesudah itu Allah swt., kemudian menyebutkan semacam sebab dari


pemeliharaannya Nabi saw., firman-Nya:

َ‫هَّللا َ الَ ْالقَوْ َم ْال َكـفِ ِرين‬

Sesungguhnya, Allah ta'ala takkan memberi petunjuk kepada kaum yang


kafir itu. Yaitu orang yang hendak menganiaya kamu yang dilihatnya, di atas
tablig yang kamu sampaikan. Bahkan, mereka akan sia-sia dan kalimat-kalimat
Allah ta'ala-lah yang akan terlaksana dengan sempurna, sehinga dengan demikian
sempurna pulalah agama-Nya.

Implementasi terhadap metode pendidikan :

Dalam ayat ini telah jelas bahwa Nabi Muhammad harus menyampaikan
apa yang telah diturunkan Allah kepadanya. Jika ia tidak menyampaikan apa yang
telah diturunkan Allah maka ia tidak menambahkan amanat-Nya. Hikmah dari
pengasan itu tadi, bagi para rasul saw. Sendiri adalah pemberitahuan untuknya,
bahwa tablig itu menjadi kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar, dan tidak boleh
menyembunyikan apa yang wajib disampaikan dalam keadaan apapun. Allah tak
akan memberi petunjuk kepada orang-orang kafir karena tidak mendengar tablig
yang telah disampaikan.

2. Q.S An-Nahl[16] ayat 125

Penafsiran :

12
Nabi Muhammad saw. yang diperintahkan untuk mengikuti Nabi Ibrahim
as. sebagaimana terbaca pada ayat yang lalu, kini diperintahkan lagi untuk
mengajak semua orang agar mengikuti pula prinsip-prinsip ajaran bapak para
Nabi dan pengumandang tauhid itu. Yaitu ajaran Islam dengan hikmah dan
pengajaran yang baik dan bantahlah mereka yakni siapapun yang menolak atau
menolak ajaran Islam dengan cara yang terbaik.

Ringkasnya ayat tersebut menyuruh agar Rasulullah menempuh cara


berdakwah dan berbudaya dengan cara yang baik. Allah lebih mengetahui orang-
orang yang sesat dari jalan agama-Nya dan orang-orang yang dapat petunjuk.

3. Q.S Ibrahim[14] ayat 24-25

Penafsiran :

Ayat ini mengajak semua orang yang dapat melihat seperti memperhatikan
dan memperhatikan, dengan menyatakan: tidakkah memperhatikan yakni
memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik? Kalimat itu seperti pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bawah
sehingga tidak dapat dirobohkan oleh angin dan cabangnya tinggi menjulang ke
langit yakni ke atas. Kedua ayat diatas mengajarkan kepada semua ummat agar
belajar dari menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya dan
bermanfaat bagi orang lain. Demikian pula halnya dengan kata-kata yang baik
yang kita berikan kepada orang lain, misalnya dalam memberikan pengetahuan
yang berguna, manfaatnya akan didapat oleh orang banyak.

Implementasi terhadap metode pendidikan.

Nilai tarbawi yang diambil dari ayat tersebut bahwa perumpamaan adalah
salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan dan pengajaran.
Melalui ungkapan-ungkapan pemisalan, anak didik akan mudah memahami materi
pelajaran dan akan lebih menghargai untuk melakukan karya-karya nyata dan
positif.

4. QS Al-A'raf[7] ayat 176-177

13
Penafsiran :

‫لَوْ ا لَ َرفَ ْعنَـهُ ا‬

Kalau Kami menginginkan agar orang itu Kami mengangkat dengan ayat-
ayat Kami tersebut dan dengan mengamalkannya kepada derajat-derajat
kesempurnaan dan pengetahuan, bisa saja itu Kami lakukan. Yaitu Kami membuat
petunjuk itu menjadi wataknya benar-benar, dan Kami membuatkan dia mesti
mengamalkannya, baik dengan suka hati atau terpaksa. Karena bagi Kami itu pun
tidak sukar. Hanya saja itu bertentangan dengan sunnah Kami.

ِ ْ‫لَـ ِكنَّهُ لَ َد لَى االٌّر‬


ُ‫ض ا اه‬

Akan tetapi, bagi orang-orang itu cenderung dan lebih condong dunia dan
perhatian dalam kehidupan dia arahkan untuk menikmati kelezatan-kelezatan
jasmani, dan tidak dia arahkan kepada kehidupan ruhani sama sekali, tidak puas-
puas juga. Akhirnya, hilanglah perhatiannya sama sekali untuk melihat ayat-ayat
Kami yang telah Kami berikan kepadanya. Sudah menjadi sunnahtullah pada
manusia, bahwa Dia memberi kebebasan kepadanya untuk memilih sendiri
amalnya yang dia punya kesiapan untuk melakukan sesuai dengan fitrahnya. Agar
balasan yang akan dia berikan sesuai dengan apa yang dilakukan oleh orang
tersebut, baik berupa amal baik atau amal buruk dan agar Allah menguji tentang
perhiasan dan kenikmatan yang telah Dia ciptakan di bumi, sebagaimana
firmanNya:

ِ ْ‫ا ْلنَا ا لَى االٌّر‬


ً‫ض لَّهَا لِنَ ْبلُ َوهُ ْم ال‬

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai


perhiasan untuknya, agar Kami menguji mereka diantara mereka yang terbaik
perpuatannya.” (QS Al-Kahfi[18]:7)

‫ث ْلهَث‬
ْ َ‫ب لْ لَ ْي ِه ْله‬
ِ ‫لُهُ ِل ْال َك ْل‬

Sesungguhnya orang ini, dengan sifat itu, dia bagaikan anjing dalam
kelakuannya yang terburuk dan paling hina. Karena dengan lebih condong dan

14
cenderung kepada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya, maka orang itu pun
menjadi terburuk dan terburuk hina. disenantiasa ingin dan tak pernah berhenti,
sibuk ingin mengumpulkan kekayaan duniawi dan kemewahan-kemewahannya,
dari yang sekecil-kecilnya sampai sebesar-besarnya. Bagaikan budak-budak nafsu
dan para penyembah harta. Anda melihat seorang dari mereka seperti orang yang
menjulurkan lidahnya karena kepayahan dan letih, sekalipun apa yang dia cari itu
orang yang hina, yang tak perlu meletihkan dengan memayahkan. Dan anda lihat,
setiap kali dia memperoleh keluasan dan kemudahan duniawi, maka semakin
bertambahlah rakusnya terhadap dunia.

