Anda di halaman 1dari 18

HAKIKAT MANUSIA

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Nilai/Karakter

Dosen Pengampu : Muhammad Rapono, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Kelompok 2 / PAI-6 / Semester 7

Nabila Humaira Ramadhani 0301182079

Nur Asia Daulay 0301182166

Reza Al-Azhari Ritonga 0301181013

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN T.A 2021 - 2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah swt yang senantiasa menganugerahkan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Sholawat dan
salam marilah kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang telah membawa agama Islam
sebagai petunjuk dan jalan yang lurus bagi seluruh umat manusia dalam rangka mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Semoga kita mendapat syafaatnya di hari akhir
nanti.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Muhammad Rapono, M.Pd.I
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Nilai/Karakter yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam membimbing penulis. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan yang mendasar pada penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan makalah ini.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................2

A. Manusia Sebagai Makhluk Ciptaan Tuhan..................................................................2

B. Manusia Sebagai Makhluk Individu..............................................................................6

C. Manusia Sebagai Makhluk Sosial...................................................................................7

D. Manusia Sebagai Makhluk yang Unik dan Multidimensi..........................................11

BAB III PENUTUP...................................................................................................................14

A. Kesimpulan.....................................................................................................................14

B. Saran...............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
dimuka bumi ini mempunyai perbedaan dan kelebihan dengan makhluk-makhluk lain.
Akal, merupakan sesuatu hal yang dimiliki oleh manusia yang sangat berguna untuk
mengatur insting serta ego manusia itu sendiri agar tercapai tujuan kehidupannya.

Dengan akal, manusia bisa mempelajari makna serta hakikat kehidupan dimuka bumi
ini, tanpa akal, manusia tidak mempunyai perbedaan sedikitpun dengan makhluk yang
lainnya. Akal juga membutuhkan ilmu serta pengetahuan agar bisa berjalan dengan
fungsinya, hakikat manusia sebagai makhluk yang selalu membutuhkan ilmu
pengetahuan. Hakikat manusia bisa menjadi makhluk yang beragama, individual,
makhluk sosial, dan mahkluk yang multidimensi. Oleh karena itu, dalam makalah ini
penulis akan membahas tentang “Hakikat Manusia”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan?


2. Bagaimana hakikat manusia sebagai makhluk individual?
3. Bagaimana hakikat manusia sebagai makhluk sosial?
4. Bagaimana hakikat manusia sebagai makhluk yang unik dan multidimensi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan.
2. Mengetahui hakikat manusia sebagai makhluk individual.
3. Mengetahui hakikat manusia sebagai makhluk social.
4. Mengetahui hakikat manusia sebagai makhluk yang unik dan multidimensi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Makhluk Ciptaan Tuhan


Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, secara kodrati
dianugerahkan hak dasar yang disebut hak asasi tanpa perbedaan antara satu dengan yang
lainnya. Manusia juga memiliki suatu keluhuran dan martabat naluriah, motivasi, atau
pendorong manusia dalam berbagai hal. Manusia sebagai makhluk sosial tentu saja ingin
memenuhi segala kebutuhannya baik kebutuhan primer, sekunder, ataupun kebutuhan
tersier. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia dengan adanya sebuah dorongan
akan pemenuhan suatu hal tertentu, yaitu motivasi. Motivasi merupakan suatu dorongan
untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah, sebagai pendorong kemampuan, usaha,
keinginan, menentukan arah dan menyeleksi tingkah laku kepada suatu tujuan tertentu.
(Surya, 2003 : 107).

Menurut Thouless,1 manusia dalam sejarah kehidupannya adalah makhluk bertuhan.


