Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang amat dibutuhkan oleh manusia di dalam

menjalankan kehidupannya. Pendidikan merupakan suatu upaya agar manusia

dapat mengetahui dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Di Indonesia semua orang berhak untuk mengenyam pendidikan, hal

tersebut terlihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat

1 yang berbunyi: “Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk

memperoleh pendidikan yang bermutu”.1

Pendidikan yang dibahas disini adalah pendidikan di sekolah formal

khusunya mata pelajaran pendidikan agama Islam.pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam merupakan salah satu bidang studi yang diharapkan

dapat memberikan peranan dalam usaha menumbuh kembangkan sikap keagama

siswa. Sikap dan kemanpuan siswa dalam beragama merupakan cerminan dari

keberhasilan guru agama di sekolah dalam menyalurkan ajaran agama melalui

usaha pendidikanya.

Tentunya harapan-harapan yang ingin dicapai dari pelajaran Pendidikan

Agama Islam ini harus didukung oleh proses belajar mengajar yang efektif yang

dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap bidang studi Pendidikan Agama

Islam

1
Undang-Undang Sistem Pendidikan Naional No.20 tahun 2003, hlm. 14.

1
Faktor-faktor yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya tujuan

pembelajaran yaitu anak didik, pendidik, tunjuan pendidikan, saran dan prasarana

juga metode pembelajaran. Kelima faktor tersebut hubunganyan sangat erat.

Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat dipahami dalam surat

Al’ Alaq ayat 1-5 sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an dan terjemahnya

sebagain berikut:

Artinya “Bacalah dengat menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia

menciptakan manusian dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang Maha

Pemurah. Yang mengajar manusian dengan pena; Dia mengajar manusia tentang

sesuatu yang belum diketahuinya.”2

Pada karya Ilmiah ini penulis membahas tentang Efektivitas Metode

Demonstrasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Efektivitas merupakan

suatu kegiatan,yang berkenaan dengan “ sejauh mana ketepatan sasaran dari suatu

proses yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksanakan atau tercapai.

metode merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat penting

dan besar peranannya dalam menentukan keberhasilan suatu pendidikan. Maka

dituntut adanya suatu kemampuan pada setiap pendidik untuk dapat memilih dan

mempergunakan metode-metode pendidikan yang ada, sehinnga metode- metode

tersebut dapat bersifat secara efektif dan efesien dalam pencapaian tujuan

2
Depatertemen Agama RI, Al-qur’an Tajwid dan Terjemahan, (Jakarta: Ciputat Raya),
hal. 1-5.

2
pendidikan yang telah ditetapkan.

Di dalam pembelajaran terdapat banyak metode yang digunakan oleh

seorang guru untuk mendukung keberhasilan belajar.adapun salah satu metode

pembelajaran yaitu,metode ceramah,metode demonstrasi,metode diskusi

kelompok dll.akan tetapi penulis hanya membahas metode demonstrasi.

Pada Observasi awal yang dilakukan peneliti menemukan bahwa metode

yang digunakan oleh guru pendidikan Agama Islam di SMKS Sempena

menggunakan berbagai macam metode dengan tujuan agar pembelajaran tidak

menoton namun metode yang sering digunakan guru PAI di SMKS Sempena

adalah metode Demonstrasi.

Karna Kelebihan dari metode demonstrasi ini adalah 1) Perhatian anak

didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang dianggap penting oleh guru dapat

diamati; 2) Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang

didemonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi

perhatian anak didik kepada masalah lain; 3) Dapat merangsang murid untuk lebih

aktif dalam mengikuti proses belajar; 4) Dapat menambah pengalaman anak didik;

5) Bisa membantu murid ingat lebih lama tentang materi yang disampaikan; 6)

Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran lebih jelas dan kongkrit

serta 7) Dapat menjawab semua masalah yang timbul dalam pikiran tiap manusia3

Dari uraian diatas,penulis tertarik untuk membahas dalam skripsi dengan

judul “ Efektivitas Metode Demonstrasi pada pembelajaran Pendidikan

Agama Islam kelas X di SMKS Sempena.Lokasi Penelitian ini dijalan Jendral

3
https://media.neliti.com/media/publications/137751-ID-penerapan-metode-demonstrasi-
untuk-menin.pdf

3
sudirman Rantau Panjang Kiri Kecamatan Kubu Babussalam Provinsi Riau.

B. Alasan Memilih Judul

Adapun yang menjadi alasan penulis memilih judul ini adalah :

1. Masalah-masalah yang dikaji penulis Merasa mampu untuk menelitinya

2. Persoalan yang dikaji sangat menarik perhatian karna penggunaan

Metode Demontrasi ini Bagus Untuk diterapkan Kepada siswa

3. Karna Penggunaan Metode Demontrasi ini merangsang siswa untuk lebih

aktif dalam mengikuti proses pembelajaran .

4. Karna Persoalan Dikaji penulis bisa menjadi tolak ukur guru mengenai

keberhasilan siswa dalam memahami penjelasan yang disampaikan guru.

5. Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang

didemonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan

mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain

6. Masalah yang diteliti dengan judul diatas, sepengetahuan penulis belum

pernah diteliti orang lain di tempat penulis teliti.

C. Penengasan Istilah

Agar diperoleh persepsi yang sama dalam menerjemahkan kata- kata istilah

judul dalam penelitian yang berjudul: “Penggunaan Metode Demonstrasi Dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Kelas X Di SMKS Sempena

Kubu Babussalam Tahun Pelajaran 2022”. Maka berikut akan di jelaskan dari

masing-masing kata judul:

1. Efektivitas Metode demonstrasi yang dimaksud oleh peneliti adalah guru

menggunakan Teknik dalam mengajar dengan menyampaikan materi

4
terlebih dahulu kepada siswa kemudian siswa mengikuti kembali atau

menghafal materi yang telah dijelaskan guru dengan tujuan agar siswa

smks sempena kelas x bisa mengingat atau kembali yang telah di

sampaikan guru dan tercapainya proses belajar mengajar yang baik

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dimaksud oleh peneliti

adalah suatu Interaksi atau proses guru Pendidikan Agama Islam dalam

menyampaikan Materi tentang pelajaran PAI kepada Peserta didik SMKS

Sempena.

D. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

a. Bagaimanakah keberhasilan penggunaan metode demonstrasi

dalam kegiatan pembelajaran bidang Pendidikan Agama Islam?

b. Kendala apa sajakah yang terjadi dalam pelaksanaan metode

demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran bidang Pendidikan

Agama Islam?

c. Bagaimana pelaksanaan metode demonstrasi pada bidang studi

Pendidikan Agama Islam di SMKS Sempena ?

d. Langkah-langkah apa sajakah yang digunakan agar metode

demonstrasi dalam pembelajaran bidang studi Pendidikan Agama

Islam dapat berjalan efektif di SMKS Sempena ?

e. Faktor apa sajakah yang dapat mendukung dan menghambat

penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMKS

Sempena ?

5
2. Batasan Masalah

a. Karena di dalam pembelajaran banyak metode yang digunakan,

maka penulis hanya menekankan pada pelaksanaan metode

demonstrasi pada pembelajaran bidang studi Pendidikan Agama

Islam.

b. Materi yang terdapat pada pelajaran Pendidikan Agama Islam

sangatlah banyak dan tidak semua materi tersebut menggunakan

metode demonstrasi. Oleh karena itu penulis membatasi pada

materi yang dapat menggunakan metode demonstrasi pada

Semester 2 kelas X di SMKS Sempena.

3. Rumusan Masalah

a. Bagaimana pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMKS Sempena Kubu Babussalam ?

b. Apakah metode demonstrasi efektif digunakan dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMKS Sempena Kubu Babussalam ?

c. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam penggunaan

metode demonstrasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMKS Sempena Kubu Babussalam ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan

metode demonstrasi yang meliputi:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran

6
Pendidikan Agama Islam di SMKS Sempena Kubu Babussalam?

b. Untuk mengetahui metode demonstrasi efektif digunakan dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMKS Sempena Kubu

Babussalam?

c. Untuk mengetahui yang mendukung dan menghambat dalam penggunaan

metode demonstrasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMKS Sempena Kubu Babussalam?

2. Manfaat Hasil Penelitian

a. Dapat berguna terutama bagi pihak pengelolah pendidikan dalam

meningkatkan kegiatan belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam demi peningkatan kualitas pendidikan yang

lebih baik di masa yang akan datang.

b. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat berguna terutama bagi

diri penulis sendiri untuk dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan

dan dapat pulah bahan masukan bagi calon guru khususnya pada

pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

c. Sebagai syarat penyelesaian Strata I ( satu ) di IAI Dar Aswaja Rokan

Hilir kecamatan Kubu Babussalam

7
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kerangka Teoritis

1. Pengertian Efektivitas

Kata “efektivitas” merupakan kata sifat dari kata “efektif” yang berarti

ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur, mujarab, dapat membawa hasil,

barhasil guna. Efektivitas yang terdapat dalam Ensiklopedi Indonesia berarti,

menunjukkan tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif jika usaha

tersebut tercapai tujuannya.4 Sedangkan menurut T. Handoko, efektivitas

merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat

untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 5Dengan kata lain, seorang guru

harus dapat memilih metode yang tepat untuk mencapai tujuan.

Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa efektivitas dalam suatu kegiatan, berkenaan dengan “sejauh mana

ketepatan sasaran dari suatu proses yang direncanakan atau diinginkan dapat

terlaksana atau tercapai”.

Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah

pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut Tim Pembina Mata Kuliah

Didaktik Metodik Kurikulum bahwa efisiensi dan keefektifan mengajar dalam

proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu

4
Hasan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru, Van Hoev), Jilid
2,Hal.883
5
T.Hani Handoko, MBA, Manajenen Edisi Kedua, (Yogyakarta: BPFD
Yogyakarta,1998) Cet. XIII,Hal 7

8
para siswa agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui keefektifan mengajar

bisa dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi

berbagai aspek pengajaran.

Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila memenuhi

persyaratan utama keefektivan pengajaran, yaitu:

a. Presentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM.

b. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.

c. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa

(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan.

d. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif.6

Selain itu guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu

berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran

dengan presentase waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan

tanpa menggunakan tekhnik yang memaksa, negative atau hukuman. Selain itu

guru yang efetif adalah orang-oarang yang dapat menjalin hubungan simpatik

dengan para siswa, menciptakan lingkungan kelas yang mengasuh, penuh

perhatian, memiliki suatu rasa cinta belajar, menguasai sepenuhnya bidang studi

mereka dan dapat memotivasi siswa untuk belaajar tidak sekedar mencapai sustu

prestasi namun juga menjadi anggota masyarakat yang pengasih.

Menurut Roseshine dan Frust, ada 5 variabel proses guru yang

memperlihatkan keajegan hubungan dengan pencapaian tujuan, yaitu

1) Kejelasan dalam penyajian.

6
Trianto, M, Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Media
Kencana, 2009), Ce t 1, hal. 20

9
2) Kegairahan mengajar.

3) Ragam kegiatan.

4) Perilaku siswa akan melaksanakan tugas dan kecekatannya.

5) Kandungan bahan pengajaran yang diliputi siswa.7

Salah satu strategi yang membantu siswa belajar dari teks tertulis dan

sumber-sumber informasi yang lain adalah mengajukan pertanyaan- pertanyaan,

sehingga siswa harus berhenti dari waktu ke waktu untuk menilai pemahaman

mereka sendiri terhadsp teks atau apa yang diucapkan gurunya.

2. Pengertian Metode Pengajaran

Metode (berasal dari Bahasa Yunani: methodos) secara harfiah berarti

pengejaran pengetahuan, penyelidikan, cara penuntutan penyelidikan, atau sistem

semacam itu. Dalam beberapa abad terakhir ini lebih sering berarti proses yang

ditentukan untuk menyelesaikan tugas.8

Sedangkan secara terminologi atau istialah, menurut Mulyanto Sumardi,

bahwa “metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian

materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas

approach”.9Selanjutnya H. Muzayyin Arifin mengatakan bahwa “matode adalah

salah satu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.10

Untuk mencapai hasil yang diharapkan, hendaknya guru dalam

7
Ibid.hal.21

8
https://id.wikipedia.org/wiki/Metode.25 Maret 2022.pukul 21.22

9
Mulyanyo Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, (Jakarta: Bulan Bintang), 1997,hal.12

10
H. Muzayyin Arifin, Kapitan Seleksi Umum dan Agama, (Semarang: PT. CV. Toha
Putera), 1987, hal. 90.s

10
menerapkan metode terlebih dahulu melihat situasi dan kondisi yang

paling tepat untuk dapat untuk dapat diterapkannya suatu metode tertentu, agar

dalam situasi dan kondisi tersebut dapat tercapai hasil proses pembelajaran dan

membawa peserta didik ke arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk itu

dalam memilih metode yang baik guru harus memperhatikan tujuh hal di bawah

ini:

a) Sifat dari pelajaran

b) Alat-alat yang tersedia.

