Anda di halaman 1dari 20

Makalah Tafsir Tarbawi Tujuan Pendidikan

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen Pembimbing: Drs. Abd Halim Nasution, M.Ag.

Disusun Oleh:

Kelompok 8

Ibnu Afif (0301181025)

Reza Al-Azhari Ritonga (0301181013)

Nurul Syahfitriani Ritonga (0301182151)

Eva Santi Lubis (0301182104)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI-6)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN TA. 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia Allah swt, karena atas limpahan rahmat serta hidayahNya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah yang sangat sederhana ini. Shalawat serta
salam selalu penyusun haturkan kepada Nabi junjungan kita yaitu Nabi Muhammad saw
beserta para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah ini disusun agar dapat
kita manfaatkan bersama untuk kehidupan kita sehari-hari. Tidak lupa penyusun ucapkan
terima kasih kepada Bapak Drs. Abd Halim Nasuition, M.Ag sebagai Dosen Pengampu
Mata Kuliah “Tafsir Tarbawi”

Penyusun mengakui bahwa Makalah masih belum sempurna baik dari segi
peninjauan atau dari segi yang lain.. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi kita bersama.

Medan, 17 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR
ISI...............................................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 1

C. Tujuan ................................................................................................................................ 1

BAB II........................................................................................................................................ 2

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2

A. Pengertian Tujuan Pendidikan........................................................................................... 2

B. Tujuan Pendidikan di Dalam Al quran dan Hadist ............................................................ 3

a) Surah Adz-Dzariyat ayat 56 ........................................................................................ 3

b) Surat Al Baqarah ayat 30 ............................................................................................ 4

c) Surah Hud ayat 61 ....................................................................................................... 6

d) Surah al-Fath ayat 29................................................................................................... 8

e) Surah al-Hajj ayat 41 ................................................................................................. 10

f) Surah al-Baqarah ayat 207 ........................................................................................ 12

BAB III .................................................................................................................................... 14

PENUTUPAN .......................................................................................................................... 14

A. Kesimpulan...................................................................................................................... 14

B. Saran ................................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sangat memprioritaskan pendidikan. Karena dengan dengan pendidikan yang
baik dan benar serta berkualitas, maka individu-individu yang terbaik dan berakhlak mulia
terbentuk yang akhirnya nanti memunculkan kehidupan bermasyarakat yang bermoral.
Pentingnya sebuah penekanan pendidikan terhadap anak didik agar hidup dengan nilai-nilai
kebaikan, spiritual serta moralitas.

Di dalam agama Islam, pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam jangka waktu
tertentu saja, melainkan dilaksanakan sepanjang hayat (long life education). Islam
memberikan dorongan bagi pemeluknya untuk senantiasa meningkatkan kualitas keilmuan
serta pengetahuannya. Baik itu muda ataupun tua, pria atau wanita, miskin atau kaya sama-
sama mendapatkan porsi yang sama dalam pandangan Islam dalam kewajibannya untuk
menuntut ilmu. Tidak hanya menuntut ilmu agama saja namun juga ilmu yang berkaitan
dengan dunia.

Di dalam makalah ini, penyusun berusaha menggali dan menjabarkan tujuan dari
pendidikan khususnya pendidikan Islam itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tujuan pendidikan ?
2. Bagaimana tujuan pendidikan di dalam Al quran dan hadist ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari tujuan pendidikan
2. Menganalisis tujuan pendidikan menurut pandangan Al quran dan hadist.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tujuan Pendidikan


Tujuan mempunyai arti arah atau sasaran yang akan dicapai. Di dalam bahasa Arab,
tujuan disebut dengan al-Hadf muntadal fihi bi al-siham yang bermakna “sasaran atau objek
yang diperlombakan dengan panah”. Dan al-ghard yang bermakna “maksud atau yang di
inginkan”.

