Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PTK

Identitas Mahasiswa:
Nama : Puspa Nur Qalbi
Nim : 180101005
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK
PADA MATERI FIKIH THAHARAH DENGAN BENAR MENGGUNAKAN
METODE LATIHAN DRILL BAGI KELAS VII.1 SMPN 4 PINRANG

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan agama merupakan sebuah proses sebagai individu maupun anggota


masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan
dalam rangka memperoleh kemampuan dan ketrampilan rohani, pertumbuhan,
kecerdasan, dan pembentukan watak. Dan pada hakekatnya proses pendidikan
agama yang memanfaatkan aktivitas belajar mengajar bertujuan untuk
menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik dalam hal mental,
maupun emosional.
Pendidikan agama adalah suatu tempat atau wadah untuk dapat menyalurkan
keinginan para peserta didik untuk membentuk perilaku terpuji (akhlaq terpuji).
Perilaku terpuji hakekatnya bukan hanya kebutuhan alami peserta didik,
melainkan dari sisi lain dapat membentuk, membina, dan mengembangkan
individu peserta didik kearah yang lebih baik. Sementara itu disisi lain aktivitas
rohaninya dapat meningkatkan kemampuan spritual dan mental peserta didik.
Adapun yang terdapat dalam Mata Pelajaran Agama Islam yang di ajarkan
dalam satuan pendidikan tingkat SMP di antaranya tentang Iman kepada Allah,
mempelajari sikap jujur, amanah, dan istiqamah, bersuci dari hadast dan najis,
shalat berjamaah, sejarah nabi SAW di makkah, pentingnya ilmu pengetahuan,
iman kepada malaikat, mempelajari sikap empati dan hormat, shalat jum’at, shalat
jamak qashar, dan sejarah nabi SAW di madinah.

1
Salah satu pembelajaran penting dalam mata pelajaran Thaharah (bersuci)
yaitu karena dalam Agama Islam sangat menjunjung tinggi kebersihan.
Thaharah (bersuci) di dalam Islam sebenarnya menerangkan secara jelas tentang
ruang lingkup sampai hikmah Islam mewajibkan menjaga kebersihan.
Pembahasan thaharah dalam literatur fiqih Islam selalu mengawali pembahasan
sebelum yang lainnya. Hal demikian menunjukkan betapa penting dan besarnya
perhatian Islam terhadap masalah kebersihan. Karena itu, bersuci termasuk
ibadah pokok yang diwajibkan mengingat besarnya nilai kebersihan di
dalamnya. Pentingnya thaharah dalam Islam ini sesuai dengan firman Allah
yaitu QS. Al-Baqarah: 222.

‫اِ َّن هّٰللا َ ي ُِحبُّ التَّ َّوابِي َْن َوي ُِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّري َْن‬
Artinya: Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang
menyucikan diri.1
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah SWT sangat menyukai semua
orang yang membersihkan diri dari segala kotoran dan menjauhkan diri dari
segala kemungkaran, orang seperti itu lebih disukai oleh Allah.
Kondisi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Thaharah bagi
kelas VII.1 saat ini terlihat bahwa peserta didik masih kurang mampu dalam
mempraktekkan dengan benar tata cara Bersuci dari hadast dan najis. Oleh sebab
itu, di dalam proses belajar mengajar perlu diadakan latihan-latihan untuk
menguasai keterampilan tersebut mengingat masih adanya problematika yang
terdapat pada kemampuan belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam khususnya dalam memahami dan melaksanakan tata cara bersuci dengan
baik dan benar. Sehingga dalam memilih metode pembelajaran, guru harus
mampu bertindak seselektif mungkin guna mewujudkan tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Seorang peserta didik akan lebih mudah menerima materi yang
diajarkan oleh guru jika mereka merasakan kesenangan ketika menjalankan proses

1
(Kementerian Agama RI, 2011: 35).

2
pembelajaran di kelas. Ilmu yang mereka dapatkan juga akan lebih bertahan lama
jika konsep-konsep yang telah diterima sering digunakan dalam bentuk latihan-
latihan. Maka salah satu tekhnik penyajian pelajaran untuk memenuhi tuntutan
tersebuat adalah dengan menggunakan tekhnik latihan atau Drill.
Metode Drill adalah suatu suatu tekhnik yang dapat diartikan sebagai suatu
cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar siswa
memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah
dipelajari. Dalam metode Drill ini, setiap latihan harus berbeda dengan latihan
sebelumnya karena situasi dan pengaruh latihan yang berbeda pula. Selain itu
guru juga perlu memperhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri serta
kaitannya dengan seluruh pembelajaran di sekolah. Dalam persiapan sebelum
memasuki latihan guru harus memberikan pengertian dan perumusan tujuan yang
jelas bagi siswa dan selanjutnya siswa dianjurkan untuk mengerjakan latihan-
latihan yang dikehendaki guru sesuai dengan konsep- konsep yang telah diajarkan
sebelumnya. Latihan yang praktis, mudah dilakukan, serta teratur
melaksanakannya akan membina anak dalam meningkatkan penguasaan
keterampilan itu, bahkan siswa mampu memiliki ketangkasan tersebut dengan
sempurna. Hal ini akan menunjang siswa dalam berprestasi dalam bidang
tertentu.2

Dengan adanya penerapan metode drill dalam pembelajaran Pendidikan


Agama Islam (PAI) pada materi Fikih Taharah diharapkan peserta didik dapat
lebih mudah paham dalam menerima materi tentang Taharah, terutama dalam
mempraktekkan tata cara Bersuci dari Hadats dan Najis dengan baik dan benar.
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kemampuan peserta didik pada materi Fikih Taharah sebelum
penggunaan metode Latihan drill di kelas VII.1 SMPN 4 Pinrang?
2. Bagaimana proses penerapan metode latihan drill pada materi fikih
taharah di kelas VII.1 SMPN 4 Pinrang?
3. Bagaimana hasil belajar peserta didik pada materi fikih taharah setelah

2
SaifulRahman, ManajemenPembelajaran,( Malang: Yanizar Group, 20010) hlm.
93-94

3
menggunakan metode latihan drill pada setiap siklus di kelas VII.1
SMPN 4 Pinrang?
C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan peserta didik pada materi fikih


taharah sebelum penggunaan metode latihan drill di kelas VII.1 SMPN 4
Pinrang.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses penerapan metode latihan drill pada
materi fikih taharah di kelas VII.1 SMPN 4 Pinrang.
3. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar peserta didik pada materi fikih
taharah setelah menggunakan metode latihan drill pada setiap siklus di
kelas VII.1 SMPN 4 Pinrang.