‫ك ُل ْالقَوْ ِم الَّ ِذينَ ْا ايَـتِنَا‬


َ ِ‫ل‬

Contoh yang sangat ganjil itu adalah perumpamaan dari kaum yang ingkar
terhadap ayat-ayat Kami dan angkuh untuk menerimanya, baik karena bodohnya
terhadap ayat-ayat itu atau karena taklid bapak-bapak dan nenek moyang mereka.
Mereka mengira kalau mereka percaya kepada ayat-ayat itu, maka mereka akan
kehilangan pamor dan jatuhlah derajat mereka, bahkan tak bisa lagi memperoleh
kelezatan-kelezatan yang dapat mereka nikmat. Sehingga hal itu menjadi
penghalang bagi mereka untuk memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penuh
pemikiran dan pembuktin.

‫ص لَ َعلَّهُ ْم‬ َ َ‫ُص ْالق‬


َ ‫ص‬ ِ ‫ا ْقص‬

Maka ceritakanlah hai Rasul yang mulia, kisah-kisah tentang orang yang
menyerupai keadaannya dengan keadaan mereka yang mendustakan ayat-ayat
yang terang yang kamu bawa. Dengan kisah-kisah itu diharapkan mereka mau
membayangkannya, sehingga keadaan mereka yang buruk dan perumpamaan
mereka yang jelek akan menyebabkan mereka mau berlama-lama memperhatikan
dan berpikir dengan pikiran yang jernih tentang keadaan diri mereka sendiri dan
mau memandang ayat-ayat Allah dengan mata hati, bukan dengan mata nafsu dan
sikapnya yang bermusuhan.

ْ ُ‫الً ْالقَوْ ُم الَّ ِذينَ ْا ايَـتِنَا ان‬


َ‫وا لِ ُمون‬

15
Amat buruklah sifat orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan
kepada diri mereka sendiri mereka melakukan zalim. Dan jeleknya perumpamaan
mereka dalam berbagai perumpamaan. Karena mereka melihat diri mereka
melihat ayat-ayat Kami dan hanya memperhatikan dan melihat pemandangan
bermusuhan dan kebencian. Dengan perbuatan seperti itu, mereka untuk
mengamalkan ayat-ayat tersebut dan menggunakannya sebagai jalan yang akan
membuat mereka bahagia di dunia dan akhirat.

1.6 Materi kelompok 6 yang disusun oleh Alwi Muamar, Nada Yulfani
Wulandari, dan Meli Aida dengan judul: “AL-QUR'AN SEBAGAI
PEDOMAN HIDUP DAN DASAR PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN”

1. QS. Al-An’am/6: 91

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Dan mereka


tidak menghormati) orang-orang Yahudi itu (Allah dengan penghormatan
yang semestinya) artinya mereka sama sekali tidak mengagungkan-Nya dengan
pengagungan yang seharusnya, atau mereka tidak mengetahui-Nya dengan
pengetahuan yang semestinya (di kala mereka mengatakan) kepada Nabi SAW,
yaitu sewaktu mereka mendebat Nabi SAW dalam masalah Alquran ("Allah tidak
menurunkan sesuatu pun kepada manusia."Katakanlah,) kepada mereka
("Siapakah yang menurunkan kitab Taurat yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya
dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu) dengan memakainhya pada
tiga tempat (lembaran-lembaran kertas) kamu menuliskannya pada lembaran-
lembaran kertas yang bercerai-berai (kamu perlihatkan sebagiannya) kamu tidak
suka menampakkan kesemua isinya (dan kamu sembunyikan sebagian besarnya)
sebagian besar dari apa yang terdapat di dalam kandungannya, seperti mengenai
ciri-ciri Nabi Muhammad SAW.

2. QS. Al-An’am/6: 92

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Dan ini) Al-
Qur'an ini (adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkahi, membenarkan kitab-

16
kitab yang sebelumnya) yaitu kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya (dan agar
kamu memberi peringatan) dengan memakai ta dan ya diathafkan kepada makna
kalimat sebelumnya, yang artinya, Kami menurunkan Alquran untuk diambil
keberkahannya, dipercayai dan agar kamu memberi peringatan dengannya
(kepada penduduk Umul Qura/Mekah dan orang-orang yang ada disekitarnya)
yaitu penduduk kota Mekah dan umat lainnya (dan orang-orang yang beriman
kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya, dan mereka selalu
memelihara salatnya) karena takut akan siksaan akhirat.

2. Al-Baqarah/2: 1-5, 97, 185

a. QS. Al-Baqarah/2: 1-5

Ayat 1

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat (Alif laam miim) Allah yang lebih
mengetahui akan maksudnya. Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish
Shihab adalah bahwa Allah Swt. memulai dengan huruf-huruf eja ini untuk
menunjukkan mukjizat al-Qur'ân, karena al-Qur'ân disusun dari rangkaian huruf-
huruf eja yang digunakan dalam bahasa bangsa Arab sendiri. Meskipun demikian,
mereka tidak pernah mampu untuk membuat rangkaian huruf-huruf itu menjadi
seperti al-Qur'ân. Huruf-huruf itu gunanya untuk menarik perhatian pendengarnya
karena mengandung bunyi yang berirama.

Ayat 2

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Kitab ini) yakni
yang dibaca oleh Muhammad saw. (tidak ada keraguan) atau kebimbangan
(padanya) bahwa ia benar-benar dari Allah swt. Kalimat negatif menjadi predikat
dari subyek 'Kitab ini', sedangkan kata-kata isyarat 'ini' dipakai sebagai
penghormatan. (menjadi petunjuk) sebagai predikat kedua, artinya menjadi
penuntun (bagi orang-orang yang bertakwa) maksudnya orang-orang yang
mengusahakan diri mereka supaya menjadi takwa dengan jalan mengikuti perintah
dan menjauhi larangan demi menjaga diri dari api neraka.

