Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan dalam bidang ilmu

pengetahuan maupun teknologi di era globalisasi ini, maka ketersediaan sumber

daya manusia yang berkualitas semakin menjadi sebuah tuntutan, untuk

menyediakannya diperlukan upaya yang konkrit dalam dunia pendidikan.

Berdasarkan pada UU. RI No. 20 Tahun 2003 telah dijelaskan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk

menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pendidikan adalah suatu usaha sadar dalam

menyiapkan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui kegiatan,

bimbingan, dan pelatihan bagi kehidupan yang akan datang.

Berdasarkan pada fungsi pendidikan nasional di atas, maka peran guru

menjadi kunci penentu keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran

di sekolah selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan

menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

kegiatan pendidikan di sekolah.

Proses pembelajaran yang dilakukan guru relatif berbeda-beda, pada

kenyataannya tidak semua guru mampu menguasai kelas selama proses

pembelajaran, hal tersebut dikarenakan kondisi siswa yang diajar memiliki latar

belakang baik psikologis, ekonomi, biologis dan intelektual yang heterogen,

belum lagi tidak semua peserta didik memiliki tujuan yang sama dalam proses

pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu guru sedikit mengalami kesulitan


dalam pengelolaan kelas agar bisa mengarahkan peserta didik untuk mencapai

tujuan pembelajaran secara maksimal yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang diinginkan.

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di

antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam proses

pembelajaran guru bukan hanya diharapkan mampu menyampaikan semua

materi pelajaran secara tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran

yang akan disampaikan, akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana bahan

pelajaran yang telah disampaikan dapat dikuasai oleh siswa secara tuntas,

karena secara langsung guru dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan

kecerdasan serta keterampilan siswa.

Terkait dengan hal tersebut, pelajaran fiqih menjadi bagian dari materi

pendidikan pun mendapat perhatian khusus, mengingat fiqih memiliki peran

sentral dalam perkembangan pribadi siswa dalam melaksanakan ajaran islam

dan merupakan kunci pencetak perilaku menuju keberhasilan dalam meraih

masa depan yang lebih cerah.

Fiqih merupakan ajaran yang digunakan oleh umat islam untuk

mengenal dan melaksankan hukum islam dalam kegiatan sehari-hari dan

merupakan ajaran yang dipilih sebagai cerminan dari Al-Qur’an dan Hadits

yang menjadi pedoman hidup bagi umat islam dan menjadi sumber dari

berbagai macam ilmu agama maupun ilmu-ilmu yang lainnya.

Oleh karena itu penguasaan fiqih sebagai aspek untuk dijadikan

pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial merupakan hal yang sangat

mendesak dan menjadi hal penting untuk dikuasai bagi setiap indvidu terlebih-

lebih bagi siswa-siswi dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global.

Sementara itu penguasaan fiqih dapat diperoleh melalui program pembelajaran

di sekolah formal atau madrasah.


Di Madrasah Ibtidaiyah, Fiqih merupakan suatu mata pelajaran yang

diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina

kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap Fiqih baik reseptif

maupun produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk memahami

pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu

kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan dan

tulisan.

Di Madrasah Ibtidaiyah Al Fattah 2 Banyuurip Ujungpangkah Gresik,

sejauh ini fiqih merupakan bidang studi yang tidak terpisahkan dengan bidang

studi yang lainnya terutama bidang studi pendidikan agama islam, seperti Al-

Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Bahasa Arab, dan Sejarah Kebudayaan Islam.

Terkait dengan hal tersebut di atas, pada kenyataannya peserta didik

Madrasah Ibtidaiyah Al Fattah 2 Banyuurip Ujungpangkah Gresik kelas 5

terhadap materi zakat fithra hanya sebatas mengetahui , mereka masih sangat

sulit untuk mempraktikkan dan melaksanakan pengetahuan yang mereka

ketahui. Hal ini disebabkan karena kurang tepatnya penyampaian materi,

pengelolaan kelas, dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses

pembelajaran di kelas, sehingga menyebabkan peserta didik kelas 5 MI. Al

Fattah 2 Banyuurip Ujungpangkah Gresik beranggapan bahwa Fiqih adalah

mata pelajaran yang identik dengan pelajaran yang menjenuhkan bahkan

momok yang membosankan dan tidak menarik lagi bagi sebagian besar peserta

didik untuk menguasai Fiqih, terutama dalam penerapan dalam kehidupan

sehari-hari.