D. MANFAAT PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan


mempunyai kegunaaan teoritis dan praktis sebagai berikut dan bermanfaat bagi:
1. Guru
a. Memperoleh data hasil pembelajaran siswa sebagai bahan masukan bagi
guru dalam meningkatkan kemampuan peserta didik pada materi fikih
taharah dengan benar melalui penggunaan metode drill.
b. Meningkatkan hubungan (interaksi) dengan siswa dalam proses
pembelajaran dalam meningkatkan pembelajar siswa aktif.
c. Sebagai indikasi untuk meningkatkan kemampuan belajar mengajar dan
sekiranya dapat menyelesaikan permasalahan siswa dalam melaksanakan
tata cara bersuci dari hadats dan najis secara baik dan benar.
2. Siswa
a. Meningkatkan prestasi belajar siswa, seperti pemahaman, penguasaan,
mutu proses dan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa terhadap materi
pembelajaran serta menumbuh kembangkan potensi dirinya, mampu
belajar mandiri dan sendiri secara aktif dan kreatif.
3. Sekolah

4
a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam
rangka perbaikan pembelajaran dan mutu sekolah.
b. Guru dapat menerapkan pembelajaran dengan drill sebagai salah satu
metode pembelajaran yang dapat membantu guru dalam pembelajaran agar
dapat memahami konsep tersebut dengan baik sehingga pembelajaran
kelas menjadi lebih baik.
c. Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi sekolah tentang
variasi pembelajaran dan peningkatan profesionalisme guru serta
meningkatkan mutu proses pembelajaran.
d. Bagi lembaga terkait, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk
kebijakan dan upaya konstruktif dalam upaya untuk meningkatkan proses
pembelajaran, meningkatkan prestasi belajar siswa yang berdampak pada
peningkatan mutu sekolah. Jalinan kerjasama yang baik antar siswa, guru
dan kepala sekolah memiliki peran metodes dalam mencapai tujuan dan
kualitas pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Tinjauan Tentang Fiqih
Fiqih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah, sesama manusia maupun lingkungan hidup. Aspek fikih
menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang
benar dan baik. pembekalan materi yang baik dalam lingkup sekolah akan
membentuk pribadi yang mandiri, bertanggungjawab, dan berakhlak karimah.
Sehingga memudahkan peserta didik mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Salah satu dari tujuan pembelajaran fiqih adalah membentuk peserta didik
mempunyai pengetahuan, sikap, dan perilaku mampu menjaga keseimbangan,
keserasian, keharmonisan hubungan manusia dengan tuhan dan manusia dengan
alam semesta. Tujuan tersebut merupakan faktor penting terciptanya kehidupan
yang bahagia dan damai di muka bumi.

5
B. Tinjauan Tentang Thaharah
Menurut Abdurrahman (2006 : 24), secara bahasa thaharah berarti bersih atau
suci. Sedangkan dalam tinjauan agama berarti mengerjakan sesuatu yang
menyebabkan seseorang diperbolehkan untuk mengerjakan shalat. Al-Mafhani
(2008 : 1) memberikan pengertian thaharah secara bahasa adalah bersih atau
bersuci. Sedangkan menurut istilah fikih, yang dimaksud dengan thaharah adalah
bersuci dengan alat-alat dan cara-cara yang telah ditetapkan oleh syara' untuk
menghilangkan segala najis dan hadas.
Bersuci atau thaharah merupakan perbuatan yang sangat penting bagi umat
manusia dalam agama Islam. Bersuci dilakukan sedikitnya karena dua alasan,
yakni bersuci dari hadats besar dan bersuci dari hadas kecil, selain bersuci dari
hadas ada juga bersuci dari najis.
1. Pengertian Hadats
Hadats adalah keadaan tidak suci yang dialami seseorang muslim yang
menghalangi untuk melakukan ibadah dan membutuhkan bersuci sehingga
menjadi syah ibadahnya (Zalik, 2015 : 5).
Macam-macam Hadats dan Cara Mensucikannya
Hadats dibagi menjadi dua, yaitu hadats besar dan hadats kecil, sebagai
berikut:
1) Hadats Besar
Adalah segala keadaan yang menjadi berupa hal-hal sebagai
berikut:
a. Mengeluarkan mani (sperma).
b. Hubungan suami istri.
c. Haid atau nifas.
2) Hadats Kecil
Adalah segala keadaan yang terjadi berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Mengeluarkan sesuatu dari dubur (anus, pelepasan) maupun kubul
(kemaluan).
b. Menyentuh kemaluan tanpa memakai alas.
c. Hilangnya akal karena tidur nyenyak, mabuk atau gila.

6
3) Membedakan Najis dan Hadats
Yang membedakan antara najis dan hadats adalah kalau najis adalah
bendanya, sedangkan hadats adalah keadaannya seseorang yang belum berwudu
(hadats kecil) dan mandi wajib (hadats besar).
4) Bersuci dari Hadats
Dalam hal ini thaharah (bersuci) dari hadast ada tiga aspek, yaitu wudu,
mandi dan tayamum. Untuk lebih jelasnya penulis akan membahasnya secara
lebih terperinci, sebagai berikut:
1. Wudu
(a) Pengertian Wudu
Menurut bahasa, wudu berasal dari kata wada’ah yang berarti kebersihan,
kecantikan, keindahan, dan cahaya (Salim, 2009 : 61).
(b) Syarat Wudu
1. Islam.
2. Mumayiz, yaitu dapat membedakan baik buruknya sesuatu.
3. Tidak berhadas besar.
4. Dengan air suci dan mensucikan.
5. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit (anggota wudu).
6. Mengetahui syarat dan sunnah wudu.
(c) Rukun Wudu
Yaitu perkara-perkara yang harus dipenuhi dalam wudu. Yaitu sebagai berikut:
1. Niat
Niat yaitu menyatakan di dalam hati “saya niat menghilangkan hadas kecil
sebagai kewajiban karena Allah” atau saya niat melaksanakan kewajiban
berwudu karena Allah”.
2. Membasuh muka
Batasan muka dari atas ke bawah adalah antara tempat tumbuh rambut
hingga ujung dagu, dan dari samping antara kedua telinga. Diharuskan membasuh
muka dengan melewati batasan di atas dan tidak terdapat sesuatu yang
menghalangi air mengenai seluruh kulit muka.
3. Membasuh dua tangan hingga siku