Setidaknya ada dua factor penyebab mengapa manusia dikatakan makhluk bertuhan,
yaitu; pertama, dikarenakan ketidakmampuan manusia dalam memenuhi segala
kebutuhan hidupnya seperti kebutuhan keselamatan, ketenangan dan sebagainya. Kedua,
melalui akalnya manusia mencoba untuk memahami dan menaklukan ala mini, namun
akal manusia tidak mampu melakukannya dengan sempurna. Terbatasnya jangkauan
pemikiran manusia, melahirkan kesadaran akan adanya kekuatan Maha Agung yang
menguasai dan mengatur segala aktivitas kehidupan ini, itulah Tuhan. Untuk itu manusia
berusaha berkomunikasi dengan Zat yang Maha Agung. Dengan meletakkan dirinya pada
konsep ketuhanan, manusia akhirnya mampu menemukan ketenangan dalam
kehidupannya.

Kebutuhan manusia menurut Zakiyah Daradjat tidak saja akan rasa kasih sayang, rasa
aman, rasa harga diri, bebas, sukses, dan ingin tahu, juga kebutuhan akan beragama.
Agama merupakan kebutuhan tertinggi bagi manusia, karena manusia bersifat lemah,
memerlukan bantuan dari yang Maha Agung dalam menjalani kehidupannya. Menurut
Zakiyah Daradjat, kepentingan manusia akan agama didasarkan pada dua pandangan.

1
Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1995), h. 27-29.

2
Pertama, agama sebagai kebutuhan psikis yang perlu dipenuhi. Kedua, agama merupakan
alat kontrol bagi manusia dalam beraktivitas.2

Agama dikatakan sebagai kebutuhan psikis karena secara naluriah manusia dalam
hidupnya berupaya untuk memenuhi semua kebutuhannya. Ketika manusia menemui
kegagalan dalam upaya tersebut manusia merasa resah dan gelisah. Dengan goncangan
jiwanya manusia tidak mampu menemukan kebahagiaan. Untuk bisa lepas dari dilemma
ini, manusia memerlukan bimbingan agama, karena hanya agamalah satu-satunya upaya
yang mampu menunjukkan jalan keluarnya, sehingga manusia kembali merasa tentram
dan bahagia.

Bimbingan dibutuhkan untuk mengantisipasi adanya tingkah laku yang menyimpang


dalam pemenuhan kebutuhannya. Bimbingan keagamaan merupakan langkah yang
strategis dalam upaya mengendalikan perilaku yang tidak sesuai dengan ketentuan agama,
serta memberikan pencerahan dalam kehidupannya sehingga mencapai kedamaian dan
ketentraman dalam hidup berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Bimbingan adalah salah
satu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia
sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan ketentuan
dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat serta kehidupan umumnya.
Individu yang terbimbing diharapkan dapat memperoleh kebahagiaan hidup dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan
membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.

Bimbingan dan agama merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan, untuk itu
bimbingan keagamaan mengandung pengertian suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan berdasarkan
landasan Al-Qur’an dan Al-Sunnah sehingga individu mampu menyadari segala
perilakunya yang salah dan kembali ke perilaku sesuai dengan syariat Islam. Bimbingan
keagamaan diberikan atas dasar kewajiban yang harus dilakukan setiap manusia sebagai
bentuk mengingatkan dan menyerukan kebaikan (Natawidjaja, 1990: 6).

2
Zakiah Daradjat, dkk, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: PT Karya Unipress, 1994), h. 13-14.

3
Sedangkan agama sebagai alat kontrol menunjukkan bahwa manusia dengan kekuatan
akalnya telah mampu untuk berbudaya bagi kelangsungan hidupnya. Namun demikian
manusia seringkali dihadapkan pada berbagai persoalan dari hasil budayanya yang ikut
pula mengancam stabilitas kehidupannya sendiri. Dalam kasus ini manusia seringkali
dihadapkan dengan semakin lepasnya nilai-nilai moral yang sacral dari dirinya. Untuk itu
manusia memerlukan agama sebagai alat kontrol dari perkembangan budayanya, sehingga
manusia mampu merasakan arti dan pentingnya hidup bagi mereka.3