Dalam setiap pembelajaran salah satu segi yang disoroti adalah segi

metode. Sukses tidaknya suatu program pembelajaran seringkali dinilai dari

segi metode yang digunakan. Sebab metode inilah yang menentukan isi dalam

pengajaran. Metode pembelajaran Fiqih yang dibutuhkan oleh guru agar peseta
didik lebih aktif dalam pelaksanaan pembelajaran salah satunya yaitu dengan

menggunakan metode diskusi sebagai variasi dalam menyampaikan mata

pelajaran, serta dapat melatih ketangkasan berfikir terhadap materi pelajaran

yang diberikan.

Maka kami lebih memfokuskan penelitian ini pada efektifitas

penggunaan metode diskusi dalam mata pelajaran Fiqih ini guna memberi

stimulus dan pengalaman baru bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.

Hal ini yang mendorong dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini dengan

judul “PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN

PEMBELAJARAN FIQIH TERHADAP MATERI ZAKAT FITHRAH PADA

SISWA KELAS 5 MI. AL FATTAH 2”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat peneliti

rumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

A. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Fiqih dengan metode diskusi siswa

kelas 5 MI. Ma’arif NU Al Fattah 2 Banyuurip Ujungpangkah Gresik pada

materi zakat fithra ?

B. Bagaimana prestasi belajar Fiqih dengan metode diskusi pada peserta didik

kelas 5 MI. Ma’arif NU Al Fattah 2 Banyuurip Ujungpangkah Gresik

terhadap materi zakat fithra ?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berpijak dari rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran Fiqih kelas 5 MI. Ma’arif NU Al

Fattah 2 Banyuurip Ujungpangkah Gresik pada materi zakat fithra


b. Mengetahui prestasi belajar Fiqih dengan metode diskusi pada peserta didik

kelas 5 MI. Ma’arif NU Al Fattah 2 Banyuurip Ujungpangkah Gresik

terhadap materi zakat fithra ?

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Bersudut pandang pada penelitian, maka kami memperoleh

beberapa manfaat penelitian sebagai berikut :

a. Dengan mengetahui pelaksanaan pembelajaran Fiqih yang telah ada, kita

dapat mengevaluasi pembelajaran Fiqih agar bisa mengarahkan siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.

b. Dengan penggunaan metode diskusi pada materi zakat fithra yang dilakukan

oleh guru siswa lebih siap, tanggap, serta, kreatif dalam menerima dan

mengikuti proses pembelajaran Fiqih, sehingga keadaan kelas terlihat

sebagai suatu pembelajaran yang aktif.

c. Data dari hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan berguna bagi

peneliti, guru, terutama guru bidang studi Fiqih sebagai bahan pertimbangan

dalam pelaksanaan pembelajaran.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Metode Diskusi

Metode adalah salah satu segi dari dasar-dasar penyusunan sistem

pengajaran, sedang sistem pengajaran merupakan salah satu aspek keseluruhan

sistem pendidikan. Dengan hubungan dengan pola orientasi psikologi maka

dalam memilih metode harus berdasarkan pertimbangan perbedaan individu,

efektif tidaknya untuk mencapai tujuan pengajaran sangatlah tergantung

kepada kemampuan guru. Pemakaian metode yang tepat meningkatkan

motivasi belajar pada anak didik sedangkan penggunaan metode yang tidak

tepat merupakan penghambat yang paling besar dalam proses belajar.

Terlepas dari pada itu seluruhnya, pendekatan yang diarahkan pada

pemecahan masalah (problem solving approach) dan penemuan secara ilmiah

(inquiry approach) sebagai metode umum berguna sekali agar pengetahuan

anak didik tidak hanya terbatas pada pengetahuan atau fakta-fakta hafalan saja

melainkan meluas pada penggunaan pengetahuan itu di dalam memahami

permasalahan. Hal ini diterapkan untuk menganalisa tingkah laku anak didik.

Sekolah membantu murid dalam mengembangkan kemampuan berpikir secara

refleksif; dimana murid menghadapi situasi problematik berusaha untuk

merumuskan problem yang dihadapi, mencari kemungkinan-kemungkinan

pemecahannya, menentukan hipotesa, mencari dan mengumpulkan data serta

fakta-fakta yang diperlukan dan menguji kemungkinan pemecahan yang akan

ditempuh guna pemecahan masalah yang dihadapi serta mengadakan tindak-

tindakan lanjutan seperlunya. Murid-murid diajak berpartisipasi secara aktif

sehingga murid akan terlatih didalam berpikir kritik dan kreatif


Metode Diskusi merupakan interaksi antara siswa dan siswa atau siswa

dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau

memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.