c) Besar atau kecilnya kelas.

d) Tempat dan lingkungan.

e) Kesanggupan guru.

f) Banyak atau sedikitnya materi

g) Tujuan mata pelajaran11

Pengartian pengajaran itu sendiri dapat ditinjau dari segi bahasa dan

istilah. Secara bahasa kata pengajaran adalah bentuk kata kejadian dari dasar ajar

dengan mendapat konfiks pe-an yang berarti “barang apa yang dikatakan orang

supaya diketahui dan dituruti”.12Menurut Ramayulis pengajaran berasaldari kata

“ajar” di tambah awalan “pe” dan akhiran “an” sehingga menjadi kata

“pengajaran” yang berar tiproses penyajian atau bahan pelajaran yang disajikan.13

Sedangkan menurut Hasan Langgulung, bahwa pengajaran adalah pemindahan

11
Rosstiyah N.K., Didakik Metodik, (Jakarta: Bina Aksara), 1989, cet. Ke-3, hal. 68.

12
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka),
1986, hal. 649.

13
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia),
1990,hal.128

11
pengutahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain

yang belum mengetahui.14

Proses pengajaran yang dilakukan mengacu pada tiga aspek, yaitu

“penguasaan sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu sesuai

dengan isi proses belajar mengajar tersebut”.15

Jadi pengajaran secara bahasa yaitu hal apa yang dikatakan orang supaya

diketahui. Sedangkan secara istilah parra ahlu pendidikan berbeda pendapat dalam

memberikan definisi tentang pengajaran. Ada yang mengatakan bahwa pengertian

antara pengajaran dan pendidikan itu sama, dan ada pula yang mengatakan bahwa

antara pengajaran dan pendidikan itu berbeda.

Dari uraian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode

pengajaran adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan oleh guru (pendidik)

dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang bertujuan dengan

mudah secara efektif dan efisien, sehingga apa yang menjadi tujuan dari

pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.

3. Macam-macam Metode Pengajaran

Banyak metode yang digunakan dalan mengajar. Untuk memilih

metode-metode mana yang tepat digunakan dalam menyampaikan materi

pengajaran ada beberapa syarat yang harus diperhatikan di dalam menggunakan

satu atau lebih metode, yaitu sebagai berikut:

a) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif,

14
Ramayulis, Metodologi pembelajaran Agama Islam,..., hal. 72.

15
Ibid, hal. 73

12
minat, atau gairah belajar siswa.

b) Metode mengajar yang digunakan harus dapat menjamin perkembamgam

kegiatan kepribadian siswa.

c) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan kesempatan

bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.

d) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat merangsang keinginan

siswa untuk belajar lebih lanjut melakukan eksplorasi dan inovasi

(pembaharuan).

e) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik murid dalam

tehnik belajar sebdiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha

pribadi.

f) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat meniadakan penyajian

yang bersisfat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau

situasi yang nyata dan bertujuan.

g) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan

mengembangkan nilai-nialai dan sikap-sikap utama yang diharapkan

dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.16

Di dalam Al-Qur’an dapat dijumpai berbagai metode pendidikan seperti

metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan, teladan,

pembiasaan, karya wisata, cerita, hukuman, nasihat, dan sebagainya. Berbagai

metode tersebut dapat digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan, dan

16
H. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka
Setia, 1997), Cet I, h.al 53

13
dimaksudkan demikian agar pendidikan tidak membosankan anak didik.17

Dari banyak metode pengajaran maka sesuai dengan judul penelitian,

dalam hal ini penulis hanya akan menjelaskan lebih rinci macam metode yakni

metode demonstrasi yang meliputi pengertian

4. Pengertian Metode Demonstrasi

Kata demonstrasi berasal dari bahasa Inggris yaitu demonstrasi, secara

bahasa demonstrasi berarti “mempertunjukkan atau mempertontonkan”.

Sedangkan menurut Armai Arif yang dimaksud dengan metode demonstrasi

adalah “metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu

pengertian atau untuk memperlihatkan bagainama berjalannya suatu proses

pembentukan tertentu kepada siswa.”18

a) Metode demonstrasi sangat tepat digunakan jika bertujuan:

Memberikan keterampilan tertentu. Memudahkan berbagai jenis

penjelasan, sebab penggunaan bahasa lebih banyak.

b) Menghindari verbalisme.

c) Membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses

dengan penuh perhatian, sebab lebih menarik.19

Dari uraian dan definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode

demonstrasi adalah dimana seorang guru memperagakan langsung suatu hal yang

kemudian diikuti oleh murid sehingga ilmu atau keterampilan yang

17
H. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007),
hal. 88.
18
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Cupitas Pers,
2002), Cet I, hal. 190.
19
Op.Cit, hal. 62.

14
didemonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan masing-masing murid.

Semenjak zaman Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi Wasallam, bahkan

semenjak awal sejarah kehidupan manusia, penggunaan metode demonstrasi

dalam pendidikan sudah ada. Contohnya pada waktu itu Nabi, seorang pendidik

yang agung, banyak menggunakan metode demonstrasi perilaku keseharian

sebagai seorang muslim, maupun praktek ibadah seperti mengajarkan cara sholat,

wudhu dan lain-lain. Semua cara tersebut dipraktekkan atau ditunjukkan oleh

Nabi, lalu kemudian para umat mengikutinya. bahan materi yang

didemonstrasikan, serta mengutamakan aktivitas peserta didik untuk melakukan

demonstrasi tersebut. Dalam demonstrasi cenderung bahan situasi yang digunakan

adalah objek yang sebenarnya.20

5. Karakteristik metode Demonstrasi

Metode mengajar demonstrasi hakikatnya untuk menyampaikan

pembelajaran pada peserta didik dalam penguasaan proses objek tertentu. Metode

mengajar demonstrasi juga identik dengan metode mengajar modeling. Dalam

pelaksanaan metode mengajar demonstrasi, selain pendidk yang akan menjadi

model juga dapat mendatangkan nara sumber yang akan mendemonstrasikan

objek materi pelajaran, dengan syarat harus menguasai

6. Tujuan Metode Demonstrasi

Tujuan Metode Demonstrasi Tujuan metode demonstrasi adalah peniruan

terhadap model yang dapat dilakukan. Agar anak dapat meniru contoh perbuatan

yang di demonstrasikan pendidik, ada beberapa hal penting yang harus

20
Sri Anitah, Strategi Pembelajaran di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2014), h. 5.25

15
diperhatikan oleh pendidik. Pertama, apa yang ditunjukkan dan dilakukan

pendidik harus dapat diamati secara jelas oleh anak yang di ajar. Kedua, dalam

memberi penjelasan suara pendidik harus dapat di denar dengan jelas. Ketiga,

demonstrasi itu harus di ikuti kegiatan anak untuk menirukan apa yang elah

ditunjukkandan dilakukan pendidik.21

7. Langkah-langkah Metode Demonstrasi

Menurut Armai Arief, dalam bukunya pengantar Ilmu dan metodologi Studi

Islam bahwa terdapat beberapa langkah dalam melakukan demonstrasi

diantaramya:

a. Perencanaan

1) Merumuskan tujuan yang jelas, baik dari sudut kecakapan atau kegiatan

yang diharapkan dapat tercapai setelah metode demonstrasi berakhir.