Tujuan menurut Marimba (1989: 45), merupakan standar usaha yang dapat
ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk
mencapai tujuan-tujuan lain. Di samping itu, tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha agar
kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan, dan yang terpenting adalah dapat
memberi penilaian atau evaluasi terhadap usaha-usaha pendidikan.1

Pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Marimba (1989: 46) sebagai usaha sadar
yang dilakukan oleh orang dewasa kepada peserta didik agar ia mampu mengembangkan
potensi jasmani dan rohani sehingga terbentuk kepribadian yang utama.2

Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang melatih perasaan murid-murid, sikap
hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan
mereka dipengaruhi dengan nilai spiritualitas dan semangat sadar akan nilai etis Islam 3. Pada
pendidikan Islam, mereka harus dihubungkan dari ajaran dan nilai-nilai yang terkandung
dalam sumber dasarnya yaitu Al quran dan hadist.4

Menurut pendapat Zakiyah Drajat, tujuan pendidikan Islam dapat dibagi menjadi
empat tahap, yakni:

1. Tujuan umum, tujuan yang akan dicapai dengan semua aktivitas pendidikan.
2. Tujuan akhir, tujuan akhir pendidikan Islam yaitu kembali kepada Allah dalam
keadaan bertakwa dan bertawakkal.

1
Marimba (dalam Uci sanusi, Rudi Ahmad suryadi), Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Deepublish,
2018), hal. 13
2
Ibid, hal. 14
3
Sajjad Husain dan Al-asyraf, Krisis Pendidikan Islam, (Bandung: Risalah, 1986), hal. 1
4
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rodakarya, 2002), hal. 29

2
3. Tujuan sementara, tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah
pengalaman tertentu.
4. Tujuan operasional, yaitu tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan
pendidikan tertentu.5

Menurut pendapat Abdurahman Saleh Abdullah tujuan pendidikan Islam dibangun


atas sifat dasar manusia yakni, tubuh, ruh, dan akal yang masing-masing harus dijaga.
Berdasarkan hal tersebut maka pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Tujuan pendidikan jasmani (ahdaf al-jismiyyah)


2. Tujuan pendidikan rohani (ahdaf al-ruhaniyyah)
3. Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-aqliyyah)
4. Tujuan sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyyah)6

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan khususnya
tujuan pendidikan Islam adalah usaha dan upaya sadar oleh orang dewasa untuk melatih dan
mengembangkan potensi peserta didik yang dimaksudkan supaya terbentuk kepribadian yang
baik, baik itu sikap hidup, tindakan, moral dan pendekatan terhadap segala jenis pengetahuan
berdasarkan Islam yang bersumber dari Al quran dan hadist.

B. Tujuan Pendidikan di Dalam Al quran dan Hadist


a) Surah Adz-Dzariyat ayat 56

    


 

Artinya: “ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.

Ayat ini diartikan bahwasanya manusia itu diciptakan semata-mata untuk beribadah
kepada Allah. Ibadah sangat penting dalam agama Islam, namun kata ‫ ليعبدون‬disini berarti
beribadah, mengabdi atau menyembah ? Allah tidak berhajat untuk disembah atau dipuja
manusia. Allah Maha Sempurna dan tidak berhajat kepada apapun. Oleh karena itu, kata

5
Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 30-3
6
Armani Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal.
19

3
‫ يعبدون‬lebih tepat jika diartikan dengan kata tunduk dan patuh, dan kata ‫ عبد‬memang
mengandung makna tunduk dan patuh.7

Semua aktivitas pendidikan, belajar mengajar dan sebagainya adalah termasuk


dalam kategori ibadah. Dalam sabda Nabi SAW:

