Anda di halaman 1dari 5

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAT LASEM REMBANG

UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN AJARAN 2023

NAMA MAHASISWA : Rohmah Rufaidah


NIM : 2101110107

HARI/TANGGAL : Sabtu, 24 Juni 2023


MATA KULIAH : Isu-isu strategis PAI kontemporer
SEMESTER : IV(Empat)
PROGRAM STUDI : Pendidikan Agama Islam
DOSEN PENGAMPU : Cholifah, M.Pd

Petunjuk pengerjaan:
a. Jawaban bersifat open book/gadget
b. Diketik rapi dalam Ms. Word dengan font text Times New Roman
c. Sertakan referensi dari jurnal yang bisa dicari di google scholar
d. Hindari plagiasi/ kesamaan dengan sesama teman
e. Jawaban dikumpulkan ke alamat email : cholifah.staila@gmail.com
f. Tugas dikirim paling lambat pada tanggal 1 Juli 2023

Soal:
1. Dalam perspektif pendidikan agama Islam, liberalisme dapat dilihat sebagai sebuah bentuk
kebebasan namun tanpa mengabaikan nilai-nilai dan cita-cita Pendidikan agama Islam. Mengapa
liberalisme diperlukan dalam Pendidikan Agama Islam ?
2. Apa saja problem-problem yang dihadapi Pendidikan Agama Islam di sekolah, baik di sekolah
umum maupun sekolah Islam dan bagaimana solusi untuk menghadapi problem-problem
tersebut?
3. Islamisasi sains harus mampu menunjukkan hubungan antara realitas dan aspek kewahyuan.
Masalahnya adalah untuk mengerti dan memahami prinsip-prinsip bahkan istilah-istilah dalam
wahyu itu sendiri harus memanfaatkan ilmu pengetahuan. Tanpa memanfaatkan ilmu
pengetahuan dalam memahami wahyu, umat Islam akan terus tertinggal dalam pentas sejarah
yang secara nyata ditentukan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang
selama ini terjadi. Mengapa Islamisasi sains menjadi perhatian serius di kalangan para tokoh
muslim?
4. Bagaimanakah konsep Medeka belajar yang saat ini diterapkan di Indonesia, menurut anda
apakah Langkah pemerintah sudah mampu memperbaiki Pendidikan termasuk Pendidikan Agama
Islam?
5. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki sebagai seorang Sarjana Muslim untuk dapat
mengambil peluang serta kesempatan di era tantangan zaman yang terus berubah?

Jawab
1. Pada hakikatnya nilai-nilai liberalisme dalam hal pengembangan akal tidak bertentangan dengan
ilainilai ajaran Islam itu sendiri. Sebagai manusia, memang dituntut untuk mempergunakan akal
dengan sebaikbaiknya. Menggunakan akal dengan baik tidak perlu dikhawatirkan, asalkan tidak
serta merta meninggalkan alQuran sebagai pedoman ajaran Islam. Manusia sebagai makhluk yang
bebas untuk menggunakan akal pikirnya tidak boleh dilarang. Larangan yang tak beralasan sangat
menciderai rasa kemanusiaan. Sejarah membuktikan kemajuan berbagai bidang keilmuan Islam
disebabkan umat Islam merdeka dalam memanfaatkan potensi akal namun tetap berpegang teguh
dengan sumber ajaran Islam. Guna membekali output pendidikan Islam yang “liberal” atau
berpikir bebas tersebut agar memiliki kekokohan aqidah dan akhlak sekaligus berpegang teguh
dengan sumber ajaran Islam Al-Qur’an & Hadis maka peran guru agama Islam sangat diharapkan
untuk mengembangkan sistem pembelajaran yang humanis. Sebuah sistem yang memahami
peserta didik sebagai individu. Secara individu peserta didik itu merupakan pribadi yang unik,
merdeka serta memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda dan lain sebagainya.
file:///C:/Users/User/Downloads/10-Article%20Text-1104-1-10-20190512.pdf
2. Problematika Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dalam mengimplementasikan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum nampaknya masih
muncul problematika-problematika yang menghambat keberhasilannya.
Terdapat dua Problematika yang bisa muncul yaitu internal, maupun eksternal. Masalah secara
internal misalnya tidak berkompetennya guru terhadap bidang studi yang diajarkan atau tidak
cakap dalam melakukan tindakan pembelajaran ataupun kurangnya sarana prasarana yang
presentatif. Adapun problematika eksternal, biasanya  berasal dari tidak maksimalnya dukungan
masyarakat khusunya orang tua murid, dan dapat pula disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
pemerintahan  setempat.
Upaya mengatasi permasalahan  peserta didik dalam mempelajari  Pendidikan Agama
Islam dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