17
Ayat 3

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Orang-orang


yang beriman) yang membenarkan (kepada yang gaib) yaitu yang tidak kelihatan
oleh mereka, seperti kebangkitan, surga dan neraka (dan mendirikan salat) artinya
melakukannya sebagaimana mestinya (dan sebagian dari yang Kami berikan
kepada mereka) yang Kami anugerahkan kepada mereka sebagai rezeki (mereka
nafkahkan) mereka belanjakan untuk jalan menaati Allah.

Ayat 4

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Dan orang-


orang yang beriman pada apa yang diturunkan kepadamu) maksudnya Alquran,
(dan apa yang diturunkan sebelummu) yaitu Taurat, Injil dan selainnya (serta
mereka yakin akan hari akhirat), artinya mengetahui secara pasti.

Ayat 5

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Merekalah),


yakni orang-orang yang memenuhi sifat-sifat yang disebutkan di atas (yang
beroleh petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung)
yang akan berhasil meraih surga dan terlepas dari siksa neraka. Sedangkan tafsir
ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa mereka yang mempunyai ciri-
ciri sifat sebagaimana disebutkan adalah golongan yang telah dipersiapkan dan
ditetapkan untuk memperoleh petunjuk ketuhanan. Mereka adalah satu-satunya
golongan yang bakal mendapatkan kemenangan, pahala yang diharapkan dan
didambakan, oleh sebab upaya dan kerja keras mereka dengan melaksanakan
semua perintah dan menjauhi segala larangan.

b. QS. Al-Baqarah/2: 97

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Katakanlah)


kepada mereka, ("Barang siapa yang menjadi musuh Jibril) maka silakan ia binasa
dengan kebenciannya itu! (Maka sesungguhnya Jibril itu menurunkannya)
maksudnya Alquran (ke dalam hatimu dengan seizin) atau perintah (Allah,

18
membenarkan apa-apa yang berada di hadapannya) yaitu kitab-kitab suci yang
turun sebelumnya (dan menjadi petunjuk) dari kesesatan (serta berita gembira)
berupa surga (bagi orang-orang yang beriman).

c. QS. Al-Baqarah/2: 185

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : Hari-hari


tersebut adalah (bulan Ramadan yang padanya diturunkan Alquran) yakni dari
Lohmahfuz ke langit dunia di malam lailatul qadar (sebagai petunjuk) menjadi
'hal', artinya yang menunjukkan dari kesesatan (bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan) artinya keterangan-keterangan yang nyata (mengenai petunjuk itu)
yang menuntun pada hukum-hukum yang hak (dan) sebagai (pemisah) yang
memisahkan antara yang hak dengan yang batil. (Maka barang siapa yang
menyaksikan) artinya hadir (di antara kamu di bulan itu, hendaklah ia berpuasa
dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan, lalu ia berbuka, maka wajib baginya
berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari yang lain)
sebagaimana telah diterangkan terdahulu.

Diulang-ulang agar jangan timbul dugaan adanya nasakh dengan


diumumkannya 'menyaksikan bulan' (Allah menghendaki kemudahan bagimu dan
tidak menghendaki kesempitan) sehingga oleh karenanya kamu diperbolehkan-
Nya berbuka di waktu sakit dan ketika dalam perjalanan. Karena yang demikian
itu merupakan `illat atau motif pula bagi perintah berpuasa, maka diathafkan
padanya. (Dan hendaklah kamu cukupkan) ada yang membaca 'tukmiluu' dan ada
pula 'tukammiluu' (bilangan) maksudnya bilangan puasa Ramadan (hendaklah
kamu besarkan Allah) sewaktu menunaikannya (atas petunjuk yang diberikan-Nya
kepadamu) maksudnya petunjuk tentang pokok-pokok agamamu (dan supaya
kamu bersyukur) kepada Allah Taala atas semua itu.

2. QS. Ali Imron/3: 7, 164

a. QS. Ali Imron Ayat 7

19
Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Dialah yang
menurunkan kepadamu Alquran, di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat)
jelas maksud dan tujuannya (itulah dia pokok-pokok Alquran) yakni yang menjadi
pegangan dalam menetapkan (sedangkan yang lainnya mutasyabihat) tidak
dimengerti secara jelas maksudnya, misalnya permulaan-permulaan surah.
Semuanya disebut sebagai 'muhkam' seperti dalam firman-Nya 'uhkimat aayaatuh'
dengan arti tak ada cacat atau celanya, dan 'mutasyaabiha' pada firman-Nya,
'Kitaaban mutasyaabiha,' dengan makna bahwa sebagian menyamai lainnya dalam
keindahan dan kebenaran.

(Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan pada


kesesatan) menyeleweng dari kebenaran, (maka mereka mengikuti ayat-ayat
mutasyabihat untuk membangkitkan fitnah) di kalangan orang-orang bodoh
dengan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang syubhat dan kabur
pengertiannya (dan demi untuk mencari-cari takwilnya) tafsirnya (padahal tidak
ada yang tahu takwil) tafsirnya (kecuali Allah) sendiri-Nya (dan orang-orang yang
mendalam) luas lagi kokoh (ilmunya) menjadi mubtada, sedangkan khabarnya:
(Berkata, "Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyaabihat) bahwa ia dari Allah,
sedangkan kami tidak tahu akan maksudnya, (semuanya itu) baik yang muhkam
maupun yang mutasyabih (dari sisi Tuhan kami," dan tidak ada yang mengambil
pelajaran) 'Ta' yang pada asalnya terdapat pada 'dzal' diidgamkan pada dzal itu
hingga berbunyi 'yadzdzakkaru' (kecuali orang-orang yang berakal) yang mau
berpikir. Mereka juga mengucapkan hal berikut bila melihat orang-orang yang
mengikuti mereka.

b. QS. Ali Imron Ayat 164

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Sesungguhnya


Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika Dia mengirim
kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri) maksudnya seorang
Arab seperti mereka untuk mengawasi dan memberi pengertian, jadi bukan dari
kalangan malaikat dan tidak pula dari bangsa asing (yang membacakan kepada

20
mereka ayat-ayat-Nya) yakni Alquran (dan menyucikan mereka) membersihkan
mereka dari dosa (serta mengajarkan kepada mereka Alkitab) yakni Alquran (dan
hikmah) yakni sunah (dan sesungguhnya mereka) ditakhfifkan dari wainnahum
(adalah sebelumnya) yakni sebelum kebangkitannya (benar-benar dalam kesesatan
yang nyata) atau jelas.