7
Dalam membasuh kedua tangan ini harus diyakini bahwa air basuhan
mengenai seluruh bagian tangan dari ujung jari sampai siku dan tidak boleh
terdapat sesuatu yang menghalanginya bahka kotoran yang terdapat di bawah
kuku apabila keberadaannya menghlangi air sampai ujung jari ia harus
dibersihkan, kalau tidak dibersihkan maka wudunya menjadi tidak sah, yang
mengakibatkan salatnya tidak sah.
4. Mengusap sebagia kepala atau rambut dengan tangan yang telah
dibasahi.
Batas rambut yang diusap ialah rambut yang berada dibagian kepala, bukan
rambut yang berada di luar batas kepala bagi pemilik rambut yang panjang.
Mengusap sebagian kepala sebaiknya tidak kurang dari selebar ubun-ubun, baik
yang disapu itu kepala ataupun ramput (Rasjid, 2006 : 25).
5. Membasuh dua kaki hingga dua mata kaki
Sebagaimana halnya dengan tangan, kaki terdapat kuku-kuku jari kaki yang
terkadang menyimpan kotoran. Kotora tersebut harus dibersihkan agar air basuhan
mengenai ujung-ujung jari kaki yang terletak di bawah kuku, kalau tidak maka
wudunya menjadi tidak sah yang mengakibatnya salatnya tidak sah.
6. Tertib
Tertib yaitu berurutan dalam melaksanakan basuhan- basuhan sebagaimana
yang telah disebutkan di atas:
(d) Hal-hal yang Membatalkan Wudu
Menurut Rasjid (2006 : 30) ada empat hal yang dapat menyebabkan batalnya
wudu, yaitu:

1. Keluar sesuatu dari dubul atau kubul.


2. Hilang akal.
3. Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan mahram
dan keduanya telah baligh.
4. Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan.

2. Mandi Wajib
(a) Pengertian Mandi Wajib

8
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub atau mandi janabat,
adalah salah satu cara bersuci dengan cara mengalirkan air ke seluruh tubuh
dengan niat menghilangkan hadast besar (Baqir, 2008 : 81).
Daradjat (1995 : 54) memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan
mandi wajib adalah meratakan air yang suci pada seluruh badan disertai dengan
niat.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan mandi wajib adalah bersuci
dengan cara mengalirkan air ke seluruh tubuh dengan menggunakan air yang suci
dengan niat menghilangkan hadast besar.
(b) Hal-hal yang Mewajibkan Mandi
1) Bersentuhan atau melakukan hubungan seksual baik keluar mani
ataupun tidak.
2) Keluar mani, baik itu disegaja ataupun tidak.
3) Meninggal dunia.
4) Haid.
5) Apabila seseorang telah berhenti haid, ia wajib mandi agar ia dapat salat
dan dapat bercampur dengan suami.
6) Melahirkan.
7) Orang yang masuk Islam.
8) Rukun dan Tata Cara Mandi Wajib
9) Niat
10) Mengalirkan air ke seluruh tubuh.
Cara mandi seperti itu sudah cukup untuk mengangkat hadas besar. Akan
tetapi demi kesempurnaannya disunnahkan mengikuti tata cara mandi Rasulullah
saw sebagaimana ditulis oleh Baqir (2008 : 86) sebagai berikut:
Sebelum mandi terlebih dahulu membasuh kedua telapak tangan sebanyak
tiga kali, membasuh kemaluan, berwudu secara sempurna (sebelum mengalirkan
air ke seluruh badan), menyiramkan air ke kepala sebanyak tiga kali sambil
memasukkan air dengan jari-jari tangan ke sela-sela rambut hingga membasahi
kulit kepala, mengalirkan air ke seluruh tubuh dengan memulai sisi kanan
sebelum sisi kiri sambil menggosok-gosok bagian yang sulit terkena air.

9
3. Tayamum
(a) Pengertian Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah menyengaja, sedangkan menurut agama
adalah mengusapkan debu yang suci ke wajah dan kedua tangan sebagai ganti
wudu, mandi, atau membasuh anggota (Abdurrahman, 2006 : 32).
Pengertian tayamum menurut Daradjat (1995 : 63) ialah menuju kepada
tanah untuk menyapu dua tangan dan muka dengan niat agar dapat mengerjakan
salat dan sebagainya.
Dari pengertian di atas dapat di ambil satu pengertian bahwa tayamum
adalah bersuci dari hadast kecil ataupun besar menggunakan debu sebagai
pengganti air karena alasan tertentu yang ditetapkan oleh syari’at dengan cara
mengerjakan salat dan sebagainya.
Adapun halangan yang dibolehkan untuk bertayamum adalah:
1) Sakit, dan jika ia menggunakan air akan memperparah sakitnya.
2) Bepergian jauh.
3) Tidak ada air, atau ada air tetapi ia lebih membutuhkannya untuk minum.
(b) Syarat Tayamum
Adapun syarat tayamum adalah:
1) Sudah masuk waktu salat.
2) Sudah berusaha mencari air tetapi tidak mendapatkannya, sedangkan
waktu salat sudah tiba.
3) Menggunakan debu yang suci.
4) Menghilangkan najis terlebih dahulu jika terkena najis.
(c) Rukun Tayamum
1) Niat.
2) Mengusap muka atau wajah.
3) Mengusap tangan sampai siku.
4) Tertib.
(d) Hal-hal yang Membatalkan Tayamum
1) Segala sesuatu yang membatalkan wudu.
2) Melihat adanya air.