َ ‫ع ِلي ٍّ قَا َل َحدَّثَنَا خَا ِلد ُ ب ُْن يَ ِزيدَ ْالعَتَ ِكي‬


‫ع ْن أ َ ِبي َج ْعفَ ٍّر‬ َ ‫ص ُر ب ُْن‬ْ َ‫ َحدَّثَنَا ن‬:٢٥٧١ ‫سنن الترمذي‬
‫ع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِكٍّ قَا َل‬
َ ‫الربِيعِ ب ِْن أَن ٍَّس‬
َّ ‫ع ْن‬ َ ِ ‫الر ِازي‬
َّ
‫َّللاِ َحتَّى يَ ْر ِج َع‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ِم َكانَ فِي‬
َّ ‫سبِي ِل‬ ِ َ‫طل‬َ ‫سلَّ َم َم ْن خ ََر َج فِي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
Sunan Tirmidzi 2571: Telah bercerita kepada kami Nahsr bin Ali dia berkata: telah
bercerita kepada kami Khalid bin Yazid Al Ataki dari Abu Ja'far Ar Razi dari Ar Rabi'
bin Anas dari Anas bin Malik dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Barangsiapa keluar dalam rangka menuntut ilmu maka dia berada di jalan
Allah sampai dia kembali”.8

Di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, disebutkan bahwa pendidikan


bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrratis serta bertanggung
jawab9. Hal ini tentunya sesuai dan seimbang antara tujuan pendidikan yang tercantum di
dalam UU No 20 tahun 2003 dengan apa yang terkandung di dalam surah Adz-Dzariyat
ayat 56. Bahwa hakikat dari tujuan pendidikan itu adalah untuk menciptakan manusia
yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) Surat Al Baqarah ayat 30

  


   
   
   
  

7
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, (Jakarta: UI-Press, 1985), hal. 32-33
8
Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin adl Dlahhak, Sunan At Tirmidzi, Penyesuaian penomeran
disesuaikan dengan cetakan Maktabah Al Ma'arif Riyadh, cetakan pertama
9
https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/undang-undang-no-20-tahun-2003-sistem-pendidikan-nasional.
Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019 Pukul 21.55 WIB

4
  
    
    

Artinya: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya


aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui."

َ ُ‫ش ْعبَة‬
‫ع ْن‬ ُ ‫ار َحدَّثَنَا ُم َح َّمد ُ ْب ُن َج ْعفَ ٍّر َحدَّثَ َنا‬ َّ َ‫ َحدَّث َ ِني ُم َح َّمد ُ ب ُْن ب‬:٣١٩٦ ‫صحيح البخاري‬
ٍّ ‫ش‬
ُ ‫س ِم ْعتُهُ يُ َحد‬
‫ِث‬ َ َ‫س ِس ِنينَ ف‬ َ ‫عدْتُ أَبَا ُه َري َْرة َ خ َْم‬ ِ ‫س ِم ْعتُ أَبَا َح‬
َ ‫از ٍّم قَا َل قَا‬ َ ‫ت ْالقَ َّز ِاز قَا َل‬
ٍّ ‫فُ َرا‬
ٌّ ‫س ُه ْم ْاْل َ ْن ِب َيا ُء ُكلَّ َما َه َل َك َن ِب‬
‫ي‬ ْ ‫سلَّ َم قَا َل َكان‬
ُ َ ‫َت َبنُو ِإس َْرا ِئي َل ت‬
ُ ‫سو‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ع ْن النَّ ِبي‬ َ
َ‫ون ُخلَفَا ُء فَ َي ْكث ُ ُرون‬
ُ ‫س َي ُك‬ ٌّ ‫َخلَفَهُ َن ِب‬
َّ ‫ي َو ِإنَّهُ ََل َن ِب‬
َ ‫ي َب ْعدِي َو‬

Shahih Bukhari 3196: Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Basysyar telah
bercerita kepada kami Muhammad bin Ja'far telah bercerita kepada kami Syu'bah dari
Furat Al Qazaz berkata: aku mendengar Abu Hazim berkata: "Aku hidup mendampingi
Abu Hurairah selama lima tahun dan aku mendengar dia bercerita dari Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam yang besabda:

"Bani Isra'il, kehidupan mereka selalu didampingi oleh para Nabi, bila satu Nabi
meninggal dunia, akan dibangkitkan Nabi setelahnya. Dan sungguh tidak ada Nabi
sepeninggal aku. Yang ada adalah para khalifah yang banyak jumlahnya”.10

Dari ayat dan hadis di atas kata Khalifah yang jika dilihat dari akar katanya berasal
dari kata khalafa, yang berarti di belakang atau menggantikan tempat seseorang
sepeninggalnya (karena yang menggantikan itu selalu berada atau datang dari belakang,
sesudah yang digantikannya), maka dari itu kata khalif atau khalifah bermakna seorang
pengganti. Al-Raghib al Isfahani memberikan penjelasan bahwa menggantikan yang lain

10
Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Fathul Bari, cetakan Daarul Hadits Kairo.

