Anda di halaman 1dari 22

UJIAN AKHIR SEMESTER PENDIDIKAN ISLAM

PENGENALAN MAZHAB FIQIH DALAM PEMBELAJARAN


PAI DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Disusun Oleh:

Dwi Wulan Sari


NIM. 2111540065

Dosen Pengampu: Dr.


Nurhidayat, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM S2 PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO


BENGKULU

TAHUN 2022

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah


SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul pengenalan
mazhab fiqih dalam pembelajaran pai di tengah masyarakat multikultural

Makalah ini merupakan hasil pencarian yang disusun guna memenuhi


tugas mata kuliah Pendidikan Islam Multikultural. Salah satu tujuan penyusunan
makalah ini untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa, terutama mahasiswa
Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu dalam melatih penulisan
makalah yang baik dan benar.

Dengan segala kerendahan hati kami mengakui bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, karena pengetahuan, kemampuan dan pengalaman kami yang
masih sangat terbatas. Oleh karena itu, ada saran dan kritik dari semua pihak akan
kami terima dengan tangan terbuka untuk perbaikan makalah ini dimasa
mendatang. Walaupun demikian, kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bengkulu, Juli 2022

Penulis

ii
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu sistem totalitas dalam sebuah interaksi yang


didasari oleh seperangkat unsur-unsur yang penting dari pendidikan yang saling
bekerja dan melengkapi satu sama yang lain, guna mencapainya tujuan yang
dicita-citakan.1 Dalam Pendidikan Islam khususnya di zaman modern digital ini
pendidikan bertujuan untuk membentuk generasi penerus umat Islam yang
berilmu dan mempunyai keterampilan agar dapat meneruskan kehidupan lebih
baik, aman, sejahtera dan harmoni. Dalam Islam, sosok guru lebih strategis lagi
karena di samping mengemban misi keilmuan, guru juga mengemban tugas suci
sehingga tidak mudah mengemban amanah sebagai seorang guru agama.2 Dalam
proses pembelajaran terdapat tiga aspek penting yang perlu diperhatikan yakni
materi yang disampaikan, proses penyampaian materi dan hasil dari
berlangsungnya pembelajaran materi.

Pada kenyataannya, kerapkali guru menyibukkan diri dalam materi apa


yang dihasilkan dari cara belajar-mengajar sehingga menomorduakan upaya
bagaimana memperbaiki dan mendesain proses pembelajaran yang baik.
Membahas mengenai proses pembelajaran khusunya pada pelajaran fiqh, proses
membelajaran cederung besifat konvensional dimana proses belajar mengajar
akan yang dilakukan pendidik setelah menyampaikan materi kemudian
menggunakan metode penghafalan sehingga yang berkerja hanya otak kiri, hal
inilah yang membuat pelajaran fiqh terlihat kaku dan membosankan. Kondisi
yang tidak kondusif ini sangatlah menyulitkan untuk meningkatkan daya minat
pembelajaran materi fiqh di kelas hal ini mendapatkan belajar yang kurang
1
Rahmat Hidayat, S Ag, and M Pd, Dr. Rahmat Hidayat, MA Dr. Abdillah, S.Ag, M.Pd.
2
Muchlas Samani and Suryati Sidharto, ‘GURU DALAM PERSPEKTIF ISLAM Mohammad Kosim’,
2005.

ii
4

optimal. Karena itu, dibutuhkan metode yang sesuai dengan usia siswa dalam
pengimplementasiannya. Metode merupakan sebuah cara yang diimplementasikan
guna memperbarui kegiatan atau suatu hal menjadi lebih baik lagi. Khusunya
dalam proses pembelajaran fiqh, metode memiliki peran penting yakni guna
terciptanya proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif sehingga
diharapkan dapat meningkatkan minat belajar fiqh. Jadi “metode” lebih
memfokuskan pada teknik atau tahap bagaiman cara pengajaran yang baik dan
benar sesuai pengajaran untuk anak-anak sekolah tingkat menengah sehingga
diharapkan dengan menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran fiqh
dapat mencapai output yang optimal.