10
4. Pengertian dan Macam-macam Alat Bersuci
Alat bersuci adalah alat yang digunakan/dipakai untuk bersuci, antaranya
sebagai berikut:
(a) Air, yaitu air suci yang mensucikan.
Dalam ajaran Islam diterangkan bahwa salah satu alat yang dapat
dipergunakan untuk thaharah adalah air. Namun dalam hal ini tidak sembarang
air dapat dipergunakan untuk thaharah. Menurut Zalik (2015 : 7) terdapat empat
macam air, yaitu:
1) Air Mutlak (air yang suci lagi mensucikan)
Air yang suci lagi mensucikan adalah air suci lagi mensucikan terhadap
lainnya. Air itu suci pada dirinya atau pada dzatnya, dan dapat dipergunakan
untuk alat bersuci. Yang tergolong air mutlak antara lain:
a) Air hujan
b) Air salju
c) Air es
d) Air embun
e) Air laut
f) Air sungai
g) Air danau
h) Air sumber
i) Air telaga yang tergenang meskipun air itu sudah berubah warna
karena disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan air
di telaga tersebut seperti berubah karena adanya rumput, kayu,
daun dan sebagainya (Abu, 2015 : 27). Air yang asalnya suci lagi
mensucikan seperti dalam Q.S Al-Anfal [8]:11, sebagai berikut:

‫اس اَ َمنَةً ِّم ْنهُ َويُنَ ِّز ُل َعلَ ْي ُك ْم ِّم َن ال َّس َم ۤا ِء َم ۤا ًء لِّيُطَه َِّر ُك ْم بِ ٖه‬
َ ‫اِ ْذ يُ َغ ِّش ْي ُك ُم النُّ َع‬
َ ‫ط َع ٰلى قُلُ ْوبِ ُك ْم َويُثَب‬
‫ِّت بِ ِه ااْل َ ْق َدا ۗ َم‬ َ ِ‫ب َع ْن ُك ْم ِرجْ َز ال َّشي ْٰط ِن َولِيَرْ ب‬ َ ‫َوي ُْذ ِه‬
Artinya: (Ingatlah), ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi
ketenteraman dari-Nya, dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu
untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan gangguan-

11
gangguan setan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta memperteguh
telapak kakimu (teguh pendirian).
2) Air Musta’mal
Air musta’mal adalah air bekas, yaitu air yang telah dipakai untuk
berwudu atau untuk mandi. Hukum air ini tetap suci lagi mensucikan selama tidak
mengalami perubahan warna, bau, dan rasa. Akan tetapi ada yang mengatakan
bahwa air musta’mal tidak boleh digunakan bersuci. Namun Abu (2015 : 28)
mengatakan air musta’mal boleh digunakan bersuci. Dengan catatan, air tersebut
sebelumnya sama-sama digunakan untuk hal yang sama, yakni bersuci.
Abu Juhaifah berkata, “ Rasulullah Saw. Keluar menemui kami pada siang hari.
Kemudian, dibawakan air untuk berwudu, kemudian beliau berwudu. Setelah itu,
orang-orang mengambil sisa air wudu beliau da diusap-usapnya ke tubuh
mereka”. (HR. Bukhari). Riwayat lain menjelaskan, “Ibnu Abbas berkata,
Rasululah pernah mandi dari air sisa Maimunah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
(Sumaji: 2008 : 85).
Namun dalam pendapat lain, air musta’mal bisa mensucikan jika air
tersebut ada dua kulah sebagaimana pendapat Rasjid (2006 : 15).
3) Air Suci Tetapi Tidak Mensucikan
Air suci tetapi tidak mensucikan adalah air bersih yang tidak dapat berfungsi
untuk mensucikan atau air yang telah tercampur dengan zat lain yang suci,
sehingga berubah warna, bau, dan rasanya. Contohnya: air kelapa, air kopi, air
teh, dan sebagainya.
4) Air Mutanajis
Air mutanajis adalah air yang bercampur dengan barang najis sehingga
merubah salah satu di antara rasa, warna atau baunya. Air ini tidak dapat
digunakan untuk thaharah, baik untuk menghilangkan hadast maupun najis.
(b) Debu yang suci dan bersih dari kotoran
Bagi seseorang yang berhalangan mempergunakan air karena sesuatu
sebab misalnya, karena sakit, yang tidak boleh dikenai air, atau karena tidak ada
air sedang waktunya sudah mendesak untuk beribadah, maka boleh mengganti air
dengan debu (Zalik, 2015 : 8)

12
ٓ ٰ ْ‫ق َوا ْم َسحُوْ ا بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْعبَ ْي ۗ ِن َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوْ ۗا َواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر‬
‫ضى اَوْ ع َٰلى‬ ِ ِ‫ي اِلَى ْال َم َراف‬ ٰٓ

َ ‫َسفَ ٍر اَوْ َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغ َۤا ِٕى ِط اَوْ ٰل َم ْستُ ُم النِّ َس ۤا َء فَلَ ْم ت َِج ُدوْ ا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُموْ ا‬
‫ص ِع ْيدًا طَيِّبًا َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْن‬
Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu
dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu
bersyukur.
Debu hanya bisa digunakan bersuci dari hadas, dan tidak dapat digunakan
untuk bersuci dari najis. Oleh sebab itu, jika selesai buang hajat dan tidak
memungkinkan untuk bersuci dengan air, maka bersuci dahulu dengan benda
padat.
(c) Benda-benda padat
Yaitu benda selain air dan debu. Benda-benda padat yang suci dapat
dipergunakan untuk bersuci menghilangkan najis setelah buang air kecil atau
buang air besar lantaran tidak mendapatkan air. Contoh: batu, kayu, tanah kering,
daun, bata merah, tisu dan lain sebagainya.