5
berarti melakukan sesuatu atas nama yang digantikan, baik itu bersama yang
digantikannya maupun sesudahnya11.

Berdasarkan surah al-Baqarah ayat 30, kekhalifahan manusia memiliki tiga unsur
yang saling berkaitan satu sama lainnya, yaitu: 1) manusia, yang kemudian dinamakan
khalifah, 2) alam raya, 3) hubungan antara manusia dengan alam dan segala isinya,
termasuk dengan manusia. Namun hubungan ketiga diatas tidak akan bisa berjalan bila
tidak ada penugasan, yakni Allah Swt. Dialah yang memberi penugasan terhadap
khalifah dan dengan demikian yang ditugasi itu harus memperhatikan kehendak yang
menugasi12.

Musa Asy’arie memberikan pendapat bahwa tugas khalifah adalah sebagai


pengganti yang memegang kepemimpinan serta kekuasaan, pada dasarnya memiliki
implikasi moral, karena kepemimpinan dan kekuasaan seorang khalifah dapat
diselewengkan untuk kepentingan yang lain, atau juga sebaliknya dapat dipakai untuk
menciptakan kesejahteraan hidup bersama13. Lebih lanjut lagi, Syahminan Zaini
berpendapat bahwa manusia sebagai khalifah dan hamba Allah berkewajiban mensyukuri
segala nikmat yang diberikan Allah, yaitu dengan berupaya kreatif, memakmurkan bumi,
serta membudidayakan alam14.

Implikasinya dalam tujuan pendidikan Islam, bahwa manusia sebagai khalifah


diharapkan mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifahNya.
Manusia dibina, dilatih yang akhirnya nanti menghasilkan ilmu dan menghasilkan etika
dan keterampilan guna menjalankan tugasnya sebagai khalifah.

c) Surah Hud ayat 61

   


   
    
    
 
11
Al-Raghib al-Isfahani, Mufradat Gharib al-Quran, (Mesir: Al-Halabi, 1961), hal. 156-157
12
Muhammad baqir al-shadr dalam al-Sunan al-Tarikhiyyat fi al-Quran seperti dikutip M. Quraish
Shihab, Membumikan Al-Quran, hal. 158
13
Musa Asy’arie, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Quran, (Yogyakarta: LSIF, 1992), hal.
38
14
Syahminan Zaini, Mengenal Manusia Lewat Al-Quran, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984), hal. 86

6
 
  
    
 

Artinya: dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu
mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku
Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."

Dalam tafsir Jalalain makna kalimat ‫ واستعمركم فيها‬mempunyai makna “ sebagai para
penghuni bumi”15. Maka sebagai penghuni manusia wajib merawat, menjaga, dan tidak
boleh merusak bumi. Dalam tafsir Al-Maraghi juga dijelaskan bahwa sesungguhya
Allah lah yang telah menciptakan bentuk kejadian kalian, dan menganugerahkan
kepadamu sarana-sarana kemakmuran dan kenikmatan di atas bumi. Maka, tidaklah
kamu takut menyembah Allah, karena Allah lah yang berjasa dan memberi anugerah
kepada kalian. Oleh karena itu, bersyukur kepada-Nya adalah kewajibanmu dengan cara
beribadah kepada-Nya semata-mata dengan ikhlas16.

Manusia yang berbahan dari tanah yang diambil dari bumi, maka sepatutnya lah
menjaga, merawat, dan memakmurkan bumi sebagai tanda pengahrgaan atas asal-usul
penciptaannya. Manusia telah diberi kekuasaan, maka harus mampu melaksanakan tugas
yang diberikan Allah swt kepada mereka.