a) Mempertimbangkan apakah metode itu wajar dipergunakan dan

merupakan meode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang

telah direncanakan.

b) Apakah alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa

diperoleh dengan mudah dan apakah alat-alat itu sudah dicoba

terlebih dahulu agar sewaktu melakukan demonstrasi tidak terjadi

sesuatu yang tidak diinginkan.

c) Apakah jumlah siswa memungkinkan untuk mengadakan

demonstrasi dengan baik.

2) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan

21
Ibid, h. 116-117.

16
dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum melakukan metode demonstrasi

hendaknya melakukan percobaab terlebih dahulu agar sesuatu yang

tidak diinignkan tidak akan terjadi disaat demonstrasi berlangsung.

Memperhitungkan waktu yang dibutuhakan. Apakah

a) Memperhitungkan waktu yang dibutuhakan. Apakah tersedia waktu

untuk memberi kesempatan kepada siswa menanyakan beberapa hal

komentar selama dan sesudah demonstrasi, menyiapkan beberapa

pertanyaan kepada siswa untuk merangsang observasi.

b) Selama demonstrasi berlangsung, seorang guru hendaknya istropeksi

diri, apakah:

1. Keterangan-keterangannya dapat didengar dengan jelas oleh

siswa.

2. Semua media yang dipergunakan telah ditempatkan pada posisi

yang baik sehingga setiap siswa dapat melihatnya dengan jelas.

3. Siswa disarankab untuk membantu catatan yang dianggap perlu.

4. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik.

Namun sebaiknya terlebih dahulu mengadakan diskusi dan

siswa mencoba melakukan demonstrasi kembali agar mereka

memperoleh kecakapan-kecakapan yang lebih baik.

b. Pelaksanaan

1) Memeriksa hak tersebut di atas untuk kesekian kalinya.

2) Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian siswa.

3) Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan

17
agar demonstrasi mencapai sasaran.

4) Memperhatikan keadaan siswa. Apakah semuanya mengikuti

demonstrasi dengan baik.

c. Evaluasi

Sebagian tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering diiringi

dengan kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini dapat berupa

pemberian tugas seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan

latihan lebih lanjut, apakah di sekolah atau di rumah. Selain itu guru dan siswa

mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi yang dilakukan. Apakah efektif sesuai

dengan tujuan yang diharapkan ataukah ada kelemahan-kelemahan tertentu

beserta faktor penyebabnya. Evaluasi dapat dilakukan pada semua aspek yang

terlidat dalam demonstrasi tersebut, baik yang menyangkut perencanaan,

pelaksanaan, maupun tidak lanjutnya.

Menurut Oemar Hamalik, demonstrasi itu efektif bila dilakukan sebagai

berikut:

1) Setiap langkah dari demonstrasi harus dapat dilihat dengan jelas oleh

siswa.

2) Semua penjelasan secara lisan hendaknya dapat didengar secara jelas

pula oleh siswa.

3) Anak-anak mengikuti dan pada prinsipnya mereka harus tahu apa yang

sedang diamati.

4) Demonstrasi harus direncanakan dengan teliti.

5) Guru sebagai demonstrator harus mengetjakan tugasnya dengan lancar

18
dan efektif.

6) Demontarsi hendaknya dilaksanakan pada saat yang tepat.

7) Beri kesempaan kepada anak-anak untuk berlatih apa yang telah mereka

amati.

8) Siapkan semua alat yang diperlukan sebelum demonstrasi di mulai.

9) Demonstrasi hendaknya disertai dengan ringkasan di papan tulis

10) Buat laporan tentang demonstrasi itu22

8. Kebaikan dan Kelemahan Metode Demonstrasi serta Cara Mengatasi

kelemahannya.

a. Segi-segi kebaikan metode demonstrasi adalah:

1) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran.

2) Perhatian anak didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang dianggap

penting oleh guru dapat diamati

3) Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang

didemonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan

mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain

4) Bisa membantu murid ingat lebih lama tentang materi yang

disampaikan.23

5) Dapat menambah pengalaman anak didik.

22
Basyiruddin Usman M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), Cet I, hal. 108.
23
https://media.neliti.com/media/publications/137751-ID-penerapan-metode-demonstrasi-
untuk-menin.pdf. 25 Maret 2022.pukul 21.40

19
6) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi lebih

jelas dan konkrit.

7) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap

siswa karena mereka ikut serta berperang secara langsung.24

8) Karena gerakan dan proses dipertujukkan maka tidak memerlukan

keterangan-keterangan yang banyak.25

9) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaansiswa akan dapat

dijawab waktu mengamati proses demonstrasi.26

10) Memberikan motifasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar.27

Banyak keuntungan psikologis pedagigos yang dapat diraih dengan

menggunakan metode demonstrasi, antara lain yang terpenting adalah:

1) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang

dipelajari.

3) Pengamatan dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat

dalam diri siswa.28

b. Adapun kelemahan metode demonstrasi adalah:

24
Op.Cit,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam.hal 191

25
H. Mansyur, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Modul 1-6, (Jakarta: Direktorat
jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 2000), Cet VI, hal. 114.

26
J.J. Hasibuah, Dip, dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: CV Remaja
Karya , 1988), hal. 30.

27
Op.Cit,Strategi Belajar Mengajar, hal. 84.

28
Muhidin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Riosda karya, 2004), Cet ke X, hal. 209.

20
1) Memerlukan waktu yang cukup bamyak.

2) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi jadi tidak

efektif.

3) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk pembelian alat-

alat.

4) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.Bila siswa tidak aktif maka

metode demontrasi menjadi tidak efektif.29

5) Tidak semua hal dapat di demonstrasikan di dalam kelas.

6) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan

berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau

sebenarnya.

7) Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan ketelitian

dan kesabaran. Kadang-kadang ketelitian dan kesabaran itu diabaikan,

sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.

8) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan

dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum demonstrasi itu dimulai guru

telah mengadakan uji coba supaya kelak dalam melakukannya tepat

dan secara otomatis.30

c. Sedangkan cara untuk mengatasi kelemahan metode demontrasi

29
Op.Cit, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,hal. 192.

30
H. Mansyur, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Modul 1-6, (Jakarta: Direktorat
jemderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 2000), Cet VI, h. 114.

21
dapat dengan cara sebagai berikut:

1) Lakukan dengan metode demonstrasi dalam hal-hal yang bersifat

praktis dan urgen dalam masyarakat.

2) Arahkan pendemonstrasi agar murid-murid dapat memperoleh

pengertian yang legih jelas, pembentukan sikap, serta kecakapan

praktis.

3) Usahakan agar anak dapat mengikuti demnstrasi.

4) Berilah pengertian sejelas-jelasnya landasan teori dari apa yang

hendak didemonstrasikan.31

9. Prasyaratan Untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Demonstrasi

Kemampuan pendidik yang perlu diperhatikan dalam menunjang

keberhasilan demonstrasi, di antaranya adalah

a. mampu secara proses dalam melaksanakan demonstrasi materi atau topik

yang dipraktikkan,

b. mampu mengelola kelas

c. mampu menggunakan alat bantu yang di gunakan

mampu melaksanakan penilaian proses. Kondisi dan kemampuan peserta

didik yang harus diperhatikan untuk menunjang demonstrasi, diantaranya adalah

a. anak memiliki motivasi, perhatian, dan minat terhadap topik yang akan

didemonstrasika

b. memahami tentang tujuan/maksud yang akan didemonstrasikan

c. mampu mengamati proses yang di demonstrasikan

31
H. Abu Ahmadi dan Joko tri Prastya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 1996), cet ke 1, h. 63.

22
d. mampu mengindentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam

demonstrasi.32

Berdasarkan paparan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa dalam

mengoptimalkan pembelajaran demonstrasi tidak hanya kemampuan pendidik

yang harus di perhatikan seperti kemampuan pendidik untuk mengelola kelas dan

kemampuan pendidik secara proses dalam melaksanakan demonstrasi materi

melainkan kondisi dan kemampuan peserta didik pun harus tetap diperhatikan

untuk menunjang kegiatan demonstrasi seperti anak memiliki motivasi, perhatian,

dan minat terhadap topik yang akan didemonstrasikan dan mampu mengamati

proses yang diamati.

10. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian belajar dan Mengajar

1. Belajar

Belajar adalah proses perubahan berkat pengalaman dan latihan, baik

yang menyangkut pengetahuan keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi

segenap aspek organisme atau pribadi.

Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.33

Sedangkan menurut Alisuf Sabri “Belajar adalah proses perubahan tingkah

laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Perubahan akibat tingkah laku itu

32
Sri Anita. Op.Cit.h 26

33
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara,
1988),hal .2

23
dapat berupa memperoleh prilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan

prilaku yang sudah ada, dapat berupa prilaku yang baik (positif) atau prilaku yang

buruk (negatif).34

Dari pendapat para pakar pendidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan

atau dialami oleh individu akibat dari pengalaman yang ia peroleh dari

lingkungannya baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.

Ciri-ciri kegiatan yang disebut dengan belajar adalah:

a) Belajar menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri orang yang baik

secara aktual maupun potensial.

b) Perubahan itu merupakan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu

yang relatif menetap.

c) Perubahan itu terjadi karena usaha.

2. Mengajar

Adapun megajar pada hakekatnya adalah suatu proses, yaitu proses

mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik sehingga

dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.

Mengajar adalah proses memberikan bimbingan bantuan kepada anak didik dalam

melakukan proses belajar.

Mengajar merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan

individu anak didik, mengajar merupakan proses pengaturan yang dilakukan oleh

34
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,
1996),hal.55

24
guru.35

Kata pembelajaran dipakai sebagai padanan kata dari “intruction”. Kata

intruction tidak sama artinya dengan pengajaran, kata pengajaran terdapat dalam

konteks guru dan murid di dalam kelas, sedangkan pembelajaran atau intruction

mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri oleh guru secara

fisik. Dalam pembelajaran yang ditekankan adalah proses belajar. Oleh karena itu

usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber belajar agar terjadi

proses belajar dalam diri siswa disebut pembelajaran.36

Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung

sejumlah komponen-komponen. Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamaroh adalah

sebagai berikut:

a. Tujuan

Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu

kegiatan, suatu cita-cita yang bernilai normatif, tujuan tedapat sejumlah nilai yang

harus ditanamkan kepada anak didik. Tjuan mempunyai jenjang dari luas dan

umum sampai kepada yang sempit atau khusus.

1. Bahan Pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses

belajar mengajar, tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan

berjalan.

2. Kegiatan Belajar Mengajar adalah inti kegiatan dalam mendidik. Segala

35
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1991),
cet. III, hal. 29.
36
Arif S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), cet
1,hal.7

25
sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar

mengajar. Kegiatan inti melibatkan semua komponen pengajaran dan akan

menentukan sejauhmana tujuan yang ditetapkan akan dicapai.

3. Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku

dengan menggunakan satu metode.

4. Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai

tujuan pengajaran. Alat mempunyai fungsi sebagai perlengkapan, pembantu,

mempermudah usaha mencapai tujuan dan alat sebagai tujuan. Alat dapat

dibagi menjadi dua macam yaitu alat dan alat bantu pengajaran, yang

dimaksud alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan dan sebagainya.

Sedangkan alat bantu pengajaran berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu

kapur, gambar, diagram, slide video dan lain-lain.

Sebagai alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat audio

visual mempunyai sifat sebagai berikut:

a) Kemampuan untuk meningkatkan persepsi.

b) Kemampuan untuk meningkatkan pengertian.

c) Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar.

d) Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement).

e) Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).

5. Sumber Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai

tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.

Sumber belajar merupakan bahan/ materi untuk menambah ilmu

26
pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.

6. Evaluasi adalah tindakan suatu atau suatu proses untuk menentukan nilai

dari sesuatu. Evaluasi merupakan kegiatan menyimpulkan data seluas-

luasnya. Sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa

guna mengetahui sebagai akibat dan hasil belajar siswa yang dapat

mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.