Pembelajaran fiqh merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang


membahas mengenai pokok-pokok hukum dalam agama Islam. Pengetahuan dan
pemahaman terhadap ilmu fiqh oleh siswa diharapkan dapat menjadi pedoman
dalam kehidupan sehari-hari. Dari pemahaman tersebut siswa juga didorong untuk
menumbuhkan ketaatan dalam menjalankan kewajiban serta bertanggung jawab
dalam kehidupan sosialnya. Pada zaman milenial seperti saat ini, banyak terjadi
permasalahan dalam pembelajaran fiqh. Setiap waktu silih berganti, problematika
datang menghadang dengan bergantinya waktu dan memerlukan solusi guna
memecahkan setiap permasalahan yang terjadi. Hampir seluruh komponen dalam
penyelenggaraan pembelajaran khususnya pada pembelajaran fiqh yang memiliki
problem tersendiri, baik dari sektor guru, peserta didik, sarana dan prasarana, dan
sebagainya. Karena itu, permasalahan akan selalu ada, tetapi bukan berarti
permasalahan itu tidak bisa diatasi. Berbicara mengenai pembelajaran fiqh berarti
kita sudah siap untuk menerima perbedaan, karena seperti yang kita ketahui
sendiri, fiqh didefenisikan sebagai sebuah pemahaman dan setiap orang ataupun
golongan tertentu pasti memiliki pemahaman berbeda-beda. Untuk mengukur
kebenaran dari pemahaman-pemahaman tadi, kita sesuaikan dengan ayat atau dalil
yang menjelaskan tentang hal itu. Sebab hal ini bagian dari agama, sehingga tidak
boleh mengikuti hawa nafsu dalam menerima pemahamanpemahaman yang ada.

ii
5

Pembelajaran fiqh dalam Islam ini mencakup dalam seluruh perbuatan dan
aktivitas manusia. Pembelajaran fiqh juga membahas kemaslahatan dan
mencegah agar tidak terjadinya kerusakan atau kegaduhan terhadap umat manusia
sehingga fiqh sangat memperhatikan hal ini dan mengatur dalam kebutuhan umat
manusia dengan hukum-hukumnya. Fiqh pada dasarnya menurut bahasa memiliki
arti yaitu paham, sedangkan menurut istilah memiliki arti yaitu pemahaman atau
pengetahuan mengenai seputar hukum-hukum syariat yang memiliki hubungan
satu sama lain dengan suatu perkataan mukallaf atau suatu perbuatan, yang
didasari atau bersumber dari dalil-dalil yang memiliki sifat terperinci yaitu nash-
nash al-Qur’an dan al-Sunnah yang menjadi bercabang berupa ijtihad dan ijma.
Fiqh bersumber dan berdasarkan dari al-Quran kitab suci yang diturunkan
terhadap Nabi Muhammad SAW dengan memiliki tujuan untuk menyelamatkan
umat manusia dari masa kegelapan. Al-Qur’an merupakan sumber yang paling
pertama untuk hukum-hukum fiqih ini

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, beberapa masalah

diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi fiqih beserta mazhab yang

diajarkan oleh guru.

2. Guru seringkali kurang memperhatikan desain model pembelajaran yang

baik.