5. Macam-macam Air yang Tidak Boleh Dipergunakan Bersuci


Baqir (2008 : 48) memberikan keterangan mengenai macam-macam air yang tidak
boleh digunakan untuk bersuci yaitu:
a. Air yang berubah zatnya karena bercampur dengan benda-benda suci
lainnya, seperti air teh, air kopi, air gula dan sebagainya. Air ini suci,
namun tidak bisa digunakan untuk bersuci seperti wudu dan mandi.
b. Air yang keluar dari pepohonan atau buah-buahan, seperti air kelapa, air
nira, dan lain sebagainya.
c. Air yang dijemur dalam bejana yang terbuat dari bahan-bahan yang
mudah karat, seperti seng dan lain sebagainya. Menggunakan air ini, oleh
ulama, dihukumi makruh.
d. Air yang tidak sampai dua qullah karena sudah digunakan untuk

13
membersihkan hadast atau najis.
e. Air yan0g terkena najis sehingga menyebabkan air itu berubah, baik
warnanya, baunya, atau rasanya. Kalau salah satu dari ketiganya berubah,
maka air itu sudah tergolong air najis, sehingga tidak bisa digunakan
bersuci, meskipun air tersebut masih banyak atau lebih dua qullah.
f. Air yang sedikit, lalu karena najis. Air sedikit (kurang dua qullah) yang
terkena najis tidak boleh digunakan bersuci, sekalipun sifat-sifat air
tersebut tidak berubah, baik bau, rasa, atau warnanya.
g. Air dalam bejana emas atau perak. Air yang ditempatkan dalam bejana
emas atau perak tidak boleh (haram) digunakan bersuci, sekalipun air
tersebut statusnya suci.
2. Pengertian Najis
Najis secara bahasa adalah sesuatu yang kotor atau menjijikkan. Sedangkan
menurut syari’at Islam najis adalah suatu kotoran yang dapat menghalangi
syahnya ibadah yang menuntut kesucian lahir seperti salat dan tawaf (Al-
Mahfani, 2008 : 8).
Zalik (2015 : 4) menjelaskan najis sebagai kotoran yang melekat pada badan
dan benda yang wajib untuk disucikan. Maka apabila badan kita atau suatu benda
terkena kotoran (najis) maka kita wajib membersihkannya.

Firman Allah Swt. Dalam Q.S Al-Muddatsir [74] : 6, sebagai berikut:

ْ‫ك فَطَهِّ ۖر‬


œَ َ‫َوثِيَاب‬
Artinya: “Dan pakaianmu, bersihkanlah.” (Departemen Agama RI, 2012 : 575)

Macam-macam Najis dan Cara Mensucikannnya

Menurut Zalik (2015 : 4), para ulama Fiqih membagi najis menjadi empat

14
bagian yaitu:
1) Najis Ringan (Najis Mukhafafah)
Najis ringan (Mukhafafah) yaitu najis yang cara membersihkannya cukup
dengan memercikkan air pada tempat yang terkena najis. Contoh dari najis ini
adalah air kencing bayi laki-laki yang masih kecil dan belum pernah makan atau
minum selain ASI (Air Susu Ibu).

2) Najis Sedang (Najis Mutawasithah)


Najis sedang (Mutawasithah) yaitu najis yang menghilangkannya harus
dicuci sampai bersih hingga tidak berbau. Contoh najis ini adalah bangkai, darah,
kotoran binatang, tinja.
3) Najis Berat (Najis Mughaladlah)
Najis berat (Mughaladlah) yaitu najis yang cara mensucikannya harus di
cuci dengan air sebanyak tujuh kali dan salah satunya dengan debu atau tanah
yang suci. Contoh dari najis ini adalah air liur anjing.
4) Najis yang Dimaafkan
Najis yang dimaafkan yaitu najis yang sukar untuk diketahui seperti ketika
kita duduk di kursi sedangkan kita tidak tahu apakah kursi tersebut najis atau
tidak. Apabila di kursi tersebut terdapat najis yang tidak diketahui, maka hukum
najis itu adalah dimaafkan.
Bersuci dari hadast besar dilakukan dengan cara mandi besar. Sementara,
bersuci dari hadas kecil dilakukan dengan cara berwudhu. Bersuci dari najis bisa
dilakukan dengan membersihkan najis tersebut menggunakan air berdasarkan
ketentuan dari masing-masing jenis najisnya (Abu, 2015 : 26).
Salah satu dasar perintah bersuci, baik dari hadas besar, hadas kecil maupun najis
adalah firman Allah Swt. Q.S. Al-Ma’idah [5] : 6, sebagai berikut:

‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى الص َّٰلو ِة فَا ْغ ِسلُ ْوا ُوج ُْوهَ ُك ْم‬
ِ ِ‫َواَ ْي ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف‬
‫ق َوا ْم َسح ُْوا بِ ُر ُء ْو ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى‬
ٓ ٰ ْ‫ْال َك ْعبَي ۗ ِْن َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّر ُْو ۗا َواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر‬
‫ضى اَ ْو َع ٰلى‬
15
‫َسفَ ٍر اَ ْو َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّم َن ْال َغ ۤا ِٕى ِط اَ ْو ٰل َم ْستُ ُم النِّ َس ۤا َء فَلَ ْم تَ ِج ُد ْوا‬
‫ص ِع ْي ًدا طَيِّبًا فَا ْم َسح ُْوا بِ ُوج ُْو ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ۗ َما‬ َ ‫َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُم ْوا‬
‫ج َّو ٰل ِك ْن ي ُِّر ْي ُد لِيُطَهِّ َر ُك ْم َولِيُتِ َّم‬ ‫هّٰللا‬
ٍ ‫ي ُِر ْي ُد ُ لِيَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْن َح َر‬
‫نِ ْع َمتَهٗ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكر ُْو َن‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan
salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu
junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah
wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, agar kamu bersyukur.
C. Tinjauan Tentang Kemampuan Belajar
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar merupakan
aktifitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa
belajar. Dengan demikian, belajar tidak hanya dipahami sebagai aktifitas
yang dilakukan oleh pelajar saja. Baik mereka yang belajar di sekolah tingkat
dasar, sekolah tingkat pertama, sekolah tingkat atas, perguruan tinggi maupun
mereka yang sedang mengikuti kursus, pelatihan dan kegiatan pendidikan lainnya.
Tetapi lebih dari itu, pengertian belajar itu sangat luas dan tidak hanya sebagai
kegiatan di bangku sekolah saja.
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku
akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya3. Secara psikologis,
belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai

3
Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008) halm. 36.