3. QS. Al-Isra’/17: 9, 82

a. QS. Al-Isra’/17: 9

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Sesungguhnya


Alquran ini memberikan petunjuk kepada) jalan (yang lebih lurus) lebih adil dan
lebih besar (dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.) Kemudian
tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa Sesungguhnya al-Qur'ân
memberikan petunjuk kepada manusia menuju jalan yang paling lurus dan selamat
untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki di dunia. Al-Qur'ân juga memberikan
kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, yang
tunduk kepada kebenaran dan melakukan perbuatan yang saleh berupa pahala
yang besar pada hari kiamat.

b. QS. Al-Isra’/17: 82

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Dan Kami


turunkan dari) huruf min di sini menunjukkan makna bayan atau penjelasan
(Alquran suatu yang menjadi penawar) dari kesesatan (dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman) kepadanya (dan Alquran itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim) yakni orang-orang yang kafir (selain kerugian)
dikarenakan kekafiran mereka. Kemudian tafsir ayat di atas menurut Quraish
Shihab adalah bahwa Bagaimana kebenaran itu tidak akan menjadi kuat, sedang
Kami telah menurunkan al-Qur'ân sebagai penawar keraguan yang ada dalam
dada, dan rahmat bagi siapa yang beriman kepadanya. Al-Qur'ân itu tidak
menambah apa-apa kepada orang-orang yang zalim selain kerugian, oleh sebab
kekufuran mereka.

21
1.7 Materi kelompok 7 yang disusun oleh Anggit Sukma Perdana dan
Ilyas Khafandi dengan judul: “Ayat-Ayat Tentang Potensi Manusia”

1. Pengertian Potensi Manusia

Potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang kemampuan,


kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki
seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal.
Manusia menurut agama islam adalah makhluk Allah yang berpotensi. lah yang
berpotensi, Dalam al-Qur’an, ada tiga kata ga kata yang menunjuk pada manusia,
yang di gunakan adalah basyar insan atau nas dan bani Adam. Kata basyar
diambil dari akar kata yang berarti ‘penampakan sesuatu dengan baik dan indah’.
Dari kata itu juga, muncul kata basyarah yang artinya ‘kulit’. Jadi manusia disebut
basyar karena karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang.
Manusia dipilih oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi. Alasan mengapa
dipilih sebagai khalifah karena manusia memiliki berbagai potensi.

Macam-macam Potensi Manusia

Secara umum, macam-macam potensi manusia adalah sebagai berikut.

1.Potensi Fisik (Psychomotoric)

2.Potensi Mental Intelektual (Intellectual Quotient)

3.Potensi Sosial Emosional (Emotional Quotient)

4.Potensi Mental Spiritual (Spiritual Quotient)

5.Potensi Daya Juang (Adversity Quetient)

Ayat-ayat Tentang Potensi Manusia

1. Surat Al-Bakarah ayat 30-39

Penjelasan ayat

Dalam ayat 30-33 menjelaskan tentang

22
1. Ayat-ayat ini menunjukkan pemuliaan manusia yang dijadikan Allah
sebagai khalifah di bumi ini dalam menjalankan perintah-perintah-Nya di antara
sesama manusia. Hikmah dibalik penunjukan Adam sebagai khalifah adalah
rahmat kepada umat manusia. Alasannya, manusia tidak sanggup menerima
perintah dan larangan Allah tanpa perantara. Maka sebagai bentuk rahmat-Nya,
Dia mengutus para rasul dari jenis manusia sendiri. Ayat ini menjadi dasar dalam
masalah pengangkatan seorang kepala Negara, seorang khalifah yang dipatuhi dan
ditaati, disetujui seluruh rakyat, dan dilaksanakan keputusan-keputusan
hukumnya. Cara pemilihan kepala Negara ada tiga :

a. Penunjukan oleh kepala negara sebelumnya, sebagaimana Nabi saw.


menunjuk Abu Bakar secara isyarat dan Abu Bakar menunjuk Umar.

b. Pemilihan yang dilakukan oleh sekelompok orang, sebagaimana


dilakukan oleh Umar: Pemilihan terserah kepada mereka. Merekalah yang
akan menentukan salah satu dari mereka untuk menjadi khalifah.

c. Ijmak ahlul halli wal ‘aqdi, yang secara bahasa artinya “orang yang
berwenang melepaskan dan mengikat.” Disebut “mengikat” karena
keputusannya mengikat orang-orang yang mengangkat ahlul halli; dan
disebut “melepaskan” karena mereka yang duduk disitu bisa melepaskan
dan tidak memilih orang-orang tertentu yang tidak disepakati.

2. Bahwa Allah memberi tahu para malaikat tentang penciptaan Adam dan
penunjukannya menjadi khalifah di bumi, mengajar hamba-hamba-Nya tentang
musyawarah dalam segala urusan mereka.

3. Pada ayat: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-


benda) seluruhnya”, mengandung makna bahwa bahasa bersifat tauqiifiy. Artinya,
Allah Ta’ala telah menciptakan ‘ilmun dharuuriy (pengetahuan dasar) mengenai
kata-kata dan makna-makna itu serta menciptakan pengetahuan bahwa kata-kata
tersebut dipakai untuk mengungkapkan makna-makna.

23
4. Menjelaskan pengajaran Adam tentang berbagai jenis makhluk yang
diciptakan Allah serta Adam diberi-Nya ilham untuk mengetahui bendanya,
karakteristik dan sifat-sifatnya, serta nama-namanya, menunjukkan keutamaan
ilmu pengetahuan. Hikmah penciptaan Adam a.s. yang ditampilkan Allah SWT
tidak lain adalah pengetahuannya. Sekiranya ada sesuatu yang lebih mulia
daripada pengetahuan, tentu yang mesti ditampilkan adalah sesuatu tersebut
bukan pengetahuan.

5. Ayat “Jika kalian memang orang-orang yang benar” menunjukkan


bahwa suatu dakwah/tuntutan tidak perlu dipertimbangkan kecuali jika dikuatkan
dengan bukti, dan bahwa penuntut diharuskan membeberkan bukti untuk
menguatkan tuntutannya.