3. Terlalu fokus pada materi dan hasil pembelajaran konseptual.

4. Kurangnya pengenalan mazhab guna menambah khazanah keilmuan

5. Tidak memperhatikan konsep kekinian tentang multikulturalisme dalam

berbagai aspek pendidikan agama

ii
6

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna dan

mendalam, maka variabel permasalahan penelitian perlu dibatasi. Oleh karena

itu, permasalahan dibatasi sebagai berikut :

1. Pengenalan mazhab yang dimaksud oleh penelitian ini adalah empat

mazhab imam besar yakni : imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Maliki dan

Imam Hambali.3

2. Mayarakat multikultural yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

warga sekolah khususnya siswa yang mengikuti pembelajaran Fiqih.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas maka rumusan masalahnya adalah

apakah terdapat pengaruh pengenalan mazhab fiqih dalam pembelajran

pendidikan agama Islam ditengah masyarakat multikultural?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengenalan mazhab

fiqih dalam pembelajaran pendidikan agama Islam ditengah masyarakat

multikultural.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a) Dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pengaruh

pengenalan mazhab fiqih dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam ditengah masyarakat multikultural.

3
Opik Taupik, ‘FIQIH 4 MADZHAB Kajian Fiqih – Ushul Fiqh’.

ii
7

b) Untuk menambah khazanah keilmuan dan wawasan bagi peneliti pada

khususnya dan pembaca pada umumnya.

2. Manfaat praktis

a) Untuk menambah wawasan mengenai pengaruh pengenalan mazhab

fiqih dalam pembelajaran pendidikan agama Islam ditengah

masyarakat multikultural.

b) Sebagai bahan masukan bagi guru agar lebih nambah variasi

pembelajaran.

c) Sebagai bahan masukan bagi orang tua, guru, mahasiswa, dan yang

berkecimpung dalam dunia pendidikan mengenai pentingnya

pengenalan mazhab fiqih dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam ditengah masyarakat multikultural.

ii
8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Mazhab fiqih

a. Mazhab Syafi’i

Imam Syafi’I adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga

pendiri mazhab Syafi'i. Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari

Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari

al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek

Muhammad. Saat usia 13 tahun, Imam Syafi'i dikirim ibunya untuk

pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu, Imam

Malik. Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada

murid-murid Imam Hanafi di sana. Imam Syafi`i mempunyai dua dasar

berbeda untuk Mazhab Syafi'i. Yang pertama namanya Qaulun Qadim

dan Qaulun Jadid.

Berikut beberapa kekhasan dalam mazhab syafi’i pada BAB

thaharah:

1) Air mani tidak najis

2) Sucinya kulit bangkai dengan disamak kecuali bangkai anjing

dan babi

3) Babi termasuk najis mughalladzah yang harus dibasuh 7 kali

dan salah satu basuhan dicampur dengan tanah.

ii
9

4) Mengusap sebagian kepala dalam wudhu.

5) Tayammum hingga siku tangan.

6) Sentuhan kulit antar lawan jenis.4

b. Mazhab Hanafi

Imam Hanafi lahir di Kufah, Irak, pada tahun 699 dengan nama

lengkap Abu Hanifah bin Nu'man bin Tsabit Al-Taimi Al-Kufi. Ia lahir

di keluarga yang telah memeluk Islam, dan sejak kecil kerap

mendampingi sang ayah berdagang kain sutra. Oleh karena itu, ia

kerap melakukan perjalanan ke berbagai wilayah dan pernah belajar di

Mekah serta Madinah di masa mudanya.

Imam Hanafi dikenal sebagai anak yang cerdas. Bukti

kecerdasannya dapat dilihat ketika ia mampu menghafal Alquran serta

ribuan hadis. Ia kemudian tumbuh mengikuti jejak sang ayah, menjadi

pedagang. Di samping itu, ia juga terus memperdalam ilmu agamanya.