Perbuatan manusia yang dilakukan untuk menjaga keseimbangan hidup mereka,


kesadaran akan kebutuhan agama yang mana hal tersebut tidak bisa terlepas dalam
kehidupan sehari-hari, karena fitrah manusia yaitu mengakui kekuatan Maha Besar di luar
diri mereka yang disebut Tuhan Yang Maha Esa. Kepribadian manusia sebenarnya telah
diatur semacam sistem kerja untuk menyelaraskan tingkah laku manusia agar tercapai
ketentraman dalam batinnya. Fitrah manusia secara keseluruhan memang terdorong untuk
melakukan sesuatu yang baik dan indah, namun terkadang naluri mendorong manusia
untuk segera memenuhi kebutuhannya meskipun bertentangan dengan realita. Aktivitas
manusia digerakkan oleh usaha untuk mencapai pemuasan yang menyenangkan dari
hasrat-hasrat yang berakar dalam libido atau energi psikis-instingtual. Jika dalam usaha
mencapai kepuasan pemenuhan kebutuhan tidak didasari agama, maka yang terjadi
adalah menghalalkan segala cara untuk mencapainya (Rafiudin, 2007: 56).

Kedua alasan ini setidaknya memberikan pemahaman bahwa agama (bertuhan)


merupakan kebutuhan bagi setiap insan yang mendambakan ketenangan jiwa, sekaligus
mengantarkan dirinya semakin dekat kepada Khalik (sang pencipta). Agama sebagai
penawar bagi siapa saja yang gagal dalam menjalankan hidup dan kehidupan ini. Apabila
kebutuhan jasmani dan rohani terpenuhi, maka tercapailah kesimbangan dalam diri
manusia. Di dinilah peran penting manusia utuh sebagai manusia yang memiliki
kepercayaan terhadap Tuhan dan selalu memiliki hubgan dengan Tuhan dalam kehidupan
sehari-harinya.

Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah swt yang memiliki peranan penting
dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang paling
tinggi derajatnya dibandingkan makhluk Allah swt yang lain.

3
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), h. 123.

4
Proses penciptaan manusia dijelaskan dalam al-Qur’an dan bahkan penjelasan dalam
Alqur’an ini kemudian terbukti dalam ilmu pengetahuan yang ditemukan setelah turunnya
Alqur’an. Ada lima tahap dalam penciptaan manusia yakni al-nutfah, al-‘alaqah, al-
mudhgah, al-‘idham, dan al-lahm sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut ini:

“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, dan segumpal darah
itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami jadikan segumpal daging.
Kemudian kami jadikan dia makhluk yang(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
pencipta yang paling baik”. (QS. Al-Mu’minun ayat 12-14).

Dalam agama Islam, ada peranan-peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya


manusia. Berikut ini adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama
islam:

1. Sebagai Hamba Allah


Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai
seorang hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara
menjalani segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
2. Sebagai Al- Nas
Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran
cenderung mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain
atau dalam masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan,
adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya.
3. Sebagai Khalifah Allah
Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia
diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi. Seperti
firman Allah SWT dalam Al-Qur'an yang berbunyi : “Hai Daud, sesungguhnya Kami
menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di antara
manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah.”(QS Shad:26).
4. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)
Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia
memiliki raga atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan

5
makanan, berkembang biak dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup
pada umumnya. Sama seperti makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan,
hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami kematian,
bedanya manusia memiliki akal dan pikiran serta perbuatannya harus dapat
dipertanggung jawabkan kelak di akhirat.

Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat
menjalankan peran dan fungsinya dalam kehidupan. Manusia sendiri harus dapat
memenuhi tugas dan perannya sehingga tidak menghilangkan hakikat utama
penciptaannya.

B. Manusia Sebagai Makhluk Individu

Individu berasal dari bahasa Latin yaitu Individum yang berarti tidak dapat dibagi.
Kata individu merujuk pada perseorangan manusia.Makna tak dapat dibagi dalam konteks
manusia ini merujuk pada unsur yang dimiliki oleh manusia yaitu jiwa dan raga yang
mana keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Keduanya memiliki fungsi
yang saling mendukung dan tidak akan saling tumpang tindih karena keduanya memiliki
peran masing-masing.