6. Ayat-ayat yang menceritakan bagaimana Adam diberi tahu tentang


nama benda-benda menunjukkan dengan jelas betapa mulianya manusia
dibanding makhluk-makhluk lain, juga betapa besar keutamaan ilmu dibanding
ibadah. Para malaikat lebih banyak ibadahnya daripada Adam. Namun meski
demikian, mereka tak mendapat kelayakan untuk menjadi khalifah. Ayat-ayat
tersebut juga menunjukkan bahwa syarat untuk menjadi khalifah adalah punya
ilmu pengetahuan, dan bahwa Adam lebih utama daripada malaikat.

7. Menjadikan malaikat, yang tidak membutuhkan apa-apa dari bumi


sebagai khalifah, tidak merealisasikan hikmah penunjukan manusia sebagai
khalifah, yaitu: mengungkap rahasia-rahasia alam, mendiami bumi, dan menggali
berbagai rezeki, tanaman dan barang tambang bumi; juga tidak akan
mendatangkan kemajuan bagi ilmu dan seni yang telah kita saksikan
berkembangannya hingga saat ini.

Dalam ayat 34-39 menjelaskan tentang kisah sujud malaikat kepada Nabi
Adam dan sikap iblis terhadapnya.

Ceritakan pula kepada kaummu, wahai Muhammad, Dan (ingatlah) ketika


Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” sebagai
bentuk ketundukan, salam dan pemuliaan, bukan sujud ibadah dan penuhanan

24
seperti yang dilakukan orang-orang kafir terhadap berhala-berhala mereka. Maka
mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia
termasuk golongan yang kafir. Iblis enggan untuk sujud karena merasa dirinya
lebih tinggi daripada Adam, seraya berkata, “Mengapa aku bersujud kepadanya
padahal aku lebih baik daripada dirinya? Engkau ciptakan aku dari api sedang dia
Engkau ciptakan dari tanah liat.” Lantaran keengganannya, takabburnya, dan
kebanggaannya atas dirinya maka dia termasuk orang-orang kafir sehingga ia
mendapat laknat sampai hari Kiamat karena mendurhakai perintah Tuhannya dan
menolak bersujud kepada Adam. Sujud ada dua macam. Pertama, sujud ibadah
dan penuhanan. Ini dilakukan hanya kepada Allah semata, tidak boleh dilakukan
kepada selain Allah. Sujud ini ada dua bentuk: meletakkan dahi di atas tanah
(inilah yang biasa dilakukan dalam sholat) dan tunduk kepada kehendak-Nya.
Kedua: sujud salam dan pemuliaan tanpa unsur penuhanan. Misalnya, sujudnya
para malaikat kepada Adam dan sujudnya Ya’qub dan putra-putranya kepada
Yusuf.

Pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan namanya,


sebab Al Quran dan As Sunnah tidak menerangkannya. Mendekati pohon itu bagi
Adam dan Hawa merupakan kemaksiatan sehingga mereka akan tergolong orang-
orang yang melanggar perintah Allah. Allah Ta’ala melarang memakan pohon itu
sebagai ujian atau karena hikmah yang kita tidak mengetahuinya. Adam dan
Hawa dengan tipu daya dan bisikan setan akhirnya memakan buah pohon yang
dilarang itu, yang mengakibatkan keduanya keluar dari surga. Kemudian beberapa
kalimat (ajaran-ajaran) dari Allah yang diterima oleh Adam sebagian ahli tafsir
mengartikannya dengan kata-kata untuk bertobat, yaitu ucapan “Rabbanaa
zhalamnaa anfusanaa…dst (lih. Surat Al A’raaf: 23)] dari Tuhannya, lalu Allah
menerima taubatnya.

Dalam ayat 38-39 dijelaskan bahwa Allah Ta’ala menghilangkan


kekhawatiran dan kesedihan tersebut menunjukkan bahwa mereka akan
memperoleh keamanan yang sempurna. Di dalam ayat lain, yaitu surat Thaahaa
ayat 23 diterangkan bahwa orang yang mau mengikuti petunjuk Allah, maka ia

25
tidak akan sesat dan tidak akan celaka, yakni menunjukkan ia akan memperoleh
petunjuk (lawan sesat) dan akan memperoleh kebahagiaan (lawan celaka). Dengan
demikian, orang yang mau mengikuti petunjuk Allah akan memperoleh
kemananan, petunjuk dan kebahagiaan di dunia dan akhirat –nas’alullah an
yaj’alanaa minhum.

1. Surat al-Isra’ ayat 70

Penjelasan Ayat

Allah Swt. menyebutkan tentang penghormatan-Nya kepada Bani Adam


dan kemuliaan yang diberikan-Nya kepada mereka, bahwa Dia telah menciptakan
mereka dalam bentuk yang paling baik dan paling sempurna di antara makhluk
lainnya.Yakni manusia berjalan pada dua kakinya dengan tegak dan makan
dengan tangannya, sedangkan makhluk lainnya ada yang berjalan dengan keempat
kakinya dan makan dengan mulutnya. Dan Allah menjadikan pendengaran,
penglihatan, dan hati bagi manusia, yang dengan kesemua¬nya itu manusia dapat
mengerti dan memperoleh banyak manfaat. Berkat hal itu manusia dapat
membedakan di antara segala sesuatu dan dapat mengenal kegunaan, manfaat,
serta bahayanya bagi urusan agama dan duniawinya.

Kami berikan pula kepada mereka penampilan yang baik serta pakaian-
pakaian yang beraneka ragam jenis dan warna serta model¬nya yang mereka buat
sendiri untuk diri mereka, juga yang didatangkan oleh orang lain kepada mereka
dari berbagai penjuru dunia.

ٍ ِ‫َوفَض َّْلنَاهُ ْم َعلَى َكث‬


ِ ‫ير ِم َّم ْن خَ لَ ْقنَا تَ ْف‬
‫ضيال‬

dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas


kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Al-Isra: 70)

Manusia lebih utama daripada makhluk hidup lainnya, juga lebih utama
daripada semua jenis makhluk. Ayat ini dapat dijadikan sebagai dalil yang
menunjukkan keutamaan jenis manusia di atas jenis malaikat.