*Adanya upaya dari satuan pendidikan untuk  mempersiapkan peserta didik dalam menerima
materi  pembelajaran dengan baik .persiapan iniencakup kondisi fisik atau psikis(jasmani atau
mental) individu sehingga benar-benar memungkinkan dapat berinteraksi secara maksimal
dengan pembelajaran yang dirancang
*Memberikan Motivasi bagi peserta didik yang mencakup motivasi intrinsik berupa motivasi
yang muncul  dari peserta didik sendiri ataupun motivasi ekstrintik yaitu dorongan yang dibentuk
oleh lingkungan dari luar. Motivasi bisa  dilakukan dengan cara  mengidentifikasi dan
mengembangkan minat peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. 
*Para guru diharapkan berusaha menumbuhkan dan mengembangkan minat belajar peserta didik
dalam melakukan kegiatan belajar-mengaja, dengan adanya upaya seperti ini peserta didik dapat
memperoleh kepuasan dan memperlihatkan kerja yang baik. (Muhammad Surya, 2003). Untuk
bisa  menjamin belajar secara baik dan maksimal  peserta didik wajib mempunyai  perhatian
terhadap bidang studi yang dipelajarinya.Sebaliknya, apabila  bahan ajar  tidak menarik maka
akan menimbulkan kebosanan, hal seperti ini  akan membawa pada  prestasi belajar peserta didik
akan menjadi turun. Dengan demikian pendidik harus berusaha agar bahan ajar  yang diberikan
bisa menarik perhatian, bahkan jika diperlukan dapat dengan selingan  humor agar tidak terjadi
kejenuhan pada peserta didik dalam menerima mata pelajaran
*Test kemampuan peserta didik untuk menurunkan adanya hambatan terhadap peserta didik.
Sehingga Apabila mayoritas peserta didik mempunyai  intelegensi tinggi, sehingga  bagi peserta
didik yang kemampuannya  rendah perlu dibuatkan  pelajaran tambahan atau  diusahakan dengan
cara  lain yaitu dengan menempatkan peserta didik di kelas yang memiliki kemampuan rata-rata
yang sama. https://www.kompasiana.com/wildanmiftahus3503/62bd03cfd8da792d846be602/
problem-pendidikan-agama-islam-di-sekolah-dan-solusi-mengatasinya