Quraish shihab memberikan penjelasan bahwa tujuan pendidikan dalam surah Hud
ayat 61 ini adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu
melaksanakan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya untuk membangun
dunia ini sesuai dengan konsep yang telah di tetapkan Allah. Pembinaan akalnya akan
menghasilkan ilmu, pembinaan jiwanya akan menghasilkan kesucian dan etika, serta
pembinaan jasmaninya akan menghasilkan keterampilan. Pendidikan dalam hal ini, akan

15
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuthi, Tafsir Jalalain, (Tasik Malaya: Pustaka Al Hidayah,
2010)
16
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi 17, (Semarang: Toha Putera, 1998), hal.
94-95

7
menjadi investasi bagi manusia supaya bisa menentukan masa depannya, baik itu jangka
pendek (dunia) maupun jangka panjang (akhirat)17.

d) Surah al-Fath ayat 29

    


  
 
   
   
   
   
    
   
  
 
  
  
   
   
 
  
 

Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-
Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti
tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu

17
http://surahhuudayat61.blogspot.co.id/201/4/10/v-behaviorurdefaultvmlo.html. diakases pada tanggal
17 Oktober 2019 pukul 22.00 WIB.

8
menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka
ampunan dan pahala yang besar.

Maka inilah pedoman hidup kaum muslimin dalam menjalani kehidupan dunia.
Saling berkasih sayang diantara orang-orang yang beriman sebagaimana Rasulullah
bersabda:

‫ع ْن‬ َ ‫عثْ َمانَ أَبُو ْال َج َما ِه ِر َحدَّثَنَا‬


ٍّ ‫س ِعيد ُ ْب ُن َبش‬
َ ‫ِير‬ ُ ‫ َحدَّثَنَا ُم َح َّمد ُ ب ُْن‬:٨٤٩ ‫سنن أبي داوود‬
‫س ُم َرة َ َقا َل‬
َ ‫ع ْن‬ َ ‫ع ْن ْال َح‬
َ ‫س ِن‬ َ َ ‫َقتَادَة‬
‫ضنَا‬ َ ُ‫اْل َم ِام َوأ َ ْن نَتَ َحابَّ َوأ َ ْن ي‬
ُ ‫س ِل َم َب ْع‬ َ َّ‫سلَّ َم أ َ ْن ن َُرد‬
ِ ْ ‫علَى‬ َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫أ َ َم َرنَا النَّ ِبي‬
‫ض‬ٍّ ‫ع َلى َب ْع‬ َ

Sunan Abu Daud 849: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Utsman
Abu Al Jamahir telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Basyir dari Qatadah dari Al
Hasan dari Samurah dia berkata:
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menjawab
salamnya imam, saling berkasih sayang dan saling mengucapkan salam antara
sebagian kami dengan sebagian yang lain”.18

‫ع ْن أ َ ِبي ب ُْردَة َ ب ِْن َع ْب ِد‬ ُ ‫ َحدَّثَنَا خ َََّّلدُ ب ُْن َي ْحيَى قَا َل َحدَّثَنَا‬:٤٥٩ ‫صحيح البخاري‬
ُ َ‫س ْفي‬
َ ‫ان‬
َ ‫ع ْن أ َ ِبي ُمو‬
‫سى‬ َ َ ‫َّللاِ ب ِْن أ َ ِبي ب ُْردَة‬
َ ‫ع ْن َج ِد ِه‬ َّ
‫ضهُ َب ْعضا‬ ِ َ‫سلَّ َم قَا َل إِ َّن ْال ُمؤْ ِمنَ ِل ْل ُمؤْ ِم ِن َك ْالبُ ْني‬
ُ َ‫ان ي‬
ُ ‫شد بَ ْع‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ع ْن النَّبِي‬
َ
َ َ ‫شب ََّك أ‬
ُ‫صا ِبعَه‬ َ ‫َو‬

Shahih Bukhari 459: Telah menceritakan kepada kami Khallad bin Yahya berkata:
telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abu Burdah bin 'Abdullah bin Abu
Burdah dari Kakeknya dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
bersabda:

18
Sulaiman bin Asy’ats bin Syadad bin Amru bin Amir, Sunan Abu Daud, Penyesuaian penomeran
disesuaikan dengan cetakan Baitul Afkar Ad Dauliah.