26
2. Surat Ar-Ra’d ayat 11

Penjelasan

‫ت ِّم ۢن بَ ۡي ِن يَد َۡي ِه َو ِم ۡن خَ ۡلفِ ِهۦ‬ٞ َ‫لَ ۥهُ ُم َعقِّ ٰب‬

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu menjaga hamba Allah


secara bergiliran, ada yang di malam hari, ada pula yang di siang hari untuk
menjaganya dari dari hal-hal yang buruk dan kecelakaan-kecelakaan.
Sebagaimana bergiliran pula kepadanya malaikat-malaikat lainnya yang yang
bertugas mencatat semua amal baik dan buruknya, mereka menjaganya secara
bergiliran, ada yang di malam hari, ada yang di siang hari, yaitu di sebelah kanan
dan sebelah kirinya yang bertugas mencatat semua amal perbuatan hamba yang
bersangkutan. Malaikat yang ada di sebelah kanannya mencatat amal-amal
baiknya, sedangkan yang ada di sebelah kirinya mencatat amal-amal buruknya.

Selain itu ada dua malaikat lain lagi yang bertugas dan memeliharanya,
yang satu ada di belakangnya, yang satunya lagi ada di depan. Dengan demikian,
seorang hamba dijaga oleh empat malaikat di siang dan malam harinya secara
bergantian. Yaitu malaikat yang yang menjaga dan mencatat. seperti yang
disebutkan di dalam hadis sahih:

"،‫صـ ِر‬ ْ ‫صـاَل ِة ْال َع‬ َ ‫ْح َو‬


ِ ‫الصـب‬ُّ ‫صـاَل ِة‬ َ ‫ َويَجْ تَ ِم ُعــونَ فِي‬،‫ـار‬ ِ ‫يَتَ َعــاقَبُونَ فِي ُك ْم َماَل ِئ َكـ ةٌ بِاللَّ ْيـ‬
ِ ‫ـل َو َماَل ِئ َكـ ةٌ بِالنَّهَـ‬
‫ َأتَ ْينَــاهُ ْم َوهُ ْم‬: َ‫ـر ْكتُ ْم ِعبَــا ِدي؟ فَيَقُولُــون‬
َ ‫ َك ْيــفَ تَـ‬:‫ـو َأ ْعلَ ُم بكم‬
َ ‫فَيَصْ َع ُد ِإلَ ْيـ ِه الَّ ِذينَ بَــاتُوا فِي ُك ْم فَيَ ْسـَألُهُ ْم َوهُـ‬
َ‫ُص ُّلون‬
َ ‫ َوت ََر ْكنَاهُ ْم َوهُ ْم ي‬، َ‫ص ُّلون‬َ ُ‫"ي‬

“Malaikat-malaikat di malam hari dan malaikat-malaikat di siang hari silih


berganti menjaga kalian, dan mereka berkumpul di waktu salat Subuh dan salat
Asar. Maka naiklah para malaikat yang menjaga kalian di malam hari, lalu Tuhan
Yang Maha Mengetahui keadaan kalian menanyai mereka, "Dalam keadaan
apakah kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?” Mereka (para malaikat malam hari)
menjawab, "Kami datangi mereka sedang mereka dalam keadaan salat dan kami
tinggalkan mereka sedang mereka dalam keadaan salat."

Di dalam hadis lain disebutkan:

27
"‫ فَا ْستَحْ يُوهُ ْم َوَأ ْك ِر ُموهُ ْم‬،‫اع‬
ِ ‫ارقَ ُك ْم ِإاَّل ِع ْن َد ْال َخاَل ِء َو ِع ْن َد ْال ِج َم‬
ِ َ‫"ِإ َّن َم َع ُك ْم َم ْن اَل يُف‬

“Sesungguhnya bersama kalian selalu ada malaikat-malaikat yang tidak


pernah berpisah dengan kalian, terkecuali di saat kalian sedang berada di kakus
dan ketika kalian sedang bersetubuh, maka malulah kalian kepada mereka dan
hormatilah mereka.”

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah (Ar-Ra'd: 11) Yang bergiliran dari Allah adalah para malaikat-Nya.

Ikrimah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna


firman Allah Swt.: mereka menjaganya atas perintah Allah. (Ar-Ra'd: 11) Para
malaikat itu ditugaskan untuk menjaganya di depan dan di belakangnya. Apabila
takdir Allah telah memutuskan sesuatu terhadap hamba yang bersangkutan, maka
para malaikat itu menjauh darinya.

Para malaikat itu ditugaskan untuk menjaganya di depan dan di


belakangnya. Apabila takdir Allah telah memutuskan sesuatu terhadap hamba
yang bersangkutan, maka para malaikat itu menjauh darinya.

Mujahid mengatakan bahwa tiada seorang hamba pun melainkan ada


malaikat yang ditugaskan untuk menjaganya di saat ia tidur dan di saat ia
terbangun, yakni menjaganya dari kejahatan jin, manusia, dan hewan buas. Tiada
sesuatu pun makhluk itu yang datang kepada hamba yang bersangkutan dengan
tujuan untuk memudharatkannya, melainkan malaikat penjaga itu berkata
kepadanya, “pergilah ke belakngmu!” kecuali apabila ada sesuatu yanag
ditakdirkan oleh Allah, maka barulah dapat mengenainya.

Firman Allah Swt.:

ِ ۗ ‫يَ ۡحفَظُونَهۥُ ِم ۡن َأمۡ ِر ٱهَّلل‬

“mereka menjaganya atas perintah Allah. (Ar-Ra'd: 11)

28
Abu Mijlaz mengatakan bahwa seorang lelaki dari Bani Murad datang
kepada Ali r.a. yang sedang salat, lalu lelaki itu berkata, "Hati-hatilah engkau,
karena sesungguhnya ada sejumlah orang dari Bani Murad yang ingin
membunuhmu." Maka Ali r.a. menjawab, "Sesungguhnya setiap orang lelaki
selalu ditemani oleh dua malaikat yang menjaganya dari hal-hal yang tidak
ditakdirkan untuknya. Apabila takdir telah datang untuknya, maka kedua malaikat
itu menjauh darinya. Sesungguhnya ajal itu adalah benteng yang sangat kuat."

29
BAB II

HASIL DISKUSI

Pertanyaan untuk kelompok 1:

Jurez Hanafi: Apa yang dimaksud dengan perintah membaca dalam


kalimat Iqro’ (fi’il amar) surat Al ‘Alaq ayat 1?