Adapun metode diskusi itu sendiri menurut beberapa pendapat

memiliki arti sebagai berikut :

a. Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara penyajian pelajaran,

dimana siswa-siwi dihadapkan kepada suatu permasalahan yang bisa

berupa penyataan atau pertanyaan yang bersifat proplematis untuk di bahas

dan dipecahkan bersama.

b. Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih

anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.

c. Suatu kegiatan dalam melakukan kegiatan secara bersama-sama dan

sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau

menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode

diskusi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan melatih

siswa agar aktif dan terampil menguasai pelajaran.

Tujuan Metode Diskusi

Tujuan metode diskusi adalah untuk memotivasi (mendorong) dan

memberi stimulasi (memberi rangsangan) kepada siswa agar berpikir dengan

renungan yang dalam.

Sedangkan dalam strategi belajar mengajar, tehnik metode diskusi ini

biasanya dipergunakan untuk tujuan agar siswa :

a. Mendorong siswa berpikir kritis

b. Mendoring siswa mengapresiasikan pendapatnya secara bebas.

c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk

memecahkan masalah bersama


d. Mengambil satu alternatife jawaban atau beberapa alternatif jawaban

untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan Metode Diskusi

Kelebihan metode Diskusi adalah :

a. Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan prakarsa, dan

terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah

b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain

c. Memperluas wawasan

d. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan

suatu masalah.

Kekurangan Metode Diskusi

Kekurangan metode Diskusi (adalah :

a. Pembicaraannya terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu

yang panjang.

b. Tidak dapat dipakai pada kelompok besar.

c. Peserta mendapat informasi yang terbatas.

d. Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin

menonjolkan diri.

B. Pengertian Efektifitas

Untuk mempermudah pemahaman tentang efektifitas terlebih dahulu

penulis paparkan tentang pengertian efektifitas, yaitu ;

Keadaan yang menunjukkan sejauh mana yang akan

direncanakan/diinginkan dapat terlaksana atau tercapai. semakin banyak rencana

yang dapat dilaksanakan, semakin efektif suatu kegiatan tersebut

Efektifitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa yang

direncanakan atau dapat diinginkan dapat terlaksana atau tercapai. Bila ada 10
jenis kegiatan yang kita rencanakan, dan tercapai hanaya 4 kegiatan yang dapat

dilaksanakan, maka efektifitas kegiatan kita masih belum memadai. Demikian

pula bila ada 10 tujuan yang kita inginkan dan ternyata 5 yang tercapai, maka

usaha untuk mencapai tujuan tersebut masih dipandang kurang efektif.

Di dalam bidang pendidikan, efektifitas ini dapat kita tinjau dari dua segi

yaitu, efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar murid.

a. Efektifitas Mengajar Guru

Efektifitas mengajar guru terutama mencakup sejauh mana jenis-

jenis kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan

dengan baik. Dalam rangka pengembangan kurikulum, usaha untuk

mengembangkan efektifitas mengajar guru perlu diperhatikan, misalnya

melalui penataran.

b. Efektifitas Belajar Murid

Efektifitas belajar murid terutama menyangkut sejauh mana tujua-

tujuan pelajaran yang diinginkan telah dapat dicapai melalui kegiatan

belajar mengajar yang ditempuh.

Dalam rangka pengembangan kurikulum, usaha untuk

meningkatkan efektifitas kegiatan belajar murid dilakukan dengan memilih

jenis-jenis metode (cara) dan alat yang dipandang paling ampuh di dalam

mencapai tujuan yang diinginkan.

Perubahan yang timbul karena proses pembelajaran bersifat efektif,

yakni berhasil guna. Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh,

makna dan manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu dapat diharapkan

memberi manfaat yang luas misalnya ketika menempuh ujian dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari.

Selain itu, perubahan yang efektif biasanya bersifat dinamis dan

mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif lainnya, sebagai contoh,


jika seorang siswa belajar menulis, maka disamping akan mampu

merangkaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan, ia juga akan

memperoleh kecakapan lainnya seperti membuat catatan, mengarang surat,

dan bahkan menyusun karya sastra atau karya ilmiyah.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Penggunaan Metode

Dalam Sebuah Pembelajaran

Efektifitas penggunaan metode dalam sebuah pembelajaran pada

siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dirinya

(internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Efektifitas penggunaan

metode dalam sebuah pembelajaran pada hakikatnya merupakan hasil

interaksi antara berbagai faktor. Oleh karena itu, penggunaan metode oleh

seorang guru terhadap siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu

siswa mencapai tujuan belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan

kemampuan masing-masing.

