Anda di halaman 1dari 11

Permasalahan Kebijakan Pendidikan Agama Islam

(PAI) pada Perguruan Tinggi Umum (PTU)

Oleh : Ahmad Fanny Alfian (31501900005)

Email : ahmadfanny.alfian23@std.unissula.ac.id

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

Pendahuluan

Pendidikan nasional itu merupakan suatu sistem yang sudah mengalami


berbagai macam perubahan, bahkan dapat kita lihat sendiri hampir setiap pergantian
Menteri Pendidikan pasti suatu sistem pendidikan juga akan mengalami perubahan.
Sedangkan tujuan dari pendidikan nasional yaitu tidak lain untuk mengembangkan
kemampuan dan keterampilan warga negara didalam suatu negara yang baik,
membentuk watak dan peradaban negara, serta mencerdaskan kehidupan negara,
dengan tujuan beriman dan bertakwa kepada rakyatnya. Dan memungkinkan warga
negara untuk hidup mandiri dengan akhlak, pengetahuan dan keterampilan, hidup
demokratis dan bertanggung jawab, serta mengembangkan kreativitasnya.

Persepsi dan pengamalan ajaran Islam itu benar-benar sangat tergantung


terhadap kualitas ajaran Islam yang diterima oleh peserta didik yang diajarnya.
Sehingga Pendidikan Agama Islam (PAI) pada dasarnya merupakan sebuah
pendidikan yang ditujukan khusus kepada warga negara khususnya umat muslim
untuk membentuk seluruh umat Islam dan dapat mengembangkan potensi manusia
seutuhnya dalam diri Anda, baik secara fisik maupun mental.

Ahmad Fanny Alfian (31501900005) 1


Terdapat sebuah argumentasi dari Ash-Shayibam beliau mengemukakan
bahwa sebenarnya manusia itu dapat mencakup tubuh, pikiran, dan jiwa, dari ketiga
bagian tersebut dapat digambarkan sebagai segitiga dengan panjang sisi yang sama.
Pada kesempatan yang sama, Hasan Langgulung juga menyampaikan pendapatnya
bahwa kita dapat menyatukan potensi-potensi manusia yang meliputi alam, jiwa,
kehendak bebas, dan akal.1

Dengan mengacu pada peraturan yang ada yaitu Undang-Undang Nomor 12


Tahun 2012 yang berisi didalamnya terkait Pendidikan Tinggi, yang awalnya MPK
diubah lagi menjadi Mata kuliah Wajib Umum (MKWU). Melewati dari perubahan
tersebut maka perguruan tinggi perlu memahami dan mengenali semangat
pengembangan diri pada mahasiswa serta fungsi dan peran pendidikan agama
sebagai mata kuliah wajib yang memberikan landasan atau pondasi spiritual yang
dibutuhkan di dalam pengembangan bidang ilmu yang ditempatinya.

Dari hal itu, sangat penting bagi guru ataupun dosen untuk memiliki
pemahaman yang lebih mendalam terkait dengan agama Islam dari perspektif
modern, mempelajari agama serta juga dapat meningkatkan kemampuan menulis
karangan dalam bentuk buku maupun artikel seperti jurnal. Untuk itu guru ataupun
dosen yang berbekerja di lembaga pendidikan umum harus dibekali dengan
berbagai kursus pelatihan-pelatihan yang akan dipertimbangkan dan berguna
menjadi bekal mengajarya. Hal ini juga bertujuan untuk mendidik dan membimbing
siswa untuk mencapai tiga tujuan pendidikan tinggi.

Permasalah yang terjadi pada Republik indonesia saat ini yaitu salah
satunya menghadapi tantangan besar terutama di bidang pendidikan, didalam
perjalanannya pendidiikan di indonesia dapat kita jumpai bahwa pendidikan Agama
Islam (PAI) menghadapi berbagai kendala untuk meningkatkan potensi
keakademikannya tersebut, hal ini dikarenakan beberapa faktor pembelajaran
diantaranya seperti faktor pembelajaran yang meliputi fasilitas, tujuan, kurikulum,
kompetensi dan profesionalisme guru/fakultas, pola hubungan mahasiswa, metode

1
A. Rifqi Amin, System Pembelajaran PAI Di Perguruan Tinggi Umum.

Ahmad Fanny Alfian (31501900005) 2


pendidikan, sarana fisik, penilaian, keuangan, dan lain sebagainya. umumnya
adalah eksperimen yang normal, alami, tradisional, dan teruji tanpa perencanaan
konseptual yang cermat. Tidak terkecuali penerapan Pendidikan Agama Islam
(PAI) pada Perguruan Tinggi Umum (PTU).