16
hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2003 : 2 dalam Hamdani, 2011 : 20).
Adapun beberapa hal yang menjadi unsur-unsur dinamis dalam belajar
diantaranya yaitu dinamika siswa dalam belajar. Siswa dalam belajar berarti
menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap
lingkungannya.
Ada beberapa yang mempelajari ranah-ranah kejiwaan tersebut, diantaranya
yaitu:
1) Ranah Kognitif menurut Bloom terdiri dari enam jenis perilaku sebagai
berikut:4
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajarai dan tersimpan dalam ingatan.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang
hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

2) Ranah Afektif menurut Karthwohl, terdiri dari lima jenis perilaku sebagai
berikut :5

4
Dimjati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rineka Cipta,
2002), hlm. 26
5
Ibid, ….. hal. 27

17
a. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan
kesediaan memperhatikan hal tersebut.
b. Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c. Penilaian, yang mencakup menerima suatu nilai,
menghargai, mengakui dan menentukan sikap.
d. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan hidup.
e. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai
dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
3) Ranah Psikomotor menurut Simpson terdiri dari tujuh jenis perilaku sebagai
berikut:6
a. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah–milahkan
(mendeskriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya
perbedaan khas tersebut
b. Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam
keaadan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
c. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai
contoh, atau gerakan peniruan.
d. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-
gerakan tanpa contoh.
e. Gerakan kompleks, mencakup kemampuan melakukan gerakan atau
keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar dan efisien.
f. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan persyaratan khusus
yang berlaku.
g. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang
baru atas dasar prakarsa sendiri.

D. Tinjauan Tentang Metode Drill

6
Ibid, …..

18
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru
dan penggunannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pengajaran berakhir. Seorang guru tidak dapat melaksanakan tugasnya bila ia
tidak menguasai satupun metode mengajar.
Adapun pengertian metode drill merupakan belajar secara verbal dan belajar
keterampilan, meningkatkan kemampuan hasil belajar dapat dicapai melalui
latihan dan praktik. Latihan biasanya dilakukan dengan mengulang-ulang suatu
hal sehingga terbentuk kemampuan yang diharapkan.Metode latihan pada
umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan
yang telah dipelajari.
Metode latihan (Drill) yang disebut juga dengan training, merupakan suatu
cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan- kebiasaan tertentu. Juga
sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan- kebiasaan yang baik. Selain itu
metode ini juga baik untuk memperoleh suatu ketangkasan , ketepatan,
kesempatan dan keterampilan.7
Drill secara denotative merupakan tindakan untuk meningkatkan keterampilan
dan kemahiran. Sebagai sebuah metode, Drill adalah cara membelajarkan siswa
untuk mengembangkan kemahiran dan keterampilan serta dapat
mengembangkan sikap dan kebiasaan. Namun demikian, hendaknya
pengajar/guru harus tetap memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill,
yaitu:
(a) Latihan, digunakan untuk hall-hal yang motoric. Seperti menulis,
permainan, pembuatan dan lain-lain.
(b) Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan menggunakan
rumus, dan lain-lain.
(c) Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik,
symbol peta, dan lain-lain Prinsip-prinsip Penggunaan Metode Drill

7
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaim, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta,
PT. Rineka Cipta; 2010), hlm. 95

19
Adapun dalam penerapannya, metode Drill mempunyai beberapa prinsip yang
harus dipenuhi oleh pengajar, yaitu:8
a. Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan
tertentu.
b. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis. Jika kurang
berhasil, lalu diadakan perbaikan agar lebih sempurna
c. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan
d. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa
e. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.

1. Langkah-langkah Metode Drill


Latihan dapat dilaksanakan perseorangan, kelompok, ataupun
klasikal.Menentukan apakah latihan yang dilakukan bersifat perseorangan,
kelompok, atau klasikal didasarkan atas memadainya sarana dan prasarana yang
tersedia. Namun demikian, semakin sedikit jumlah yang ditangani dalam latihan,
makin akan memperoleh hasil yang baik.
Langkah-langkah dalam melaksanakan latihan baik untyuk belajar verbal
ataupun belajar keterampilan adalah sebagai berikut:9
a. Guru memberi penjelasan singkat tentang konsep, prinsip, atau aturan yang
menjadi dasar dalam melaksanakan pekerjaan yang akan dilatihkan.
b. Guru mempertunjukkan bagaimana melakukan pekerjaan itu dengan baik
dan benar sesuai dengan konsep dan aturan tertentu. Pada bentuk pelajar
verbal yang dipertun jukkan adalah pengucapan atau penulisan kata atau
kalimat.
c. Jika belajar dilakukan secara kelompok atau klasikal, guru dapat
memerintah salah seorang siswa untuk menirukan apa yang telah dilakukan
guru, sementara siswa lain memperhatikan.

8
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran… hlm. 214
9
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2011),
hlm. 105

20
d. Latihan perseorangan dapat dilakukan melalui bimbingan dari guru
sehingga dicapai hasil belajar sesuai dengan tujuan.
e. Pelaksanaan pelatihan atau metode Drill ini akan lebih mencapai keaktifan
jika dibantu alat-alat yang sesuai dengan kebutuhan. Alat tersebut dapat
berbentuk alat-alat sederhana, atau alat simulasi yang canggih.Satu hal
yang tidak boleh diabaikan adalah bimbingan guru dalam latihan maupun
praktik.

2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Drill


Sebagai suatu metode yang diakui mempunyai banyak kelebihan, juga tidak
bias disangkal bahwa metode Drill mempunyain beberapa kelemahan. Maka dari
itu, guru yang ingin menggunakan metode Drill atau latihan ini kiranya tidak
salah jika memahami karakteristik metode ini. Adapun kelebihan dan
kelemahannya yaitu sebagai berikut;10

a. Kelebihan metode Drill


1. Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan huruf,
kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan (mesin permainan
dan atlentik), dan terampil menggunakan alat olahraga.
2. Untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian,
menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (symbol) dan
sebagainya.
3. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti
hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan symbol, membaca peta,
dan lain sebagainya.
4. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta
kecepatan pelaksanaan.
5. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memperlukan konsentrasi
dalam pelaksanaannya.

10
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaim, Strategi Belajar Mengajar…… hlm.
96

21
6. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang
kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.
b. Kelemahan metode Drill
1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak
dibawa ke dalam penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3. Kadang-kadang latihan yang dilakukan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.
4. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis.
5. Dapat menimbulkan verbalisme.

