Petunjuk pengerjaan:
a. Jawaban bersifat open book/gadget
b. Diketik rapi dalam Ms. Word dengan font text Times New Roman
c. Sertakan referensi dari jurnal yang bisa dicari di google scholar
d. Hindari plagiasi/ kesamaan dengan sesama teman
e. Jawaban dikumpulkan ke alamat email : cholifah.staila@gmail.com
f. Tugas dikirim paling lambat pada tanggal 1 Juli 2023
Soal:
1. Dalam perspektif pendidikan agama Islam, liberalisme dapat dilihat sebagai sebuah bentuk
kebebasan namun tanpa mengabaikan nilai-nilai dan cita-cita Pendidikan agama Islam. Mengapa
liberalisme diperlukan dalam Pendidikan Agama Islam ?
2. Apa saja problem-problem yang dihadapi Pendidikan Agama Islam di sekolah, baik di sekolah
umum maupun sekolah Islam dan bagaimana solusi untuk menghadapi problem-problem
tersebut?
3. Islamisasi sains harus mampu menunjukkan hubungan antara realitas dan aspek kewahyuan.
Masalahnya adalah untuk mengerti dan memahami prinsip-prinsip bahkan istilah-istilah dalam
wahyu itu sendiri harus memanfaatkan ilmu pengetahuan. Tanpa memanfaatkan ilmu
pengetahuan dalam memahami wahyu, umat Islam akan terus tertinggal dalam pentas sejarah
yang secara nyata ditentukan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang
selama ini terjadi. Mengapa Islamisasi sains menjadi perhatian serius di kalangan para tokoh
muslim?
4. Bagaimanakah konsep Medeka belajar yang saat ini diterapkan di Indonesia, menurut anda
apakah Langkah pemerintah sudah mampu memperbaiki Pendidikan termasuk Pendidikan Agama
Islam?
5. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki sebagai seorang Sarjana Muslim untuk dapat
mengambil peluang serta kesempatan di era tantangan zaman yang terus berubah?
Jawab
1. Pada hakikatnya nilai-nilai liberalisme dalam hal pengembangan akal tidak bertentangan dengan
ilainilai ajaran Islam itu sendiri. Sebagai manusia, memang dituntut untuk mempergunakan akal
dengan sebaikbaiknya. Menggunakan akal dengan baik tidak perlu dikhawatirkan, asalkan tidak
serta merta meninggalkan alQuran sebagai pedoman ajaran Islam. Manusia sebagai makhluk yang
bebas untuk menggunakan akal pikirnya tidak boleh dilarang. Larangan yang tak beralasan sangat
menciderai rasa kemanusiaan. Sejarah membuktikan kemajuan berbagai bidang keilmuan Islam
disebabkan umat Islam merdeka dalam memanfaatkan potensi akal namun tetap berpegang teguh
dengan sumber ajaran Islam. Guna membekali output pendidikan Islam yang “liberal” atau
berpikir bebas tersebut agar memiliki kekokohan aqidah dan akhlak sekaligus berpegang teguh
dengan sumber ajaran Islam Al-Qur’an & Hadis maka peran guru agama Islam sangat diharapkan
untuk mengembangkan sistem pembelajaran yang humanis. Sebuah sistem yang memahami
peserta didik sebagai individu. Secara individu peserta didik itu merupakan pribadi yang unik,
merdeka serta memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda dan lain sebagainya.
file:///C:/Users/User/Downloads/10-Article%20Text-1104-1-10-20190512.pdf
2. Problematika Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dalam mengimplementasikan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum nampaknya masih
muncul problematika-problematika yang menghambat keberhasilannya.
Terdapat dua Problematika yang bisa muncul yaitu internal, maupun eksternal. Masalah secara
internal misalnya tidak berkompetennya guru terhadap bidang studi yang diajarkan atau tidak
cakap dalam melakukan tindakan pembelajaran ataupun kurangnya sarana prasarana yang
presentatif. Adapun problematika eksternal, biasanya berasal dari tidak maksimalnya dukungan
masyarakat khusunya orang tua murid, dan dapat pula disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
pemerintahan setempat.
Upaya mengatasi permasalahan peserta didik dalam mempelajari Pendidikan Agama
Islam dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
*Adanya upaya dari satuan pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menerima
materi pembelajaran dengan baik .persiapan iniencakup kondisi fisik atau psikis(jasmani atau
mental) individu sehingga benar-benar memungkinkan dapat berinteraksi secara maksimal
dengan pembelajaran yang dirancang
*Memberikan Motivasi bagi peserta didik yang mencakup motivasi intrinsik berupa motivasi
yang muncul dari peserta didik sendiri ataupun motivasi ekstrintik yaitu dorongan yang dibentuk
oleh lingkungan dari luar. Motivasi bisa dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan
mengembangkan minat peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajarnya.
*Para guru diharapkan berusaha menumbuhkan dan mengembangkan minat belajar peserta didik
dalam melakukan kegiatan belajar-mengaja, dengan adanya upaya seperti ini peserta didik dapat
memperoleh kepuasan dan memperlihatkan kerja yang baik. (Muhammad Surya, 2003). Untuk
bisa menjamin belajar secara baik dan maksimal peserta didik wajib mempunyai perhatian
terhadap bidang studi yang dipelajarinya.Sebaliknya, apabila bahan ajar tidak menarik maka
akan menimbulkan kebosanan, hal seperti ini akan membawa pada prestasi belajar peserta didik
akan menjadi turun. Dengan demikian pendidik harus berusaha agar bahan ajar yang diberikan
bisa menarik perhatian, bahkan jika diperlukan dapat dengan selingan humor agar tidak terjadi
kejenuhan pada peserta didik dalam menerima mata pelajaran
*Test kemampuan peserta didik untuk menurunkan adanya hambatan terhadap peserta didik.
Sehingga Apabila mayoritas peserta didik mempunyai intelegensi tinggi, sehingga bagi peserta
didik yang kemampuannya rendah perlu dibuatkan pelajaran tambahan atau diusahakan dengan
cara lain yaitu dengan menempatkan peserta didik di kelas yang memiliki kemampuan rata-rata
yang sama. https://www.kompasiana.com/wildanmiftahus3503/62bd03cfd8da792d846be602/
problem-pendidikan-agama-islam-di-sekolah-dan-solusi-mengatasinya