Adapun faktor-faktor yang dimaksud antara lain :

a. Faktor yang berasal dari diri sendiri

1) Faktor jasmaniah, baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indera yang tidak

berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat

tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna

2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh, terdiri atas :

3) Faktor intelektif, yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan

dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki

4) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian

diri
5) Faktor kematangan fisik maupun psikis

b. Faktor yang berasal dari luar diri

Faktor sosial yang terdiri atas :

1) Lingkungan keluarga

2) Lingkungan sekolah

3) Lingkungan masyarakat

4) Lingkungan kelompok

Dengan demikian kedua faktor tersebut berinteraksi baik secara

langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keefektifitasan

penggunaan metode dalam sebuah pembelajaran.

C. Pengertian Pembelajaran

Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari Ïntruction” yang banyak

dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak

dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-wholistik, yang menempatkan siswa

sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa

mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, sehingga semua itu

mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar

mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator

dalam mengajar.

Oleh karena itu, mengajat atau “Teaching” merupakan bagian dari

pembelajaran, dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana

merancang berbagai sumber dab fasilitas yang tersedia untuk digunakan siswa

dalam mempelajari sesuatau.

Dalam istilah “pembelajaran” yang lebih dipengaruhi oleh

poerkembangan hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk

kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang


peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar menagajar siswa

dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan

pelajaran. Mengajar (pengajaran) menempatkan guru sebagai (pemeran utama)

memberikan informasi, maka guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator,

memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa. Dapat diambil

kesimpulan pembelajaran merupakan proses komunikatif-Interaktif antara

sumber belajar, guru dan siswa yaitu saling bertukar informasi .

Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengjar adalah

membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasailan proses

pembelajaran tidak diukur sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar.

Dengan demikina guru tidak lagi berperan hanya sebagai sumber belajar, akan

tetapi berperan sebagai orang yang membimbing nam memfasilitasi agar siswa

mau dan mampu belajar.

Prinsip-prinsip Pembelajaran

Sesuai dengan makna pembelajaran diatas, ada sejumlah prinsip yang

harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran yang berpusat

pada potensi, perkembangan, sertakebutuhan peserta didik dan lingkungannya.

a. Beragam dan terpadu.

b. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

c. Relevan.

d. Menyeluruh dan berkesinambungan.

e. Seimbang antara kepentingan global, nasionaldan local.

D. Fiqih

Pendidikan Agama Islam di MI. Ma’arif NU Al Fattah 2 Banyuurip

terdiri atas lima mata pelajaran, yaitu; Qur’an hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih,

Bahasa Arab dan Sejarah Kebudayaan Islam. Masing-masing mata pelajaran

tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi.


Pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah Al Fattah 2 berfungsi

sebagai tuntunan agama dan merupakan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu pengajaran Fiqih selalu berkait dan saling menunjang dengan

pelajaran Agama Islam lainnya. Diharapkan, siswa dapat mempelajari tentang

mengamalkan tatacara pelaksanaan ibadah dan muamalah dengan baik dan

benar. Hal ini akan membantu pemahaman siswa terhadap dua sumber utama

islam, yaitu Al Qurán dan Hadits.

Secara subtansial mata pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam

memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan

menerapkan hukum islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan

keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah

SWT. dengan diri manusia itu sendiri, dengan makhluk lainnya ataupun

lingkungannya.

Begitu halnya dengan materi pelajaran fiqih tentang zakat fitra, yang

mana materi zakat fitra ini juga sama pentingnya dengan materi yang lain

bahkan zakat fitra ini termasuk kedalam ibadah wajib bagi orang islam. Maka

kiranya dengan penerapan metode diskusi ini akan dapat memberikan

pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik tentang zakat fitra agar

lebih diingat dan mengenah dihati dan pikiran peserta didik.


BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak Yang Membantu

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik MI. Al Fattah 2 Banyuurip

Ujungpangkah Gresik. Tahun Pelajaran 2022 – 2023 dengan jumlah peseta

didik 26 yang terdiri dari laki – laki….dan perempuan…

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di MI. Al Fattah 2 Banyuurip Ujungpangkah

Gresik. MI. Al Fattah 2 terletak di Jalan Pendidikan No. 23 Dusun

Banyulegi RT 001/ RW 004 Desa Banyuurip Kecamatan Ujungpangkah

Kabupaten Gresik, dengan dibatasi jalur sebelah Utara adalah Area

persawahan, sebelah barat dibatasi Dusun Mulyosari, sebelah selatan

dibatasi Dusun Gowaru dan sebelah Timur dibatasi Dusun Kaklak.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dibulan nopember 2022

3. Pihak Yang Membantu

Penelitian ini membutuhkan banyak sekali dukungan dari berbagai

kalangan, termasuk guru, peserta didik juga sarana dan prasarana sekolahan.