BAB III METODE PENELITIAN

A. SETTING DAN SUBJEK PENELITIAN

1) Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas VII.1 SMPN 4 Pinrang pada semester ganjil


tahun Ajaran 2020/2021.
2) Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini selama


kurang lebih sebulan, yaitu:

a. Senin, 11 Januari 2021 pelaksanaan siklus I

b. Senin, 25 Januari 2021 pelaksanaan siklus II


3) Subjek Penelitian

Siswa kelas VII.1 SMPN 4 Pinrang yang berjumlah 36 siswa,


yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.
Usia berkisar 13 sampai 15 tahun.

B. RENCANA TINDAKAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas

22
(PTK). Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan
layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar di dalam kelas
(Arikunto S.2009, hal. 106-107). Peneliti menentukan untuk menggunakan
model penelitian tindakan kelas model Kemmis & Taggart. Dalam model
penelitian ini, ada 4 (empat) tahap penelitian yang harus dilakukan, yaitu tahap
perencanaan (Plan), tindakan (Act), pengamatan (Observe), dan refleksi
(Reflect) (Wiriaatmadja, 2009, hal. 66). Yang disesuaikan dengan rencana
pelaksanaan program dan silabus yang di dalamnya lebih menekankan kepada
metode Drill (Latihan) dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa
melaksanakan tata cara Bersuci Peneliti membagi kegiatan proses belajar
mengajar dalam 2 siklus.

C. PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Observasi (pengamatan)
Mengamati aktivitas siswa ketika melakukan pembelajaran dengan
menggunakan metode latihan drill, baik dari prilaku maupun dalam
mengerjakan tugas.
2. Evaluasi dan Refleksi
Dalam mengerjakan Penelitian ini, peneliti akan melaksanakan penelitian
tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus pada proses pembelajaran
untuk menjawab permasalahan yang di hadapi peserta dalam
melaksanakan tata cara bersuci dari hadats dan najis secara baik dan benar.
Refleksi awal dilaksanakan dengan melakukan pengamatan pendahuluan
untuk mengetahui kondisi awal saat guru melaksanakan Kegiatan Belajar
Mengajar dikelas. Hasil analisis refleksi awal digunakan untuk
menetapkan dan merumuskan rencana tindakan yaitu menyusun strategi
awal pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan ditemukan kegiatan belajar
mengajar pada Kelas VII.1 SMPN 4 Pinrang yaitu suasana kelas tidak
menggairahkan dan kurang menyenangkan karena dicekam oleh tugas
yang dirasa membebani siswa. Sebagian besar siswa tampak demam

23
panggung karena masih belum mampu memahami dan mempraktekkan
tata cara bersuci dengan benar, dan malu diperhatikan oleh seluruh siswa
dan diberikan penilaian oleh guru. Bila tiba gilirannya, banyak yang
memilih tampil terakhir.
3. Siklus Penelitian
A. Deskripsi Penelitian Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus I ini, peneliti melakukan persiapan
pembelajaran dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pemelajaran (RPP) terlebih
dahulu sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan. Rencana pembelajaran ini
digunakan sebagai program kerja atau pedoman penelitian dalam proses belajar
mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Selain itu peneliti juga menyiapkan alat evaluasi (instrument) yang mendukung
pelaksanaan proses penelitian berupa pedoman observasi, pedoman penilaian,
prektik dan lain-lain.
penelitian dalam proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Selain itu peneliti juga menyiapkan alat evaluasi (instrument) yang mendukung
pelaksanaan proses penelitian berupa pedoman observasi, pedoman penilaian,
prektik dan lain-lain.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Pada awal pembelajaran, peneliti menjelaskan secara singkat mengenai
metode pembelajaran yang akan digunakan saat pembelajaran.
b. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
c. Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 siswa.
d. Peneliti mempersilakan siswa mempelajari materi thaharah dengan pokok
bahasan hadast dan najis.
e. Pada akhir siklus dilakukan evaluasi dalam bentuk tes tertulis untuk
mengetahui perkembangan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan metode latihan drill.

24
3. Pengamatan (Observasi)
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk kemampuan belajar siswa
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pokok bahasan Bersuci dari Hadats dan
Najis, maka observasi difokuskan pada kemampuan siswa dalam memahami
materi thaharah.
Selama penelitian berlangsung peneliti melakukan pengamatan terhadap
aktivitas siswa yang dilakukan selama mengikuti proses pembelajaran yaitu
dengan lembar observasi siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Aspek-aspek yang dinilai adalah perilaku siswa selama mngikuti kegiatan
pembelajaran dan diakhiri dengan pemberian tes, guna mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa dalam memahami materi thaharah. Untuk mengetahui aktivitas
guru selama kegiatan pembelajaran, peneliti meminta bantuan guru sejawat yakni
Bapak guru H.Jalil,S.Pd selaku guru yang mengampu mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam SMPN 4 Pinrang di Kelas VII.1 Suruh untuk mengisi lembar
pengamatan mengenai aktivitas guru dalam proses pembelajaran.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti berdasarkan dua hasil penelitian, yaitu hasil
pengamatan situasi kelas dalam proses pembelajaran, dan hasil perbandingan
atau peningkatan nilai post test dibandingkan dengan nilai pre test. Berdasarkan
data yang diperoleh peneliti hasil nilai post test, hasil persentase secara klasikal
mencapai 64% dengan nilai rata-rata kelas mencapai nilai sebesar 77,8.
Berdasarkan refleksi sementara, bahwa siswa belum memahami dan
melaksanakan tata cara bersuci dari hadast dan najis secara Benar karena selama
ini dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih dan menggunakan metode
pembelajaran. Ini terbukti setelah peneliti menggunakan metode latihan drill,
maka kemampuan belajar siswa meningkat dibandingkan sebelum diadakannya
penelitian ini.
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Siklus kedua penelitian ini dilaksanakan pada minggu ketiga bulan Januari
2021. Pokok bahasan pada siklus II ini adalah fikih taharah materi Bersuci dari
hadast dan najis. Dalam pelaksanaan ini terdiri dari empat tahapan yang di mulai