Jawaban: iqra berasal dari kata qaraa-yaqrau-qiraah yang artinya


membaca, menghimpun, mendalami, meneliti, dan mengetahui ciri-cirinya.
Dengan kata lain, perintah iqra tidak hanya membaca tulisan, tetapi juga dengan
pendalaman situasi atau fenomena sosial yang terjadi.

Widiyanto: Allah memerintahkan manusia agar bisa membaca 2 hal, yaitu


Al-Quran/ Kalamullah dan satu hal lagi apa itu?

Jawaban: Allah SWT. Memerintahkan agar umatnya dapat membaca/


melihat alam semesta, agar manusia dapat memahami betapa kecilnya mereka
dihadapan Allah, dan selalu bertasbih kepada Allah.

Pertanyaan Kelompok 2:

Uswatun Hasanah: Apakah di Alqur'an/hadits ada pembahasan yang


menyangkut masalah pendidikan sosial, ekonomi, budaya, bahkan politik? Jika
ada, bagaimana dalilnya dan mengapa persoalan tersebut penting untuk dibahas?

Jawaban: Mengenai dalil semua problematika dalam Islam sudah ada


dalam Al Qur'an maupun hadis ya selain itu ada beberapa pendapat dari para
ulama2 yang disepakati.

Mengenai dalil masalah pendidikan sosial bisa kita buka QS. 11-13 ya
mengenai ekonomi dalam Al Qur'an dijelaskan dalam QS. Al baqoroh ayat 275.
Mengenai budaya diterangkan dalam QS. Al A'rof 17. Mengenai politik dalam
QS. Al Imron ayat 159. Permasalahan-permasalahan itu semua penting karena
dalam kehidupan yang beragam pasti akan muncul beberapa problematika dalam

30
masyarakat sehingga dalam mempelajarinya dapat meningkatkan kajian atau
khazanah ilmu sehingga bisa menjawab maupun menyikapi dengan baik sesuai
Al-Qur'an dan Sunnah.

Anindya Latifah: Bagaimana contoh mudahnya dalam pencapaian


masing2 ayat tersebut nggih mas. Dan bagaimana menyikapi agar tercapainya
pencapaian tersebut dalam lingkungan sekitar kita?

Jawaban: Gambaran keseluruhan mengenai tahapan dalam pendidikan akal


(rasio) adalah membentuk pola pikir anak terhadap segala sesuatu yang
bermanfaat, baik berupa ilmu syar‟i, kebudayaan, ilmu modern, kesadaran,
pemikiran, dan peradaban.Sehingga akal anak menjadi matang secara pemikiran
dan terbentuk secara ilmu dan kebudayaan. Dalam konsep pendidikan, akal dan
intelektual perlu dikembangkan, mendidik akal melalui kurikulum yang tersistem,
agar ia mampu mengembangkan potensi akalnya ke jenjang yang lebih tinggi,
yang pada gilirannya akan menjadi manusia cerdas, pintar dan kreatif.

Pertanyaan kelompok 3:

Rakhmah Rizqi Nafisah: Mengapa orang Makkah mengatakan yg


mengajarkan nabi Muhammad Saw itu manusia (Musailamah Al Kadzdzab)?

Jawaban: Ada juga yang mengatakan bahwa surah ini turun sebagai
bantahan atas penduduk Makkah ketika mereka berkata, “Sesungguhnya yang
mengajarinya (Muhammad) adalah manusia, karena perbedaan makna dan
pendapat yang mereka pahami, Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA juga dan Ibnu
Kaisan bahwa maksud َ‫ ِ۟ﻹ ۟ﻧ ٰﺴﻦ‬disini adalah Muhammad SAW dan maksud ‫ٲﻟَ۟ﺒَﻴَﺎن‬
adalah kejelasan yang halal dan yang haram dan petunjuk dari kesesatan. Ada lagi
yang mengatakan bahwa maksud َ‫ ِ۟ﻹ ۟ﻧ ٰﺴﻦ‬adalah seluruh manusia. Artinya itu adalah
nama bagi jenis, sementara maksud ‫ ﻟَ۟ﺒَﻴَﺎن‬berdasarkan pendapat ini adalah bicara
dan paham. Intinya ya mba itu adalah sebuah bantahan orang2 mekah yang tidak
membenarkan bahwa al-qur'an yang memberikan pelajaran kepada nabi.

31
Nada Yulfani Wulandari: Dalam surah An Najm ayat 5-6 sebagai
pendidik kita harus dapat menjadi model dan tauladan bagi murid-muridnya kelak
lalu bagaimanakah penerapan kita sebagai peserta didik yang dijadikan model
ataupun tauladan untuk anak didik kita. Misalnya ada salah satu murid kita yang
yang selalu berbuat masalah terus disekolah karena anak tersebut memiliki
masalah dalam lingkup keluarga. Lalu bagaimanakah cara kita sebagai pendidik
menjadi model atau teladan untuk anak tersebut?

Jawaban: dari lingkup keluarga misal mencontohkan yang baik,


memberikan pelajaran-pelajaran akhlak yang baik, mengajarkan atau
menceritakan kisah para rasul untuk menjadikan contoh teladan yang baik,
mengajarkan agama, seperti mengaji dan sholat, Jika di lingkungan sekolah,
Sebagai pendidik, memberikan contoh yang baik pada murid, seperti memberikan
contoh bertingkah laku, atau berakhlak yang baik, memberikan materi atau modul
keagamaan kepada murid, memberikan respon yang baik , mengapresiasi jika
murid itu benar atau baik, dan memberikan waktu belajar yang sesuai pada
muridnya.

Pertanyaan kelompok 4:

Rakhmah Rizqi Nafisah: Bagaimana jika ada seorang Ustadz yang


terlalu sibuk dengan urusan agamanya ceramah sana sini tapi lupa mendidik
anaknya, sedangkan beliau memiliki kewajiban mendidik seorang anak, apalagi
beliau seorang ustadz. Apakah ustadz tersebut sudah melakukan dzolim terhadap
anaknya?

Jawaban: Didalam keluarga yang memiliki kewajiban mendidik bukan


hanya ayah, tapi ada ibu. Apalagi ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya
jadi saling melengkapi dalam mendidik anak.

Pertanyaan kelompok 5:

Rakhmah Rizqi Nafisah: Apakah metode penting dalam pendidikan,jika


tidak ada metode apakah siswa akan paham?