3. *Aspek Kelembagaan Islamisasi


Pada aspek kelembagaan adalah penyatuan dua sistem pendidikan, yakni pendidikan Islam
(agama) dan sekuler (umum). Artinya melakukan modernisasi bagi lembaga pendidikan agama
dan Islamisasi pendidikan sekuler. Adanya lembaga pendidikan modern (Barat sekuler),
dipandang sebagai kamuflase yang mengatas namakan Islam dan menjadikan Islam sebagai
simbol, untuk mengantisipasi keadaan ini maka perlunya dibangun lembaga pendidikan baru
sebagai tandingan.Sepertinya implikasi dari Islamisasi ilmu pengetahuan pada aspek
kelembagaan adalah terbentuknya lembaga independen yang mengintegrasikan pengembangan
keilmuan agama dan umum, jadi apapun nama lembaganya tersebut yang terpenting adalah
terintegrasinya secara komprehensif antara sistem umum dan agama. Meskipun dalam tatanan
sistematika keorganisasian lembaga mengadopsi barat namun secara subtansial menerapkan
sistem Islam.3 Dengan demikian aspek ini sangat membantu dalam menyatukan pendidikan baik
yang agama maupun yang umum.
* Aspek Kurikulum
Mengkaji kurikulum tidak diserahkan pada satu tim saja, namun membutuhkan ahliahli
dibidangnya, perbincangan ini harus dimulai sejak awal Islamisasi. Dalam hal ini kurikulum yang
telah dikembangkan di Barat tidak boleh diabaikan. Rumusan kurikulum dalam Islamisasi ilmu
pengetahuan dengan memasukkan segala keilmuan dalam kurikulum. Dengan demikian lembaga
pendidikan memiliki kurikulum yang actual, responsive terhadap tuntutan permasalahan
kontemporer. Artinya lembaga akan melahir kan lulusan yang visioner, berpandangan integrative,
proaktif dan tanggap terhadap masa depan serta tidak dikotomik dalam keilmuan
*Aspek Pendidik
Pada aspek ini pendidik ditempatkan pada posisi yang selayaknya, artinya kompetensi dan
professional yang mereka miliki dihargai sebagaimana mestinya. Bagi Al-Faruqi tidak selayaknya
para pendidik mengajar degan prinsip keikhlasan, pendidik diberikan honorarium sesuai dengan
keahliannya. dua segi keilmuan, yakni ilmu agama dan ilmu modern sekaligus. Terkait dengan
pengajar yang memberikan pembelajaran pada tingkat dasar dan lanjutan tidak dibenar kan
Islamologi atau misionaris, artinya harus pendidik yang benar-benar Islam dan memiliki basic
keislaman yang mantap. Di samping itu, staf pengajar yang diinginkan dalam universitas Islam
adalah staf pengajar yang saleh serta memiliki visi keislaman. Dengan demikian harus ada
rumusan yang jelas tentang kriteria calon pendidik, selain indeks prestasi (IP) sebagai parameter
kualitas intelektual, penting dilakukan wawancara menyang kut aqidah, keimanan, keaagamaan,
jiwa dan sikap terhadap jabatan, kriteria ini juga harus ditopang oleh kode etik Islam tentang
profesi pendidik.
https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/16137/1/Buku%3B%20Orientasi%20Sains%20dan
%20Islamisasi%20Ilmu%20Pengetahuan-1.pdf
4. *Apa tujuan Merdeka Belajar?Tujuan besar yang ingin dicapai oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemdikbud) adalah terciptanya budaya lembaga pendidikan yang otonom,
tidak birokratis, dan terciptanya sistem pembelajaran yang inovatif berbasis pada peminatan dan
tuntutan dunia modern.Sementara itu, tujuan utama dari Merdeka Belajar adalah dapat
menciptakan peserta didik yang memiliki jiwa merdeka, tidak lagi terkekang dengan adanya
ketentuan dan peraturan dalam pembelajaran, sehingga peserta didik dapat menemukan potensi
serta kemampuan diri dengan cara masing-masing.Kebijakan Merdeka Belajar dilaksanakan
untuk percepatan pencapaian tujuan nasional Pendidikan, yaitu meningkatnya kualitas sumber
daya manusia Indonesia yang mempunyai keunggulan dan daya saing dibandingkan dengan
negara-negara lainnya. Kualitas sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing itu
diwujudkan melalui peserta didik yang berkarakter mulia, dan memiliki penalaran tingkat tinggi
khususnya dalam literasi dan numerasi.
*Siapa saja Tokoh Nasional yang memperkenalkan Konsep Merdeka Belajar?
Tokoh nasional yang memperkenalkan Konsep Merdeka Belajar adalah Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Nadiem Makarim yang ingin menciptakan suasana belajar yang dan menyenangkan.
Merdeka Belajar menjadi salah satu program inisiatifnya agar para guru, peserta didik, serta
orang tua bisa merasakan suasana yang bahagia dalam dunia pendidikan.
Apa saja Komponen Merdeka Belajar?Adapun empat komponen atau kebijakan baru Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan merdeka belajar, yaitu (Kemendikbud, 2019) sebagai
berikut. Dilengkapi dengan tabel Kebijakan Merdeka Belajar oleh Kemendikbud RI.
*Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) digantikan oleh asesmen yang diselenggarakan
oleh sekolah, dilakukan dalam bentuk ujian tes tertulis atau bentuk penilaian lain yang lebih