Tentunya tanpa dukungan tersebut penelitian ini akan sulit terealisasikan

dan jika mungkin hasilnya tidak akan maksimal.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Penelitian yang dilakukan ialah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).


Penelitian ini diharapkan agar siswa dan guru dapat menyesuaikan dengan
metode pembelajaran yang diterapkan. Sehingga hasil penelitian tindakan kelas
dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar selanjutnya. Penelitian
tindakan kelas dilaksanakan dalam beberapa siklus dan tiap siklus dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan.

1. Perencanaan Perbaikan Pembelajaran

Dalam tahap persiapan tindakan ini, tahapan - tahapan yang dilakukan


sebagai berikut:

a. Menyusun Silabus
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP).
c. Mempersiapkan lembar asesmen aktivitas guru dan siswa.
d. Guru meminta teman sejawat atau guru senior sebagai observer.
e. Mempersiapkan buku pelajaran

2. Pelaksanaan Perbaikan Pembejalaran

Langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan metode diskusi yaitu:


a. Kegiatan awal
1) Salam dan do’a
2) Memberi motivasi belajar siswa
3) Guru memberikan apersepsi pada siswa
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan inti
1) Guru mengajak siswa untuk membaca bersama tentang materi zakat
fitra

2) Guru bersama siswa melakukan tanya jawab tentang materi zakat fitra
3) Dengan bimbingan guru ,siswa secara berkelompok
mencari/menemukan pengertian dan ketentuan zakat fitra
4) Siswa aktif berdiskusi tentang pengertian dan ketentuan zakat fitra
5) Siswa menyampaikan kembali materi yang diperoleh dari hasil diskusi
didepan kelas
c. Kegiatan akhir
1) Mengevaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran
2) Guru melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari
3) Guru menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya
4) Do’a dan salam
3. Pengamatan / Observasi

Observasi dilakukan untuk memantau proses pembelajaran yang


dilaksanakan guru dan siswa dengan penerapan metode diskusi. Observasi ini
dilakukan oleh guru senior yang bertugas sebagai pengamat dan supervisor
pembelajaran. Pada tahap observasi guru senior diberikan lembar observasi
dan mengisi jawaban sesuai dengan pertanyaan dan kenyataan yang terjadi
dalam proses pembelajaran.

4. Refleksi

Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran, guru dan observer


melakukan diskusi dan sharing guna menganalisa hasil dari proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan, sehingga diketahui keberhasilan dan
kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil dari analisa tersebut
dijadikan sebagai landasan untuk perbaikan pada siklus berikutnya, sehingga
antara silkus pertama dan siklus berikutnya ada keterkaitan dan diharapkan
kelemahan pada siklus pertama bisa diminimalisir pada siklus selanjutnya.

C. Tehnik Analisis Data

Untuk mengetahui kefektifan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran diperlukan suatu data. Pada penelitian ini menggunakan teknik

analisis diskriptif kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan fakta yang diperoleh

dengan tujuan untuk mengetahui prestasi pelajaran yang dicapai oleh siswa,

juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara

aktifitas siswa selama proses pembelajaran, untuk menganalisis tingkat

keberhasilan atau presentasi keberhasilan siswa setelah proses pembelajaran

setiap putaran dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal-soal tes

tulis pada setiap akhir pekan.

Adapun perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran Bahasa

Indonesia setelah diterapkannya metode diskusi untuk meningkatkan

keterampilan siswa lebih siap dan tanggap, antara lain :


a. Adanya peningkatan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran Bahasa

Indonesia setelah diterapkannya metode tersebut.

b. Adanya peningkatan pemahaman guru terhadap hakikat pembelajaran

Bahasa Indonesia.

c. Adanya peningkatan proses pembelajaran dari suasana membosankan

menjadi menyenangkan setelah diterapkannya metode tersebut.

Analisa ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu :

a. Untuk menilai tes ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga

diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan :

X
X =
N

Dengan X = Nilai rata-rata

X = Jumlah semua nilai siswa

N = Jumlah siswa

b. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994) yaitu seorang siswa telah tuntas belajar

bila telah mencapai skor 63 % atau nilai 63, dan kelas disebut tuntas belajar

bila kelas tersebut terdapat 85 % yang telah mencapai daya serap lebih dari

atau sama dengan 63 %. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar

digunakan rumus sebagai berikut :

∑ Siswa yanguntasaabel
siswayangt tuntas belajar
ajar
P=  100%
∑Siswa
siswa

Anda mungkin juga menyukai