Secara biologis manusia lahir dengan kondisi fisik yang sempurna sebagaimana
penciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap manusia memiliki ciri fisik yang berbeda yang
dengannya memudahkan untuk membedakan satu dengan yang lainnya. Hal ini kemudian
dikenal sebagai suatu ciri fisik yang khas yang melekat pada manusia, oleh karena itu
manusia disebut unik karena juga memiliki perbedaan secara fisik dengan manusia
lainnya.

Unsur penyusun diri manusia yaitu fisik atau disebut juga dengan raga atau jasmani
memiliki fungsi yaitu untuk membantu manusia melakukan pekerjaan fisik atau
melakukan aktivitas sehari- hari. Manusia berjalan, bekerja bahkan tertawa dan kegiatan
lainnya dijalankan oleh fisik manusia. Oleh karena itu, unsur raga/jasmani/fisik ini
memiliki peran yang cukup signifikan dalam hidup manusia.

Disamping itu manusia juga terdiri dari unsur jiwa atau disebut juga sebagai unsur
rohani atau psikis. Unsur ini termasuk didalamnya perasaan, emosional, unsur relijius dan
lain sebagainya. Unsur ini akan mempengaruhi tindakan manusia dari dalam. Hal ini
berarti tindakan manusia sangat berkorelasi dengan kondisi jiwanya. Seseorang yang

6
bertingkahlaku baik akan dihubungkan dengan kondisi kejiwaan yang sehat, dan begitu
pula sebaliknya tindakan seseorang yang dinilai tidak baik akan dikaitkan dengan kondisi
kejiwaannya.

Korelasi ini berkaitan dengan peran yang saling melengkapi antara unsur jiwa dan
unsur raga pada manusia. Jiwa manusia merupakan satu kesatuan dengan raganya untuk
selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan sehari-hari. Kegiatan manusia tidak
semata-mata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek rohaninya. Sehingga penting
sekali bagi setiap manusia untuk memelihara unsur jiwa dan raganya.4

C. Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai makhluk individu
sekaligus makhluk sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, karena merupakan
satu kesatuan utuh dalam diri manusia. Selain itu, tidak mungkin manusia secara individu
berkembang tanpa ada lingkungan atau tempat untuk berkembang dan berinteraksi.
Manusia sejak lahir sampai mati selalu hidup dalam masyarakat,tidak mungkin manusia
hidup diluar masyarakat.Aristoteles megatakan ; Bahwa makhluk hidup yang tidak hidup
dalam masyarakat adalah ia sebagai malaikat dan seorang hewan5.

Manusia selalu tertarik kepada hidup bersama atau bermasyarakat. Hal ini disebabkan
karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial memiliki dorongan atau hasrat,
dan mempengaruhi hidup manusia dalam bergaul dengan manusia lainnya dalam hidup
bermasyarakat.Semua tingkah laku manusia sebagai realisasi dari hasrat-hasrat yang ada
pada manusia.

Sebagai contoh lain, hasrat ingin berkuasa tidak mungkin terjadi bila tidak
berhubungan dengan manusia lain. Sebab manusia berkuasa, pasti ada yang dikuasai,tidak
mungkin berkuasa sendirian. Maka dari itu misalnya orang yang berada ditengah hutan
sendirian, maka hasrat kekuasaan initidak mungkin dapat terpenuhi. Dengan demikian
hasrat-hasrat yang nampaknya dari luar saling bertentanngan, kalau ditinjau dari dalam,
sebenarnya saling mengisi dan melengkapi.