komprehensif, seperti portofolio dan penugasan berupa tugas kelompok atau karya tulis, sehingga
guru dan sekolah dapat lebih merdeka dalam menilai hasil belajar.
*Ujian Nasional (UN) akan diubah menjadi asesmen kompentensi minimum dan survei karakter
yang terdiri dari aspek literasi, yaitu kemampuan bernalar tentang dan menggunakan bahasa.
Numerasi, yaitu kemampuan bernalar menggunakan matematika. Karakter, berupa pembelajar,
gotong royong, kebhinekaan, dan perundungan.Hal tersebut dilakukan pada peserta didik yang
berada di tengah jenjang sekolah, seperti kelas 4, 8, 11, sehingga dapat mendorong guru dan
sekolah untuk memperbaiki mutu pembelajaran ke jenjang selanjutnya
*Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam kebijakan Merdeka
Belajar, RPP cukup dibuat dalam satu halaman saja. Melalui penyederhanaan administrasi ini,
diharapkan guru dapat memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan dan mengevaluasi
proses pembelajaran.
*Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), sistem zonasi diperluas (tidak termasuk
Daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal). Bagi peserta didik yang melalui jalur afirmasi dan
prestasi, diberikan kesempatan yang lebih banyak dari sistem PPDB.
Strategi seperti apa yang dapat diterapkan dalam merdeka belajar?
1. Merubah cara kita berfikir (visi, belief, dan perilaku)—seluruh stakeholders Pendidikan
dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya seharusnya mempunyai tujuan bersama, yaitu
memberikan layanan Pendidikan yang berkualitas bagi siswa;
2. Penguatan kapasitas kepala sekolah & guru—tentang kepemimpinan kepala sekolah (e.g.,
sebagai pemimpin instruksional), tata kelola sekolah (perencanaan, pembiayaan,
pengembangan guru), pengembangan kualitas kurikulum, pembelajaran dan asesmen;
3. Budaya organisasi sekolah yang demokratis—menghilangkan budaya birokrasi, kepala
sekolah sebagai pemilik otoritas tunggal.
 Terkait dengan keberhasilan atau tidaknya, pandangan saya belum berhasil ,kenapa!
Walaupun dari pemerintah sudah mengupayakan untuk memaksimalkan pendidikan yang
ada dinegaraini, nah belum keberhasilan ini terjadi Karena disetiap pergantian mentri
pendidikan , pasti juga ganti kurikulumnya
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/konsep-merdeka-belajar/
5. Mengenal Diri Sendiri
Hal pertama yang bisa Anda lakukan adalah dengan mengenali diri sendiri. Tentu saja hal ini bisa
dengan mudah Anda lakukan. Anda pun bisa bertanya pada diri Anda, apa yang sedang menjadi tujuan
hidup selama ini, apa saja hal yang membuat Anda bahagia, serta apa saja hal yang bisa membuat
Anda sedih. Namun, bagaimana cara mengatasi hal tersebut? Ini penting untuk diketahui, karena akan
berkaitan dengan pencapaian hidup Anda kedepannya. 
Cari Tahu Kelebihan dan Kekurangan Diri
Semua orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan diri. Dalam menggali potensi diri, penting
sekali untuk mengetahui keduanya agar mempermudah untuk mencapai tujuan dan mempersiapkan
diri jika ada masalah yang nantinya akan terjadi dan Anda bisa mengatasinya dengan baik. Untuk
menghadapi kekurangan, cobalah untuk menyadari kekurangan dan berusahalah untuk
memperbaikinya. 
Open Minded Terhadap Saran dan Kritik
Saat sedang berusaha untuk mengembangkan potensi diri, Anda harus bersikap terbuka dalam
menerima saran dan kritikan dari orang lain. Anggap saja, saran dan kritik tersebut sebagai hal positif
yang akan berguna bagi masa depan Anda. Namun begitu, Anda juga perlu memilih kritikan yang
datang. Jika saran dan kritikan cukup membangun, jadikan saja sebagai bahan untuk introspeksi diri.
Namun, jika kritikan tersebut hanya membuat potensi diri tidak berkembang, maka sebaiknya tak perlu
Anda pikirkan. Hindari merasa benar sendiri. Terimalah semua kritikan yang masuk dalam diri Anda
dan hadapilah dengan sikap yang baik.
Tidak Takut Mencoba Hal Baru
Cara mengembangkan potensi diri selanjutnya adalah mencoba hal baru yang dijumpai. Singkirkan
rasa takut gagal saat mencoba hal baru yang belum pernah Anda pelajari. Cobalah untuk
mempelajarinya sampai handal di bidang tersebut. Anda perlu meluangkan waktu untuk menggali
lebih dalam aktivitas, keahlian baru, atau keterampilan tersebut. Dengan mencoba hal baru juga bisa
mendorong diri sendiri untuk keluar dari zona nyaman dan siapa tahu Anda bisa  menemukan bakat
tersembunyi dalam diri Anda. 
Terapkan Kebiasaan Baik
Menggali potensi diri, juga bisa dengan membangun kebiasaan baik. Setiap kebiasaan baik yang
dilakukan dalam keseharian, bisa membuat Anda terus berkembang kearah yang lebih maju. Namun,
perlu diingat, membangun kebiasaan baik memerlukan waktu dan pengulangan yang konsisten.

Anda mungkin juga menyukai