` Dari tujuan itu juga dapat dipahami bahwa pelaksanaan evaluasi diarahkan

kepada evaluasi proses dan evaluasi produk. Evaluasi proses adalah suatu proses

yang diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar

yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan. Evaluasi produk adalah suatu

evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oleh

siswa dan penguasaan siswa terhadap bahan/materi pelajaran.37

b. Dasar-dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

1. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi,

yaitu;

a) Dasar Religius

Menurut Zuhairini, yang dimaksud dengan dasar religius adalah

dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam

Al-Qur’an maupun al-Hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa

melaksanakan pendidikan agama Islam adalah merupakan perintah dari

37
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
1996),hal.48

27
Tuhan dan merupakan ibadah kepada- Nya.38

b) Dasar Yuridis Formal

Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan Yuridis Formal

pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari perundang-

undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat djadikan

pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, di sekolah-

sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.

c) Dasar Ideal

Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dari falsafah

Negara: Pancasila, di mana sila yang pertama adalah ketuhanan Yang

Maha Esa. Ini mengandung pengertian, bahwa seluruh bangsa

Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya

harus beragama.

d) Dasar Konstitusional/ Struktural

Yang dimaksud dengan dasar konstitusional adalah dasar UUD

Tahun 2002 Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai berikut;

“Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa. Negara menjamin

tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk

beribadat menurut agama dan kepercayaannya”.39

e) Dasar Operasional

Menurut Tap MPR Nomor IV/ MPR/ 1973. Tap MPR Nomor

38
Zuhairini, dkk, Metodik khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang), cet. 8, hlm. 23.
39
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama…, hlm. 22.

28
IV/ MPR/ 1978 dan Tap MPR Nomor II/ MPR/ 1983 tentang GBHN,

yang pada pokoknya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama

secara langsung dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah-sekolah,

mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Universitas Negeri.40

f) Dasar Psikologis

Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan

dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan

bahwa dalam hidupnya manusia baik sebagai individu maupun sebagai

anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya

tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan

hidup.41

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan merupakan seperangkat hasil yang harus di capai oleh

peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Rangkaian kegiatan pendidikan

yang diikuti melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan, kesemuanya diarahkan

untuk tercapainya tujuan pendidikan. Pendidikan diselenggarakan tentu saja

memiliki tujuan yang ingin dicapai terhadap peserta didik, demikian pula

pembelajaran PAI memiliki tujuan spesifik.

Secara umum, tujuan pendidikan nasional yang hendak dicapai,

sebagaimana tersebut dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang sistim

pendidikan Nasional, dirumuskan sebagai berikut: 

40
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama…, hlm. 23.

41
Abdul Majid, Dian andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 1, hlm. 133.

29
 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Adapun secara khusus tujuan pendidikan Islam menurut Imam Al-Ghazali

menjelaskan bahwa ada dua tujuan pokok pendidikan Islam yaitu; (1) untuk

mencapai kesempurnaan manusia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan; dan (2)

untuk mencapai kesempurnaan hidup manusia dalam menjalin hidup dan

penghidupan guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ibnu Khaldun mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam mempunyai

dua tujuan pokok, pertama; tujuan keagamaan yaitu beramal sesuai dengan

tuntutan agama, kedua; tujuan ilmiyah sebagai bekal hidup untuk mengarungi

penghidupannya di dunia ini. 

Dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pendidikan Islam adalah untuk

membentuk insan kamil atau manusia sempurna yakni dapat berperan sebagai

hamba Allah yang benar dan juga sebagai khalifah Allah di bumi yang mampu

memakmurkan bumi bagi kehidupan manusia dan rahmat bagi alam sekitarnya.

Dalam Undang-undang pendidikan Nasional secara jelas telah dinyatakan

bahwa pendidikan membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa. Demikian

pula dengan tujuan yang hendak di capai dalam pendidikan Islam yaitu

30
menciptakan insan kamil. Dengan mengacu pada yuridis di atas, maka tugas guru

adalah bagaimana dapat mewujudkan cita-cita Nasional dan juga yang lebih

utama cita-cita Islam, sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi

dasar (KD) yang telah diataur oleh pemerintah.42

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Mata pelajaran pendidikan agama tidak hanya dilihat dari aspek materi

atau substansi pelajaran yang hanya mencakup aspek kognitif (pengetahuan),

tetapi lebih luas yaitu mencakup aspek afektif dan psikomotorik. Ruang lingkup

mata pelajaran PAI meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:

hubungan manusia dengan Allah Subhanahuata’ala, hubungan manusia dengan

sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia

dengan makhluk lain dan lingkungannya.43Adapun ruang lingkup bahan pelajaran

pendidikan agama Islam untuk SMA/SMK meliputi lima aspek, yaitu:

1. Al-Quran/Hadis; menekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan

meneijemahkan dengan baik dan benar;

2. Keimanan; menekankan pada kemampuan memahami dan

mempertahankan keyakinan, serta menghayati dan mengamalkan nilai-

nilai asma’ul husna sesuai dengan kemampuan peserta didik;

3. Akhlak; menekankan pada pengamalan sikap terpuji dan menghindari

akhlak tercela;

42
http://sudutpendidikan1.blogspot.com/2017/04/tujuan-pembelajaran-pai.html.26 Maret
2022 pukul 10.30 wib
43
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 211 Tahun 2011, Pedoman
Pengembangan Standar Nasional Pendidikan Agama Islam pada sekolah

31
4. Fiqih/Ibadah; menekankan pada cara melakukan ibadah dan mu’amalah

yang baik dan benar; dan

5. Tarikh dan Kebudayaan Islam; menekankan pada kemampuan mengambil

pelajaran (ibrah) dari peristiwa- peristiwa bersejarah (Islam), meneladani

tokoh-tokoh muslim yang berprestasi, dan mengaitkannya dengan

fenomena-fenomena sosial, untuk melestarikan dan mengembangkan

kebudayaan dan peradaban Islam.44

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan efektivitas metode demonstrasi ini telah

banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu.berikut ini banyak dipaparkan sebagaian

yang kaitannya dengan maksud untuk menghindari duplikasi penelitian yaitu :

Istiharoh,Pada tahun 2011 dengan judul “ Efektivitas metoe demonstrasi pada

pembelajaran pendidikan Agama Islam Hubungannya dengan motivasi belajar

siswa di SMP PGRI 1 Ciputa”.Penelitian tersebut terdapat kesamaan dengan

penelitian yang penulis lakukan yaitu sam-sama meneliti Metode Pembelajaran

Demonstrasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan sama-sama

penelitian Kuantitatif tetapi ada perbedaan penulis teliti yaitu penulis mengangkat

tentang Efektivitas Metode Demonstrasi pada pembelajaran Pendidikan Agama

Islam kelas X disekolah Menengah Kejuruan Sempena Kecamatan Kubu

Babussalam Kabupaten Rokan Hilir sedangkan Istiharoh,Pada tahun 2011

dengan “ Efektivitas metoe demonstrasi pada pembelajaran pendidikan Agama

44
https://dosenmuslim.com/pendidikan/ruang-lingkup-pendidikan-agama-islam/26 Maret
2022 pukul 10.35

32
Islam Hubungannya dengan motivasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat seta

perbedaan pada subjek dan objek penelitian yang penulis lakukakan.