Pada akhirnya, keberhasilan pada pendidikan Agama Islam di perguruan


tinggi umum secara keseluruhan tergantung pada kreativitas Ustadz atau dosen
agama Islam yang mengajar di pendidikan tinggi umum (PTU).

Hal ini tentu memerlukan kreativitas dan dedikasi para ustadz atau dosen
yang hebat dan kuat sehingga nantinya mampu menciptakan program PAI di
pendidikan tinggi umum PTU yang dapat memberikan dampak yang mendalam
bagi anak didiknya, sedangkan ustadz atau dosen yang belum dapat menciptakan
pembelajaran yang kreatif mungkin ingin membuat program PAI yang sederhana
dan terkesan sesuai dengan peraturan yang ada.

Pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) lebih condong kepada presepsi


yang melibatkan sesuatu yang menakutkan, situasi yang sulit dihadapi, dan menjadi
beban bagi mereka yang mempelajarinya. Selanjutnya, jika buku materi, tujuan,
metode dan penilaian yang digunakan dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam
kurang dapat untuk diandalkan, tidak tepat sasaran, tidak praktis dan secara
langsung kurang bermanfaat teruntuk warga negara. Ini adalah kenyataan yang
melekat pada karakteristik pendidikan dan pembelajaran Islam ini.2

Sejauh ini pendidikan Agama Islam (PAI) terlalu disibukan dengan


mengatur lingkup kajiannya saja dan justru menjauhi dari urusan atau kepentingan
duniawi. Hal seperti itu bisa dikatakan juga sebagai ketakutan pragmatisme dan
kapitalisme di tingkat besar (tertinggi) dan kecil (terendah), serta pribadi atau sosial
budaya. Selain itu juga presespi yang menakutkan terkait pendidikan agama islam,
orang mengira bahwa pendidikan agama islam (PAI) hanya bisa memberikan

2
Muhaimin, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah Dan
Perguruan Tinggi.”

Ahmad Fanny Alfian (31501900005) 3


ketenangan hati bagi warga yang notabennya dalam kemiskinan dan kekacauan
sosial, sehingga ia mampu merasakan secara nyata kenikmatan batiniyah pada
dirinya. Memang, beberapa hal yang bersifat hedonistik tidak akan mampu
berlangsung lama, sehingga pada umumnya masyarakat ingin melewati jalan yang
lebih cepat dengan berbabai cara dan melanggar nilai-nilai Islam yang terkandung
dalam pendidikan agama Islam.

Pendidikan agama islam (PAI) juga terkesan dogmatis (ajaran yang tidak
adanya kritikan ) atau disebut juga dengan kaku dan hanya terikat pada modul atau
buku-buku ibadah saja, dan hanya mempunyai sedikit perkembangan ilmiah. Lalu
membuat perubahan pengembangan Pembelajaran Agama Islam yang telah
bertahan (stagnasi) kedalam hal yang bagus sehingga lahir ulama, tokoh
masyarakat, pendakwah (da'i) dan jajaran pemimpim kredibel lainnya, semua
tindakan atau perilakunya sebenarnya dilandasi semangat karakter muslim. Selama
ini gagasan untuk mengembangkan pendidikan agama islam (PAI) terabaikan
karena belum adanya seseorang yang mampu menyulut obor semangat dan
dorongan untuk menambah pengetahuan generasi muslim.3

Di sini perlu terlebih dahulu mengubah pola pikir seorang dosen agar
mahasiswa memiliki pemahaman yang tidak berbeda terkait apa yang dipelajari
dalam pendidikan agama Islam, sehingga setidaknya mereka akan menyadari
terkait yang mereka pelajari, sehingga mahasiswa mampu memperkirakan tingkat
kemampuan mereka dalam pendidikan agama Islam (PAI) yang mereka pelajari.

Selain itu juga tak kalah pentingnya perubahan atau pergeseran kebijakan
pendidikan agama Islam, baik dari pemerintah atau orang yang berhak pembuat
kebijakan level puncak sampai kepada di level kebijakan perguruan tinggi
(universitas) masing-masing.