9
"Sesungguhnya seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan
yang saling menguatkan satu sama lain." kemudian beliau menganyam jari
jemarinya”.19

Pada surah al-Fath ayat 29, salah satu tujuan pendidikan yaitu agar memiliki
manfaat bagi orang lain walaupun tidak banyak setidaknya mempuyai peran di dalam
masyarakat. Saling mengasihi, menyayangi, toleransi dalam hidup agar tercipta
kedamaian yang bisa dirasakan.

e) Surah al-Hajj ayat 41

   


  
 
 
    
  

Artinya: (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di


muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh
berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah
kembali segala urusan.

Menurut M. Quraish Shihab ayat diatas merupakan bagian dari ciri-ciri


masyarakat yang diinginkan Islam, kapanpun dan dimanapun, dan telah terbukti
melalui sejarah Nabi Muhammad Saw. dan para sahabat beliau.

Ayat diatas menyatakan bahwa masyarakat muslim bercirikan yaitu mendirikan


shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan
yang munkar, dan kepada Allah lah kembali segala urusan yang berarti menyuruh kita
untuk selalu bertawakkal kepada Allah.20

19
Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Fathul Bari, cetakan Daarul Hadits Kairo.

20
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), cet II, hal 73

10
Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Allah menjanjikan kemenangan
terhadap orang mukmin dan orang mukmin walaupun diberi kemenangan maka
mereka akan tetap:

1. Melaksanakan shalat

Dari Mua’adz bin Jabal, Rasulullah bersabda:

ُ ‫ص ََّلة‬ َ ‫اْلس ََّْل ُم َو‬


َّ ‫ع ُمودُهُ ال‬ ُ ْ‫َرأ‬
ِ ْ ‫س ْاْل َ ْم ِر‬
Artinya: Pokok dari perkara agama adalah Islam, tiangnya adalah shalat.21

2. Menunaikan zakat, banyak ayat Al quran yang menyeru untuk melaksanakan


shalat serta didampingi dengan menunaikan zakat. Artinya seorang mukmin
juga harus melakukan hubungan nya terhadap manusia (Hablumminannas)
bukan hanya hubungan kepada Allah saja (Hablumminallah).

3. Perintah untuk menyuruh manusia berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran

Dari Abu Said, Rasulullah bersabda:

‫سا ِن ِه فَإ ِ ْن لَ ْم َي ْست َ ِط ْع َف ِبقَ ْل ِب ِه‬


َ ‫َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرا فَ ْليُغ َِي ْرهُ ِب َي ِد ِه فَإ ِ ْن لَ ْم َي ْستَ ِط ْع َف ِب ِل‬
‫ان‬ ِْ ‫ف‬
ِ ‫اْلي َم‬ ُ ‫ض َع‬ ْ َ ‫َوذَ ِل َك أ‬

Artinya: "Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia


mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak mampu, hendaklah
mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya
dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman".22

4. Bertawakkal kepada Allah

‫ع َم َر يَقُو ُل‬ َ ‫ع ْن أَبِي تَ ِم ٍّيم ْال َج ْيشَانِي ِ قَا َل‬


ُ ُ‫س ِم ْعت‬ َ

21
Sunan At Tirmidzi: Penyesuaian penomeran disesuaikan dengan cetakan Maktabah Al Ma'arif
Riyadh, cetakan pertama.
22
Imam An Nawawi, Syarh Shahih Muslim, cetakan Daarul Hadits Kairo.