Dalam perjalanannya, Imam Hanafi memilih untuk fokus pada bidang

fikih dan terus memperdalam ilmunya dengan berguru kepada salah

satu syaikh ternama di Kufah, yaitu Syaikh Hammad bin ABu

Sulaiman.

c. Mazhab maliki

Malik bin Anas lahir di Madinah pada 93 H atau 711 M dengan

nama lengkap Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin ‘Amr bin al-

Harrits. Ia adalah putra dari Anas bin Malik dan Aaliyah binti Shurayk

4
Muhammad Ajib, ‘Halaman 1 Dari 51 Muka | Daftar Isi’, Perpustakaan Nasional, 2018,
1–51 <http://eprints.radenfatah.ac.id/2484/1/mengenal lbh dekat mazhab syafi%27i.pdf>.

ii
10

al-Azdiyya. Keluarganya berasal dari suku al-Asbahi Yaman, tetapi

kakek buyutnya memindahkan mereka ke Madinah setelah Islam

masuk pada 623 M. Selama tinggal di Madinah, Malik menghabiskan

waktunya untuk menghafal Alquran. Ia belajar bacaan dari gurunya

yang bernama Abu Suhail Nafi bin Abd ar-Rahman. Selain itu, ia juga

belajar di bawah bimbingan berbagai ulama terkenal, termasuk Hisham

bin Urwah dan Ibn Shihab al-Zuhri. Selama menjalani bimbingan,

Malik dikenal sebagai anak yang sangat cerdas. Ia pernah dibacakan 31

hadis Rasulullah dan mampu mengulanginya dengan baik, tanpa

kesalahan.

d. Mazhab hambali

Nama lengkap Imam Hambali adalah Ahmad bin Muhammad bin

Hambal bin Hilal bin Asad bin Idris. Ia lahir pada tahun 780 di

Turkmenia. Imam Hambali merupakan putra dari seorang perwira

tentara Abbasiyah. Ketika baru berusia 15 tahun, ia sudah menguasai

Alquran dan hafal setiap surat di dalamnya.5

Imam Hambali mulai mempelajari ilmu hadis di usia remaja.

Untuk mendalami hadis lebih lanjut, ia pergi merantau ke Suriah,

Hijaz, Yaman, dan negara-negara Arab lainnya. Usai mendalami ilmu

hadis, Imam Hambali belajar di Baghdad. Ia kemudian belajar ilmu

fikih di bawah bimbingan Abu Yusuf, hakim agung di era Abbasiyah.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia mulai melakukan perjalanan

ke Irak, Suriah, dan Arab, guna mengumpulkan hadis-hadis Nabi


5
tariq suwaidan, ‘No Title’, 1996, 16–36.

ii
11

Muhammad. Kala itu, total hadis yang berhasil dihafal telah berjumlah

ratusan. Dengan keahlian ini, Imam Hambali pun dikenal sebagai ahli

hadis terkemuka. Setelah banyak menghabiskan waktu untuk belajar

dan melakukan perjalanan, ia kembali ke Baghdad untuk melanjutkan

belajar bersama gurunya, Imam Syafi'i.

2. Problematika pembelajaran fiqih

Dalam pembelajran fiqih kerapkali guru menemui berbagai permasalahan

dalam mazhab yang bersumber dari :

a. Fanatisme Golongan

Kata fanatisme berasal dari bahasa Inggris yaitu fanaticsm, yang

memiliki arti seseorang yang sangat meyakini atau merujuk akan suatu

pendapat atau perspektif baik darinya maupun dari golongannya serta

satu-satunya yang mempunyai nilai kebenaran. Sedangkan perspektif

atau pendapat yang lain ditolak mentah-mentah dianggap salah.

Fanatisme bisa terjadi di dalam hal apapun, tidak hanya di dalam

perkara agama namun disemua hal dapat terjadi. Dalam hal keyakinan

mengenai tentang ideologis juga terdapat kefantasimean, ada beberapa

ideology yang bisa dibilang mempunyai kefanatismean yaitu: fasisme,

kapitalisme, komunisme, liberalism, sekularisme dan lain-lain. Di

dalam pendidikan Islam selama ini dapat dikatakan juga beberapa

orang atau golongan memiliki sifat fanatisme ini. Ini menjadi

problematika yang klasik namun masih ada sampai saat ini. Merujuk

pada satu pendapat akan kebenaran tanpa ditelaah kebenaranya, dan m

ii
12

enolak mentah-mentah dari pendapat atau pandangan lain. Menyakini

seyakin yakinya akan kebenaran pendapat suatu perkara. Fanatisme di

dalam beragama dapat dipandang positif dan negatif, namun saat ini

sudah merujuk ke arah negatif.