Kebijakan yang diterapkan dapat berupa perubahan sistematika mata kuliah


pendidikan agama Islam yang mungkin terkait dengan aplikasi, waktu dan dana

3
A. Rifqi Amin, System Pembelajaran PAI Di Perguruan Tinggi Umum.

Ahmad Fanny Alfian (31501900005) 4


untuk pengembangan pendidikan agama Islam. karena untuk memenuhi kebutuhan
proses penataran keagamaan mahasiswa/perguruan tinggi memerlukan cara
pendekatan yang agak berbeda dan tidak hanya di ruang kuliah saja.4

Ia mungkin menerima tamu seorang ahli didalam kuliah yang diundang oleh
perguruan tinggi, atau melakukan studi banding atau kegiatan keagamaan yang
dapat merangsang mereka untuk lebih memahami Islam. Tingkat kelembagaanlah
yang membutuhkannya sejak dini, sehingga diperlukan anggaran untuk mendukung
kegiatan tersebut.

Metode

Dalam pembuatan artikel ilmiah ini, metode yang digunakan oleh penulis
adalah metode penelitian dokumenter, yaitu penulis melakukan penelitian yang
berdasarkan dengan menggunakan data dari studi kepustakaan yang seperti halnya
berupa buku, manuskrip atau laporan hasil penelitian sebelumnya.

1. Data dan sumber data


Penelusuran dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data,
melalui pencarian data yang ada di kepustakaan. Dapat berupa catatan, surat
pribadi, notulen rapat, instruksi kerja sosial khusus, dan dokumen lainnya.
Bahan yang dapat digunakan untuk bahan penelitian asalkan relevan dengan
topik yang diteliti.

2. Teknik Pengumpulan Data


Penulis menentukan ide atau penemuan yang terkandung dalam
buku, dokumen, jurnal, dan artikel-artikel yang relevan dengan topik yang
sedang dikaji.

3. Analisis data

4
Abdul Munip, “Perkuliahan Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Negeri.”

Ahmad Fanny Alfian (31501900005) 5


Mendeskripsikan segala sesuatu yang berhubungan dengan topik
untuk memudahkan pelacakan dan sistematisasi.

Pembahasan
Secara fungsional, Pendidikan Agama Islam (PAI) yang berada di
perguruan tinggi umum (PTU) yaitu topik yang begitu urgen yang mampu
membangun peserta didik menjadi kepribadian atau karakter yang lebih baik.
Dengan demikian, dinantikan tujuan yang utama Pendidikan Agama Islam (PAI)
yang berada di PTU tidak hanya terfokus pada mahasiswa yang tidak memahami
agama menjadi lebih memahami, atau menjadikan mahasiswa non-agama lebih
mampu memahami agama , sedangkan mahasiswa yang belum paham agama sama
sekali menjadi dapat memahami agama lebih baik. namun yang paling penting
didalam PAI telah menginternalisasi karakter Islami pada diri mahasiswa yang
menaati ajaran agama islam5. Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam kitab
suci Al-Quran;

ُ‫َاء َوا ْل ُم ْنك َِر ۗ َولَ ِذك ُْر اللَّ ِه أَ ْكبَ ُر ۗ َواللَّه‬
ِ ‫ب َوأ َ ِق ِم الص َََّلةَ ۖ إِنَّ الص َََّلةَ ت َ ْنه َٰى ع َِن ا ْلفَحْ ش‬ ِ ُ ‫اتْ ُل َما أ‬
ِ ‫وح َي إِلَ ْيكَ ِمنَ ا ْل ِكتَا‬
ْ َ ‫يَ ْعلَ ُم َما ت‬
َ‫صنَعُون‬

Artinya :

“ Bacalah apa yang sudah diwahyukan kepadamu, yaitu berupa Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan. “ (Al-'Ankabut Ayat 45)

Dari ayat tersebut maka kita tau juga bahwa hikmah menggunakan syariat
sebagai landasan dalam shalat selain itu terdapat dalam ajaran Islam lainnya, seperti