11
َ ‫سلَّ َم يَقُو ُل لَ ْو أ َنَّ ُك ْم تَ َو َّك ْلت ُ ْم‬
ِ َّ ‫علَى‬
‫َّللا َح َّق تَ َوك ِل ِه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ
‫طانا‬ َ ‫الطي َْر ت َ ْغدُو ِخ َماصا َوت َ ُرو ُح ِب‬ َّ ‫لَ َرزَ قَ ُك ْم َك َما يَ ْر ُز ُق‬
Sunan Ibnu Majah 4154: dari Abu Tamim Al Jaisyani dia berkata: saya
mendengar Umar berkata: "Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-
benarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberi rizki kepada kalian
sebagaimana Dia memberi rizki terhadap burung, ia pergi dalam keadaan lapar
dan pulang dalam keadaan kenyang".23

Dari surah al-Hajj ayat 41 dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan
adalah menjadikan manusia yang bertakwa yaitu yang menndirikan shalat,
menunaikan zakat, dan menyuruh kepada kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar
serta selalu bertawakkal kepada Allah.

f) Surah al-Baqarah ayat 207

    


   
  


Artinya: dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena
mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.

Dalam tafsir Jalalain dikatakan, (Dan di antara manusia ada orang yang menjual
dirinya), artinya mengorbankannya demi taatnya kepada Allah (guna menuntut) atau
mencari (keridaan Allah). Namanya ialah Shuhaib. Tatkala ia dianiaya oleh orang-
orang musyrik, ia pun berhijrah ke Madinah dan ditinggalkannya bagi mereka harta
bendanya (dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya), sehingga
ditunjuki-Nya mereka kepada hal-hal yang diridai-Nya.

Al-Maraghi memandang bahwa surah al-Baqarah ayat 207 bermakna umum dan
berlaku bagi siapa saja yang berjuang di jalan Allah yang ikhlas mengorbankan jiwa

23
Sunan Ibnu Majah: Penyesuaian penomeran disesuaikan dengan cetakan Maktabah Al Ma'arif
Riyadh, cetakan kedua 1429 H

12
dan hartanya. Menurut Al-Maraghi ayat tersebut mengandung makna bahwa ada
sebagian orang yang menjual dirinya untuk Allah, tidak menginginkan imbalan lain
kecuali keridhaan Allah, dan tidak pernah mengincar sesuatu melainkan hanya amal
saleh dan perkataan yang baik disertai keikhlasan. Orang-orang semacam ini tidak
akan berbicara dengan dua mulut dan tidak akan menyambut orang lain dengan dua
muka, serta tidak memilih harta dunia dan perhiasannya. Ia hanya memilih apa yang
ada di sisi Tuhannya.24

Selain itu, Qutub memandang bahwa surah al-Baqarah ayat 207 tersebut
mendeskripsikan suatu penjualan yang sempurna, sebab menyerahkan semua harta di
jalan Allah dan tidak menyisakannya. Penjualan tersebut hanya bertujuan mencari
keridhaan Allah. Karena itu, seseorang yang ingin mencari keridhaan Allah siap
mengorbankan segala kekayaan dan kesenangan duniawi serta keikhlasan dirinya
semata-mata hanya untuk Allah.25

‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ قَا َل‬


َ
َّ ُ‫سلَّ َم َم ْن تَ َعلَّ َم ِع ْلما ِم َّما يُ ْبتَغَى ِب ِه َو ْجه‬
‫َّللاِ ََل َيت َ َعلَّ ُمهُ ِإ ََّل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
‫ف ْال َجنَّ ِة َي ْو َم ا ْل ِق َيا َم ِة َي ْع ِني ِري َح َها‬ َ ‫ع َرضا ِم ْن الد ْن َيا لَ ْم َي ِج ْد‬
َ ‫ع ْر‬ َ ‫يب ِب ِه‬
َ ‫ُص‬ ِ ‫ِلي‬
Sunan Ibnu Majah 248: Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda: “Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya untuk Allah,
namun ia tidak menuntutnya kecuali untuk mencari dunia, maka pada hari kiamat ia
tidak akan mendapatkan bau surga”.26

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan adalah
kemandirian dalam belajar yang ditandai dengan menjual harta benda sebagai modal
untuk menuntut ilmu serta menjadikan manusia yang dewasa. Kemandirian dalam
belajar juga bisa diwujudkan dengan meningkatkan intensitas belajar melalui aktivitas
gemar membaca dan menelaah. Dan dalam setiap kegiatan harus disertai dengan niat
hanya untuk mencari ridhanya Allah.