C. Kerangka Berfikir

Sesuai dengan Judul Penelitian ini yang membahas tentang Efektivitas

metode Demonstrasi pada pembelajaran PAI Peserta Didik Kelas X di SMKS

Sempena Kubu Babussalam.Apabila Metode Demonstrasi dirancang dengan baik

maka akan mencapai tujuan pembelajran yang efektif In Syaa Allah.

Dealam Pendiidikan ini sangat Penting menggunakan metode agar efektifitas

pembelajaran dapat tercapai,Secara Sederhana untuk mempermudah penelitian ini

penulis Membuat Kerangka Fikir sebagai berikut

SMKS Sempena
Kelas X

METODE
DEMONSTRASI

B.Study PESERTA
PENDIDIK PAI DIDIK

PENINGKATAN
HASIL BELAJAR

D. Konsep Operasional

33
Penelitian ini dapat diukur melalui indikator-indikator yang ditetapkan

berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan.adapun konsep Operasional yang

berupa indikator tenyang Efektivitas Metode Demonstrasi pada pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Kelas X SMKS Sempena Kecamatan Kubu Babussalam

Kabupaten Rokan Hilir adalah sebagai Berikut :

Variabel Dimensi Indikator

Efektivitas 1. Efektivitas 1. Hasil Belajar yang dimaksud

Guru dalam Peneliti adalah skor yang

Menerapkan diperoleh oleh murid setelah

Metode proses pembelajaran dengan

Demonstrasi metode demonstrasi melalui tes

pada belajar

pembelajaran 2. Aktivitas Murid dalam Kegiatan

Pendidikan Pembelajaran adalah

Agama Islam keterlaksanaan kegiatan murid

selama proses pembelajaran yang

berlangsung melalui penerapan

Metode Demonstrasi

3. Respon Murid terhadap

Pembelajaran adalah tanggapan

atau pendapat murid tentang

pembelajaran Bahasa Indonesia

melalui metode demonstrasi

34
2.Metode 1. Metode demonstrasi adalah cara

Demonstrasi penyajian pembelajaran dengan

meragakan atau mempertunjukkan

kepada siswa suatu proses, situasi

atau benda tertentu yang sedang

dipelajari, baik sebenarnya maupun

tiruan, yang sering disertai dengan

penjelasan lisan. Dengan metode

demonstrasi, proses penerimaan

siswa terhadap pelajaran akan

berlebih kesan secara mendalam,

sehingga membentuk pengertian

yang baik dan sempurna. Juga siswa

dapat mengamati dan memerhatikan

apa yang diperlihatkan selama

pelajaran berlangsung.

BAB III

35
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian field research (penelitian lapangan)

dengan pendekatan kuantitatif dengan mengeksploitasi data lapangan dengan

metode analisis deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran tentang

bagaimana Penggunaan Metode Demontrasi Dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam pada kelas x SMKS Sempena Kecamatan Kubu Babussalam

Kabupaten Rokan Hilir.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai dari tanggal 04-April 2022 sampai dengan 07 Juli

2022. Tempat pelaksanaan penelitian inidi SMKS Sempena yang terletak di

Jalan Jendral Sudirman Kepenghluan Rantau Panjang Kiri Kecamatan Kubu

Babussalam Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau.

Hal ini sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu : “Efektivitas Metode

Demonstrasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa

Kelas X SMKS Sempena Kubu Babussalam Kabupaten Rokan Hilir Provinsi

Riau.”

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek adalah batasan penelitian dimana peneliti bisa menentukannya

dengan benda, hal atau orang untuk melekatnya variabel penelitian.Subjek Pada

penelitian ini adalah Efektivitas Metode Demonstrasi.

Sedangkan Objeck adalah sebagai baik benda, hal, atau orang yang

memberikan peneliti data atau informasi. Adapun objek pada penelitian ini adalah

36
Siswa kelas X SMKS Sempena yang terletak di di Jalan Jendral Sudirman

Kepenghluan Rantau Panjang Kiri Kecamatan Kubu Babussalam Kabupaten

Rokan Hilir Provinsi Riau.

D. Fokus Penelitian

Suatu penelitian agar dapat dioperasionalkan dan dapat diteliti secara empiris,

atau adanya variabel adalah karakter dari unit observasi yang mempunyai variabel

atau segala sesuatu yang dijadikan objek penelitian.

Adapun penelitian ini, variabelnya sebagai berikut:

1. Penggunaan metode demontrasi

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu atau kelompok yang dapat diamati

dari beberapa anggota kelompok Subjek45 yang digunakan dalam penelitian ini

adalah siswa – siswi SMKS Sempena dengan populasi sasaran adalah siswa –

siswi kelas X sampa dengan kelas XII. Sedangkan yang menjadi populasi

tejangkau adalah siswa – siswi kelas X yang bejumlah 37 .

Tabel 1 Populasi

No kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

45
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara), 2007.

37
1. X 23 12 35

2. XI 20 20 40

3. XII 27 10 37

Jumlah 70 42 112

Sember data: Kantor SMKS Sempena

2. Sampel

Sampel ialah sebagai dari anggota populasi yang diambil dengan

menngunakan teknik tertentu yang di sebut teknik sampling 46. Berpendapat bahwa

sampel adalah berkaitan dengan data didefinisikan sebagai himpunan

nilai/skor/ukuran yang tercatat ataau diobservasi berkaitan dengan peristiwa atau

fakta telah terjadi. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah sebagai

dari individu yang mewakili siswa kelas X SMKS Sempena.