5
Mansoer, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum.

Ahmad Fanny Alfian (31501900005) 6


zakat, puasa, dan lain-lain. Begitu pula dengan muamalah, seperti perkawinan,
ekonomi, pemerintahan, dan lain-lain. Menaati hukum Muamara akan
mengantarkan pada sikap dan perilaku orang yang mulia dalam segala aspek-aspek
di dalam kehidupan. Selain itu, pendidikan agama islam (PAI) juga mempunyai
peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai ajaran agama islam agar mampu
terwujud secara aktif didalam karakter, sampai menjadi pedoman standar dalam
hidup. Tidak hanya sekedar pegangan atau pedoman ibadah, tetapi digunakan juga
sebagai pegangan atau pedoman gaya hidup dalam menghadapi kehidupan yang
selalu berubah.6

Pandangan terkait ajaran-ajaran pendidikan agama Islam (PAI) yang ada di


perguruan tinggi umum sebisa mungkin bahkan diharuskan agar diintegrasikan
dengan mata pelajaran lain untuk pendidikan Islam mampu dijadikan sebagai
pegangan atau pedoman dalam menjalankan hidup dan acuan dalam belajar
kehidupan. Oleh karena itu, untuk mengembangkan pendidikan agama islam (PAI)
diperlukan sikap konsisten dengan rencana-rencana pembelajaran. Dalam hal ini,
fakultas pendidikan agama islam (PAI) seharusnya mampu memahami berbagai
literatur ilmiah terkait dengan rencana studi yang dikembangkan berdasarkan
interpretasi dosen terhadap mata kuliah lain.7 Tempat pendidikan agama Islam di
perguruan tinggi umum adalah makul wajib dan semua mahasiswa muslim wajib
mengambilnya. Dengan cara demikian, peserta didik dapat menjadi pribadi Islam
yang utuh, yaitu pemeluk ajaran Islam, tidak hanya peserta didik yang menjadi ahli
dalam bidang ilmu-ilmu agama Islam yang tidak mengamalkan, atau sekedar
memimpin upacara keagamaan, tetapi tentu juga perlu memiliki makna utuh yang
bermanfaat bagi masyarakat. Orang-orang penting juga disebutkan dalam kitab Al-
Qur’an.

Ada banyak kualitas moral atau etika yang bisa digunakan untuk memberi
perbedaan perilaku orang-orang islam. Sebagai perintah untuk berbuat baik (ihsan)

6
Mastuhu, Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum,” Dalam Dinamika Pemikiran
Islam Di Perguruan Tinggi, Ed. Fuaduddin&Cik Hasan Bisri.
7
Abdul Munip, “Perkuliahan Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Negeri.”

Ahmad Fanny Alfian (31501900005) 7


dan berbudi luhur (al-birr), berlaku adil, pemaaf, menepati janji (alwafa), bersabar,
jujur, takut kepada Allah SWT., serta menyumbangkan dan menggunakan hartanya
di jalan Allah,

Ayat-ayat tersebut mengatakan bahwa setiap muslim wajib mengamalkan


nilai-nilai ajaran agama islam seperti halnya akhlak mulia dalam berbagai kegiatan
kesehariannya

Oleh karena itu, tempat pendidikan agama Islam di perguruan tinggi umum
sangat mendesak, yang merupakan mata kuliah di antara mata kuliah lain yang perlu
mengembangkan ilmu-ilm agama islam baik dari ulama yang berakal dan orang-
orang hebat lainyamengikuti aturan agama, bukan hanya manusia, mereka hanya
Muslim yang bukan spesifik. berlatih setiap hari. Ahli dalam sains sehari-hari.
Prasyarat, makul PAI harus berpusat pada mata pelajaran dan fungsinya terintegrasi
dengan makul lainnya.

Setidaknya pelajaran-pelajaran yang dipelajari diperguruan tinggi umum


diselaraskan dengan etika agama dan moral dan tak lupa dengan jenjang sekolah
dan jenis lembaga pendidikan. Lebih khusus lagi, dalam pembelajaran PAI,
mahasiswa dibimbing untuk memperdalam ilmunya sesuai dengan jurusan program
studi yang dipilihnya, dan sesuai dengan pengembangan konsep ilmiah.8 Jadi,
tergantung pada proyek penelitian yang dikejar mahasiswa. Profesi adalah pedoman
yang realita dan berakar pada ajaran Islam. Ringkasnya, dalam waktu yang panjang,
kehidupan di kampus universitas agama mampu dibangun untuk memperkaya
keterbatasan waktu yang ada untuk mempelajari pendidikan Islam.