24
Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam (Mohammad Al-Farabi, Pendidikan Orang Dewasa dalam Al-
Quran, (Jakarta: Kencana, 2018), hal. 179-180
25
Qutub, Tafsir fi Zilal, dalam (Mohammad Al-Farabi, Pendidikan Orang Dewasa dalam Al-Quran,
(Jakarta: Kencana, 2018), hal.180

26
Sunan Ibnu Majah: Penyesuaian penomeran disesuaikan dengan cetakan Maktabah Al Ma'arif
Riyadh, cetakan kedua 1429 H

13
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dari penjelasan makalah diatas maka akan dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan
pendidikan secara umum terdapat di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
disebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrratis
serta bertanggung jawab.

Tujuan Pendidikan di dalam Al-Quran :

1. Surah Adz-Dzariyat ayat 56: untuk menciptakan manusia yang beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Surat Al Baqarah ayat 30: mampu menjalankan fungsinya sebagai khalifah

14
3. Surat Huud ayat 61: membina dan melatih manusia agar dapat memakmurkan
alam.
4. Surat Al Fath ayat 29: agar memiliki manfaat bagi orang lain, saling mengasihi,
menyayangi, dan bertoleransi.
5. Surat Al Hajj ayat 41: menjadikan manusia yang bertakwa yaitu yang
menndirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh kepada kebaikan dan
mencegah perbuatan mungkar serta selalu bertawakkal kepada Allah.
6. Surat Al Baqarah ayat 207: menjadi manusia yang mandiri dan selalu mencari
ridhanya Allah.

B. Saran
Semoga dengan selesainya Makalah ini, dapat memberikan informasi yang sangat
berguna tentang pembahasan tujuan pendidikan khususnya pendidikan Islamd. Kritik dan
saran sangat diperlukan dalam perbaikan Makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armani, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press,
2002.

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi 17, Semarang: Toha Putera,
1998.

Al-Farabi, Mohammad, Pendidikan Orang Dewasa dalam Al-Quran, Jakarta: Kencana, 2018.

Al-Isfahani, al-Raghib, Mufradat Gharib al-Quran, Mesir: Al-Halabi, 1961.

Asy’arie, Musa Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Quran, Yogyakarta: LSIF, 1992.

Darajat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Fu'ad Abdul Baqi, Muhammad, Fathul Bari, cetakan Daarul Hadits Kairo.
Imam An Nawawi, Syarh Shahih Muslim, cetakan Daarul Hadits Kairo.

15
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rodakarya, 2002.

Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin adl Dlahhak, Sunan At Tirmidzi, Penyesuaian
penomeran disesuaikan dengan cetakan Maktabah Al Ma'arif Riyadh, cetakan pertama.
Muhammad baqir al-shadr dalam al-Sunan al-Tarikhiyyat fi al-Quran seperti dikutip M.
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, Jakarta: UI-Press, 1985.
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuthi, Tafsir Jalalain, Tasik Malaya: Pustaka Al
Hidayah, 2010.
Sunan Ibnu Majah: Penyesuaian penomeran disesuaikan dengan cetakan Maktabah Al
Ma'arif Riyadh, cetakan kedua 1429 H.
Sulaiman bin Asy’ats bin Syadad bin Amru bin Amir, Sunan Abu Daud, Penyesuaian
penomeran disesuaikan dengan cetakan Baitul Afkar Ad Dauliah.

Sajjad Husain dan Al-asyraf, Krisis Pendidikan Islam, Bandung: Risalah, 1986.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2004.

Uci sanusi, Rudi Ahmad suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Zaini, Syahminan, Mengenal Manusia Lewat Al-Quran, Surabaya: Bina Ilmu, 1984.

http://surahhuudayat61.blogspot.co.id/201/4/10/v-behaviorurdefaultvmlo.html. diakases pada


tanggal 17 Oktober 2019 pukul 22.00 WIB.

https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/undang-undang-no-20-tahun-2003-sistem-pendidikan-
nasional. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019 Pukul 21.55 WIB.

16
17

Anda mungkin juga menyukai