4
Mumtazinur, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Aceh,Lembaga kajian konstitusi Indonesia:2019), h. 38-
40.
5
Arnicum Aziz Hartomo, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta :Bumu Aksara , 2004) h. 75

7
Disamping itu adanya hasrat-hasrat atau golongan instingtif pada manusia masih
terdapat factor-faktor yang lain yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat.
Faktor-faktor itu adalah :

1. Adanya dorongan seksual ,yaitu dorongan manusia untuk mengembangkan keturunan


atau jenisnya
2. Adanya kenyataan bahwa manusia itu adalah serba tidak bisa atau sebagai makhluk
lemah.Karena itu ia selalu mendesak atau menarik kekuatan bersama, yang terdapat
dalam dalam perserikatan dengan orang lain, sehingga mereka berlindung bersama-
sama, dan mengejar kebutuhan hidup sehari-hari , termasuk pula perlindungan
keluarga iru sehari-hari terhadap bahaya dari luar.
3. Karena terjadinya habit pada tiap –tiap diri manusia. Manusia bermasyarakat, karena
ia telah biasa mendapat bantuan yang berfaedah yang diterimanya sejak kecil dari
lingkungannya. Tegasnya manusia telah merasakan betapa manisnya hidup
bermasyarakat. Sehingga dia tidak mau keluar lagi dari lingkungan masyarakat yang
telah memberikan bantuan yang bermanfaat baginya.
4. Adanya kesamaan keturunan ,kesamaan territorial, kesamaan nasib, kesamaan
keyaninan/cita-cita, kesamaan budaya dan lain-lain.

Selanjutnya manusia sebagai makhluk sosial memperlihatkan sifat-sifat yang paradox,


sifat-sifat tersebut misalya disatu pihak ia menjadi produk masyarakat sedangkan dipihak
lain ia juga menjadi prosuder masyarakat.Disatu pihak ia menjadi mengendali
masyrakat,sedang dipihak lain ia juga menjadi obyek yang dikendalikan masyarakat.
Disatu pihak ia menjadi mengaman masyarakat,sedang dipihak lain ia juga menjadi
perusak dimasyarakat.Dipihak yang lain, pada saat yang sama, manusia merupakan
anggota dari jenisnya menajdi makhluk sosial yang diatur oleh norma sosial yang
dibatasi cara berpikir, pengungkapan perasaan,dan tindakannya sesuai dengan peraturan
serta pola msyarakat. Manusia sebagai individu, bertindak dan bertanggung jawab atas
perbuatan sendiri, sedang sebagai makhluk sosial ia harus bertindak sesuai dengan pola
masyarakat dan bertanggung jawab serta mempertanggung jawabkan perbuatannya
kepada masyarakat.6

6
Darmadi, Arsitektur Akhlak Dan Budi Pekerti Dalam Interaksi Lintas Budaya, (Lampung: Swalova
Publishing, 2019). h. 7-15

8
Dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan kenyataan bahwa manusia sebagai
makhluk sosial ada kecendrungan saling membutuhkan dan memiliki kepentingan,dari
kecendrungan ini manusia kerap kali melakukan kesalahan sesama manusia.
Kecendrungan yang bersufat sosial ini selalu timbul pada diri manusia, dan dari
kenyataan ini maka timbul suatu struktur antar hubungan yang beraneka ragam.
Keragaman itu berbentuk kolektifitas serta kelompok. Pada tiap-tiap kelompok terdiri
dari kelompok-kelompok yang lebih kecil. Apabila kolektifitas-kolektifitas dan
kelompok-kelompok mengadakan persekutuan dalam bentuk yang lebih besar maka
terbentuklah sebuah “masyarakat”.

Pada setiap masyarakat, jumlah kelompok dan kesatuan sosial tidak hanya satu,
disamping individu juga warga msyarakat dapat menjadi bagian dari berbagai kelompok
dan kesatuan sosial dan hidup dalam masyarakat adanya penggolongan dalam
masyarakat maka beraneka ragam bentuk dari dua kriteria sebuah masyarakat. Hal ini
terletak padaperan dan hubungan sosial manusia didalamnya.