Untuk menghilangkan permasalahan yang dihadapi perguruan tinggi umum


tersebut, beberapa aspek perlu ditingkatkan agar pendidikan Islam dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Salah satunya mengganti guru besar PAI dengan guru besar
yang lebih mumpuni. Tenaga pengajar yang kompeten telah menjadi elemen yang

8
Muhaimin, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah Dan
Perguruan Tinggi.”

Ahmad Fanny Alfian (31501900005) 8


sangat penting dalam pengajaran pendidikan Islam di perguruan tinggi negeri.9
Guru tentang agama Islam berdasarkan share dan pengetahuan siswa tentang Islam
itu sendiri. Oleh karena itu, materi tidak digeneralisasikan, sehingga siswa harus
memisahkannya berdasarkan pengetahuan, dari pengetahuan dasar hingga
pengetahuan lanjutan. karena dalam agama itu sendiri diberikan aturan tentangnya
“khatibu al-Nas` ala Qadri Uqulihim” (mengatakan sesuatu menurut kadar akal
manusia itu sendiri).

Kesimpulan
Pendidikan agama islam (PAI) pada Perguruan Tinggi Umum (PTU) di atas
mengisyaratkan perspektif yang lumayan luas dari pada pandangan hidup yang
penuh dengan semangat dan selalu berhubungan dengan konteks sosial. Pendidikan
agama Islam di zaman sekarang, menghadapi perubahan mendasar, sehingga
peserta didik yang nantinya akan mengintegrasikan orang-orang dari berbagai
budaya dan agama. Dalam mencapai hasil yang maksimal dari proses pelaksanaan
pendidikan agama, khususnya oleh para pendidik agama Islam, yaitu: sudah saatnya
pendidik ini harus berilmu dan peka terhadap masalah-masalah agama pemahaman
saat ini sedang dikembangkan dengan masyarakat.

Selain itu, para guru atau pendidik diwajibkan mampu menyadarkan siswa
akan urgensi terkait pemahaman perbedaan budaya masyarakat, khususnya dalam
bidang agama. Lebih jauh lagi, terlihat bahwa lembaga pendidikan kesulitan
melakukan mediasi terhadap pola paham Islam radikal, yang kerap dituding
menimbulkan ketidakamanan dalam komunitas agama. Lembaga pendidikan,
khususnya ke depan, harus mampu menghasilkan ulama-ulama yang berwawasan
luas dan mampu menghindari perilaku tercela untuk mengakomodir berbagai
paham yang cenderung radikal. Untuk itu, semua elemen sistem didalam
pendidikan Islam, terlebih dikhususkan kepada pembelajaran agama Islam yang

9
Malik, M. Abduh, Materi Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan
Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum.

Ahmad Fanny Alfian (31501900005) 9


harus ditinjau kembali. Berbagai upaya pengembangan materi PAI di perguruan
tinggi kala ini sedang disorakan dengan acuan spiritual, salah satunya pendidikan
agama Islam dengan perspektif lintas budaya.

Dapat kita tarik kesimpul juga bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) yang
berada di perguruan Tinggi Umum (PTU) bukan hanya ilmu agama, tetapi juga
lebih banyak memanifestasikan dalam domain kognitif dan lebih banyak
memanifestasikan dalam domain emosional. PAI di PTU bisa dikatakan juga
sebagai pondasi anak-anak Indonesia, hal ini dapat memberikan dampak baik bagi
kepribadian manusia yang utuh, sehingga mampu bertakwa dan beriman kepada
Allah SWT serta ciptaan-Nya.

Daftar Pustaka

A. Rifqi Amin. System Pembelajaran PAI Di Perguruan Tinggi Umum.


Deepublish, 2012.

Abdul Munip. “Perkuliahan Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi


Negeri.” Jurnal Pendidikan Islam Vol. V No. (2008).

Malik, M. Abduh, dkk. Materi Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan


Kepribadian Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta: Departemen Agama Dirjen Pendidikan Pendidikan Islam, 2009.

Mansoer, Hamdan dkk. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam Di


Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam
Depag RI, 2004.

Mastuhu. Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum,” Dalam


Dinamika Pemikiran Islam Di Perguruan Tinggi, Ed. Fuaduddin&Cik Hasan
Bisri. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Muhaimin. “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah,

Ahmad Fanny Alfian (31501900005) 10


Madrasah Dan Perguruan Tinggi.” Raja Grafindo Persada, 2005.

Ahmad Fanny Alfian (31501900005) 11

Anda mungkin juga menyukai