b. Diskrimanasi

Diskriminasi memiliki arti yaitu suatu kejadian yang biasanya

terjadi di dalam lingkungan masyarakat, ini terjadi dikarenakan

manusia tersebut melakuakn hal yaitu membeda-beda orang lain.

Diskriminasi ini dapat terjadi terhadap perorangan maupun terhadap

suatu kelompok. Di dalam agama terutama dalam fiqih juga terdapat

problematika ini. Diskriminasi ini terjadi dari fanatisme, lalu terjadi lah

diskriminasi. Dari akan suatu keyakinan suatu kelompok, sehingga

menimbulkan merendahkan kelompok lain. Mengklaim bahwa

kelompoknya yang paling benar dan yang lain salah. Saat ini

problematika seperti ini sudah terjadi. Banyak sekali suatu perkara dan

membahas suatu kaedah fiqih untuk menyelesaikan perkara tersebut

namun yang terjadi adalah diskriminasi terhadap orang lain atau

kelompok dengan membenarkan pendapat atau perspektif sendiri

dengan kebenaran yang mutlak.

B. Kerangka Berfikir dan Pengajuan Hipotesis

1. Kerangka Berfikir

Pengenalan mazhab
fiqih
ii
13

Pembelajran pendidikan Perspektif masyarakat


agama multikultural

Dari bagan diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan timbal

balik antara pengenalan mazhab fiqih dalam pembelajran pendidikan

agama terhadap masyarakat multikultural.

2. Hipotesis

Berdasarkan pengembangan teori, hipotesis yang penulis ajukan yaitu:

Terdapat pengaruh pengenalan mazhab fiqih dalam pembelajran

pendidikan agama Islam ditengah masyarakat multikultural.

ii
14

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan

pendekatan true experimental (percobaan yang benar-benar). Pada desain ini

peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang dapat mempengaruhi

jalannya eksperimen sehingga validitas dari pelaksanaan rancangan akan

menjadi tinggi.6 Ciri utama true experimental adalah kelompok sampel dan

kontrol diambil secara random. Kelompok pertama diberi perlakuan khusus

yakni diterapkannya metode team games tournament yang kemudian disebut

sebagai kelas eksperimen, dan kelompok kedua tidak diberi perlakuan khusus

dan kemudian disebut kelas kontrol.7 Pengaruh treatmen inilah yang kemudian

akan dianalisis dengan menghitung daya beda melalui t-test dikarenakan

penulis ingin mengetahui ada tidaknya pengaruh pengenalan mazhab fiqih

dalam pembelajaran PAI ditengah masyarakat multikultural.

B. Tempat dan waktu penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di MTsN sekota Bengkulu yang kemudian

diwakili oleh MTsN 1 dan MTsN 2 yang beralamat di Kota Bengkulu pada

pembelajaran pendidikan agama Islam yang di dalamnya terdapat peserta

didik, pendidik dan tenaga kependidikan, dan sarana dan prasarana sebagai

6
Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media) h.
51
7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : PT Alfabeta,
2015) h.77

ii
15

bagian integral. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 4 Juni 2022 sampai

dengan 4 juli 2022.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarai dan kemudian ditarik

kesimpulan.8

Populasi juga disebut kelompok yang lebih besar jumlahnya dan

biasanya dipakai untuk menggeneralisasikan hasil penelitian. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah dasar negeri sekota

Bengkulu yang mempelajari tentang thaharah yakni siswa kelas VIII.