Dengan melihat pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa

sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili keseluruhan. Karena jumlah

populasi kurang 100 maka sampel dalam penelitian ini adalah sampel populasi

yaitu seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Adapun yang

menjadi sampel penelitian Kelas X Smks Sempena. Guru yang menjadi sampel

pada mata pelajar Pendididkan Agama Islam di SMKS Sempena Kubu

Babussalam yaitu guru Pendidikan Agama Isam.

No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. X 23 12 35

46
Usman, Basyirudin, Meteodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers,
2002, Cet I.h.44

38
2. Guru PAI 1 1

Sumber data: Kantor SMKS Sempena

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pemelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk menukur

fenomena alam maupun sosial yang di amati. Adapun instrumen peneliian yang

akan digunakan untuk memperoleh data mengenai efektivitas metode demonstrasi

terhadap pembelajaran pada mata pelajaran PAI dibuat dalam bentuk non tes yaitu

dengan menggnakan angket. Angket ini di buat dalam bentuk kuisioner yaitu

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan pribadinya atau hal-hal yang di ketahui. Jenis

quisioner yang digunakan alam penelitian ini adalah quisioner tertutup, dimana

jawaban sudah disediakan oleh peneliti sehingga respoden tinggal memilih dan ini

iperuntukkan kepada siswa-siswi untuk mendapat infomasi mengenai efektivitas

metode demonstrasi terhadap pembelajaran siswa pada mata pelajaran PAI.

1. Observasi yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap femonena atau gejalah-gejalah pada objek peneliti. Atau cara

pengumpulan data dengan mengamati langsung ke lapangan.

2. Angket yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya

3. Wawancara yaitu suatu metode atau cara yang digunakan untuk

mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya- jawab sepihak.

G. Teknik Pengumpulan Data

39
Dalam menghimpun dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam

penelitian ini, tekhnik yang digunakan adalah:

1. Observasi, yaitu penulis melihat dan mengamati langsung sekaligus

mencatat objek-objek di lapangan guna memperoleh data atau

keterangan-keterangan yang akuat, objektif dan dapat di percaya.

2. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan wawancara

secara langsung dengan guru Pendidikan Agama Islam, untuk

memperoleh informasi mengenai Kelas X ( Sepuluh ) SMKS Sempena

Kubu Babussalam.

3. Angket, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket ini ditunjukan kepada

siswa-siswa SMKS Sempena Kubu Babussalam, digunakan untuk

memperoleh data tentang efektivitas metode demonstrasi dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah metode dalam memproses data menjadi informasi.

Saat melakukan suatu penelitian,47 kita perlu menganalisis data agar data tersebut

mudah dipahami.Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan insrument

wawancara, dan angket. Tiap-tiap instrument tersebut berguna untuk melengkapi

data yang diperoleh peneliti.

Setelah mengkategorikan hasil angket, perhitungan yang peneliti gunakan


47
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/teknik-analisa-data-apa-bagaimana-dan-ragam
jenisnya#:~:text=Teknik%20analisis%20data%20adalah%20metode,permasalahan%20penelitian
%20yang%20tengah%20dikerjakan.28 Maret 2022.jam 10.23

40
adalah untuk mengetahui besar kecilnya efektivitas metode demonstrasi dalam

pembelajaran Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, maka tekhnik analisa data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik analisis deskriptif yang harus

melalui beberapa tahapan yaitu:

1) Mengolah hasil wawancara dengan mendeskripsikannya.

2) Melakukan klasifikasi data yang terkumpul melalui angket.

3) Melakukan presentase terhadap data sesuai klasifikasi masing- masing

dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi yaituu

P = f X 100%
Keterangan:
N

P = Angka Presentasenya

F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya

N = Number of cases atau banyaknya individu

100% = Bilangan tetap.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Dian andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,


(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 1

41
Arif S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
cet 1

Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara),


2007

Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Cupitas
Pers, 2002), Cet I

Basyiruddin Usman M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta:


Ciputat Pers, 2002), Cet I,

Depatertemen Agama RI, Al-qur’an Tajwid dan Terjemahan, (Jakarta: Ciputat


Raya)

Hasan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru, Van Hoev), Jilid 2

https://media.neliti.com/media/publications/137751-ID-penerapan-metode-
demonstrasi-untuk-menin.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Metode.25 Maret 2022.pukul 21.22

https://media.neliti.com/media/publications/137751-ID-penerapan-metode-
demonstrasi-untuk-menin.pdf. 25 Maret 2022.pukul 21.40

http://sudutpendidikan1.blogspot.com/2017/04/tujuan-pembelajaran-pai.html.26
Maret 2022 pukul 10.30 wib

https://dosenmuslim.com/pendidikan/ruang-lingkup-pendidikan-agama-islam/26

https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/teknik-analisa-data-apa-bagaimana-dan-
ragam jenisnya#:~:text=Teknik%20analisis%20data%20adalah
%20metode,permasalahan%20penelitian%20yang%20tengah
%20dikerjakan.28 Maret 2022.jam 10.23

J.J. Hasibuah, Dip, dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: CV


Remaja Karya , 1988)

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 211 Tahun 2011, Pedoman
Pengembangan Standar Nasional Pendidikan Agama Islam pada sekolah

Mulyanyo Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, (Jakarta: Bulan Bintang), 1997

H. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada,2007)

42
H. Mansyur, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Modul 1-6, (Jakarta:
Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen
Agama, 2000), Cet VI

H. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung:
Pustaka Setia, 1997), Cet I

H. Abu Ahmadi dan Joko tri Prastya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 1996), cet ke 1

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,


1996)

Muzayyin Arifin, Kapitan Seleksi Umum dan Agama, (Semarang: PT. CV. Toha
Putera), 1987

Muhidin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT


Remaja Riosda karya, 2004), Cet ke X

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar mengajar, (Bandung: Sinar Baru,


1991), cet. III

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia), 1990,

Rosstiyah N.K., Didakik Metodik, (Jakarta: Bina Aksara), 1989, cet. Ke-3

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara,


1988),

Sri Anitah, Strategi Pembelajaran di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2014)

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,


1996),

T.Hani Handoko, MBA, Manajenen Edisi Kedua, (Yogyakarta: BPFD


Yogyakarta,1998) Cet. XIII,Hal 7

Trianto, M, Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta:


Media Kencana, 2009), Ce t 1,

Undang-Undang Sistem Pendidikan Naional No.20 tahun 2003

Usman, Basyirudin, Meteodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat


Pers, 2002, Cet I.

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai


Pustaka), 1986

43
Zuhairini, dkk, Metodik khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang), cet. 8

44

Anda mungkin juga menyukai