Dalam hubungannya dengan penggolongan –penggolongan dan tempat manusia


berinteraksi sosial maka kelompok masyarakat sangat beraneka ragam,diantaranya ialah ;

1. Kelompok Primer dan skunder

Kelompok primer adalah kelompok yang ditandai ciri-ciri saling mengenal antara
anggota-anggotanya serta kerjasama yang erat dan bersifat pribadi. Sebagai salah satu
bersifat pribadi adanya peleburan individu-individu dalam satu kelompok, sehingga
tujuan individu juga menjadi tujuan kelompok adanya kebersamaan yang mempersatukan
sifat-sifat perseorangan dan dikomunikasikan secara simpati dan empati,secara sederhana
dinyatakan dalam istilah,kami “misalnya kelompok keluarga”.

Sedang kan kelompok skunder adalah kelompok yang peranggotanya tidak saling
mengenal antara hubungan langsung, hubungan sosial yang tidak akrab atau hanya
dengan hubungan rasional7.

2. Gemeinschaft dan Gesellschaft

7
Soerjono Soekanto, Mengenal Antropologi Hukum, (Bandung Alumni: Surakarta ,1982) h. 86.

9
Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama, unsur pengikatnya berupa hubungan
batin yang murni dan bersifat alamiah.Faktor ikatannya berupa rasa cinta dan kesatuan
abti yang bersifat kudrat.Dalam hal ini Tonnies membedakan menajadi 3 tipe yaitu :

a. Gemeinschaft by blood, merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau
keturunan,contoh keluarga, kelompok kekerabatan.
b. Gemeinschaft of place yaitu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan
tempat tinggal sehingga dapat saling tolong menolong .contoh rukun tetangga,rukun
warga.
c. Gemeinschaft of mind yaitu kelompok yang tidak mempunyai hubungan darah atau
tempat tinggal tidak berdekatan tetapi mempunyai jiwa pikiran yang sama, karena
ideologi yang sama.

Gesellschaft diartikan bentuk bentuk ikatan bersama berupa ikatan lahir yang bersifat
poko dama jangka waktu tertentu, didasarkan pada adanya kebutuhan timbal balik
seperti ikatan pedagang, serikat buruh dan sebagainya.8

3. Formal group dan informal group

Formal group adalah suatu kelompok sosial yang didalamnya terdapat tata aturan
yang tegas yang sengaja dibuat dalam rangka untuk memngatur antar hubungan antar
anggotanya.Dalam tata aturan itu dicantumkan tentang hak, kewajiban dan kedudukan
para anggotanya. Sedangkan kelompok informan group adalah kelompok sosial yang
mempunyai stuktur dan organisasi pasti (permanent). Kelompok ini didorong oleh satu
pertemuan-pertemuan yang terjadi berulang kali untuk kepentingan kepentingan tertentu
atas dasar pengalaman yang sama9.

4. Community

Community adalah kelompok yang memperhitungkan keaggotaannya berdasarkan


hubungan anggotanya lingkungan setempat (lokal). Setiap usaha untuk mendefenisikan
community (masyarakat) itu selalu menemui dilema yang sama yaitu hadirnya
masyarakat (community) dalam kelompok primer maupun skunder, dan masyarakat
memiliki kriteria yang bersifat fisik dan kertaria itulah menetukan masyarakat
(community).
8
Ibid, h.. 86
9
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Bengkulu : FE-UI,1993), h. 35

10
Community merupakan kelompok tertorial terkecil yang dapat menampung aspek
kehidupan sosial memilki aspek yang lengkap. Adapaun rumah tangga merupakan
kelompok yang lebih kecil yang memiliki ruang lingkup yang lebih terbatas. Selanjutnya
community adalah kelompok lokal yang merupakan msyarakat berkat adanya
institusi,status dan minat,sehingga community itu dapat disebut sebagai sebuah
masyarakat yang lengkap.

5. Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota

Salah satu perbedaan yang ada dalam masyarakat modren adalah antara desa dan
kota .Hal ini karena pada umumnya desa atau dusun selalu menerima pengaruh kota.
Sementara itu masyarakat primitive adalah masyarakat yang berada sepenuhnya bersifat
pedesaan, dan masyarakat yang selalu merupakan masyarakat kekotaan. Perbedaan
anatara desa dan kota adalaha tidak tetap, karena yang dimaksud dengan desa itu tidak
akan pernah memiliki sifat pedesaan secara terus menerus.

Secara sosial, kota adalah suatu cara hidup (way of life) kekotaan atau urban memang
menunjukkan suatu cara hidup, berkenan dengan pengetahuan tentang barang dan
orang,serta sejumlah tata karma yang timbul dalam lingkungan cosmopolitan. Orang kota
harus mampu bersikap sesuai dengan lingkungan, hormat dan sopan serta mampu
menahan suara hati. Mereka harus belajar tentang bagaimana mengendalikan perbedaan
dalam situasi yang berbeda-beda dan mengambil manfaat dari persahabatan.

D. Manusia Sebagai Makhluk yang Unik dan Multidimensi (Jasmani, Rohani,


Intelek, Personal dan Sosial

Unik artinya satu-satunya. Setiap orang adalah dirinya, satu-satuya, berbeda dengan
yang lainnya. Mengapa berbeda? karena proses kehadiran setiap orang melalui waktu
yang berbeda, ruang yang berbeda dan suasana psikologis yang berbeda. Keunikan
manusia juga merupakan perwujudan dan kesempurnaan Tuhan Sang Maha pencipta.
Manusia menjalani hidupnya sebagai makhluk yang multidimensi yaitu dengan jasmani,
rohani, intelektual, personal dan sosial yang dimilikinya. Banyak arti dari manusia, ini
bukti bahwa manusia adalah makhluk yang multi dimensional.10

10
https://www.academia.edu/11487897/Pengembangan_Diri. Dikutip Pada Tanggal 25
september 2021.Pukul 14 : 03 Wib.

11
Hakikat pendidikan manusia seutuhnya adalah suatu proses yang intern dalam konsep
manusia dimana manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Dalam
hal ini pendidikan manusia asutuhnya berlangsung sumur hidup didasarkan atas berbagai
landasan yang meliputi:

1. Dasar-dasar filosofis

Filosofis hakikat kodrat martabat manusia merupakan kesatuan integral segi-segi


(potensi-potensi) esensial manusia sebagai makhluk pribadi (individual being), manusia
sebagai makhluk social (social being), manusia sebagai makhluk susila (moral being).
Ketiga potensi tersebut akan menentukan martabat dan kepribadian manusia. Jika ketiga
potensi itu dilaksanakan secara seimbang, maka akan terjadi kesinambungan.

2. Dasar-dasar Psikofisis

Merupakan dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia. Realitas psikofisis


manusia menunjukkan bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan antara potensi-potensi
dan kesadaran rohaniah baik dari segi psikis, rasa, karsa, cipta dan budi nurani.

3. Dasar-dasar Sosial Budaya

Meskipun manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, namun manusia terbina pula oleh
tata nilai sosio-budaya sendiri. Inilah segi-segi budaya bangsa dan sosio psikologis
manusia yang wajib diperhatikan oleh pendidikan. Dasar-dasar segi sosio budaya bangsa
mencakup: tata nilai warisan budaya bangsa seperti nilai keutuhan, musyawarah, gotong
royong, dan tenggang rasa yang dijadikan sebagai filsafat hidup rakyat. Sedangkan nilai-
nilai filsafat negara yakni pancasila, nilai-nilai budaya nasional, adat istiadat, dan lain-
lain.