B. Sampel

Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti

atau jumlah dari karakteristik dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random

sampling. Pengamblan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata karena anggota populasi dianggap homogen.

Menurut Suharsimi Arikuonto, jika populasi lebih dari 100 orang, maka

sampel yang mewakili dapat diambil sebanyak 10%, 15%, 20%, dan 25%.

Karena populasi yang ada sejumlah 1260 orang maka sampel yang dapat

8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. (Bandung: PT Alfabeta, 2011),
h.117

ii
16

diambil adalah 15% dari 1260 orang yakni sebanyak 189 orang yang

terdiri dari 2 sekolah yang berbeda yang berada dalam wilayah kota.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan

manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Kita dapat memperoleh

gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh

dengan metode lain. Observasi berfungsi sebagai eksplorasi. Dari hasil ini

kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya dan

mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkannya. Pengamatan

yang dilakukan di kelas, bersama guru PAI , siswa dan peneliti.

2. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lisan yang

terdiri dari 20 soal.

Rumus skala tes

B
x 100 (skala 0-100)
n

1) Pretest

Dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran. Tes ini

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana materi yang akan

diajarkan telah dikuasai oleh peserta didik.9 Sementara itu,

materi tes awal biasanya berisi bahan-bahan penting yang

9
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan ( Jakarta : RajaGrapindo Persada, 2015),
h69

ii
17

seharusnya sudah dikuasai atau diketahui oleh peserta didik

sebelum pelajaran diberikan.

2) Posttest

Dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung

untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima

pelajaran yang telah diberikan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya seseorang.

Dalam hal ini penulis mengumpulkan hal-hal yang mendukung

penelitian, baik berupa deskripsi subjek penelitian, dokumen tentang

siswa kelas IV, dokumen keadaan siswa, keadaan guru, dan keadaan

sarana prasarana yang mendukung proses pembelajaran.

E. Instrumen Pengumpulan Data

1. Uji coba Instrumen

a. Uji Validitas

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen

yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Validitas

ini menyangkut akurasi instrumen. Untuk mengetahui apakah soal tes

yang disusun tersebut valid, perlu diuji dengan korelasi antara nilai

tiap-tiap soal tes dengan seluruh skor nilai tes tersebut.

ii
18

Kemudian untuk mencari validitas soal tes tersebut , maka

dianalisis dengan menggunakan rumus produk moment sebagai

berikut:

rxy = N ∑ XY −¿¿

Keterangan :

N : Jumlah siswa

XY : hasil perkalian skor X dan Y

X : Skor dari item soal yang diujikan

Y : Jumlah skor yang benar dari soal tes

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas menjukkan

kemantapan atau konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat pengukuran

dikatakan mantap atau konsisten jika digunakan untuk mengukur

berulang kali alat pengukur itu menunjukkan hasil yang sama, dan

dalam kondisi yang sama.

Uji reabilitas dilakukan dengan internel consistency dengan teknik

belah dua (spilt haly) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brwon.

Untuk keperluan itu maka butir-butir instrument dibelah menjadi dua

kelompok yaitu kelompok ganjil dan genap.

Setelah item dibagi menjadi dua kelompok yaitu item ganjil (X)

dan kelompok item genap (Y) kemudian dilakukan uji reabilitas soal tes.

Untuk mencari reabilitas instrument, terlebih dahulu kita mencari

ii
19

koefisien relasi antara item kelompok ganjil (X) dengan item kelompok

genap (Y) yaitu dengan menggunakan rumus product moment sebagai

berikut :

N ∑ XY -( ∑ X) ( ∑ Y)
rxy =
√ \{N ∑ X2 - ( ∑ X)2 } \{N ∑ Y2 -( ∑ Y)2
Lalu dilanjutkan dengan mencari reliabilitas soal tes secara

keseluruhan dengan menggunakan rumus Spearman Brown.