25
dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini mencakup kegiatan sebagai berikut:
a) Refleksi kedua, yaitu peneliti melakukan pengamatan berdasarkan evaluasi
terhadap pembelajaran materi thaharah pada siklus pertama yang masih
terdapat kekurangan.
b) Menentukan fokus permasalahan dan mengkaji kelemahan dan kekurangan
yang belum sempurna dalam penelitian pada siklus I.
c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan pokok
bahasan dan instrumen pengumpul data selama pelaksanaan penelitian
tindakan kelas dilaksanakan.
d) Menyiapkan perangkat/media pembelajaran untuk melaksanakan proses
kegiatan belajar mengajar.
2. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada siklus II ini tidak jauh berbeda
dengan siklus I, hanya saja pelaksanaan tindakan ditambah dengan melihat hasil
yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan pada siklus I serta menambah hal-hal
yang perlu diperhatikan dan penekanan pada tahapsebelumnya sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.
3. Observasi (pengamatan)
Mengamati aktivitas siswa ketika melakukan pembelajaran dengan
metode latihan drill baik dari perilaku maupun dalam mengerjakan tugas.
4. Refleksi
Pada siklus II peneliti menemukan cukup banyak peningkatan dari siklus I
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Bersuci dari hadast dan najis
di kelas VII.1 SMPN 4 Pinrang mengalami Peningkatan tersebut meliputi:
a) Sebagian besar siswa memperhatikan pelajaran meskipun masih ada
beberapa siswa yang kurang memperhatikan.
b) Siswa lebih serius dalam pembelajaran dengan metode latihan drill.
c) Adanya peningkatan hasil tes tertulis pada lembar soal yang

26
dikerjakan.
d) Adanya peningkatan ketuntasan klasikal.
e) Pada siklus II hampir semua aspek keaktifan meningkat sehingga hasil
belajar siswa dan kriteria ketuntasan minimal pun mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Hal ini tidak lepas dari metode latihan drill yang
digunakan dalam proses pembelajaran.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen Penilaian Kemampuan Belajar pada materi fikih taharah yaitu
ntuk mengetahui seajauh mana siswa mampu melaksanakan tata cara
bersuci dari hadats dan najis dengan baik dan benar maka dibutuhkan
instrumen penelitian. Instrumen tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

1. ADAM 85 Tuntas

2. A. MUHAMMAD CAMIRI 65 Tidak Tuntas

3. ABD. RAHMAT FARHAN 85 Tuntas

4. FA'ATIR AL MU'MIN ASIS 85 Tuntas

5. IHSAN 80 Tuntas

6. MUH. HIDAYAT SALAM 80 Tuntas

7. MUH. NUR SALAM 70 Tidak Tuntas

8. MUH. RIZAL 65 Tidak Tuntas

9. MUH. SYAWAL 65 Tidak Tuntas

10. MUH. YUSUF HAS BALLEGE 65 Tidak Tuntas

11. MULYADI 65 Tidak Tuntas

12. NASRUL 80 Tuntas

27
13. SYAHRIL SALIM 60 Tidak Tuntas

14. SYAHRUL SALIM 70 Tuntas

15. MUH. ARIL PRATAMA 50 Tidak Tuntas

16. ASTIA 80 Tuntas

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

17. AULIYA RAMADANI 80 Tuntas

18. SUCI RAMADHANI 65 Tidak Tuntas

19. HASDANIAR 85 Tuntas

20. KIKI 85 Tuntas

21. NUR FADILLAH 75 Tuntas

22. RIZKY AULIA AHSYA 80 Tuntas

23. ROSA APRILIA 70 Tidak Tuntas

24. SATRIANI 70 Tidak Tuntas

25. SRI HASTUTI 65 Tidak Tuntas

26. WULANDARI 65 Tidak Tuntas

5. Pengumpulan Data Penelitian


Untuk memperoleh data di lapangan penulis menggunakan metode sebagai
berikut :
1. Metode Observasi

28
Metode observasi yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis 11.
Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang penerapan
metode latihan drill sebagai upaya peningkatan kemampuan belajar peserta
didik di kelas VII.1 SMPN 4 Pinrang berlangsung dalam kurun waktu
penelitian.
2. Metode Interview (wawancara)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara yang memberi jawaban atas pertanyaan itu.12
Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
secara lisan yang dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu metode untuk mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen, buku, surat kabar,
majalah, transkip, agenda, dan sebagainya13. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data tentang hasil tes siswa, keadaan guru, keadaan peserta
didik, dan kurikulum PAI.
Selain data di atas penulis juga mengumpulkan data kuantitatif
berupa daftar nilai ulangan formatif yang dilakukan setelah selesai proses
pembelajaran.

6. Analisis Data Penelitian


Untuk mengetahui keefektifan tindakan yang dilakukan penulis dalam
pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata

11
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan, Edisi Revisi,
Jakarta, Bumi Aksara, 2001,hlm. 30
Prof. DR. Lexy J. Moleong, MA, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi,
12

Bandung, PT Remaja Rosda Karya Offset, 2007, hlm. 186


13
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Penelitian Praktek,
Edisi Revisi, Jakarta, Bumi Aksara, 2001, hlm.143

29
atau gambaran sehingga tidak menekankan pada angka, karena penelitian ini
dilakukan kondisi alamiah.
Dalam analisis data ini peneliti menganalisis bahwa dengan digunakannya
metode Drill ini pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) pada materi Fikih
Thaharah peserta didik diharapkan mampu membaca memahami dan
melaksanakan tata cara bersuci dengan baik dan benar karena metode drill
merupakan metode latihan yang diulang-ulang, sehingga dapat mempermudah
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai.

30
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2017

Dimjati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rineka


Cipta, 2002)
Kementerian Agama RI. 2011: 35
Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008)
Prof. DR. Lexy J. Moleong, MA, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Edisi Revisi, Bandung, PT Remaja Rosda Karya Offset, 2007
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan,
Edisi Revisi, Jakarta, Bumi Aksara, 2001,
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Penelitian
Praktek, Edisi Revisi, Jakarta, Bumi Aksara, 2001,
SaifulRahman. Manajemen Pembelajaran.( Malang: Yanizar Group,
2010)
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana
Prima, 2011)
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaim, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta, PT. Rineka Cipta; 2010)

31

Anda mungkin juga menyukai