Menurut Zuhairini dkk, kebutuhan pokok manusia antara lain yaitu:11

a) Kebutuhan Biologis
Kebutuhan biologis atau kebutuhan jasmaniah, merupakan kebutuhan hidup manusia
yang primer. Seperti makan, tempat tinggal, pakaian, dan kebutuhan seksual. Setiap
orang tentu akan memenuhi kebutuhan biologis tersebut, namun cara pemenuhan
kebutuhan tersebut berbeda satu dengan yang lain, bergantung kepada kemampuan
dan kebutuhan masing-masing.
11
Zuhraini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 95-97

12
b) Kebutuhan Psikis
Kebutuhan pskis yaitu kebutuhan rohaniah. Manusia membutuhkan rasa aman,
dicintai dan mencintai, bebas, dihargai, dan lainnya. Manusia adalah makhluk yang
disebut “psycho-physic netral” yaitu sebagai makhluk yang memilki kemandirian
jasmaniah dan rohaniah. Dalam kemandirian itu manusia memiliki potensi untuk
berkembang dan tumbuh, untuk itu diperlukan adanya pendidikan, agar kebutuhan
psikis dapat terpenuhi dengan seimbang.
c) Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan manusia untuk bergaul dan berinteraksi dengan
manusia lain. Karna manusia merupakan makhluk sosial yang memilki keinginan
untuk hidup bermasayarakat. Sebagai makhluk sosial maka manusia memilki rasa
tanggung jawab untuk mengembangkan interaksi antara masyarakat.
d) Kebutuhan Agama (Spiritual)
Kebutuhan agama (spiritual) yaitu kebuthan manusia terhadap pedoman hidup yang
dapat menunjukkan jalan kea rah kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Semenjak lahir
manusia sudah membawa fitrah beragama dan akan berkembang dengan adanya
pendidikan. Dengan demikian manusia disebut juga dengan makhluk beragama,
karena dengan adanya agama manusia akan dapat ketenangan lahir dan batin.
e) Kebutuhan Pedagogis (Intelek)
Kebutuhan pedagogis (intelek) yaitu kebutuhan manusia terhadap pendidikan.
Manusia disebut homo-educandum, yaitu makhluk yang harus didik oleh karena itu
manusia dikategorikan sebagai animal educable, yakni sebagai makhluk sebangsa
binatang yang dapat dididik karena manusia mempunyai akal, mempunyai
kemampuan untuk berilmu pengetahuan, disamping itu manusia juga memilki
kemampuan untuk berkembang dan membentuk dirinya sendiri (self-forming).

Uraian diatas semakin memperjelas kita bahwa fitrah manusia pada umumnya sama,
hanya saja yang membedakan mereka adalah pendidikan yang mereka dapatkan,
sehingga terjadilah beragam agama dan kecerdasan setiap individu.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa manusia merupakan
makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis.
Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.

Pada hakikatnya manusia berbeda dengan makhluk Tuhan yang lain seperti hewan
jika ditinjau dari karakteristiknya, potensi-potensi yang dimilikinya dan kemampuan
manusia dalam mengembangkan potensinya. Diantara potensi-potensi tersebut adalah
potensi emosional, potensi fisikal, potensi akal dan potensi spiritual. Keseluruhan potensi
manusia ini harus dikembangkan sesuai dengan fungsi dan tujuan dari pemberian Tuhan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah di atas masih ada kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah di atas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Saifuddin. 1987. Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.

Daradjat, Zakiah dkk. 1994. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: PT Karya Unipress.

Darmadi. 2019. Arsitektur Akhlak Dan Budi Pekerti Dalam Interaksi Lintas Budaya.
Lampung: Swalova Publishing.

Hartomo, Arnicum Aziz. 2004. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta :Bumu Aksara.

Mumtazinur. 2019. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Aceh: Lembaga kajian konstitusi
Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 1982. Mengenal Antropologi Hukum. Bandung Alumni:


Surakarta.

Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Bengkulu : FE-UI.

Thouless, Robert H. 1995. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: PT Grafindo


Persada.

Zuhraini dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

https://www.academia.edu/11487897/Pengembangan_Diri. Dikutip Pada Tanggal 25


september 2021.Pukul 14 : 03 Wib.

15

Anda mungkin juga menyukai