2. Teknik Analisis Data

1) Analisis Uji Prasyarat

Analisis uji persyaratan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal

kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang

sama atau tidak, sebelum mendapatkan perlakuan yang berbeda. Yaitu

metode Practice Rehearsal Pairs sebagai variabel eksperimen.

Perinciannya sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data

yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak, sehingga langkah

selanjutnya tidak menyimpang dari kebenaran dan dapat

dipertanggung jawabkan. Pengujiannya menggunakan rumus Chi

Kuadrat. Chi Kuadrat adalah salah satu uji statistika yang serba guna.

Rumus yang dipakai:


2
( f0 - fh )
x2 = ∑
fh

Keterangan:

ii
20

X2= Harga Chi-Kuadrat.

fo = Frekuensi hasil pengamatan.

fh = Frekuensi yang diharapkan.

Hipotesis diterima atau ditolak dengan membandingkan x2 hitung dengan

nilai kritis x2 tabel pada taraf signifikan 5% dengan kriteria Ho ditolak

jika x2 hitung > x2 tabel dan Ho diterima jika x2 hitung < x2 tabel.

b. Uji Homogenitas

Setelah diketahui data hasil penelitian berdistribusi normal, maka

selanjutnya diadakan pengujian homogenitas. Penguji homogenitas

berfungsi untuk mengetahui kedua kelompok populasi bersifat

heterogen atau homogen. Yang dimaksud uji homogenitas adalah

pengujian sama tidaknya variasi-variasi dua buah distribusi atau lebih.

Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji fisher

dengan rumus sebagai berikut :

varian terbesar
F hitung =
varian terkecil

Jika F hitung ≥ F table maka tidak homogen

Jika F hitung ≤ F table maka homogen

3. Analisis Uji Hipotesis

Teknik analisis data disini menggunakan rumus t-test Separated

Varians, sebagai berikut:

x1 - x2


t = s 21 s22
+
n1 n 2

ii
21

Keterangan:

r = nilai korelasi X1 dengan X2

t = nilai t hitung

x1 = Rata-rata data kelas eksperimen (post test)

x2 = Rata-rata data kelas kontrol (pre test)

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = jumlah siswa kelas kontrol

s21 = varian kelas eksperimen

2
s2 =varian kelas kontrol10

Daftar Pustaka

Altabrany, Trianto Ibnu Badar. 2018. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif.


Progresif. Dan Kontekstual. Jakarta: Kencana.
Amin, Alfauzan. 2015. Metode dan Model Pembelajaran Agama Islam.
Bengkulu: IAIN Bengkulu press

10
Sugiyono, Metode PenelitianKuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 197.

ii
22

Anitah, Sri. 2008. Materi Pokok Strategi Pembelajaran SD. Jakarta:


Universitas Terbuka.
Aryawidani, Novan. 2012. Pendidikan Karakter dan Kepramukaan.
Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.
Azwar, Saifuddin. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Departemen Agama Republik Indonesia. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Bandung : Diponegoro.
Husamah dkk. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Penerbitan
Universitas Muhammadiyah Malang.
Jhon W, Creswell.. 2008. Research Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kunandar. 2007. Guru Profesional implementasi KTSP dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ajib, Muhammad, ‘Halaman 1 Dari 51 Muka | Daftar Isi’, Perpustakaan

Nasional, 2018, 1–51 <http://eprints.radenfatah.ac.id/2484/1/mengenal lbh

dekat mazhab syafi%27i.pdf>

Hidayat, Rahmat, S Ag, and M Pd, Dr. Rahmat Hidayat, MA Dr. Abdillah, S.Ag,

M.Pd

Samani, Muchlas, and Suryati Sidharto, ‘GURU DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Mohammad Kosim’, 2005

tariq suwaidan, ‘No Title’, 1996, 16–36

Taupik, Opik, ‘FIQIH 4 MADZHAB Kajian Fiqih – Ushul Fiqh’

ii

Anda mungkin juga menyukai