32
Jawaban: penting,Dengan metode seorang pendidik akan lebih mudah
dalam memahami apa yang disampaikan oleh pendidik. Tujuan pokok metode
pembelajaran adalah untuk lebih memudahkan proses dan hasil belajar siswa
sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih dengan sebaik dan semudah
mungkin oleh peserta didik.

Pemilihan dan penentu metode mengajar yang tepat akan mengakibatkan


pencapaian tujuan belajar mengajar secara efektif dan efisien.

Guru bisa menggunakan bbrpa metode :Metode Ceramah, Metode Diskusi,


Metode Tanya Jawab, Metode Pembelajaran Demonstrasi.

Pertanyaan kelompok 6:

Rakhmah Rizqi Nafisah: Bagaimana cara menyikapi orang yang bisa


sholat tapi belum bisa baca Al Qur'an?

Jawaban: Karena orang tersebut mungkin dengan tidak bisa baca Al


Qur'an tapi suka mendengarkan tentang bacaan sholat itu, jadi dengan secara tidak
langsung dia menjadi tau dan hafal bacaan sholat.

Pertanyaan kelompok 7:

Uswatun Hasanah: bagaimana cara kita untuk menemukan potensi yang


belum muncul? Trus cara untuk memaksimalkan potensi tersebut bagaimana?

Jawaban: menemukan potensi diri yang belum muncul itu yang pertama
kenali diri sendiri terlebih dahulu mba, kemudian membuat keputusan secara
sadar bahwa njenengan ingin berkembang dan berubah lebih baik, keputusan ini
termasuk bentuk niat njenengan memunculkan potensi yang masih belum muncul.

33
DAFTAR PUSTAKA

Moh. Uzar Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Remaja RosdaKarya:


Bandung.
Taufiq Muhammad, Izzuddin. 2006. Dalil Anfus Alqur’an Dan Embriologi (Ayat-
ayat Tentang Penciptaan Manusia. Tiga Serangkai : Solo.
Tim Redaksi Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat
Bahasa : Jakarta.
Shihab,  M Quraish. 2001. Wawasan Al-qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas berbagai
Perso
alan Umat . Mizan : Bandung.
Nadwi, Abdullah Abbas. 1996. Learning The Language Of The Holy Al-
Qur’an (Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an). Mizan : Bandung.
Al-Ghazali, 2003. Mutiara Ih}ya>’ ’Ulu>muddi>n: Ringkasan Yang Ditulis
Sendiri Oleh Sang Hujjatul-Isla. Mizan: Bandung.
al-Maraghi, Ahmad Musthafa.tp th .Tafsir al-Maraghi, Jilid II, (Mesir: Dar al-
Fikr)
Shihab, M. Quraisy. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Lentera Hati : Jakarta.
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar Juz IV. Pustaka Panjimas: Jakarta.
Ar-Rifa’I, M. Nasib. 199.  Tafsir Ibnu Katsir Jilid. I. Gema Insani Press: Jakarta.
http://tafsirnafila.blogspot.com/2017/04/tafsir-al-alaq-1-5-al-ghasyiyah-17-
20.html?m=1
Al-Qurthubi , Syaikh Imam. 2008. Tafsir Al Qurthubi. Jakarta : Pustaka Azzam.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah pesan, kesan dan keserasian Al-
Quran. Jakarta : Lentera Hati.

Ihsan, Fuad. 2000. Dasar-dasar Kependidikan.Jakarta : RINEKA CIPTA.

Al-Mahalli, Imam jalaluddin dan Imam jalaluddin As-Syuti, 1998. Terjemah


Tafsir Jalalain jilid 2, Jakarta:Sinar Baru Algensindo.

https://farahalkiftiyah.wordpress.com/2018/08/23/Tafsir-ayat-ayat-tentang-obyek-
dan-peserta-didik-dalam-pendidikan-islam/amp/

34
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Lembaga Percetakan
Al-Qur’an Departemen Agama, 2009, hlm. 203-205

https://.muslim.okezone.com/alquran/tafsir/214/26/asy-syu-ara-ayat-214

https://bincangsyariah.com/kalam/tafsir-surah-at-taubah-ayat-122-pentingnya-
memperdalam-ilmu-pengetahuan/

Kadar M. Yusuf, 2015, Tafsir Tarbawi Pesan-pesan al-Quran tentang Pendidikan,


Jakarta: Amzah.

Abdul Mujib, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana.

Hasniyati Gani Ali,2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Quantum Teaching.

Ramayulis, 2002, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia..

Ahmad Mustafa, 1989, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Semarang: Toha Putra.

Quraish Shihab, 2000, Tafsir Al Misbah, Jakarta: Lentera Hati.

Abudin Nata, 2002, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo.

Shihab, M.Quraish, 2002, Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan, dan Keserasian al-


Qur‟an, Jakarta: Lentera hati.

Depag. 2009. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Surabaya: Duta Ilmu.

Quthb, Sayyid. 2000. Fi Zhilalil Qur’an, terj. As’ad Yasin, dkk. Jakarta: Gema
Insani.

Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Syafe’I, Rachmat. 2007. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: PT. Pustaka Setia.

https://tafsirq.com/index (Diakses 10 Oktober 2018)

35
Suryadi, Ahmad, R. (2019). Dimensi-Dimensi Manusia: Perspektif Pendidikan
Islam, Yogyakarta: Deepublish

Sachudin, Izzan, A. (2015). Tafsir Pendidikan: Konsep Pendidikan Berbasis


AlQuran, Bandung: Humaniora

Wiyono, Slamet. (2006). Manajemen Potensi Diri, Jakarta: Grasindo

Muhmidayeli.(2014). Teori-Teori Pengembangan: Sumber Daya Manusia Dalam


Pendidikan, Bandung: Refika Aditama

Haroen, Dewi. (2014). Personal Branding: Kunci Kesuksesan Anda Berkiprah Di


Dunia Politik, Jakarta: Gramedia

Muharto. (2016). Fitralogi: Akar Perdamaian dan Konflik Sosial, Yogyakarta :


Deepublish

Effendy, O.U. (2002). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Ginanjar, A. (2010). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan


Spiritual, Jakarta: Arga

Publishing Departemen Agama RI. (2006). AlQur’an dan Terjemahan, Jakarta:


Magfirah Pustaka

36

Anda mungkin juga menyukai